Tata Guna
guna lahan dibicarakan bukan saja mengenai penggunaan permukaan bumi, tetapi juga
mengenai penggunaan permukaan bumi dilautan (Jayadinata,2009:10).
Lahan (Land Tata Guna Lahan menurut Undang-Undang Pokok Agraria adalah struktur dan pola
Use)
pemanfaatan tanah, baik yang direncanakan maupun tidak, yang meliputi persediaan
tanah, peruntukan tanah, penggunaan tanah dan pemeliharaannya.
Menurut Lindgren (2005), penggunaan lahan (land use) mempunyai arti sama dengan lahan
yaitu merupakan tempat tinggal, lahan usaha, lapangan olah raga, rumah sakit dan areal
pemakaman. Sedangkan penutup lahan (land cover) cenderung mengarah ke vegetasional
dan buatan manusia atas lahan untuk mencukupi kebutuhan manusia. Penggunaan lahan
adalah suatu aktivitas manusia pada lahan yang langsung berhubungan dengan lokasi dan
kondisi lahan (Soegino, 2007).
Penggunaan lahan adalah suatu proses yang berkelanjutan dalam pemanfaatan lahan bagi
maksud pembangunan secara optimal dan efisien (Sugandhy, 2008). Jayadinata mengatakan
bahwa penggunaan lahan adalah wujud atau bentuk usaha kegiatan pemanfaatan suatu
bidang tanah pada satu waktu.
Konsep
Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya.
“Kawasan”
Kawasan lindung adalah kawasan yang dimanfaatkan untuk perlindungan dan
pelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya
buatan, sedangkan kawasan budidaya adalah kawasan yang dimanfaatkan
untuk budidaya atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam.
Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan adalah hasil dari suatu proses untuk
menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan
penetapan rencana tata ruang di Kawasan Perkotaan.
Kawasan perkotaan
dapat berbentuk:
•Morfologi perkotaan adalah
penataan atau formasi
keadaan kota yang sebagai
objek dan sistem yang dapat
diselidiki secara struktural,
fungsional, dan visual (Zahnd,
1999). Tiga unsur morfologi
kota yaitu unsur-unsur
penggunaan lahan, pola-pola
jalan dan tipe-tipe bangunan.
Morfologi kota
• Konsentris : Menurut Ernest W Burgess dalam Introduction to the Science of Sociology (1921),
manusia punya kecenderungan alamiah untuk berada sedekat mungkin dengan pusat kota. Untuk
mewujudkan itu, dikembangkan kota berbentuk konsentrik dengan pusat kota sebagai intinya.
Teorinya ini berdasarkan hasil pengamatannya terhadap kota Chicago tahun 1923. Berdasarkan teori
Burgess, kota dibagi menjadi lima zona
• Teori sectoral : dicetuskan oleh Hommer Hoyt dan dimuat dalam The Structure and Growth of
Residential Neighborhoods in American Cities (1939). Model pengembangan kota ini ditemukannya di
Calgary, Kanada. Dalam teori sektoral, zona yang ada di kota terbagi-bagi seperti bentuk pita
• Teori inti ganda dicetuskan oleh CD Harris dan FL Ullman dan diterbitkan menjadi jurnal berjudul The
Nature of Cities (1945). Menurut mereka, satu kota tidak hanya terdapat satu CBD saja, tetapi bisa
beberapa CBD. Kota satelit akan tumbuh setelah kota utama (metropolitan) sudah sulit dikembangkan
lagi. Secara sosial ekonomi, kota satelit akan masih bergantung kepada kota induknya. Seperti Bogor,
Depok, Tangerang, dan Bekasi, warganya banyak beraktivitas di DKI.
Kawasan
pedesaan
Pola Ruang
Pedesaan
Tata Ruang Desa
Konsep penataan ruang desa