SERTA PERKEMBANGAN
DESA DAN KOTA
PERTEMUAN – 1&2
DESA
Definisi Desa Menurut Bintarto, desa adalah Suatu daerah dikatakan desa, jika masih
suatu perwujudan geografi yang memiliki ciri khas yang dapat dibedakan
ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, dengan daerah lain di sekitarnya. Berdasarkan
sosial, ekonomis, politik, dan budaya di pengertian Direktorat Jenderal Pembangunan
suatu wilayah dalam hubunganm dengan Desa (Dirjen Bangdes), desa memiliki empat
ciri:
pengaruh timbal balik dengan daerah-
daerah lain. Dalam kehidupan sehari-hari • Perbandingan lahan dengan manusia (man
land ratio) cukup besar
desa sering disebut dengan istilah kampung,
• Lapangan kerja yang dominan adalah
yaitu suatu daerah yang letaknya jauh dari sektor pertanian (agraris).
keramaian kota dan dihuni oleh sekelompok • Hubungan antar warga desa masih sangat
masyarakat yang sebagian besar bermata akrab
pencaharian di bidang agraris. • Sifat-sifat masyarakatnya masih memegang
teguh tradisi yang berlaku.
Secara umum permukiman pedesaan berbentuk memusat, linier, terpencar, dan
mengelilingi fasilitas tertentu.
• Desa berpotensi tinggi, yaitu desa yang memiliki lahan pertanian yang subur dengan topografi datar
atau agak miring. Desa juga dilengkapi dengan fasilitas irigasi teknis sehingga memiliki kemampuan
besar untuk berkembang lebih lanjut.
• Desa berpotensi sedang, yaitu desa yang memiliki lahan pertanian agak subur dengan topografi tidak
rata. Fasilitas irigasi yang ada di desa sebagian teknis dan sebagian lainnya teknis. Ini menyebabkan
desa berkembang dengan lambat.
• Desa berpotensi rendah, yaitu desa yang memiliki lahan pertanian tidak subur dengan topografi
berbukit. Sumber air sukat didapat dan kegiatan pertanian bergantung pada curah hujan. Ini
menyebabkan desa sukar berkembang.
KOTA
Kota identik dengan sesuatu yang sangat kompleks. Menurut Bintarto, kota adalah suatu sistem jaringan
Bahkan ada yang mencirikannya dengan adanya prasarana kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan
perkotaan, seperti bangunan pemerintahan, rumah sakit, penduduk yang tinggi, strata sosial ekonomi yang
sekolah, pasar, taman, alun-alun yang luas, serta jalan heterogen dan kehidupan materealistis. Kota juga
aspal yang lebar-lebar. Pada dasarnya, kota merupakan dapat diartikan sebagai sebuah bentang budaya yang
suatu wilayah yang sebagian besar arealnya terdiri atas ditimbulkan oleh unsurunsur alami dan non alami
wujud hasil budaya manusia (hasil cipta, rasa, dan karsa dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup
manusia), serta tempat pemusatan penduduk yang tinggi besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen
dengan sumber mata pencaharian di luar sektor pertanian.
dan materealistis dibandingkan dengan daerah
belakangnya. Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No.4
tahun 1980 menyebutkan bahwa kota terdiri atas dua
bagian. Pertama, kota sebagai suatu wadah yang
memiliki batasan administratif sebagaimana diatur
dalam perundang-undangan. Kedua, kota sebagai
lingkungan kehidupan perkotaan yang mempunyai ciri
non-agraris, misalnya ibu kota kabupaten, ibu kota
kecamatan, serta berfungsi sebagai pusat pertumbuhan
dan permukiman.
Ernes W. Burgess (Teori Memusat/ Konsentris) Burgess mengemukakan teori memusat atau
konsentris yang menyatakan bahwa daerah perkotaan dapat dibagi dalam enam zona:
1. Zona pusat daerah kegiatan (Central Business District), yang merupakan pusat pertokoan besar, gedung
perkantoran yang bertingkat, bank, museum,hotel restoran dan sebagainya.
