Anda di halaman 1dari 58

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

DIREKTORAT SARANA PERHUBUNGAN DARAT


DASAR HUKUM
 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
 Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan.
 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 72 Tahun 1993 tentang Perlengkapan Kendaraan
Bermotor.
 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 9 Tahun 2004 tentang Pengujian Tipe Kendaraan
Bermotor.
 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 37 Tahun 2002 tentang Persyaratan Teknis Sabuk
Keselamatan;
 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : Km 14 Tahun 2007 Tentang Kendaraan Pengangkut Peti
Kemas Di Jalan;
 Surat Dirjen Hubdat No. SK.725/AJ.302/DRJD/2004 tanggal 30 April 2004 perihal Penyelenggaraan
Penganggkutan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3);
 Surat Edaran Menteri Perhubungan Perhubungan Nomor SE.02/AJ.108/DRJD/2008 tentang
Panduan Batasan Maksimum Perhitungan JBI, JBKI untuk mobil barang, kendaraan khusus,
kendaraan penarik berikut kereta tempelan/kereta gandengan.
 Surat Dirjen Hubdat No. AJ.307/2/7/DRJD/2003 tanggal 8 Juli 2003 tentang Ketentuan mengenai
Angkutan Barang Curah
LATAR BELAKANG
 Masih banyak ditemukan KB angkutan barang yg beroperasi di jalan
melakukan pelanggaran ketentuan ukuran utama (panjang, lebar,
tinggi, Rear Over Hang/ROH) .
 Pelanggaran terhadap dimensi mengakibatkan pengangkutan barang
dalam jumlah berlebihan atau melebihi JBI atau daya angkut (over
load).
 Selama ini anggapan pengguna mobil barang, bahwa tinggi bak muatan
untuk mengangkut barang bukan curah (kargo umum) bisa lebih tinggi
dari bak muatan untuk mengangkut barang curah.
 Untuk mengangkut barang kargo umum, terutama mobil barang bak
muatan terbuka yg terbuat dari kayu, biasanya ditambah teralis
(knock down) agar volume muatan lebih banyak
DAMPAK MUATAN LEBIH DAN OVER DIMENSI

 Kerusakan jalan semakin meningkat;


 Terjadinya kecelakaan yang diakibatkan dari muatan lebih
sehingga menimbulkan kemacetan di jalan raya;
 umur kendaraan bermotor jadi lebih pendek dikarenakan
muatan yang melebihi dari kemampuannya;
DIMENSI UTAMA KENDARAAN BERMOTOR
 Lebar max.2.500 mm
 Tinggi max. 4.200 mm dan tidak melebihi 1,7 x lebar kendaraan
 Panjang max.Kendaraan bermotor tunggal 12.000 mm.
 Panjang max.Kendaraan bermotor dengan kereta gandengan atau kereta tempelan 18.000 mm.
 Rear over hang (ROH) 62,5 x jarak sumbu.
 Front over hang (FOH) 47,5 x jarak sumbu
 Dalam hal jarak sumbu untuk Kereta Gandengan dihitung dari sumbu depan ke titik tengah antara sumbu
terdekat dengan sumbu depan dengan sumbu yang paling jauh. Walaupun panjang bagian Kendaraan
tanpa muatan yang menjulur ke belakang dari sumbu paling belakang, maksimum 62,50 (enam puluh
dua koma lima nol persen), tidak berarti Kendaraan memiliki julur belakang 62,50 (enam puluh dua
koma lima nol persen), tetapi dihitung berdasarkan panjang chassis asli dari pabrik pembuat dan
hanya dapat ditambah dengan bumper
 Sudut pergi bagian belakang bawah kendaraan min. 8° dari permukaan jalan.
 lebar maksimum bak adalah lebar maksimum landasan kendaraan ditambah ditambah 50 milimeter pada sisi
kiri dan kanan kendaraan
ANGKUTAN BARANG CURAH
 DASAR : Surat Dirjen Hubdat No. AJ.307/2/7/DRJD/2003 tanggal 8
Juli 2003 tentang Ketentuan mengenai Angkutan Barang Curah
 Tinggi bak maksimum ditentukan berdasarkan konfigurasi sumbu dan
JBI kendaraan yaitu sebagai berikut :
No. Konf. Sumbu JBI Tinggi Bak Max
1. 1.1 s/d 4.500 kg 550 mm
2. 1.2 s/d 7.500 kg 700 mm
s/d 13.000 kg 850 mm
3. 1.22 s/d 21.000 kg 1000 mm
 Tinggi bak dihitung dari lantai bak sampai tinggi dinding samping paling
atas.
 Apabila tinggi dinding bak paling depan lebih rendah dari jendela kabin
belakang maka harus dipasang terali besi di jendela kabin tersebut.
 PENGERTIAN JBB, JBKB, JBI DAN JBKI

