1
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
1. Sifat-sifat Logam
Seoarang perencana bertanggung jawab atas hasil ciptaannya. Oleh karena
itu agar dapat mempergunakan bahan-bahan secara efisien, tepat, ekonomis
dan aman, maka perlu mengetahui sifa-sifat dan kemampuan bahan-bahan
tersebut. Dalam dunia rekayasa dan konstruktif sangan perlu memperhatikan
sifa-sifat fisik, sifat-sifat mekanik dan sifat-sifat teknologi dari suatu bahan.
a. Sifat-sifat Fisik
Sifat-sifat fisik diartikan sebagai kelakuan bahan antar lain ketika
mengalami pemanasan sampai mencair dan sebaliknya ketika mengalami
arus listrik dan panas dsb. Salah satu sifat fisik yanga penting adalah
yang menyangkut struktur bahan, misalnya struktur atom, fasa yang ada
dan lain-lain. Sifat fisik ini mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
sifat mekanik. Kesempurnaan dan ketidaksempurnaan struktur bahan
menentukan kekuatan bahan tersebut. Sifat mekanik dapat diubah
dengan mengubah struktur bahan, yaitu dengan perlakuan panas yang
sering disebut dengan heat treatment. Sifat fisik lain yang cukup penting
adalah massa jenis dan karakteristik bahan dalam menghantarkan arus
listrik dan panas. Dengan mempelajari dan mendalami sifat-sifat fisik
bahan, maka memungkinkan untuk melakukan penyempurnaan dan
pengembangan bahan serta penemuan bahan-bahan baru.
b. Sifat-sifat Mekanik
Sifat mekanik suatu bahan oga, adalah kelakuan dan ketahanan logam
terhadap beban. Sifat-sifat ini sangat dipengaruhi oleh jenis beban (tarik,
tekan, puntir, lentur dsb), kondisi beban (statistic atau dinamik), lama
pembebanan serta keadaan lingkungan (temperature dan tekanan). Dari
kenyataan praktis, bahan logam memperlihatkan kelakuan dan ketahanan
terhadap beban yang dialaminya dalam ciri-ciri tertentu. Istilah yang biasa
dipakai adalah kekuatan, keuletan, kekerasan, ketahanan aus, kekuatan
lelah, ketahanan creep dan rupture dll. Sifat-sifat nekanik ini biasanya
diketahui dengan melakukan pengujian mekanik pada logam tersebut.
2
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
c. Sifat-sifat Teknologi
Sifat-sifat teknologi dai bahan-bahan logam tidak kurang pentingnya dari
sifat yang lain. Hal ini disebabkan bahan-bahan logam tersebut harus
diproses dalam beberapa tahap supaya menjadi suatu produk. Dalam
proses pembuatan, muncullah persoalan yang menyangkut kelakuan
bahan terhadap pengolahan atau proses tertentu. Misalnya kemampuan
bahan untuk dilas (veldability), kemampuan untuk dibentuk (formability),
kemampuan untuk dikeraskan (hardenability), kemampuan untuk dimesin
(machineability), dan lain-lain.
2. Paduan-Paduan Fero
Logam dan paduannya dapat dibagi menjadi dua kelmpok besar, yaitu
Paduan Fero dan Paduan non Fero. Paduan Fero adalah paduan dimana
besi (Fe) merupakan komponen / kandungan pag besar. Yang termasuk
kelompok ini adalah Baja dan Besi Cor. Paduan Fero dipergunakan secara
luas di dunia konstruksi. Paling tidak ada tiga alasan yang menyebabkan
meluasnya pemakaian paduan fero ini, yaitu:
Kelemahan dari paduan fero ini adalah ketahanan korosinya yang relative
rendah.
a. Baja
Baja adalah paduan besi dan karbon, dimana kandungan karbon tidak
lebih dari 1.7% berat. Kandungan unsur lainnya adalah P, S, Mn, Sid an
lain-lain yang komposisinya ditentukan sesuai dengan kebutuhan. Sifat
mekanik dari baja ini sangat ditentukan oleh kandungan karbonnya,
3
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
Tabel 1.1. Komposisi dan sifat-sifat mekanik dari beberapa baja karbon
rendah.
4
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
0.2 Cu (min)
A663 0.22 1.35 0.3 Si, 0.08 520 380 23 Struktur
Grade E V, 0.02 N
0.03 Nb
A656 0.18 1.6 0.6 Si, 0.1 V, 655 552 15 Truk, kereta
Grade I 0.2 Al, 0.015 api
N
Tabel 1.2 Sifat-sifat mekanik dan penggunaan dari beberapa baja karbon medium dan
baja karbon tinggi.