3. Zona permukiman kelas proletar, perumahannya sedikit lebih baik karena dihuni oleh para pekerja yang berpenghasilan kecil atau
buruh dan karyawan kelas bawah, ditandai oleh adanya rumah-rumah kecil yang kurang menarik dan rumah-rumah susun sederhana
yang dihuni oleh keluarga besar. Burgess menamakan daerah ini workingmen's homes.
4. Zona permukiman kelas menengah (residential zone), merupakan kompleks perumahan para karyawan kelas
menengah yang memiliki keahlian tertentu. Rumah-rumahnya lebih baik dibandingkan kelasproletar
5. Wilayah tempat tinggal masyarakat berpenghasilan tinggi. Ditandai dengan adanya kawasan elit, perumahan
dan halaman yang luas. Sebagian penduduk merupakan kaum eksekutif, pengusaha besar, dan pejabat tinggi.
6. Zona penglaju (commuters), merupakan daerah yang yang memasuki daerah belakang (hinterland) atau
merupakan batas desa-kota. Penduduknya bekerja di kota dan tinggal di pinggiran.
CD Harris & EL Ullman (Teori
Berganda/Multiple Nuclei) Harris
dan Ullman menilai bahwa kota tidak
seteratur penggambaran Burgess karena
antar kawasan kota seolah berdiri
sendiri. Sruktur ruang kota tidaklah • Pusat kota atau Central Business District (CBD).
• Kawasan niaga dan industri ringan.
sesederhana dalam teori konsentris. Hal • Kawasan murbawisma atau permukiman kaum
ini disebabkan oleh tidak buruh.
adanya urutan-urutan yang teratur • Kawasan madyawisma atau permukiman kaum
pekerja menengah. Struktur kota berdasarkan
yang dapat terjadi dalam suatu kota teori berganda oleh CD Harris dan El Ullman.,
terdapat tempattempat tertentu yang (1) daerah dagang; (2) pabrik-pabrik ringan; (3)
befungsi sebagai inti kota dan pusat rumah-rumah kecil; (4) rumah-rumah sedang;
pertumbuhan baru. Keadaan tersebut (5) rumahrumah besar milik orang kaya; (6)
pabrik-pabrik besar; (7) daerah dagang
telah menyebabkan adanya beberapa dipinggir kota; (8) rumahpara pegawai di luar
inti dalam suatu wilayah perkotaan, kota yang kerja dalam kota;
misalnya kompleks atau wilayah (9) daerah industri di luar kota; (10) daerah
para pelaju (commuters).
perindustrian, kompleks perguruan
tinggi, dan kota-kota kecil di sekitar
kota besar. Menurut teori ini struktur
ruang kota adalah sebagai BERIKUT ;
POLA KERUANGAN
DESA DAN KOTA
PERTEMUAN – 3&4
Pada umumnya, kehidupan masyarakat
perdesaan dicirikan :
Apa perbedaan bentuk pemukiman antara desa yang terletak di pesisir dan pegunungan?
Bentuk perdesaan linier banyak ditemukan
di daerah pantai, jalan raya, dan
sepanjang sungai.
Bentuk perdesaan ini memanjang
mengikuti jalur jalan raya, alur sungai atau
garis pantai.
Pola ini digunakan masyarakat dengan tujuan
untuk mendekati prasana transportasi (jalan
dan sungai) atau untuk mendekati lokasi tempat
bekerja, seperti nelayan di pinggiran pantai.
Bentuk perdesaan terpencar sulit
ditemukan di Indonesia, pada
umumnya terdapat di Negara-negara
Eropa, Amerika Serikat, Kanada, dan
Australia.
Bentuk perdesaan yang terpencar
cenderung menyendiri (disseminated
rural settelment).
Biasanya perdesaan
seperti ini hanya merupakan farm
stead, yaitu sebuah rumah petani
yang terpencil,
tetapi lengkap dengan gudang alat
mesin, penggilingan gandum,
lumbung, kandang
ternak, dan rumah petani.