 Jumlah Berat Yang Diperbolehkan yang selanjutnya disebut JBB


adalah berat maksimum Kendaraan Bermotorberikut muatannya yang
diperbolehkan menurut rancangannya
 Jumlah Berat Kombinasi Yang Diperbolehkan yang selanjutnya
disebut JBKB adalah berat maksimum rangkaian Kendaraan
Bermotor berikut muatannya yang diperbolehkan menurut
Rancangannya
 Jumlah Berat Yang Diizinkan yang selanjutnya disebut JBI adalah
berat maksimum Kendaraan Bermotor berikut muatannya yang
diizinkan berdasarkan kelas jalan yang dilalui
 Jumlah Berat Kombinasi Yang Diizinkan yang selanjutnya disebut
JBKI adalah berat maksimum rangkaian Kendaraan Bermotor
berikut muatannya yang diizinkan berdasarkan kelas jalan yang
dilalui
PENETAPAN DAYA ANGKUT

JBB
Dari manufaktur
JBI
Kemenhub
Jalan

MST (kapasitas
daya dukung jalan)
Kementerian PU & PR
PENETAPAN DAYA ANGKUT
(Lanjutan)
DAYA ANGKUT (kg)

JBI (kg) - {BERAT KOSONG (kg) + BERAT ORANG (kg)}

VOLUME TANGKI (liter)

DAYA ANGKUT (kg) / BERAT JENIS MUATAN (kg/liter)


TINGGI BAK MUATAN TERBUKA & DUMP TRUCK

 Idealnya, tinggi bak ditentukan oleh kapasitas daya angkut kendaraan


 Daya Angkut atau Berat Muatan=
JBI – berat kosong kendaraan – berat orang
 Berat Muatan= volume bak x berat jenis muatan
 Volume bak = panjang x lebar x tinggi
 Panjang dan lebar bak dibatasi oleh panjang dan lebar landasan
kendaraan
Dimensi Kendaraan
Kelas Jalan (dalam mm) MST
Panjang Lebar Tinggi (Ton)

I (Arteri dan Kolektor) 18000 2500 4200 10

II (Arteri, Kolektor, Lokal dan 12000 2500 4200 8


Lingkungan)

III (Arteri, Kolektor, Lokal dan 9000 2100 3500 8


Lingkungan)

Kelas Khusus (Arteri) > 18000 > 2500 4200 > 10


SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
NOMOR : SE.02/AJ.208/DRJD/2008
HUBUNGAN KONFIGURASI SUMBU, KELAS JALAN,
MST (MUATAN SUMBU TERBERAT) dan JBI (JUMLAH BERAT YANG DIZINKAN)