Nomo Komposisi Sifat-sifat Mekanik Penggunaa
C Ni Cr Mo Lain-lain Kekuat Kekuatas Keuleta
r AISI n
5
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
an tarik n luluh n
(Mpa) (Mpa) (%EL)
Baja Kaarbon
1040 0.40 605- 430-585 33-19 Poros
708 Engkol,bau
1080 0.80 480-980 24-13 t
800- Chisel,
1095 0.95 1310 74-120 22-10 hammer
Pisau,
760- gergaji,
1280 sudu
Baja Paduan
4063 0.63 0.2- 786- 710-1770 24-4 Pegas,
0.3 2380 pahat
4340 0.43 1.65- 0.4-0.9 0.2- 980- 895-1570 21-11 Bushing,
2.0 0.3 1960 aircraft
tubing
6150 0.50 0.5-1.1 0.1- 815- 745-1860 22-7 Poros,
0.15V 2170 piston,
Tabel 1.3 Komposisi dan penggunaan dari beberapa baja perkakas
(tool steel)
6
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
b. Besi Cor
Besi cor adalah paduan besi karbon dengan kandungan karbon lebih dari
1.7% berat. Tetapi biasanya kandungan karbon besi cor berkisar antara
3%-4.3% berat. Secara umum dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu
besi cor kelabu, besi cor nodular, besi cor putih dan besi cor maleabel.
7
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
sementit (Fe,C) dan grafit. Permukaan patahan dari besi cor ini berwarna
putih sehingga dinamakan besi cor putih. Sifat dari besi cor ini menjadi
sangat keras, karena adanya fase sementit, tetapi sangat getas. Mampu
mesin menjadi sangat buruk. Pemakaiannya terbatas pada konstruksi
yang membutuhkan kekerasam dan ketahanan aus yang tinggi tanpa
perlu keuletan yang tinggi. Misalnya untuk bahan roller pada mesin
penggiling, roda kereta api dll. Biasanya besi cor putih ini digunakan
sebagai fase intermediet (antara) untuk memproduksi besi cor maleabel.
Tabel 1.4 Komposisi dan Sifat-sifat mekanik dari beberapa jenis besi cor
kelabu, besi cor medular dan besi cor meleabel.
8
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
9
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
Tembaga murni sering dipakai sebagai kawat atau bahan untuk penukar
panas dalam memanfaatkan hantaran listrik dan panas. Sejalan dengan
perkembangan pemrnian logam, kemurnian tembaga telah sangat
diperbaiki dan sekarang temabga peling murni mempunyai konduktifitas
listrik 103 % IACS (International Annealed Copper Standard), dimana
hantaraq listrik dinyatakan 100 % kalau tahanan spesifik pada 20 C
adalah 1.7241 ohm cm atau 0.153280 ohm / gr (pada massa jenis 8.89
gr/cm3). Hantaran panas pada 20 C telah diperbaiki dari 0.923 cal / (cm
per detik) menjadi 0.941 cal / (cm per detik).
Kuningan
Merupakan paduan Cu – Zn ditambah dengan unsur-unsur lain untuk
mendapatkan sifat-sifat lain untuk mendapatkan sifat-sifat khusus. Unsur
yang biasanya ditambahkan adalah Mn, Sn, Fe, Al, Ni, Pb dll. Pb yang
kandungannya dalam kungingan ini tidak lebih dari 0.4% akan
mengendap dalam batas butir dan terdispersi secara halus sehingga
memperbaiki mampu mesin dan membuat permukaan menjadi halus.
Paduan ini sering digunakan untuk bahan roda gigi pada jam. Si
memperbaiki ketahanan korosi dan sifat-sifat mekanik. Al efektif untuk
memperhaluskan butir kristal dan memperbaiki ketahanan korosi, banyak
digunakan sebagau bahan pipa kondensor.
Brons
Merupakan paduan Cu – Sn dalam arti yang sempit. Tetapi dalam arti luas
perunggu berarti paduan Cu dengan unsur lainnya selain Zn.
Dibandingkan dengan tembaga murni dan kuningan, perunggu
merupakan paduan yang mudah dicor. Mempunyai kekuatan, ketahanan
aus dan ketahanan krosi yang lebih tinggi. Banyak dipergunakan untuk
berbagai komponen mesin, bantalan, pegas,coran artistis dll.
10
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
11
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
pegas
1xxx : Al murni
2xxx : Paduan Al – Cu
3xxx : Paduan Al – Mn
4xxx : Paduan Al – Si
5xxx : Paduan Al – Mg
6xxx : Paduan Al – Mg – Si
7xxx : Paduan Al – Zn
12
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
13
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
14
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
15
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
fastener
B. KOROSI
Korosi didefinisikan sebagai kerusakan logam akibat reaksi kimia atau
elektrokimia dengan lingkungannya. Reaksi elektrokimia bersifat alamiah yang
berlangsung dengan sendirinya, oleh sebab itu tidak dapat dicegah atau
dihentikan sama sekali. Yang nisa diusahakan hanya mengendalikan atau
memperlambat proses pengurusan tersebut sehingga peralatan pabrik atau
struktur konstruksi logam yang terserang dapat berfungsi lebih lama.
1. Dasar-dasar Korosi
Semua proses korosi yang merupakan reaksi elektrokimia (reaksi yang
melibatkan perpindahan elektron), terdiri dari reaksi anodic (reaksi oksidasi)
dan reaksi katodik (reaksi reduksi).
