Anda di halaman 1dari 33

STUDI PERENCANAAN KAWASAN PERUMAHAN JALAN

LINGKAR BARAT KECAMATAN TAMALANREA MAKASSAR

PROPOSAL SKRIPSI

NURAMANAH PUTRA SHAFAR L.R. 411 17 004


NURTARULI HIKMAH SIHOMBING 411 17 007

PROGRAM STUDI D-4 PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2021
PROPOSAL SKRIPSI
D4 PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG

DAFTAR ISI

SAMPUL ........................................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 2
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2
1.4 Manfaat ................................................................................................ 2
1.5 Batasan Masalah .................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................


2.1 Definisi Perumahan ............................................................................. 3
2.2 Perencanaan Kawasan Perumahan ...................................................... 3
2.3 Rumah Sederhana ................................................................................ 6
2.4 Sarana dan Prasarana Fasilitas Lingkungan ........................................ 8
2.5 Perubahan Nilai Uang Terhadap Waktu ............................................. 17
2.6 Variabel Analisa Investasi .................................................................. 18
2.7 Metode Penilaian Investasi ................................................................. 19

BAB III METODE PENELITIAN...................................................................


3.1 Obyek dan Waktu Penelitian ............................................................... 23
3.2 Alat dan Bahan .................................................................................... 24
3.3 Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 25
3.4 Tahapan Penelitian dan Analisis Data ................................................ 25

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 28

NURAMANAH PUTRA SHAFAR L.R.


NURTARULI HIKMAH SIHOMBING
PROPOSAL SKRIPSI
D4 PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian (Sumber : Google Earth) ................................ 23


Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian .............................................................. 27

NURAMANAH PUTRA SHAFAR L.R.


NURTARULI HIKMAH SIHOMBING
PROPOSAL SKRIPSI
D4 PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kebutuhan Luas Minimal Bangunan dan Lahan Untuk Rumah
Sederhana Sehat .............................................................................. 7
Tabel 2.2 Pedoman Umum Penyediaan Sarana Peribadatan Agama Islam ... 9
Tabel 2.3 Kebutuhan Sarana Ruang Terbuka, Taman, dan Lapangan
Olahraga ......................................................................................... 11
Tabel 2.4 Jarak dan Waktu Tempuh Mencapai Sarana dan Fasilitas
Lingkungan ..................................................................................... 12
Tabel 2.5 Klasifikasi Jalan di Lingkungan Perumahan .................................. 13

NURAMANAH PUTRA SHAFAR L.R.


NURTARULI HIKMAH SIHOMBING
PROPOSAL SKRIPSI
D4 PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia sebagai tempat
berteduh dan untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Kebutuhan rumah sebagai
tempat tinggal yang mengalami peningkatan dari waktu ke waktu menyebabkan
rumah menjadi hal yang penting untuk disediakan. Untuk itu pembangunan
perumahan merupakan solusi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sebagai
hunian dan tempat tinggal.
Perumahan merupakan kumpulan dari rumah sebagai bagian dari
pemukiman, baik perkotaan maupun pedesaan yang dilengkapi dengan sarana,
prasarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak
huni (Undang-undang Republik Indonesia No 1, 2011). Pemilihan lahan yang akan
dikembangkan sebaiknya berada dalam kawasan strategis yang sesuai dengan
tujuan dari pembangunan perumahan yaitu kemudahan dalam mengakses fasilitas
publik. Penyediaan sarana dan prasarana perumahan perlu pula dipersiapkan
dengan matang, sehingga akan menghasilkan rumah yang nyaman dan layak huni
bagi para konsumen.
Proyek pembangunan dibidang perumahan juga harus memenuhi beberapa
persyaratan teknis yang sesuai Standar Nasional Indonesia atau ketentuan-
ketentuan lain yang telah diatur dengan Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah
serta Pedoman Teknis yang disusun oleh instansi terkait. Persyaratan teknis ini
diperlukan untuk mengarahkan pengaturan pembangunan lingkungan perumahan
yang sehat, aman, serasi secara teratur, terarah serta berkelanjutan atau
berkesinambungan. Selain itu, proyek pembangunan perumahan membutuhkan
dana investasi dalam jumlah besar dan waktu yang lama agar dana tersebut dapat
kembali dan memberikan keuntungan, sehingga diperlukan analisis ekonomi
finansial untuk menilai apakah proyek perumahan layak untuk dibangun atau tidak.

NURAMANAH PUTRA SHAFAR L.R.


NURTARULI HIKMAH SIHOMBING
PROPOSAL SKRIPSI
D4 PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG

Berdasarkan uraian di atas kami mengangkat skripsi dengan judul “Studi


Perencanaan Kawasan Perumahan Jalan Lingkar Barat Kecamatan Tamalanrea
Makassar“

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan, rumusan masalah
yang diangkat pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana merancang layout perumahan?
2. Bagaimana menilai kelayakan ekonomi finansial pembangunan perumahan?

1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini yaitu:
1. Merencanakan kawasan perumahan sesuai dengan aturan yang berlaku
2. Menganalisis kelayakan ekonomi finansial perumahan

1.4 Manfaat
Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Bentuk penerapan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan selama berkuliah di
jurusan teknik sipil, khususnya dalam cabang ilmu perencanaan kawasan
perumahan (real estate)
2. Menjadi referensi dalam perencanaan kawasan perumahan.

1.5 Batasan Masalah


Batasan-batasan masalah pada penelitian ini antara lain:
1. Hasil desain berupa perencanaan layout (site plan, blok plan, landscape), tipe
rumah, sarana prasarana, serta hasil analisis struktur setiap tipe rumah.
2. Seluruh unit perumahan direncanakan diasumsikan terjual maksimal dalam
kurun waktu 5 tahun.
3. Keadaan ekonomi diasumsikan sudah pulih dan dalam keadaan stabil.

NURAMANAH PUTRA SHAFAR L.R.


NURTARULI HIKMAH SIHOMBING
PROPOSAL SKRIPSI
D4 PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Perumahan


Beberapa pengertian perumahan diantaranya yaitu:
1. Berdasarkan Undang-undang No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan
Permukiman, “Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari
permukiman, baik perkotaan maupun pedesaan, yang dilengkapi dengan
prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah
yang layak huni”.
2. Berdasarkan petunjuk perencanaan kawasan perumahan kota (Departemen
Pekerjaan Umum 1987) “Lingkungan perumahan adalah sekelompok rumah-
rumah dengan prasarana dan fasilitas lingkungannya”.