KONFIGURASI GAMBAR KONFIGURASI SUMBU KELAS MST MAKSIMAL JBI


No
SUMBU SAMPING ATAS JALAN Sb I Sb II Sb III Sb IV Sb V MAX KETERANGAN

MST < MST MAKSIMAL


I 6T 6T 12 T
1 1.1 - - - = KEKUATAN
II 5T 5T 10 T
RANCANG SUMBU
1 2

MST < MST MAKSIMAL


I 6T 10 T 16 T
2 1.2 - - - = KEKUATAN
II 6T 8T 14 T
RANCANG SUMBU
1 2

MST < MST MAKSIMAL


I 5T 6T 10 T 21 T
3 11.2 - - = KEKUATAN
II 5T 6T 8T 19 T
RANCANG SUMBU
1 2 3

MST < MST MAKSIMAL


I 6T 9T 9T 24 T
4 1.22 - - = KEKUATAN
II 6T 7,5 T 7,5 T 21 T
RANCANG SUMBU
1 2 3
HUBUNGAN KONFIGURASI SUMBU, KELAS JALAN,
MST (MUATAN SUMBU TERBERAT)
dan JBI (JUMLAH BERAT YANG DIZINKAN)
KONFIGURASI GAMBAR KONFIGURASI SUMBU KELAS MST MAKSIMAL JBI
No
SUMBU SAMPING ATAS JALAN Sb I Sb II Sb III Sb IV Sb V MAX KETERANGAN

6T 6T 9T 9T - 30 T Suspensi Biasa

Sb 2,3,4: Air Bag


I 6T 7T 10 T 10 T - 33 T
Suspension

6T 7T 9T 9T - 31 T Sb 2 : Air Bag Suspension


5 1.1.22
1 2 3 4 6T 6T 7,5 T 7,5 T - 27 T Suspensi Biasa

Sb 2,3,4: Air Bag


II 6T 7T 8T 8T - 29 T
Suspension

6T 7T 7,5 T 7,5 T - 28 T Sb 2 : Air Bag Suspension

6T 6T 7T 7T 7T 33 T Suspensi Biasa

Sb 2,3,4,5 = Air Bag


I 6T 7T 8T 8T 8T 37 T
Suspension

6T 7T 7T 7T 7T 34 T Sb 2 : Air Bag Suspension


6 1.1.222
6T 6T 6T 6T 6T 30 T Suspensi Biasa
1 2 34 5 Sb 2, 3, 4, 5 = Air Bag
II 6T 7T 7T 7T 7T 34 T
Suspension

6T 7T 6T 6T 6T 31 T Sb 2 : Air Bag Suspension

6T 7T 7T 7T - 27 T Suspensi Biasa
I
Sb 2,3,4: Air Bag
6T 8T 8T 8T - 30 T
Suspension
7 1.222
1 23 4 6T 6T 6T 6T - 24 T Suspensi Biasa
II
Sb 2,3,4: Air Bag
6T 7T 7T 7T - 27 T
Suspension
HUBUNGAN KONFIGURASI SUMBU, KELAS JALAN,
MST (MUATAN SUMBU TERBERAT) dan
JBKI (JUMLAH BERAT KOMBINASI YANG DIZINKAN)
untuk KENDARAAN PENARIK dan KERETA TEMPELAN
KONFIGURASI GAMBAR KELAS MST MAKSIMAL JBKI
No
SUMBU JALAN
TAMPAK SAMPING TAMPAK ATAS Sb I Sb II Sb III Sb IV Sb V Sb VI MAX KETERANGAN

I 6T 10 T 9T 9T - - 34 T
1 1.2-22 SUSPENSI BIASA

1 2 3 4

I 6T 9T 9T 9T 9T - 42 T
SUSPENSI BIASA

SUMBU 2,3,4,5
I 6T 10 T 10 T 10 T 10 T 46 T
- MENGGUNAKAN AIR BAG
2 1.22-22 38 T
SUSPENSION
1 2 3 45
SUMBU 4 dan 5
I 6T 9T 9T 10 T 10 T - 44 T
MENGGUNAKAN AIR BAG
SUSPENSION