Reaksi anokdik dalam setiap reaksi korosi adalah oksidasi logam menjadi
ionnya :
M Mn ne
Selama proses korosi mungkin terjadi lebih dari satu reaksi anodic, misalnya
ketika logam paduan terkorosi maka unsur-unsur paduan akan teroksidasi
menjadi ion-ionnya. Tetapi yang lebih penting adalah dalam proses korosi
lebih dari satu katodik yang terjadi. Misalnya korosi logam pada larutan asam
yang mengandung oksigen. Reaksi katodik yang terjadi adalah evolusi
16
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
hydrogen dan reduksi oksigen. Karena laju dari reaksi anodic dan reaksi
katodik harus sama, penambahan total laju reaksi katodik dapat
meningkatkan laju reaksi anodic logamnya, sehingga larutan asam yang
mengandung oksigen akan lebih korosi dibandingkan larutan yang sama
tetapi bebas oksigen.
Laju Korosi
Laju korosi secara umum dinyatakan dalam laju penetrasi logam atau laju
pengurangan berat per satuan luas, tergantung pada teknik yang digunakan.
Satuan laju korosi adalah mpy (mils per year) atau mdd (milligrams per
square decimeter per day). Sebagai contoh cara menentukan laju korosi
adalah dengan persamaan berikut :
Mpy = 534 W / (D A T)
Dimana W : massa yang hilang, mg
D : massa jenis, gr/cm3
A : luas specimen, m2
T : waktu pengujian, jam
Pasifasi
Jika sepotong besi dicelupkan dalam larutan asam nitrat 700% pada
temperature kamar, maka tidak akan terjadi reaksi korosi. Pengurangan berat
yang dijadikan indikasi laju korosi sangat kecil. Apabila sejumlah air
ditambahkan dengan perbandingan 1: 1, tidak ada perubahan yang terjadi.
Besi masih belum terkorosi. Tetapi bila sepotong besi tersebut digores
dengan kaca atau gelas kimianya digoncang dengan hebat, maka reaksi
korosi akan terjadi. Mesi akan terkorosi dan larut dalam asam nitrat.
Fenomena di atas dapat menjelaskan tentang pasifasi. Kondisi pasif adalah
kondisi pada saat laju-laju korosi logam sangat kecil. Dan kondisi pasif ini
selalu tidak stabil serta mudah rusak, misalnya dengan digores atau gelas
kimia digoncang dengan hebat. Fenomena pasifasi terjadi karena
terbentuknya lapisan film pada permukaan logam. Ketebalan lapisan film ini
hanya sekitar 30 Angstrom atau lebih tipis lagi. Beberapa logam yang
17
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
2. Jenis Korosi
Berdasarkan bentuk permukaan yang terserang, korosi dibedakan menjadi
delapan tipe
Korosi Galvanik
Korosi terjadi apanbila dua jenis logam yang tidak sama berkontak di dalam
lingkungan yang korosif. Logam yang satu, yang lebih reaktif, akan terkorosi
sedangkan logam yang lain terlindungi. Korosi biasanya terjadi di sekitar
sambungan atau bidang kontak. Aliran electron diantara kedua logam akan
berlangsung mirip seperti pada “naterai”. Hal ini disebabkan kedua logam
tersebut mempunyai beda potensial. Urutan galvanik beberapa paduan
logam dalam air laut :
Platina
Grafit
Titanium
Perak
Chloriment 3 (62Ni, 18Cr, 18Mo)
Hastelloy C (62Ni, 17Cr, 15Mo)
18-8 Mo stainless Steel
18
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
Korosi Celah
Terjadi pada celah antara :
- dua bagian logam
- kerak dan logam dasar
- karat (produk korosi) dan logam dasar
- deposit dan logam dasar
19
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
tembus ke permukaan sebaliknya. Karena korosi ini tidak merata dan tidak
menentu, usia bahan tidak dapat diperkirakan. Korosi ini biasanya terjadi
dalam lingkungan yang mengandung senyawa-senyawa tertentu seperti
sulfide, chloride dll. Contohnya korosi baja tahan karat di dalam air laut.
Korosi jenis ini sangat berbahaya.
Korasi Selektif
Korosi terjadi karena larutnya salah satu atau beberapa “komponen” dan
bahan konstruksi logam (yang biasanya berupa paduann dari beberapa
komponen). Jadi bahan konstruksi logam kehilangan sebagian dari
komponennya karena bereaksi dengan lingkungan. Akibatnya sifat mekanik
berubah, karena sifat mekanik sangat ditentukan oleh komponen dan struktur
mikro. Tanda-tanda korosi selektif tidak begitu jelas sehingga sukar dideteksi
secara visual.
Korosi Erosi
Pada konstruksi yang dialiri fluida, dapat terjadi peningkatan laju korosi
karena adanya pengikisan (erosi) oleh aliran fluida tersebut. Contohnya pada
bagian dalam pipa. Ini merupakan aksi gabungan dari korosi dan erosi.