2.2 Perencanaan Kawasan Perumahan


Rumah adalah sarana yang penting bagi keberlanjutan hidup manusia. Oleh
karena itu perencanaan rumah harus benar-benar disesuaikan dengan kondisi sosial
budaya serta kemampuan ekonomi pemiliknya. Di sisi lain, perencanaan dan
perancangan rumah tinggal tidak mungkin dilepaskan dari situasi dan kondisi
lingkungan sekitar, baik dari aspek alamiah lingkungan maupun aspek formal yang
terbentuk dari aturan-aturan yang berlaku di wilayah itu.

2.2.1 Dasar Perundangan dan Peraturan


Perumahan dan permukiman, selain berfungsi sebagai wadah
pengembangan sumber daya manusia dan pengejawantahan dari lingkungan sosial
yang tertib, juga memberikan konstribusi bagi pertumbuhan ekonomi melalui
sektor industri perumahan sebagai penyedia lapangan kerja pendorong
pembentukan modal yang besar. Dengan berpijak pada peningkatan dan
pemenuhan kebutuhan kebutuhan terhadap perumahan dan permukiman,
masyarakat diharapkan dapat meningkatkan produktivitas, aktif berperan serta
dalam setiap program pembangunan serta mampu meningkatkan upaya untuk
menghimpun modal untuk program biaya berikutnya.

NURAMANAH PUTRA SHAFAR L.R.


NURTARULI HIKMAH SIHOMBING
PROPOSAL SKRIPSI
D4 PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG

Dalam hal pembangunan di segala bidang, khususnya pada pembangunan


perumahan dan permukiman, masyarakat berperan sebagai pelaku utama sementara
pemerintah mempunyai kewajiban sebagai pihak yang bertugas mengarahkan,
membimbing, dan menciptakan suasana yang kondusif kondusif. Demi tercapainya
tujuan pembangunan daerah, kegiatan masyarakat dan pemerintah harus saling
mendukung dan melengkapi sehingga terjadi satu kesatuan langkah.
Untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi pembangunan lingkungan
perumahan dan permukiman yang berkesinambungan, maka diperlukan adanya
perhatian dan penanganan khusus bagi pembangunan dan pembinaan lingkungan
tersebut.
Apabila dikaji lebih rinci lagi, pembangunan perumahan yang akan
dijalankan baik oleh swasta (developer) maupun pemerintah (Perumnas)
sebenarnya harus berlandaskan pada peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.
Apabila pelaksanaan pembangunan tersebut dilaksanakan dengan berdasar pada
peraturan yang ada maka akan tercipta keamanan (security & safety) dan
kenyamanan (comfort) di lingkungan internal maupun eksternal perumahan
tersebut. Lebih dari itu juga akan tercipta pembangunan yang berwawasan
lingkungan dan berkesinambungan.
Namun demikian untuk melakukan pembangunan perumahan tersebut
diperlukan dasar-dasar peraturan yang harus dipenuhi selama melaksanakannya.
Adapun peraturan-peraturan dan arahan tersebut antara lain berupa:
1. Tuntutan Kesesuaian Peruntukan Lahan
Untuk menjamin terciptanya daya dukung lingkungan yang optimal,
pembangunan perumahan dan permukiman harus sesuai dengan daerah
peruntukannya, pada lokasi yang memang diperuntukkan bagi hunian dan
permukiman. Pembangunan untuk perdagangan dan industry pun harus
dilakukan di lokasi yang memang diperuntukkan bagi industri dan perdagangan
itu.
2. Konsep Pembangunan yang Berwawasan Lingkungan
Tindakan antisipasi untuk pembangunan perumahan yang berwawasan
lingkungan dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan

NURAMANAH PUTRA SHAFAR L.R.


NURTARULI HIKMAH SIHOMBING
PROPOSAL SKRIPSI
D4 PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG

mendudukkan objek (lokasi aktivitas) dengan memperhatikan daya dukung


lingkungan, misalnya penanganan masalah air bersih, pengadaan sumur resapan,
sanitasi jamban keluarga, maupun penanganan untuk hal-hal yang berhubungan
dengan lingkungan hidup yang dapat berdampak terhadap lingkungan sekitar
perumahan dan permukiman.
3. Konsep Pola Hunian 1 : 3 : 6
Konsep ini merupakan peraturan wajib dari pemerintah bagi pihak pengembang
yang akan membangun proyek hunian berskala kota dalam satu lokasi, yaitu
membangun fasilitas hunian dengan perbandingan satu rumah mewah, tiga
rumah menengah, dan enam rumah sederhana (RS) dan sangat sederhana (RSS).
Dengan konsep 1 : 3 : 6 tersebut maka penghuni Kawasan RS/RSS akan dapat
menikmati fasilitas real estate, seperti jalan lingkungan yang lebar dan hijau
taman bermain (play ground), fasilitas olah raga (sport center), area parkir mobil
yang luas, tempat jalan kaki (jogging track), lapangan tennis (tennis court), dan
lain-lain.

2.2.2 Pertimbangan Perletakan Unit Hunian dalam Kompleks Perumahan


Agar aktivitas pengembangan permukiman ini dapat berjalan dengan baik,
selaras, dan sinergis dengan perkembangan ruang secara lebih luas, maka
pelaksanaannya harus memperhetikan aturan-aturan pengembangan ruang di
daerah itu. Unit-unit hunian dapat diletakkan secara berkelompok dalam daerah-
daerah yang direncanakan dengan arahan sebagai berikut:
1. Kelompok Rumah
Pengelompokan rumah berdasarkan jumlah unit rumah yang ada dan
dihubungkan dengan daya dukung prasarana dan fasilitas yang terdapat
disekitarnya.
2. Kepadatan (Gross Density)
Pembatasan jumlah unit rumah dalam 1 hektar lahan perumahan berdasarkan
berdasarkan tingkat kemudahan daerah

NURAMANAH PUTRA SHAFAR L.R.


NURTARULI HIKMAH SIHOMBING
PROPOSAL SKRIPSI
D4 PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG

3. Luas Persil
Luas persil minimum maksimum ditentukan berdasarkan pengelompokan
tingkat kemudahan daerah.
4. Lebar Muka Persil
Untuk persil yang bentuknya teratur, lebar muka persil minimum adalah 3 m,
sedangkan untuk persil yang bentuknya tidak teratur maka lebar muka persil
minimum 4,5 m.
5. Garis Sempadan
Untuk sebidang tanah yang mempunyai luas persil kurang dari 90 m2 maka
jarak garis sempadan minimum 1,5 m. Untuk sebidang tanah yang luas
persilnya lebih besar atau sama dengan 90 m2 maka garis sempadannya
minimum 3 m.
6. Building Coverage
Building Coverage menunjukkan perbandingan antara luasan persil terbangun
dengan luasan persil seluruhnya. Ketentuan kelayakan untuk sebuah hunian,
building coverage maksimum adalah 60%. Tujuannya adalah untuk menjaga
keseimbangan dan kelestarian lingkungan. Dampak yang dapat dirasakan
paling nyata dalam hal ini adalah terkait dengan pasokan air bersih di lahan
kita. Semakin kecil building coverage bangunan kita, berarti semakin luas
lahan yang tidak terbangun, yang berarti semakin luas permukaan lahan yang
berpotensi untuk meresapkan air ke dalam tanah persil tersebut. Banyaknya air
yang meresap dalam persil terseut akan mempengaruhi pasokan air bersih di
sumur yang berada dalam persil tersebut.