I 6T 9T 9T 7T 7T 7T 45 T
Suspensi Biasa

I 6T 10 T 10 T 10 T 10 T 10 T 56 T Sb 2, 3, 4, 5, 6 = Air Bag
Suspension + Steering Axle

3 1.22-222 I 6T 9T 9T 10 T 10 T 10 T 54 T Sb 1, 2, 3 = suspensi biasa


1 2 3 45 6 Sb 4, 5, 6 = Air Bag
Suspension + Steering Axle

 Sb 2, 3 : Air Bag
Suspension
I 6T 10 T 10 T 10 T 10 T 10 T 56 T
 Sb 4, 5, 6 : Air Bag
Suspension + Steering
Axle
HUBUNGAN KONFIGURASI SUMBU, KELAS JALAN,
MST (MUATAN SUMBU TERBERAT) dan JBKI
(JUMLAH BERAT KOMBINASI YANG DIZINKAN) untuk
KENDARAAN PENARIK dan KERETA TEMPELAN
GAMBAR MST MAKSIMAL JBKI
KONFIGURASI KELAS
No
SUMBU TAMPAK SAMPING TAMPAK ATAS JALAN Sb I Sb II Sb III Sb IV Sb V Sb VI MAX KETERANGAN

I 6T 10 T 10 T 10 T 36 T
1 1.2 + 2.2 - - -

1 2 3 4
Kendaraan Bermotor
- Merk : Mercedes Benz
- Type : 3836 (6 x 6)
- Konfigurasi sumbu : 1.22
- Kekuatan rancangan sumbu :
◦ Sumbu 1 = 7.500 kg
◦ Sumbu 2 = 16.000 kg
◦ Sumbu 3 = 16.000 kg
JBB = 39.500 kg

Apabila kend. tersebut beroperasi di jalan kelas II (MST = 8 ton) maka


JBI kend.tsb :
Sumbu 1 = 6.000 kg
Sumbu 2 & 3 = 15.000 kg
JBI = 21.000 kg
Jadi apabila kend. tsb beroperasi dgn muatan berdasarkan/sebesar JBB
pada jalan kelas II, terdapat kelebihan muatan sebesar :
= JBB – JBI
= 39.500 kg – 21.000 kg
= 18.500 kg

Apabila kend. tersebut beroperasi di jalan kelas I (MST = 10 ton)


maka JBI kend.tsb :
Sumbu 1 = 6.000 kg
Sumbu 2 & 3 = 18.000 kg
JBI = 24.000 kg

Jadi apabila kend. tsb beroperasi dgn muatan


berdasarkan/sebesar JBB pada jalan kelas I, terdapat kelebihan
muatan sebesar :
= JBB – JBI
= 39.500 kg – 24.000 kg
= 15.500 kg
Kendaraan Bermotor
- Merk : Nissan
- Type : CKA 12 KHT
- Konfigurasi sumbu : 1.2
- JBB : 16.200 kg
Apabila kend. tersebut beroperasi di jalan kelas II, maka JBI = 13.000
kg
Maka kelebihan muatan = JBB – JBI
= 3.200 kg

Apabila kend. tersebut beroperasi di jalan kelas I, maka JBI = 16.000


kg Maka kelebihan muatan :
= JBB – JBI
= 16.200 – 16.000
= 200 kg
Jadi kendaraan tersebut jika beroprasi dengan muatan sebesar JBB
pada jalan kelas II kelebihan muatannya 3.200 kg tetapi pada jalan
kelas I kelebihan muatan hanya 200 kg
 Dengan demikian kelebihan muatan agar tidak terlalu besar
berdampak mengakibatkan kerusakan jalan harus dihitung terhadap
JBI bukan JBB.
 Kelebihan muatan jika dihitung terhadap JBB maka apabila
kendaraan merk dan type berbeda dengan konfigurasi yang sama
beroparasi pada kelas jalan yang sama, kelebihannya akan
bervariasi sesuai desain pabrik kendaraan tersebut bukan sesuai
desain jalan.
SPESIFIKASI TEKNIS BUKU UJI BERKALA