Hamper semua jenis bahan konmstruksi dapat diserang. Bahan konstruksi
20
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
yang biasanya mempunyai suatu lapisan oksida atau lapisan film yang tipe
yang mampu melindunginya dari korosi, dengan adanya aliran fluida ini bisa
rusak dan mengakibatkan terjadinya korosi pada material tersebut.
Aliran
Fluida
Katoda Katoda
Anoda
3. Pengendalian Korosi
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengendalikan korosi :
Proteksi Katodik
21
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
Proteksi Anodik
Merupakan kebalikan dari proteksi katodik. Teknik ini hanya dapat diterapkan
pada logam yang mempunyai sifat pasif. Struktur konstruksi logam dibuat
dalam kondisi pasif dengan cara memberikan/mensuplai “arus anodik” dari
suatu sumber arus searah atau membubuhkan senyawa kimia yang bersifat
oksidator kuat misalnya Zinc Chromat. Pada kondisi struktur praktis
terlindung dari bahaya korosi selanjutnya. Struktur konstruksi logam tersebut
tetap berada dalam kondisi pasif selama lapisan pelindunga alamiah yang
terbentuk karena proses pasifasi terpelihara dengan baik.
22
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
Inhibisi
Senyawa kimia tertentu dapat menghambat reaksi korosi, baik reaksi katodik
maupun reaksi anodic. Senyawa yang mempunyai kemampuan semacam ini
disebut “inhibitor korosi” dan katodik. Biasanya kedua jenis inhibitor ini
digunakan secara bersama-sama sehingga memberikan efek sinergis yang
menguntungkan baik teknis maupun ekonomis.
Pengendalian lingkungan
Selama proses korosi berlangsung, komponen-komponen senyawa kimia
yang terkandung di dalam lingkungan “menyerang” (bereaksi dengan) bahan
konstruksi logam. Agresifitas lingkungan berhubungan dengan jumlah dan
jenis komponen yang terkandung di dalamnya. Semakin banyak komponen
agresif semakin tinggi laju korosi dan sebaliknya. Korosi dapat dikendalikan
dengan jalan mengurangi jumlah komponen agresif di dalam lingkungan,
misalnya :
mengeluarkan/mengurangi kandungan oksigen
membubuhkan bahan yang dapat mengikat komponen agresif
mengendalikan pH agar berada dalam selang harga yang aman
23
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
B. PRINSIP DESAIN
Dalam mendesain suatu komponen, sistem atau proses untuk melakukan suatu
tugas secara optimal, batasan-batasan tertentu harus dipenuhi dan sekaligus
mempengaruhi unjuk kerja komponen, sistem atau proses yang dibuat. Batasan-
batasan tersebut dikelompokkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama
adalah batasan-batasan yang berhubungan dengan problem solving procedure,
misalnya tingkat pengetahuan, pengalaman perancang, waktu yang tersedia,
fasilitas laboratorium (bila perlu), atau fasilitas komputasi yang ada. Kelompok
kedua adalah batasan yang berhubungan dengan problem solution, misalnya
batasan harga, material yang tersedia, peralatan produksi dan keterampilan
dalam pembuatan.
1. Proses Desain
Karena adanya batasan-batasan di atas, langkah-langkah sistematis untuk
menghasilkan produk yang optimum mutlak diperlukan. Langkah pertama
adalah mengidentifikasi masalah dan tujuan desain dengan cermat.
Selanjutnya menentukan jawab spesifik yang harus dijalankan untuk
memenuhi tujuan desain tersebut. Dalam langkah kedua ini memungkinkan
besar terdapat pilihan-pilihan atau alternative dari jawab spesifik tersebut
hingga perlu dilakukan pengambilan keputusan. Langkah berikutnya adalah
pemanfaatan ide baru atau perbaikan ide lama untuk memenuhi jawab
spesifik yang telah dipilih. Pada langkah ini diperlukan imaginasi, mampuan
untuk menciptakan solusi atau menentukan desain batu. Langkah ini
merupakan langkah terpenting dan disebut penentuan konsep desain. Bila
ide atau konsep sudah ditentukan, langkah berikutnya adalah analisis teknik.
Analisis teknik ini misalnya meliputi kekuatan, getaran, kelelahan, membuat
model untuk pengujian dan sebagainya. Langkah ini merpakan langkah
pemeriksaan, evaluasi dan optimasi hasil desain. Setelah langkah ini
dilakukan, hasil desain harus diterjemahkan dalam bentuk spesifikasi produk
untuk proses produksi. Dan langkah terkakhir adalah proses produksi,
distribusi dan penjualan. Secara skematis proses desain yang telah dibahas
dapat dilihat pada gambar I.
24
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
2. Perumusan Masalah
Kebutuhan akan suatu desain baru biayanya berasal dari tidak sesuainya lagi
desain yang tekah ada dengan situasi. Misalnya perlu penurunan biaya
produksi, peningkatan unjuk kerja atau reabilitas, atau sekedar mengubah
karena konsumen sudah bosan. Oleh sebab itu pengenalan kebutuhan
terhadap suatu desain menjadi sangat penting. Perumusan maslah
merupakan upaya awal dalam proses desain.