2.3 Rumah Sederhana


Rumah sederhana adalah tempat tinggal layak huni yang harganya
terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah dan sedang. Dalam SNI 03-
6981-2004 rumah sederhana tidak bersusun direncanakan sebagai tempat kediaman
yang layak dihuni bagi masyarakat berpenghasilan rendah atau sedang. Oleh karena
itu harganya harus terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah dan sedang.
Walaupun murah harganya, estetika dan penampilan rumah sederhana perlu dibuat
menarik.

NURAMANAH PUTRA SHAFAR L.R.


NURTARULI HIKMAH SIHOMBING
PROPOSAL SKRIPSI
D4 PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG

Untuk menekan harga, rumah sederhana dibangun dengan luas yang


minimal, dan menggunakan bahan bangunan yang murah. Rumah sederhana
memiliki luas lantai minimum 21 m2 sampai dengan 36 m2, dengan luas kavling
54 m hingga maksimal 200 m2. Dalam Keputusan Menteri Pemukiman dan
Prasarana Wilayah No.403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan
Rumah Sehat Sederhana, disebutkan bahwa luas ruang yang dibutuhkan untuk satu
orang pada rumah sederhana adalah 9 m2.

Tabel 2.1 Kebutuhan Luas Minimal Bangunan dan Lahan Untuk Rumah Sederhana
Sehat
Kapasitas: Rumah Untuk 3 Jiwa Kapasitas: Rumah Untuk 4 Jiwa
Kebutuhan
Luas Luas Luas Luas Luas Luas Luas Luas
Luas Ruang
Unit Lahan Lahan Lahan Unit Lahan Lahan Lahan
Per Jiwa
Rumah Minimal Ideal Efektif Rumah Minimal Ideal Efektif
(dalam m2)
2 2 2 2 2 2 2
(m ) (m ) (m ) (m ) (m ) (m ) (m ) (m2)
Ambang Batas
21,6 60,6 200 72-90 28,8 60,0 200 72-90
7,2
Indonesia
27,0 60,0 200 72-90 36,0 60,0 200 72-90
9,0
Internasional
36,0 60,0 - - 48,0 60,0 - -
12,0
Sumber: Dikembangkan dari Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 403/KPTS/M/2002
Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sehat Sederhana

Terdapat dua tipe rumah yang paling umum dipergunakan pada rumah
sederhana, yaitu: rumah gandeng atau rumah kopel, dan rumah deret.
1. Rumah Gandeng atau Rumah Kopel Rumah gandeng atau kopel adalah dua buah
rumah yang bergandengan, masing - masing memiliki kapling sendiri. Pada
rumah gandeng atau rumah kopel, salah satu dinding bangunan induk saling
menyatu.
2. Rumah Deret Rumah deret adalah beberapa rumah yang bergandengan antara
satu unit dengan unit lainnya. Pada rumah deret, salah satu atau kedua dinding
bangunan induknya menyatu dengan dinding bangunan induk lainnya. Dengan

NURAMANAH PUTRA SHAFAR L.R.


NURTARULI HIKMAH SIHOMBING
PROPOSAL SKRIPSI
D4 PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG

sistem rumah deret unit -unit rumah tersebut menjadi satu kesatuan. Pada rumah
deret, setiap rumah memiliki kapling sendiri-sendiri. (Agus S. Sadana,2014).

2.4 Sarana dan Prasarana Fasilitas Lingkungan


Untuk mendukung kehidupan penduduknya, setiap lingkungan permukiman
dan perumahan memerlukan fasilitas-fasilitas dasar. Fasilitas-fasilitas tersebut
umumnya berupa kelengkapan-kelengkapan fisik guna memenuhi berbagai
kebutuhan masyarakat. (Agus S. Sadana,2014).
Fasilitas-fasilitas yang harus tersedia di lingkungan perumahan dan
permukiman meliputi dua jenis, yaitu:
1. Sarana
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam
mencapai maksud atau tujuan. Misalnya sarana pelayanan medis, yaitu sarana yang
menyediakan pelayanan yang bersifat klinis dan sejenisnya (KBBI Online).
2. Prasarana
Prasarana lingkungan merupakan kelengkapan fisik suatu lingkungan, yang
terdiri dari beberapa jenis. Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan
penunjang utama terselenggaranya suatu proses, salah satu contohnya adalah
jalan (KBBI Online). Prasarana lingkungan juga dikenal sebagai sebagai utilitas
lingkungan. Diperlukan prasarana lingkungan yang memadai, agar lingkungan
permukiman atau perumahan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. (Agus S.
Sadana,2014)

2.4.1 Sarana Peribadatan


Untuk memfasilitasi kehidupan rohani masyarakat, perlu tersedia fasilitas
peribadatan yang cukup dan memadai di lingkungan permukiman dan perumahan.
Penyediaan fasilitas peribadatan juga dilaksanakan denhan mengikuti ketentuan -
ketentuan yang berlaku, dan disesuaikan dengan keputusan masyarakat setempat.
Penyebaran jenis -jenis sarana peribadatan yang di suatu kawasan permukiman
sangat tergantung kepada struktur penduduk setempat berdasarkan agama yang
dianut. Dalam SNI 03 -1733-2004, dijelaskan jenis-jenis sarana peribadatan yang
perlu direncanakan, yaitu:

NURAMANAH PUTRA SHAFAR L.R.