Stiker Logo Daerah

BUKU UJI BERKALA


KENDARAAN BERMOTOR
BOOK OF PERIODICAL

125 mm
VEHICLE INSPECTION

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT


DECREE OF DIRECTOR GENERAL OF LAND TRANSPORTATION

NOMOR/NUMBER : SK .... /DRJD/2006

88 mm
BUKU UJI BERKALA KENDARAAN INI BERLAKU
DI SELURUH INDONESIA
Pasal 150 Peraturan Pemerintah Nomor : 44/1993
DITERBITKAN DI : ...........................
THIS VEHICLE PERIODICAL INSPECTION CERTIFICATE HAS TO BE ISSUED AT
IMPLEMENTED IN THE REPUBLIC OF INDONESIA’S JURISDICTION
(Articel 150 Goverment Regulation Number 44/1993)

PADA TANGGAL : ............................


Diterbitkan di : Jakarta DATE ON
Issued at

Pada tanggal : ................. KEPALA DINAS/KANTOR : .....................


Date on CHIEF OFFICER OF

ATAS NAMA
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
DIREKTUR LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
ON BEHALF OF
DIRECTOR GENERAL OF LAND TRANSPORTATION ( ......................................................)
DIRECTOR OF ROAD TRAFFIC AND TRANSPORT
NIP. ...............................

..............................................................
NIP. XXXXXXXXXXXXXXXXX

NOMOR PERFORASI NOMOR PERFORASI


IDENTIFIKASI KENDARAAN DAN PEMILIK URAIAN DATA KENDARAAN
IDENTIFICATION OF VEHICLE AND OWNER DESCRIPTION OF VEHICLE

NOMOR PERFORASI NOMOR PERFORASI


URAIAN KENDARAAN (VEHICLE DIMENSION) BERAT KOSONG (KERB WEIGHT)

NOMOR PERFORASI NOMOR PERFORASI


NOMOR PERFORASI NOMOR PERFORASI
NOMOR PERFORASI NOMOR PERFORASI
Catatan (Notes)

NOMOR PERFORASI NOMOR PERFORASI


PEMERIKSAAN
LIK
IDENTITAS KENDARAAN
BERMOTOR
OWNER) Periksa nomor kendaraan
sesuaikan antara buku uji dan
STNK
……..
IDENTIFIKASI KENDARAAN DAN URAIAN DATA KENDARAAN
PEMILIK DESCRIPTION OF VEHICLE
IDENTIFICATION OF VEHICLE AND OWNER
Kesesuaian data
spesifikasi kendaraan
dan fisik kendaraan

NOMOR PERFORASI NOMOR PERFORASI


……..
(Address of Owner)
P EMERIKSAAN DIMENSI
LIK
OWNK
ERE) NDARAAN BERMOTOR Sesuaikan antara data dan
fisik kendaraan, banyak terjadi
pelanggaran dimensi
……..
URAIAN KENDARAAN (VEHICLE BERAT KOSONG (KERB
DIMENSION) WEIGHT)

Pastikan daya angkut


sesuai dengan kelas
jalan, konfigurasi
sumbu, dan JBB

NOMOR PERFORASI NOMOR PERFORASI

(Address of Owner)
- Kartu Identitas Diri :
PENGISIAN BUKU UJI
Pengisian buku uji pada dasarnya memuat identifikasi dan
spesifikasi kendaraan yang diuji
Identifikasi kendaraan meliputi : identitas pemilik dan identitas
kendaraan uji
IDENTITAS KENDARAAN