Penentuan Aplikasi
Konsep Prinsip Pengumpulan
Desain Mekanika Data
Komputasi
Analisa Teknik
Pemeriksaan
Produksi
Evaluasi
Distribusi dan
Penjualan
Optimasi
Gambar I
Blok Diagram Proses Desain
25
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
3. Kriteria Desain
Untuk memenuhi tujuan sebuah desain dibuat, muncul pertanyaan apa yang
harus dicakup dan apa yang tidak termasuk dalam desain tersebut. Salah
satu cara untuk mendekati dan menjawab pertanyaan terebut diusulkan oleh
Ira dan Marthan Wilson (1970), dengan membagi kriteria desain menjadi
kriteria yang harus ada, harus tidak ada, diinginkan tetapi tidak harus ada,
dan tidak diinginkan tetapi tidak harus tidak ada.
a. Harus Ada
Kriteria ini merupakan sejumlah persyaratan yang harus ada dalam desain
yang akan dibuat. Tanpa terpenuhinya kriteria ini, desain dianggap gagal
karena tidak mencapai tujuan yang diinginkan. Contohnya dlam desain
pintu mobil, pintu mempunyai kriteria harus ada adalah bias membuka
26
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
dan menutup, lebar pintu cukup untuk keluar masuk orang. Apabila kedua
kriteria tersebut tidak dipenuhi, maka dapat dikatakan desain pintu gagal.
e. Analisis Desain
Untuk menjamin desain yang akan dibuat mampu bekerja pada kondisi
kerjanya, beberapa analisis perlu dilakukan. Selain proses di atas, yang
terutama ditujukan untuk mengetahui kemampuan desain terhadap
27
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
f. Pemilihan Material
Analisis pemilihan material berkaitan dengan beban yang bekerja pada
desain yang akan dibuat. Proses iterasi perlu untuk diperlukan. Untuk
pemilihan material langkah berikut ini dianjurkan untuk diikuti, yaitu :
1). Analisis terhadap persyaratan yang harus dipenuhi oleh material. Pada
tahap ini perlu diketahui kondisi kerja dan lingkungan dimana produk
akan dipakai. Hal tersebut diubah menjadi sifat kritis material seperti
apa yang harus dipenuhi.
2). Kumpulkan material yang memenuhi kriteria.
3). Pilih material yang memenuhi kriteria. Dalam proses memilih material
perlu dipertimbangkan unjuk kerja, harga material, dan kemampuan
diproses.
5. Analisis Biaya
Salah satu cara pengelompokkan biaya adalah dengan mengelompokkan
menjadi fixed cost dan variable cost. Fixel cost adalah biaya yang tidak
terpengaruhi oleh laju produksi, sedangkan Variable cost adalah biaya yang
berubah sesuai dengan laju produksi. Variable cost meliputi : biaya material,
28
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
Profit
Sales
expende
General
expende Total
Setting price
cost
Faktoru Manufacturing
expende cost
Faktory
Direct cost
material Prime
cost
Direct
labor
Gambar 2
Komponen Biaya
6. Analisis Kegagalan
Untuk menentukan tingkat keamanan yang biasanyadinyatakan dengan
faktor keamanan, selain informasi mengenai tegangan yang terjadi,
kemungkinan terjadinya kegagalan perlu diperlihatkan. Kegagalan dapat
disebabkan oleh kesalahan desain atau ketidaksempurnaan, yang dapat
dikelompokkan :
Ketidaksempurnaan desain
Ketidaksempurnaan dalam memilih material
Ketidaksempurnaan material saat manufaktur
Overload dan kondisi yang tidak tepat
Ketidaksempurnaan perawatan dan perbaikan
Faktor lingkungan
29
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
30
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
Apabila kendaraan bermotor yang akan dibuat dirancang untuk alat angkutan
pribadi, selain fungsi keamanan, maka fungsi kenyamanan dan keindahan
kendaraan bermotor menjadi aspek yang sangat menentukan sehingga
kendaraan bermotor yang dibuat mempunyai daya tarik yang cukup tinggi.
Fungsi kenyamanan pada kendaraan bermotor untuk kendaraan pribadi
misalnya sistem susoensi yang dibuat sebaik mungkin sehingga penumpang
yang berada di dalamnya tidak terganggu dengan getaran motor penggerak dan
kondisi jalan yang tidak rata, tempat duduk dibuat dapat diubah-ubah sehingga
dapat dioperasikan sesuai dengan kehendak penumpang, dan dapat pula
ditambah dengan asesoris lain seperti diberi sistem pengkondisian udara (AC)
dilengkapi dengan tape dan sebagainya. Fungsi keindahan dapat dipenuhi
dengan melapisi kendaraan dengan cat metalik dan asesoris yang lain yang
mendukung fungsi keindahan termasuk bentuk badan kendaraan.