NURTARULI HIKMAH SIHOMBING
PROPOSAL SKRIPSI
D4 PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG

1. Sarana Peribadatan bagi Pemeluk Agama Islam


Sarana peribadatan yang diperlukan bagi pemeluk agama Islam adalah musholla
atau langgar dan masjid. Pola penyebaran musholla dan masjid direncanakan
dengan memperhitungkan jumlah penduduk yang dilayani, seperti yang dijelaskan
dalam Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Pedoman Umum Penyediaan Sarana Peribadatan Agama Islam
Jumlah
Jenis Sarana Luas Lantai Luas Lahan
Penduduk
Peribadatan Yang Minimum Minimum
Pendukung
Dibutuhkan (m2) (m2)
(jiwa)

Mushollah/Langgar 250 45 100

Masjid 2.500 300 600

Masjid Kelurahan 30.000 1.800 3.500

Masjid Kecamatan 120.000 3.600 5.400


Sumber: Diolah dari uraian dalam SNI 03-1733-2004

2. Sarana Peribadatan Agama-Agama Lain


a. Katolik mengikuti paroki
b. Hindu mengikuti adat
c. Budha dan Kristen mengikuti sistem kekerabatan dan hirarki lembaga.
(Agus S. Sadana,2014)

2.4.2 Sarana Ruang Terbuka, Taman dan Lapangan Olahraga


Ruang terbuka adalah wadah yang dapat menampung kegiatan tertentu dari
warga lingkungan baik secara individu atau kelompok. Ruang terbuka merupakan
komponen berwawasan lingkungan, yang mempunyai arti sebagai suatu lansekap,
hardscape, taman atau ruang rekreasi dala lingkup urban (SNI 03 -1733-1989).
Kawasan permukiman memerlukan fasilitas-fasilitas yang bersifat terbuka berupa
ruang terbuka, taman, dan lapangan olahraga. Undang-undang No.26/2007 Tentang
Penataan Ruang menjelaskan jenis -jenis ruang terbuka, sebagai berikut:

NURAMANAH PUTRA SHAFAR L.R.


NURTARULI HIKMAH SIHOMBING
PROPOSAL SKRIPSI
D4 PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG

1. Ruang terbuka hijau


2. Ruang terbuka non hijau

Dalam rangka menjaga keseimbangan alam, ruang terbuka hijau merupakan


sesuatu yang sangat dibutuhkan. Ruang terbuka hijau adalah bagian dari permukaan
bumi yang berfungsi sebagai tempat tumbuhnta tanaman. Tanaman pada ruang
terbuka hijau dapat tumbuh secara alamiah, dan dapat secara sengaja ditanam.
Ruang terbuka hijau juga berfungsi sebagai tempat penyerapan air. Ruang terbuka
hijau terdiri dari dua macam, yaitu:
1. Ruang terbuka hijau publik
2. Ruang terbuka hijau privat

Untuk kepentingan penduduk, fasilitas berupa sarana ruang terbuka yang


dimaksudkan adalah ruang terbuka publik. Ruang terbuka publik merupakan ruang
terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota. Ruang
terbuka hijau publik merupakan fasilitas yang disediakan dan dapat digunakan bagi
kepentingan masyarakat secara umum. Ruang terbuka publik dapat berupa:
1. Taman kota
2. Taman pemakaman umum
3. Jalur hijau di sepanjang jalan, sungai, dan pantai

Fasilitas lingkungan yang bersifat terbuka adalah: ruang terbuka, taman, dan
lapangan olahraga. Selain taman dan lapangan olahraga terbuka, harus disediakan
jalur -jalur hijau. Jalur hijau dapat berada di tepi jalan, di tepi jalan kereta api,
maupun kawasan terbuka yang ditetapkan sebagai jalur hijau. Pada kasus tertentu,
bantaran sungai juga dapat berfungsi sebagai ruang terbuka hijau, ruang interaksi
sosial, serta tempat berolahraga.

NURAMANAH PUTRA SHAFAR L.R.


NURTARULI HIKMAH SIHOMBING
PROPOSAL SKRIPSI
D4 PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG

Tabel 2.3 Kebutuhan Sarana Ruang Terbuka, Taman, dan Lapangan Olahraga
Jumlah Kebutuhan
Penduduk Luas Radius
Jenis Sarana Kriteria Lokasi
Pendukung Minimum Pencapaian
Jiwa (m2)
Taman/Tempat Di tengah kelompok
250 250 100
bermain tetangga
Taman/Tempat Di pusat kegiatan
2.500 1.250 1.000
bermain lingkungan
Taman &
Sedapat mungkin
Lapangan 30.000 9.000 -
berkelompok
Olahraga
Terdapat di jalan utama
Taman &
sedapat mungkin
Lapangan 120.000 24.000 -
berkelompok dengan
Olahraga
sarana pendidikan
Jalur Hijau - - - Terletak menyebar
Mempertimbangkan
Pemakaman
120.000 - - radius pencapaian &
Umum
area yang dilayani
Sumber: Diolah dari uraian dalam SNI 03-1733-2004, yang bersumber dari SNI 03-1733-1989.

2.4.3 Penempatan Sarana Lingkungan


Proses penempatan sarana dan fasilitas lingkungan perlu
mempertimbangkan jarak yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Penempatan
sarana dan fasilitas lingkungan juga perlu mempertimbangkan kenyamanan
masyarakat untuk mencapaiya, khususnya pada sarana dan fasilitas yang sering
diakses. Jarak dan waktu tempuh adalah aspek yang sangat penting
dipertimbangkan dalam menentukan letak sarana dan fasilitas lingkungan.
Dari aspek demografi, permukiman dihuni oleh penduduk yang beragam
usianya. Manusia memiliki kemampuan fisik yang tidak sama untuk menempuh
perjalanan dengan berjalan kaki. Berbedanya kemampuan manusia untuk

NURAMANAH PUTRA SHAFAR L.R.


NURTARULI HIKMAH SIHOMBING
PROPOSAL SKRIPSI
D4 PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG

melakukan perjalanan dengan berjalan kaki akan berpengaruh terhadap letak sarana
fasilitas dan lingkungan. Waktu dan jarak tempuh bagi pejalan kaki untuk mencapai
sarana lingkungan perlu diatur sedemikian rupa agar tidak menimbulkan rasa lelah.
Tabel 2.4. menunjukkan aspek jarak dan waktu tempuh mencapai sarana dan
fasilitas lingkungan dengan berjalan kaki.

Tabel 2.4 Jarak dan Waktu Tempuh Mencapai Sarana dan Fasilitas Lingkungan

Sarana/Fasilitas Lingkungan Waktu Tempuh Jarak Tempuh

Jalan mobil ke rumah 1 menit 70 m


Rumah ke toko 3 menit 210 m
Rumah ke taman kanak-kanak 5 menit 350 m
Rumah ke sekolah, tempat ibadah,
8 menit 560 m
stasiun/halte/kendaraan umum
Sekolah lanjutan, lapangan olahraga,
18 menit 1.260 m
bioskop, pasar, dan sebagainya
Sumber: Frick, 1984

(Agus S. Sadana,2014)

2.4.4 Prasarana Jaringan Jalanan


Jalan merupakan prasaran lingkungan yang berupa suatu jaringan. Fungsi
utama jaringan jalan adalah untuk mepermudah pergerakan manusia dan kendaraan.
Jaringan jalan dibangun untuk menghubungkan suatu tempat dengan tempat
lainnya. Diantara pengguna jalan, ada yang berjalan kaki, mengendarai sepeda, dan
menggunakan kendaraan bermotor. Jaringan jalan yang baik harus dapat
memberikan rasa aman dan nyaman bagi pergerakan manusia.