IDENTITAS PEMILIK IDENTITAS DATA KENDARAAN

1. Nomor uji berkala 1. Merek


2. Nomor kendaraan 2. Tipe
3. Nama pemilik 3. Jenis peruntukan
4. Alamat pemilik 4. Isi silinder
5. No. KTP pemilik 5. Daya motor
6. Bahan bakar
7. Tahun pembuatan
8. Nomor rangka landasan
9. Nomor dan tanggal SRUT
Lanjutan Pengisian Buku Uji

Pengisian spesifikasi kendaraan


1. Dimensi kendaraan (panjang, lebar, dan tinggi)
2. Jarak sumbu – sumbu roda
3. Ukuran bak muatan
4. Jumlah berat yang diperbolehkan (JBB)
5. Konfigurasi sumbu

Pengisian Jumlah berat


1. Berat kosong kendaraan
2. Daya angkut orang
3. Jumlah berat yang diijinkan (JBI)
4. Jumlah berat muatan barang
Lanjutan Pengisian Buku Uji

Langkah menentukan Jumlah berat yang diijinkan (JBI) :


1. Tentukan kelas jalan yang akan dilalui kendaraan
2. Tentukan berat total kombinasi berdasarkan sumbu
roda dan muatan sumbu terberat
3. Bandingkan jumlah berat yang diperbolehkan (JBB)
dengan berat total kombinasi, sebagai bahan
pembanding kekuatan kerja kendaraan
4. Tentukan JBI yang diberikan
5. Hitung berat barang yang dapat diangkut kendaraan

Berat barang yang mampu diangkut = JBI – (berat kosong


kendaraan + orang)
Lanjutan Pengisian Buku Uji
Jarak Sumbu Referensi (Wheel base)
 Wheel base (WB)
adalah jarak sumbu referensi yang digunakan sebagai acuan dalam
penentuan nilai maksimum julur depan (FOH) dan julur belakang (ROH)
kendaraan
 Penetapan wheelbase ditentukan oleh konfigurasi sumbu kendaraan
 Kendaraan dengan konfigurasi sumbu 1.1 dan 1.2, wheel base dihitung
dari sumbu I ke sumbu II
 Kendaraan dengan konfigurasi sumbu 1.22, wheel base dihitung dari
dari sumbu I ke titik tengah sumbu II dan sumbu III.
 Kendaraan dengan konfigurasi sumbu 11.2, wheel base dihitung dari
dari titik tengah sumbu I dan sumbu II ke sumbu III
 Kendaraan dengan konfigurasi sumbu 11.22, wheel base dihitung dari
dari titik tengah sumbu I dan sumbu II ke titik tengah sumbu III dan
sumbu IV
 Kendaraan dengan konfigurasi sumbu 1.222, wheel base dihitung dari
sumbu I ke sumbu III
 Kendaraan dengan konfigurasi sumbu 11.222, wheel base dihitung dari
titik tengah sumbu I dan sumbu II ke sumbu IV
Lanjutan Pengisian Buku Uji

FOH Js ROH
WB

FOH Js I Js II ROH

WB
Lanjutan Pengisian Buku Uji

FOH Js I Js II ROH

WB

FOH Js I Js II Js III ROH

WB
Lanjutan Pengisian Buku Uji

FOH Js I Js II Js III ROH


WB

FOH Js I Js II Js III Js IV ROH

WB
Panjang bak
 Panjang bak disesuaikan dengan panjang
landasan atau chasis kendaraan
 Panjang bak tidak boleh melebihi ujung
bagian belakang landasan atau chasis
 Panjang bak untuk dump truck dapat melebihi
ujung bagian belakang landasan atau chasis,
tetapi tidak boleh melebihi panjang ROH
landasan
 Wheel base landasan mobil barang dapat
diperpanjang dengan rekomendasi dari ATPM
Lanjutan Pengisian Buku Uji

bagian belakang bak


tidak boleh melewati
landasan/chasis

chasis

bagian belakang bak


dump truck melewati
landasan/chasis

chasis
Lanjutan Pengisian Buku Uji

Lebar bak muatan


 lebar maksimum bak adalah lebar
maksimum landasan kendaraan ditambah
ditambah 50 milimeter pada sisi kiri dan
kanan kendaraan
 tidak termasuk engsel pintu/dinding bak dan
handle pengunci pintu/dinding
 Berlaku untuk bak muatan tertutup (box),
bak muatan terbuka dan bak dump truck
Lanjutan Pengisian Buku Uji