Apabila kendaraan bermotor yang akan dibuat, dirancang untuk alat angkut
barang, maka fungsi utama yang harus ada hanyalah membuat ruang untuk
barang sebanyak mungkin dengan memperlihatikan kapasitas kendaraan
bermotor. Fungsi kenyamanan dan ergonomi tidak lagi menjadi faktor yang
mutlak, karena barang baik yang mati maupun hidup (seperti bintang) tidak
begitu memerlukan hal tersebut.
31
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
Proses terakhir pada rekayasa kendaraan bermotor adalah perakitan atau sering
disebut dengan assembling. Perakitan kendaraan bermotor dapat dilakukan
secara manual (dengan menggunakan tenaga manusia) atau secara otomatik
(dengan menggunakan mesin dan robot). Pemutusan cara perakitan apakah
secara manual atau otomatik tergantung pada banyak faktor seperti jumlah
produk yang akan dibuat, jumlah part (komponen), jumlah perakitan yang
dibutuhkan, komplektisitas komponen, dan perbandingan relative ongkos tenaga
kerja dan biaya investasi dan biaya operasional peralatan otomatik.
D. TEKNIK PENYAMBUNGAN
Dalam rancang bangun berbagai peralatan mesin selalu dibutuhkan cara untuk
menyambung satu bagian dengan bagian yang lain. Dewasa ini dikenal
beberapa cara penyambungan yaitu sambungan las (weld joint), sambungan
baut (bolt koint), sambungan keeling (rivert koin) dan sambungan lem (adhesive
bonding).
32
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
1. Sambungan Las
Untuk penyambungan bagian dengan penampang tipis, pengelasan dapat
menghasilkan penghematan yang besar. Disamping itu pengelasan dapat
dilakukan dengan cepat sehingga memberikan keuntungan tersendiri.
Seorang yang akan menyambung dengan las harus dapat merencanakan
sambungan las yang ringan dan kuat, yang dengan mudah dan cepat serta
dapat dilakukan dengan alat pemegang benda kerja (saat dilas) sesederhana
mungkin. Jenis lasan yang biasa digunakan antara lain las sudut, las alur
(butt) dan las alur khusus seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.
F
hl
Dimana h adalah tinggi leher lasan dan l adalah panjang lasan. Perlu
diperhatikan bahwa tinggi h tidak termasuk kelebihan lasan.
Gambar 3.3 menunjukkan salah satu tipe las sudut. Gambar 3.4
menunjukkan bagian las yang merupakan bagian dari gambar 3.3 a guna
analisis diagram benda bebas.
33
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
Gambar 1
Macam-macam Jenis Las
Perkuatan
l
F
A
Tinggi Leher
F
Gambar 2
Las V Dengan Gaya Tarik F
l
F
Throst F
Gambar 3
Potongan melintang las sudut
34
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
D C
45
X
h
F
B
(a)
Gambar 4
Diagram benda bebas potongan sambungan las
Tegangan tersebut dapat dibagi menjadi dua komponen, tegangan geser dan
tegangan normal, yaitu :
F F
hl hl
Gambar 3.4 b menunjukkan tegangan tersebut dalam diagram Mohr’s.
Tegangan terbesar yaitu :
F
1,618
hl
Tegangan geser maksimum adalah :
F
1,118
hl
Untuk keperluan praktis, perhitungan biasanya dilakukan pada tegangan
geser dan mengabaikan tegangan normal. Maka persamaan untuk tegangan
rata-rata adalah :
F
0,707 hl
Untuk kasus las sudut pararel seperti diperlihatkan pada gambar 3.5, asumsi
tegangan geser bekerja sepanjang lasan lebih realistis. Karena ada dua
lasan, luas leher lasan adalah :
A = 2 (0,707 h l ) = 1,414 h l
35
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
Tinggi leher
C F
D
2F
Gambar 4
Las Sudut Paralel
r0
36
l
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
Gambar 3.6
Sambungan las dengan beban torsi
Gambar 3.7 menunjukkasn kumpulan dua buah lasan. Bagian yang diarsir
menunjukkan luas leher lasan. Lasam I mempunyai lebar bl = 0,707 h ; dan
lasan II mempunyai lebar d2 = 0,707 h2, dimana hl dan h2 adalah ukuran
lasan. Luar kedua leher las adalah :
A = A1 + A2 = b1 d1 + b2 d2.
Luas A inilah yang dipakai untuk menghitung tegangan geser primer
(utama).
y
x2
b2 2
G2 d2
d1 1 G r2 y y2
r1
0 G1 x
x1 M
b1
x
Gambar 3.7.