Untuk menjamin keamanan dan kenyamanan bagi penggunanya, maka


jaringan jalan harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Memiliki permukaan yang rata.
2. Memiliki trotoar untuk memisahkan sekaligus melindungi pejalan kaki dari
pergerakan kendaraan.

NURAMANAH PUTRA SHAFAR L.R.


NURTARULI HIKMAH SIHOMBING
PROPOSAL SKRIPSI
D4 PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG

3. Tersedia rambu-rambu dan petunjuk jalan yang jelas


4. Memiliki sistem drainase yang baik agar permukaan jalan tidak tertutup oleh
air pada saat hujan.
5. Memiliki lahan parkir yang cukup dan tidak mengganggu lalu lintas.
6. Memiliki lansekap yang baik untuk memberikan rasa nyaman

Tabel 2.5 Klasifikasi Jalan di Lingkungan Perumahan


Sempadan Bangunan
Lebar Lebar Lebar
Minimum Sesuai
Badan Perkerasan Bahu
Klasifikasi Jalan Dengan Peraturan
No Jalan Jalan Jalan
Lokal Daerah Setempat
Minimum Minimum Minimum
Rumah Rumah
(m) (m) (m)
Berlantai 1 Berlantai 2
Jalan Lokal Sekunder
2,00 1,20 0,25 2,75 1,75
1 a. Jalan Setapak
b. Jalan Kendaraan 3,50 3,00 0,5 2,75 1,75
2 Jalan Lokal Sekunder II 5,00 4,50 0,5 3,50 2,50
Jalan Kolektor
3 7,00 5,00 0,5 4,50 3,50
Sekunder

2.4.5 Prasarana Jaringan Drainase


Jaringan drainase merupakan prasarana yang berfungsi untuk mengalirkan
air buangan. Air buangan tersebut berasal dari permukaan jalan, halaman rumah,
serta air limbah rumah tangga. Melalui jaringan drainase, air dialirkan ke badan
penerima air atau ke tempat peresapan buatan. Jaringan drainase terdiri dari dua
bagian utama, yaitu:
1. Badan Penerima Air
2. Bangunan Pelengkap
Setiap drainase yang baik selalu memiliki bagian yang berfungsi menerima
air. Bagian yang berfungsi untuk menerima air disebut sebagai badan penerima air.
Contoh badan penerima air adalah sungai, danau dan laut. Badan penerima air dapat
berupa sumber air di permukaan tanah maupun sumber air di bawah tanah. Sumber

NURAMANAH PUTRA SHAFAR L.R.


NURTARULI HIKMAH SIHOMBING
PROPOSAL SKRIPSI
D4 PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG

air di permukaan tanah adalah laut, sungai, dan danau sedangkan sumber air di
bawah permukaan tanah adalah air tanah.
Sistem drainase juga harus memiliki bangunan pelengkap. Fungsi dari
bangunan pelengkap adalah untuk menghubungkan antara permukaan tanah dan
sumber air buangan dengan badan pemerima air. Contoh bangunan pelengkap pada
jaringan drainase adalah: gorong-gorong, pertemuan saluran, bangunan terjunan,
jembatan street inlet, pompa, dan pintu air.
Danau, sungai dan permukaan tanah yang terbuka memiliki fungsi sebagai
tempat peresapan air. Pesatnya perkembangan permukiman cenderung mengurangi
ruang -runag tempat peresapan air. Untuk memperbesar tingkat peresapan air
buangan ke dalam tanah diperlukan tempat peresapan buatan. Tempat peresapan
buatan adalah tempat penampungan air dalam dalam tanah yang berfungsi
menampung air buangan dan meresapkannya ke dalam tanah secara alamiah.
Tempat peresapan buatan disebut sebagai sumur resapan. (Agus S. Sadana,2014).

2.4.6 Prasarana Air Bersih


Jaringan air bersih sangat diperlukan bagi lingkungan permukiman dan
perumahan. Prinsip dasarnya, setiap rumah harus mendapatkan layanan air bersih
untuk keperluan rumah tangga. Air bersih harus memenuhi syarat -syarat
kesehatan dan aman untuk dikonsumsi manusia. Jaringan air bersih berupa pipa
yang tertanam di dalam tanah. Pipa untuk mengalirkan air bersih dibuat dari bahan
PVC,GIP atau fiberglasss. Jaringan air bersih di perkotaan di Indonesia pada
umumnya dilayani oleh Perusahaan Air Minum (PAM). Untuk menghitung
banyaknya air yang dipergunakan setiap bulan, dipergunakan alat berupa meteran
air yang dipasang di setiap rumah pelanggan. Selain didistribusikan ke rumah-
rumah, air bersih juga disediakan untuk memenuhi kebutuhan kepentingan umum.

2.4.7 Prasarana Air Limbah


Limbah cair adalah limbah yang berbentuk cair dan berasal dari air buangan
atau air bekas. Di lingkungan permukiman dan perumahan umumnya limbah cair
berasal dari air buangan kamar mandi dan dapur. Limbah cair juga dapat berasal
dari air hujan yang tidak tertampung oleh daya serap tanah. Idealnya limbah cair

NURAMANAH PUTRA SHAFAR L.R.


NURTARULI HIKMAH SIHOMBING
PROPOSAL SKRIPSI
D4 PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG

yang berasal dari air buangan dan air hujan dikembalikan selekasnya ke dalam tanah
melalui sumur resapan. Dalam menempatkan sumur resapan perlu diperhatikan
agar air limbah yang ditampung tidak me ncemari sumber air bersih.
Selain limbah cair, terdapat limbah padat yang bera sal dari kakus. Limbah
padat tidak boleh dibuang dan dialirkan ke dalam saluran drainase dan roil kota.
Limbah padat harus dibuang ke dalam tempat penampungan yang disebut septic
tank. Septic tank dibuat di bawah permukaan tanah dan ditempatkan di halaman
rumah. Apabila lahan sangat terbatas, maka dapat dibuat septic tank yang
dipergunakan bersama.
Memperhatikan sifat-sifat air limbah dan tata cara pembuangannya yang
berbeda - beda, terdapat tiga jenis elemen penting pada jaringan air limbah, yaitu:
1. Septic tank
2. Sumur resapan
Jaringan pemipaan air limbah

2.4.8 Prasarana Jaringan Persampahan


Jenis limbah lain yang berasal dari rumah tangga adalah sampah. Di
kawasan permukiman dan perumahan, sampah merupakan barang -barang buangan
bekas pakai dari rumah tangga. Apabila tidak ditangani dengan baik, tumpukan
sampah akan meggunung dan mengotori lingkungan. Oleh karena itu diperlukan
adanya sistem pembuangan sampah yang terkoordinasi dan terkontrol. Proses
pengolahan sampah terdiri dari 3 tahap yang masing-masing memiliki ketentuan
sebagai berikut:
1. Pengumpulan sampah
a. Kapasitas minimum tempat sampah lingkungan rumah tangga volume 0,02
m3. (Berdasarkan perhitungan pada Lampiran B SNI 03-6981-2004 Tata
Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Sederhana Tidak Bersusun di
Daerah Perkotaan)
b. Tempat sampah dibuat dari bahan rapat air
c. Penempatan tempat sampah harus mudah dicapai oleh petugas kebersihan
dan tidak mengganggu orang lain

NURAMANAH PUTRA SHAFAR L.R.