50 Lb 50
L
Satuan : mm
Lanjutan Pengisian Buku Uji l

T t

t
Lanjutan Pengisian Buku Uji
Tinggi bak muatan terbuka dan dump truck
 Tinggi bak ditentukan oleh daya angkut
kendaraan
 Daya Angkut =
JBI – berat kosong kendaraan – berat orang
 Daya Angkut = volume bak x berat jenis
muatan
 Volume bak = panjang x lebar x tinggi
 Tinggi bak = volume bak /(panjang x lebar)
 Panjang dan lebar bak dibatasi oleh panjang
dan lebar landasan kendaraan
DASAR HUKUM ANGKUTAN PETI KEMAS

1. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 14 TAHUN


2007 TENTANG KENDARAAN PENGANGKUT PETI KEMAS DI
JALAN
2. KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 74 TAHUN
1990 TENTANG ANGKUTAN PETI KEMAS DI JALAN
3. KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
NOMOR : AJ.306/1/15/DRPD/1992 TENTANG PENYEMPURNAAN
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGKUTAN PETI KEMAS DI JALAN
4. SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
NOMOR : SE.02/AJ.208/DRJD/2008 TENTANG PANDUAN BATAS
MAKSIMUM PERHITUNGAN JBI DAN JBKI UNTUK MOBIL
BARANG, KENDARAAN KHUSUS, KENDARAAN PENARIK
BERIKUT KERETA TEMPELAN/KERETA GANDENGAN
SPESIFIKASI KENDARAAN PETI KEMAS

Bagian Utama Kendaraan Pengangkut Peti Kemas

I II

Kendaraan Penarik Kereta Tempelan


SPESIFIKASI KENDARAAN PETI KEMAS

Kendaraan Penarik
Tractor Head / kendaraan penarik kereta peti kemas harus
memiliki spesifikasi :

1. Daya minimal 5,5 kW/Ton dari jumlah berat kombinasi


yang diperbolehkan (JBKB)
2. Sumbu kendaraan dikonstruksikan berdasarkan muatan
sumbu terberat (MST)10 Ton
3. Dilengkapi dengan dongkrak dengan kekuatan sekurangnya
10 Ton
4. Dilengkapi alat pengontrol kendaraan, lampu isyarat warna
kuning di bagian atas kabin kendaraan, dan tanda
peringatan di dalam kabin yang menunjukkan tinggi
maksimum peti kemas
SPESIFIKASI KENDARAAN PETI KEMAS
Kereta Tempelan
Kereta tempelan pengangkut peti kemas berupa kereta
tempelan rangka (chassis trailer) bukan flat deck, yang
memiliki spesifikasi dimensi dan perlengkapan :
1. Tinggi maksimum kendaraan termasuk peti kemasnya tidak
melebihi 4,2 meter
2. Dilengkapi dengan sumbu dan ban ganda untuk peti kemas
20 kaki
3. Dilengkapi dengan dua sumbu dengan air bag suspension
atau tiga sumbu (triple) dengan pegas daun (leaf spring
suspension dan wajib dilengkapi ban ganda untuk peti
kemas 40 kaki dan 45 kaki
4. Menggunakan ban dengan ukuran sama dan spesifikasi
sesuai yang disahkan dalam pengesahan rancang bangun
5. Dilengkapi dengan pesawat rem yang memenuhi
persyaratan teknis dan dapat dikendalikan secara terpusat
oleh pengemudinya
6. Memiliki perangkat pengunci peti kemas (twist lock) sesuai
standar internasional yang terpasang kokoh dan permanen
CHASSIS TRAILER