Kumpulan Dua Buah Lasan
37
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
Sumbu x pada gambar 3.7 melewati titik berat G1, dari lasan 1. Momen
inersia terhadap sumbu ini adalah :
3
bd
Ix 1 1
12
Maka momen inersia polar lasan 1 terhadap titik beratnya sendiri yaitu :
Joi = 1x + 1y
Dengan cara yang sama, momen inersia polar 2 terhadap titik beratnya
sendiri adalah :
Jo2 = 1x + 1y
Selanjutnya ditentukan titik berat gabungan kedua sistem lasan tersebut,
yaitu :
A1 x1 A2 x2 A1 y1 A2 y2
x y
A A
Dari gambar 3.7 diketahui bahwa r1 dari G1 ke G :
r1 x x1 2 y 2
Dan jarak r2 dari G2 ke G adalah :
r2 y2 y 2 x2 x 2
Dengan menggunakan teorema sumbu sejajar pararel, momen inersia polar
kumpulan kedua lasan tersebut adalah :
2
J J 01 A1r1 J 02 A1r2
2
Besar J ini kemudian dipakau untuk menghitung besarnya tegangan geser
sekunder. Untuk keperluan praktis, karena luas leher lasan dari las sudut
adalah 0,707 hl, hubungan antara momen inersia pola satuan dengan
momen inersia polar las sidut adalah
J = 0,707 h Ju
38
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
y
y b h
F
h
b z d
x d
h
(a) (b)
Gambar 3.8
Lesan dengan beban lentur
Dengan menganggap kedua lasan pada gambar 3.8 sebagai garis diperoleh
momen inersia satuan sebesar :
bd 2
Iu
2
Maka momen inersia idasarkan pada leher lasan adalah :
I = 0,707 h Lu
39
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
Gambar 3.9
Kegagalan akibat tarikan
40
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
(a) (b)
Gambar 3.11
Kegagalan Akibat Geseran
3. Kegagalan Dukung
Jenis kegagalan ini diperlihatkan pada gambar 3.11
Gambar 3.11
Kegagalan dukung
41
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
plastic, kulit dan juga logam. Jenis sambungan ini dibandingkan dengan
beberapa jenis sambungan yang lain termasuk cepat dan murah.
42
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
€
But Scarf Lap
Gambar 3.12
Beberapa jenis sambungan adhesive
Sambungan jenis butt mudah dibuat tapi tidak praktis karena mudah
terjadi kegagalan bila terjadi beban tarik. Jenis sambungan lap adalah
jenis yang apling biasa digunakan. Jenis lain yaitu scarf termasuk jenis
yang mahal karena persyaratan permesinan tidak dapat dilakukan pada
material yang tipis. Dan jenis sambungan strap baik dalam menahan
tegangan lentur.
43
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
E. ERGONOMI
Istilah Ergonomi pertama kali dipakai di Inggris oleh Profesor Murrel pada tahun
1949 sebagai judul bukunya. Kata ergonomi berasal dari dua kata Yunani yaitu
ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti aturan. Sedangkan di Amerika
Serikat dikenal dengan istilah human faktor. Kedua istilah ini hanya berbeda
penekannya, namun pada intinya keduanya sama-sama menekankan pada
performasi dan perilaku manusia, dan untuk tujuan praktisnya keduanya dapat
digunakan sebagai teknologi yang sama.
Menurut Dr. Ir Iftikar Z. Sutalaksana dkk : Ergonomi ialah suatu cabang ilmu
yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat,
kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja
sehingga orang dapat dan bekerja pada sistem ini dengan baik, yaitu mencapai
tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman dan nyaman.
Menurut Mc Cormick dan Sanders ada tiga hal pokok dalam pendekatan
ergonomi, yaitu :
Sistem kerja yang dimaksud dalam kutipan di atas adalah sistem manusia-
manusia. Sistem manusia mesin, menurut Dr. Ir. Iftikar Z. Sutalaksana
[Sutalaksana, dkk, (1982)], merupakan kombinasi antara satu atau beberapa
manusia dengan satu atau beberapa “mesin”, yang salah satu dengan lainnya
saling berinteraksi untuk menghasilkan keluaran-keluaran berdasarkan
masukan-masukan yang telah diperoleh. Pengertian dari ‘mesin’ di sini cukup
44
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
luas mencakup semua opjek fisik seperti peralatan, perlengkapan, fasilitas, dan
benda yang biasa digunakan oleh manusia dalam melaksanakan kegiatannya.
Sedangkan unsur-unsur utama dari sistem ini adalah faktor manusia, mesin atau
alat kerja, dan faktor lingkungan.
1. Anthopometri
Anthopometri berasal dari anthopos yang berarti manusia dan metric yang
berarti ukuran dalam skala tertentu. Jadi anthopometri dapat diartikan suatu
ilmu yang secara khusus berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh
manusia.
2. Biomekanika
Biomekanika adalah cabang ilmu yang mempelajari ukuran kekuatan tubuh
manusia. Dengan data-data biomekanika kita dapat mengetahui kekuatan
45
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
maksimum untuk tangan yang melihat gaya tarik (pull), tekan (push), ke
dalam (in), ke atas (up), dank e bawah (down).