NURTARULI HIKMAH SIHOMBING
PROPOSAL SKRIPSI
D4 PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG

2. Pengangkutan Sampah
a. Tersedia fasilitas pengangkutan sampah
b. Pengangkutan dari tiap-tiap rumah dilakukan maksimum dua hari sekali.
3. Pembuangan sampah harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku mengenai
tata cara teknik pengelolaan sampah perkotaan dan peraturan mengenai tata
cara pengelolaan sampah di pemukiman.

2.4.9 Prasarana Jaringan Listrik


Listrik telah menjadi kebutuhan yang mutlak di setiap rumah di kota. Di
Indonesia, kebutuhan listrik dipasok oleh PLN atau Perusahaan Listrik Negara.
Setiap lingkungan perumahan harus mendapatkan daya listrik dari PLN atau dari
sumber lain, dengan ketentuan tiap hunian mendapatkan daya listrik minimum 450
VA. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat ya ng beragam, penyaluran listrik dari
untuk rumah tangga dibagi menjadi enam golongan, yaitu:
1. Daya 450 VA 4. Daya 2.200 VA
2. Daya 900 VA 5. Daya 3.500 s/d 5.500 VA
3. Daya 1.300 6. Daya 6.600 VA ke atas

Selain di salurkan ke dalam bangunan, jaringan listrik juga memiliki fungsi


sosial, yaitu penerangan jalan. Untuk kepentingan penerangan jalan, disediakan
tiang listrik yang ditempatkan di area damija (daerah milik jalan) pada sisi jalur
hijau. Guna memenuhi kebutuhan penerangan di tempat umum, maka lampu
penerangan membutuhkan kekuatan sebesar 500 lux per lampu, dan ditempatkan
pada ketinggian sekitar 5 meter di atas permukaan tanah.

2.4.10 Prasarana Jaringan Telekomunikasi


Lingkungan permukiman dan perumahan harus dilengkapi dengan jaringan
telekomunikasi. Pada masa kini, jaringan telekomunikasi yang populer dipakai kota
besar terbagi ke dalam dua jenis, yaitu: jaringan kabel, dan jaringan nir kabel. Pada
jaringan kabel, media yang umum digunakan adalah kabel tembaga dan serat
fiberglass. Jaringan kabel dapat disalurkan melalui kabel udara dengan tiang -tiang
atau kabel-kabel yang di tanam di bawah tanah. Jaringan nir kabel adalah jaringan

NURAMANAH PUTRA SHAFAR L.R.


NURTARULI HIKMAH SIHOMBING
PROPOSAL SKRIPSI
D4 PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG

telekomunikasi yang tidak menggunakan kabel. Pada jaringan nirkabel, data


disalurkan gelombang dari mesin pemancar ke mesin penerima. Bentuk yang paling
lazim di kenal masyarakat di perkotaan adalah penggunaan telepon genggam
dengan BTS sebagai pemancarnya. Perkembangan teknologi komunikasi telah
meningkatkan cara manusia berhubungan antara satu dengan lainnya. Pada masa
awal di temukannya telepon, penggunaan pesawat telepon hanya bisa untuk
menalirkan suara. Semakin majunya teknologi, jaringan telepon dapat
dipergunakan untuk berbicara dan sekaligus menyalurkan data. Ditemukannya
teknolog i digital dan sistem internet memudahkan kegiatan mengakses data dan
informasi, serta mengirimkan surat dengan menggunakan komputer di rumah.
Teknologi digital dan sistem internet juga memungkinkan manusia berbicara jarak
jauh sambal melihat lawan bicarany a melalui layar monitor.

2.5 Perubahan Nilai Uang Terhadap Waktu


Perubahan nilai uang terhadap waktu dari suatu mata uang negara
tergantung pada tingkat perekonomiannya dan tergantung lagi pada keadaan
perekonomian dunia. Kalau perubahan nilai uang terhadap waktu lebih tinggi dari
tingkat bunga yang dibebankan pada suatu jenis usaha, maka hasil evaluasi
investasi terhadap usaha tersebut akan selalu negatif (tidak menguntungkan).
Pemerintah akan selalu mengusahakan agar perubahan nilai uang terhadap
waktu selalu serendah-rendahnya dan harus selalu dibawah tingkat bunga yang
berlaku, yang masih dapat diterapkan dalam usaha apapun. Sebab jika tidak maka
tidak akan ada satupun usaha yang menguntungkan dalam arti kata sebenarnya.
Pengertian bahwa satu rupiah saat ini akan bernilai lebih tinggi dari waktu yang
akan datang merupakan konsep dasar dalam membuat keputusan investasi. Pada
umumnya masalah finansial arus kas suatu investasi mencakup periode waktu yang
cukup lama sehingga perlu diperhitungkan pengaruh waktu terhadap nilai uang. Ini
dirumuskan sebagai bunga (interest) atau tingkat arus pengembalian (rate of
return).

NURAMANAH PUTRA SHAFAR L.R.


NURTARULI HIKMAH SIHOMBING
PROPOSAL SKRIPSI
D4 PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG

Menurut Pudjosumarto (1995), untuk mendapatkan ekivalensi nilai uang


perlu diketahui 3 hal, yaitu :
1. Jumlah uang yang diinvestasikan
2. Periode waktu investasi
3. Tingkat bunga yang dikenakan

2.6 Variabel Analisa Investasi


Pada sebuah analisa investasi terdapat beberapa variabel yang mendukung
perhitungan analisa investasi itu sendiri. Adapun variabel-variabel tersebut antara
lain:
2.6.1 Biaya Investasi Total
Komponen-komponen biaya investasi total adalah:
1. Biaya tanah
2. Biaya konstruksi
3. Biaya-biaya tidak langsung (perencanaan, perijinan dan lain- lain).

2.6.2 Masa Konstruksi


Masa konstruksi adalah tenggat waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan sebuah proyek. Masa konstruksi sangat mempengaruhi biaya
langsung dan biaya tidak langsung yang dikeluarkan dalam sebuah proyek.
Semakin lama tenggat waktu tersebut, maka biaya tidak langsung yang dikeluarkan
dalam sebuah proyek akan semakin membesar, sedangkan bila semakin cepat maka
biaya langsung yang akan semakin membesar.