FLAT DECK
CARA PEMUATAN

Cara pemuatan yang benar harus dilakukan untuk memenuhi


aspek keamanan pengangkutan dan keselamatan jalan raya

• Satu kendaraan pengangkut peti kemas hanya diizinkan


untuk mengangkut 1 (satu)
• Tidak diizinkan mengangkut 2 (dua) peti kemas pada 1
(satu) kereta tempelan walaupun kereta tempelannya
memenuhi ukuran panjang dan dilengkapi twist lock pada
tiap – tiap sisi
• peti kemas yang diangkut panjangnya sesuai dengan
panjang kereta tempelannya
Cara Angkut Benar Cara Angkut Salah

Cara Angkut Salah


BERAT PETI KEMAS DAN KEKUATAN SUMBU

Berat maksimum peti kemas yang diizinkan untuk diangkut


dihitung berdasarkan batasan - batasan kekuatan sumbu
maksimum

Sumbu Tunggal

• Sumbu tunggal ban tunggal, maksimal 6.000 kg (6Ton)


• Sumbu tunggal ban ganda, maksimal 10.000 kg (10 ton)

Sumbu ganda (tandem) ban ganda, maksimal 18.000 (18 Ton)

Sumbu tiga (triple) dengan roda ganda, maksimal 21.000 kg


(21 Ton) atau sumbu ganda ban ganda dengan suspensi udara
(airbag suspension), maksimal 20.000 kg (20Ton)
SUSUNAN KENDARAAN PENGANGKUT

6 Ton 10 Ton 18 Ton

Kendaraan Pengangkut Peti Kemas 20 kaki


SUSUNAN KENDARAAN PENGANGKUT

6 Ton 18 Ton 21 Ton

Kendaraan Pengangkut Peti Kemas 40 kaki


SUSUNAN KENDARAAN PENGANGKUT

Suspensi Suspensi
6 Ton 20 Ton udara 20 Ton udara

Kendaraan Pengangkut Peti Kemas 45 kaki


LINTASAN JALAN

Jalan yang diizinkan untuk dilalui lintasan angkutan peti


kemas harus memenuhi jaringan jalan yang diizinkan

Persyaratan minimal jalan angkutan peti kemas :

• Jaringan jalan harus memiliki konstruksi yang


diperkeras dan memiliki muatan sumbu terberat (MST)
10 Ton
• Jarak ruangan bebas di atas lintasan angkutan peti
kemas harus lebih besar dari 5 meter
• Jembatan yang berada di jaringan jalan harus mampu
menahan beban kendaraan pengangkut peti kemas
yang mempunyai jumlah berat kombinasi total sebesar
34 Ton untuk peti kemas 20 kaki dan 45 Ton untuk peti
kemas 40 kaki
• Kemiringan memanjang jalan (tanjakan) tidak melebihi
5% (4,5°)
Pelanggaran Konfigurasi Sumbu & Daya Mesin

Dalam gambar diatas terdapat pelanggaran terhadap


konfigurasi sumbu 12-222 dari yang seharusnya 122-222, dan
dipakai untuk menarik kontainer 45 feet padahal daya engine
< 235 kW
Pelanggaran Muatan Lebih & Tidak Laik Jalan

Gambar diatas merupakan fakta kecelakaan pada kendaraan


angkutan barang yang dikategorikan kecelakaan berat
akibat muatan lebih dari kendaraan penariknya dan
ketidaklaikan jalan kendaraan
Pelanggaran tidak dilengkapi perisai kolong

Gambar diatas merupakan gambar kereta tempelan yang


tidak dilengkapi dengan perisai kolong
Terima Kasih
DITJEN PERHUBUNGAN DARAT
Email : hubdat@hubdat.web.id
Home Page : www.hubdat.web.id

Anda mungkin juga menyukai