POLA KERUANGAN DESA MENGELILINGI FASILITAS TERTENTU
Bentuk perdesaan seperti ini umumnya
ditemukan di daerah dataran rendah, di
Berbeda dengan fisik wilayah pedesaan yang banyak didominasi oleh lahan pertanian, daerah
perkotaan dicirikan oleh pola penggunaan lahan yang lebih banyak merupakan bentang
budaya hasi karya manusia, seperti gedung-gedung, kompleks perumahan penduduk, jalur
jalan raya, dan sebagainya. Sangat sulit kita temui wilayah-wilayah yang masih alamiah.
Bentang Budaya Tersebut Antara Lain:
Pola Penggunaan Lahan Kota
Beberapa sarjana yang berkecimpung dalam studi
Zone pusat daerah kegiatan atau Central
kekotaan ini telah berusaha mengadakan uraian
Bistricts atau Loop.
mengenai letak dan bentuk daerah permukiman di
kota secara ideal Ernest W.Burgess, mengenai urban Zone peralihan atau sering Disebut Zone Transisi
areas yang dikenal dengan teori pola zone konsentris. Zone Pemukiman Klas Proletar.
kota. Mereka pergi ke kota dengan naik sepeda,naik bus, kereta api pada pagi hari
dan sore harinya mereka pulang ke rumah masing-masing. Oleh karena itu zone ini
disebut zone penglaju.
Pola keruangan seperti di atas bukan berarti sudah
kekotaan.
Homer Hoyt beranggapan dalam teorinya
bahwa : Daerah-daerah yang memiliki
sewa tanah atau harga yang tinggi
terletak di tepi luar dari kota.
PERTEMUAN – 5&6
Pembangunan wilayah pedesaan dan perkotaan yang tidak seimbang sebagaimana selama ini terjadi akan
menimbulkan kesenjangan sosial dan ekonomi dalam kehidupan. Persoalan-persoalan yang dihadapi wilayah desa dan
kota adalah masalah-masalah yang spesifik, sebab masing-masing wilayah mempunyai potensi yang berlainan. Desa
yang lebih berkesan sebagai kelompok masyarakat yang hidup secara tradisional, mempunyai banyak ketertinggalan
dibanding dengan dengan kota. Salah satu tujuan pembangunan wilayah pedesaan adalah menyeterakan kehidupan
masyarakat desa dan kota sesuai dengan potensi yang dimiliki desa.
Untuk melakukan pembangunan desa, ada beberapa hal yang tidak dapat diabaikan diantaranya adalah latar
belakang, pendekatan, konsep maupun kenyataan-kenyataan yang terjadi di setiap desa. Beberapa hal yang perlu
untuk mendapat perhatian dalam pembangunan wilayah pedesaan adalah:
• Pembangunan masyarakat desa masih bersifat dekonsentrasi
• Perangkat desa perlu mendapat bantuan teknis dan insentif
• Dana pembangunan desa secara lintas sektoral masih belum bermanfaat bagi masyarakat desa
• Kurangnya keterpaduan kepentingan antar sektor, sehingga dibutuhkan koordinasi lintas sektoral tentang pemerintahan
desa melalui penyatuan program, misi dan visi pembangunan
Solusi dalam Memelihara Keseimbangan Desa dan Kota
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam rangka menyerasikan/ menyamakan perkembangan desa dan kota
Bantuan teknis ini merupakan unsur pendukung proses pembangunan masyarakat desa. Hal ini dibutuhkan dalam hal
masyarakat memiliki sedemikian rupa rendahnya kualitas sumberdaya, potensi alam, dan kesempatan ekonomi sehingga perlu
mendapatkan dukungan dari luar masyarakat setempat.
DAMPAK PERKEMBANGAN KOTA
TERHADAP MASYARAKAT DESA
DAN KOTA
PERTEMUAN – 7&8
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Kota
Sujarto ( 1989 )