2.6.3 Masa Investasi


Masa investasi merupakan tenggat waktu yang direncanakan untuk
menghasilkan barang di masa yang akan datang dari kegiatan pemanfaatan kas pada
masa sekarang ini. Dalam menentukan masa investasi harus dipertimbangkan
tingkat pengembalian modal beserta waktu pengembalian modal.

2.6.4 Aliran Kas Masuk


Yang dimaksud dengan aliran kas masuk dalam hal ini adalah penjualan
produk bangunan yaitu unit rumah di kawasan perumahan.

NURAMANAH PUTRA SHAFAR L.R.


NURTARULI HIKMAH SIHOMBING
PROPOSAL SKRIPSI
D4 PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG

2.6.5 Aliran Kas Keluar


Yang dimaksud dengan aliran kas keluar adalah biaya-biaya yang
dibayarkan untuk:
1. Biaya Investasi
2. Biaya Operasional (listrik, air, dan telepon)
3. Biaya gaji karyawan
4. Biaya pemasaran
5. Pajak penghasilan

2.7 Metode Penilaian Investasi


Beberapa rumus yang digunakan dalam menganalisa ekonomi proyek
berdasarkan penggunaan bunga bank dan metode penggandaan yang berperiode
(P), karena rumus itu biasanya mencirikan estimasi jumlah pemasukan dan
pengeluaran dimasa akan datang (Pujawan, 1997) adalah:
1. F = P (1 + I)n = Future Value
1
2. P = F (1+𝑖)𝑛 = Present Value
1
3. A = F (1+𝑖)𝑛 −1 = Sinking Fund
𝑖(1+𝑖)𝑛
4. A = P (1+𝑖)𝑛 −1 = Capital Recovery
(1+𝑖)𝑛 −1
5. F=A = F dari annual
𝑖
(1+𝑖)𝑛 −1
6. P=A = P dari annual
𝑖(1+𝑖)𝑛
1 1
7. A = G [ 𝑖 − (1+𝑖)𝑛−1 ] = Uniform dari Gradient series

Dimana:
P = nilai ekivalen saat ini yang terjadi satu periode sebelum A yang pertama.
F = nilai ekivalen yang akan dating.
A = nilai ekivalen tahunan (annual).
i = tingkat suku bunga perperiode.
n = jumlah periode pembuangan

NURAMANAH PUTRA SHAFAR L.R.


NURTARULI HIKMAH SIHOMBING
PROPOSAL SKRIPSI
D4 PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG

Selain metode diatas untuk menganalisa kelayakan investasi perlu untuk


mengetahui dasar-dasar teori lain yaitu; Metode Net Present Value (NPV), Internal
Rate of Return (IRR), dan Benefit Cost Ratio (BCR).

2.7.1 Metode NPV (Net Present Value)


Net Present Value (NPV) ialah nilai sekarang dari seluruh aliran kas mulai
dari awal sampai akhir proyek. Metode ini merupakan metode yang dilakukan
dengan cara menghitung selisih antara nilai sekarang dari biaya pengeluaran suatu
investasi (outlays)
Oleh karena itu, untuk melakukan perhitungan kelayakan investasi dengan
metode NPV diperlukan data alisan kas keluar awal (initial cash outflow), aliran
kas masuk bersih di masa yang akan dating (future net cash inflows), dan rate of
return minimum yang diinginkan.

𝑏1 −𝑐1 𝑏 −𝑐
2 2 𝑏 −𝑐
𝑛 𝑛
NPV = −𝑘𝑡 + (1+𝑖)
+ (1+𝑖)2 + ⋯ + (1+𝑖)𝑛

Dimana:
NPV = Nilai sekarang bersih
Kt = Merupakan capital yang digunakan pada periode investasi
b1, b2, …, bn = Penerimaan pada tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-n
c1, c2, …, cn = Pengeluaran pada tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-n
i = Tingkat Discount Rate
Adapun kriteria diterima atau tidaknya suatu usulan investasi dengan
menggunakan NPV adalah bahwa jika NPV positif, maka proyek/usulan investasi
diterima, sedangkan apabila NPV negatif maka usulan investasi ditolak.
NPV > 0 maka proyek dikatakan layak
NPV < 0 maka proyek dikatakan tidak layak

2.7.2 Metode Internal Rate of Return


Internal Rate of Return (IRR) adalah untuk mencari suatu tingkat bunga
yang akan menyamakan jumlah nilai sekarang dari penerimaan yang diharapkan
diterima dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran untuk investasi. Dengan
kata lain, IRR adalah discount rate yang menjadikan NPV sama dengan nol.

NURAMANAH PUTRA SHAFAR L.R.


NURTARULI HIKMAH SIHOMBING
PROPOSAL SKRIPSI
D4 PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG

𝑛 𝑛
(𝐶)𝑡 (𝐶𝑜)𝑡
IRR = ∑ − ∑ =0
𝑖=0 (1=𝑖)𝑡 𝑖=0 (1=𝑖)
𝑡

Dimana:
IRR = Arus pengembalian internal
(C)t =Alir kas masuk tahun ke-t
(C)t =Alir kas keluar tahun ke-t
n = Umur investasi
i = Discount Rate
t = Tahun
Apabila IRR > tingkat pengembalian (i), maka usulan diterima.
Apabila IRR < tingkat pengembalian (i), maka usulan ditolak.

2.7.3 Metode BCR (Benefit Cost Ratio)


Benefit Cost Ratio merupakan perhitungan metode kelayakan investasi yang
menekankan kepada benefit (manfaat) dan cost (biaya) suatu investasi pada suatu
proyek. Metode BCR ini membandingkan nilai sekarang dari seluruh keuntungan
atau manfaat (Pbenefit) dengan nilai sekarang dari seluruh biaya atau pengeluaran
(Pcost).

𝐵⁄ = 𝑃𝑏𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡
𝐶 𝑃𝑐𝑜𝑠𝑡
Adapun kriteria kelayakan penerimaan investasi menggunakan metode
BCR adalah dengan melihat nilai dari B/C lebih besar dari 1 maka dikatakan layak
atau diterima dan sebaliknya.

𝐵⁄ > 1 maka proyek dikatakan layak


𝐶
𝐵⁄ < 1 maka proyek dikatakan tidak layak
𝐶

Selain ketiga kriteria analisis tersebut di atas perlu juga diketahui mengenai
Periode Pengembalian Investasi (Payback Period). PP (Payback Period)
merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan seluruh modal
yang diinvestasikan. Jika PP > Usia Ekonomis Proyek, berarti proyek tersebut tidak

NURAMANAH PUTRA SHAFAR L.R.