3. Faal Kerja
Faal kerja adalah pembahasan manusia dan kerja dikaitkan dengan keadaan
tubuhnya. Pembahasan dalam faal kerja dibicarakan gerakan anggota badan,
yang meliputi gerakan pada daerah jangkauan maksimum dan gerakan pada
daerah jangkauan optimum. Gerakan tubuh untuk daerah jangkauan
maksimum adalah kemampuan seseorang untuk dapat melakukan gerakan
jangkauan handel-handel dalam seuatu jangkauan maksimumnya tanpa
terjadi perubahan posisi, sehingga aktifitasnya yang lain tidak terganggu oleh
gerakan tersebut. Yang dimaksud dengan batasan gerakan untuk daerah
yang optimum adalah daerah yang memungkinkan pergerakan anggota
badannya degan nyaman. Pada daerah ini gerakan anggota badan akan
nyaman, yaitu tanpa paksaan atau tekanan tidak mudah lelah sehingga dapat
mengakibatkan rasa sakit atau pegal-pegal.
Gambar 3.12
Gaya Tekan Kaki Maksimum Terhadap Arah Gerakan
46
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
4. Indera
Proses informasi manusia dari penginderaan. Informasi dating ke indera
sebagai rangsangan atau srimulus. Stumulus yang cukup kuat (tetapi
tidak terlalu kuat) akan diindera dan menuju otak. Manusia memiliki
beberapa indera, termasuk penglihatan, pendengaran, rasa dingin, rasa
hangat, rasa sakit, peraba, penciuman, rasa (taste), kiniestesis dan
vestibular.
5. Keterbatasan Manusia
Selain memiliki kemampuan, manusia juga memiliki keterbatasan.
Seorang perancang harus mempu memahami keterbatasan-keterbatasan
tersebut, dan jangan mengharapkan performansi yang melebihi
kemampuan manusia. Agar dapat membuat rancangan yang baik dan
tidak selalu terbentur pada keterbatasan manusia, maka perancang perlu
memahami rentang dari keterbatasan tersebut dlaam populasi. Hal ini
termasuk memahami bahwa semua orang yang sama. Sebagai contoh
kemampuan orang barat dalam menjangkau lebih besar dari kemampuan
orang asia, karena secara umum orang barat memiliki tubuh yan lebih
besar dibandingkan orang asia. Keterbatasan manusia dapat dibagi
menjadi tiga : keterbatasan dalam menginderakan, keterbatasan dalam
merespon secara fisik dan keterbatasan dalam merespon secara kognitif.
47
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
dipantulkan dari objek dan berjalan melewati kornea dan cairan bening
(aqueous humor) yang mengisi ruang antara kornea, pupil dan lensa.
Pupil adalah bukaan bulat yang ukurannya berubah-ubah akibat otot
iris (iris merupakan bagian yang berwarna dari mata). Pupil membesar
di kegelapan dan mengecil di lingkungan yang terang. Cahaya yang
dikirim melalui pupil ke lensa direfraksikan oelh lensa dan berjalan
melalui vitreous humor (cairan bentuk gelatin yang mengisi bola mata
di belakang lensa) [Mc Cormick, (1992)].
Gambar 4
Struktur mata [Mc Cormick, (1992), hlm 92].
Untuk orang yang memiliki mata normal maupun yang dibantu oleh
kaca mata, cahaya akan jetuh pada retina (permukaan photosensitive
pada bagian belakang mata). Otot-otot menyebabkan konstraksi dan
relaksasi pada lensa untuk melihat objek pada jarak yang berbeda-
beda. konstraksi otot menyebabkan lensa menjadi cembung pada saat
melihat objek yang dekat, dan relaksasi otot menyebabkan lensa
menjadi pipih saat menfokus objek jarak jauh.
Retina terdiri atas dua tipe photoreceptor, yaitu rods dan cones. Cones
berfungsi pada tingkat ilumunasi yang tinggi (disebut juga
photopic/foceal vision), seperti pada siang hari, dan dapat
membedakan warna. Rod berfungsi pada level iluminasi yang rendah
(disebut scotopic/peripheral vision), misalnya pada malam hari, dan
hanya dapat membedakan antara terang dan gelap. Cones dan rods
akan aktif semua pada saat tingkat iluminasi sedang (disebut mesopic
48
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
viosion), misalnya pada pagi hari (subuh) dan petang hari [oodson,
(1981)]. Rods dan cones tidak dapat dipisahkan dari permukaan retina.
Enam sampai tujuh juta cones berpusat pada daerah sekitar pusat
retina (fovea) dan seratus tiga puluh juta lebih rods berada pada
daerah peripheral retina. Cahaya pada saat diserap oleh rods dan
cones menimbulkan reaksi kimia yang selanjutnya menyebabkan
getaran syaraf yang dikirim ke otak oleh syaraf optik.
57,3 60 L
Sudut pandang [menit busur] =
D
dengan L = ukuran (tinggi objek) yang ikur tegak lurus dengan
garis pandang
D = jarak dari depan mata ke objek.
Posisi mata
Objek
VA L
Gambar 5
Konsep Sudut Pandang
49
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
50
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
51
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
52
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
53
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
No Data Persentil
54
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
55
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
56
REKAYASA KAROSERI DAN RANCANG BANGUN KENDARAAN BERMOTOR
57