NURTARULI HIKMAH SIHOMBING
PROPOSAL SKRIPSI
D4 PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG

layak untuk dibangun. Sedangkan jika PP < Usia Ekonomis Proyek, berarti proyek
tersebut layak untuk dibangun.
𝐼
𝑃𝑃 =
𝐴𝑏
Dimana :
I = Nilai sekarang atau besar biaya investasi
Ab = Keuntungan bersih yang diperoleh tiap tahun

NURAMANAH PUTRA SHAFAR L.R.


NURTARULI HIKMAH SIHOMBING
PROPOSAL SKRIPSI
D4 PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Obyek dan Waktu Penelitian

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian (Sumber: Google Earth)

Obyek lokasi penelitian yang dipilih berada di Kota Makassar, Kecamatan


Tamalanrea, Kelurahan Tamalanrea. Lokasi proyek yang direncanakan berada
dekat kawasan kota mandiri Tallasa City, di Jalan Lingkar Barat dengan luas lahan
±8 Ha.

Waktu penelitian direncanakan dari akhir bulan Januari sampai dengan


akhir bulan Juli tahun 2021.

NURAMANAH PUTRA SHAFAR L.R.


NURTARULI HIKMAH SIHOMBING
PROPOSAL SKRIPSI
D4 PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Alat yang digunakan selama proses penelitian ini berupa software sebagai
berikut:
1. Software Autocad
Software autocad digunakan sebagai alat bantu dalam proses penggambaran 2
dimensi mulai dari perencanaan siteplan, denah rumah, dan fasilitas
perumahan.
2. Software Sketchup
Software Sketchup digunakan sebagai alat bantu dalam proses penggambaran
desain rumah dan fasilitas perumahan dengan wujud 3 dimensi
3. Software Corel Draw
Software Corel Draw digunakan sebagai alat bantu dalam pembuatan brosur
perumahan
4. Software Sap 2000
Software Sap 2000 digunakan sebagai alat bantu dalam menganalisis struktur
rumah yang telah direncanakan
5. Software Microsoft Excel
Sofware Microsoft Excel digunakan sebagai alat bantu dalam menghitung
estimasi anggaran biaya, menganalisis kelayakan ekonomi perencanaan
kawasan perumahan.

3.2.2 Bahan
Bahan penelitian berupa data-data yang berkaitan dengan syarat
perencanaan kawasan perumahan yaitu sbb:
1. Denah lokasi lahan
2. Jumlah penduduk

NURAMANAH PUTRA SHAFAR L.R.


NURTARULI HIKMAH SIHOMBING
PROPOSAL SKRIPSI
D4 PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG

3.3 Teknik Pengumpulan Data


1. Studi Literatur
Teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan cara mengkaji dan
mengumpulkan informasi dari berbagai dokumen yang menunjang proses
perencanaan kawasan perumahan yang akan dilakukan

2. Wawancara
Proses pengumpulan data dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab
langsung dengan developer sebagai narasumber untuk memperoleh data data yang
diinginkan.

3.4 Tahapan Penelitian dan Analisis Data


Tahap dan prosedur penelitian adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Proses persiapan meliputi proses pengkajian dan pengumpulan literatur
serta pengumpulan data yang dibutuhkan untuk merencanakan kawasan
perumahan.

2. Tahap Perencanaan Kawasan Perumahan


Tahap perencanaan kawasan perumahan terdiri atas:
a. Merencanakan site plan perumahan
Proses merencanakan kebutuhan luas kavling dan area terbuka hijau. Proses
perencanaan site plan harus memenuhi nilai Building Coverage ≤60%.
b. Merencanakan sarana dan prasarana.
Merencanakan sarana dan prasarana yang harus disediakan dalam
lingkungan perumahan berdasarkan peraturan yang berlaku.
c. Desain dan Analisis Struktur.
Mendesain bentuk bangunan rumah tinggal dengan memenuhi syarat
kekuatan, keindahan dan kesehatan. Hasil analisis struktur yang diperoleh
melalui software SAP2000 haruslah aman untuk memenuhi syarat kekuatan.

NURAMANAH PUTRA SHAFAR L.R.


NURTARULI HIKMAH SIHOMBING
PROPOSAL SKRIPSI
D4 PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG

3. Tahap analisa biaya pembangunan perumahan


Perhitungan rencana anggaran biaya (RAB) pembangunan perumahan,
mulai dari biaya tanah, biaya perizinan dan pra operasional, biaya sarana prasarana,
biaya pemasaran, biaya bank dan biaya lain lain. Hasil perhitungan RAB
selanjutnya digunakan untuk membuat time schedule dan arus kas.

4. Analisa Kelayakan Investasi


Hasil analisa arus kas digunakan untuk menentukan kelayakan investasi
perumahan dengan menghitung Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return
(IRR), Benefit Cost Ratio (BCR) dan Payback Period (PP). Proyek pembangunan
perumahan dinilai layak apabila nilai NPV > 0, nilai IRR > i% dan nilai BCR > 1.
Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.2

NURAMANAH PUTRA SHAFAR L.R.


NURTARULI HIKMAH SIHOMBING
PROPOSAL SKRIPSI
D4 PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG

Mulai

Persiapan
1. Kajian Literatur
2. Pengumpulan Data

Perencanaan Kawasan Perumahan


1. Site Plan Perumahan
2. Sarana dan Prasarana Lingkungan
3. Desain dan Analisis Struktur Rumah
Tidak

Building Coverage ≤60%


Analisis Struktur Aman

Ya

Analisa Biaya Pembangunan


Perumahan

Analisa Kelayakan Investasi


Tidak e
Dengan menggunakan metode NPV, IRR, BCR

NPV > 0
IRR > i%
BCR > 1

Ya

Selesai

Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian

NURAMANAH PUTRA SHAFAR L.R.


NURTARULI HIKMAH SIHOMBING
PROPOSAL SKRIPSI
D4 PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG

DAFTAR PUSTAKA

Kuswartojo, Tjuk, dkk. 2005. Perumahan dan Permukiman di Indonesia. Penerbit

ITB:Bandung

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2016 tentang

Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman.

Sadana, Agus S. 2014. Perencanaan Kawasan Permukiman. Graha Ilmu:

Yogyakarta

Sastra M, Suparno, Endy Marlina. 2006. Perencanaan dan Pengembangan

Perumahan. ANDI:Yogyakarta.

Standar Nasional Indonesia. Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan

Sederhana Tidak Bersusun di Daerah Perkotaan (SNI 03-6981-2004).

Badan Standarisasi Nasional

Undang-Undang No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman

NURAMANAH PUTRA SHAFAR L.R.


NURTARULI HIKMAH SIHOMBING

Anda mungkin juga menyukai