Anda di halaman 1dari 20

Stabilitas dan dinamika kendaraan bermotor

BRAKE SYSTEM

Anggota Kelompok

1. Binaryo Adhinugroho A (18.01.0482)


2. Farhan afif zuhrianto (18.01.0488)
3. Hamda arfan fauza (18.01.0491)
4. Hanif yusfaula z (18.01.0493)
5. Shaula fidilia (18.01.0503)
6. Yuliana maria s.k fono (18.01.0506)

MKTJ A Semester 5

DIV KESELAMATAN TRANSPORTASI JALAN

POLITEKNIK KESELAMATAN TRANSPORTASI JALAN

TAHUN 2020

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sistem pengereman adalah salah satu bagian yang paling penting bagi kinerja sepeda motor. Rem
merupakan suatu sistem yang bekerja untuk mengontrol, memperlambat, dan menghentikan
perputaran. Prinsip kerja dari rem adalah merubah energi kinetik menjadi panas dengan cara
menggesekkan piringan (brake disc / rotor) dengan kampas rem (brake pad) pada saat kedua
komponen tersebut berkontak. Selama pengereman, getaran terjadi pada piringan dan kampas
rem. Ketidakrataan permukaan rotor (kekasaran permukaan) dan faktor gesekan mengakibatkan
kampas (pad) tertumbuk dan bergoncang. Pada akhirnya kampas bergetar pada kaliper dan
menyebabkan kaliper juga ikut bergetar. Getaran pada ketiga komponen yaitu piringan, kampas,
dan kaliper selanjutnya memiliki peran penting terhadap terjadinya bunyi saat pengereman
dilakukan.

Getaran pada komponen rem pada saat beroperasi kadang-kadang menimbulkan suara bising
(noise). Munculnya suara bising ketika proses pengereman dilakukan masih menjadi masalah
pada kebanyakan sistem pengereman. Secara umum suara bising diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu ; suara bising dengan frekuensi tinggi di atas 1000 Hz contohnya squeal, dan suara bising
dengan frekuensi rendah yaitu di bawah 1000 Hz seperti judder, groan, dan moan.

Pada dasarnya kontak yang terjadi adalah antara struktur statik dengan beban gesek dan kontak
geser pada keadaan kering. Kontak geser kering yang terjadi secara terus menerus akan
menghasilkan suara bising yang diakibatkan dari bentuk topografi permukaan kontak. Suara
bising terjadi karena respon getaran yang tidak stabil akibat dari gesekan. Ada beberapa
mekanisme yang menyebabkan suara bising. Menurut Ibrahim ada empat tipikal mekanisme
seperti stick-slip, negative friction velocity slope dan mode coupling structures. Suara bising
ditemukan saat frekuensi pribadi dari komponen pendukung system pengereman berada pada
nilai yang hampir sama dan juga hasil dari stick dan slip yang ditimbulkan karena interaksi
antara gesekan permukaan yang mana sumber energi adalah variasi dari gaya gesek dengan
kecepatan putar piringan. Penurunan kecepatan putar piringan merupakan salah satu solusi untuk
mengurangi penyebab suara bising. Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan melakukan kaji
eksperimen untuk menemukan pola gaya gesekan dan getaran pada rem cakram sepeda motor
yang kemudian menimbulkan suara

ISI
JENIS REM
Jenis Rem Berdasarkan Fungsinya
1. Rem Utama/Primer

Rem primer merupakan sistem pengereman utama pada kendaraan yang aktif menjaga
keselamatan mobil. Dengan kata lain, rem utama adalah rem yang akan bekerja ketika kita
menginjal pedal rem untuk memperlambat laju kendaraan. Rem ini, terletak pada masing masing
roda.
Pada mobil, rem utama digerakan oleh satu pedal yakni pedal rem sehingga ketika kita injak
pedal rem maka keempat roda akan melakukan pengereman secara bersama-sama. Sementara
pada motor, ada dua kontrol rem biasanya. Rem depan dan rem belakang.

2. Rem Parkir/Tangan

Jika rem utama fungsinya untuk mengurangi laju kendaraan, rem parkir dipakai untuk menahan
kendaraan. Rem parkir ini, tidak difungsikan sebagai rem utama karena meski bisa prinsipnya
sama seperti rem utama tapi mekanisme rem parkir tidak memiliki pegas pengembali.
Sehingga, rem ini lebih cocok dipakai untuk mengunci roda kendaraan agar tidak berputar. Rem
parkir inu sangat berguna ketika mobil terparkir pada jalanan menurun dan mengamankan
kendaraan agar tidak berjalan sendiri.Rem ini, diaktifkan melalui sebuah tuas yang memiliki
lock. Sehingga ketika ditarik otomatis roda akan terkunci. Selain memakai tuas, ada pula rem
parkir yang diaktifkan melalui sebuah tombol. Sistem ini dikenal sebagai Electronic Park Brake
(EPB) yang digerakan dengan bantuan motor listrik.

Macam - Macam Rem Berdasarkan Cara Kerja

1. Rem Tromol
Rem tromol menggunakan dua buah kampas rem yang digesekan pada sebuah tromol rem.
Tromol rem ini berbentuk seperti mangkuk dengan bahan besi, pada dinding tromol inilah
kampas rem akan menekan. Arah tekanan kampas pada tipe ini mengarah keluar, sehingga
putaran tromol akan terhenti apabila dinding tromol terkena gaya gesek kampas.
Sistem rem ini, memiliki permukaan gesek yang lebih luas. Hal itu bisa kita lihat bentuk kampas
yang digunakan memiliki permukaan yang lebar. Sehingga daya pengereman yang bisa dicapai
juga besar, oleh karena itulah rem tromol banyak dipakai pada kendaraan berat seperti bus dan
truk.

2. Rem Cakram

Sementara pada sistem rem cakram bekerja menggunakan prinsip jepitan. Dalam hal ini, piringan
rem sebagai media yang digesek akan mendapatkan jepitan dari kampas rem yang tertaut dengan
knucle.
Hal itu menyebabkan piringan berhenti berputar ketika kampas menjepit permukaan piringan.
Dari luas gesekan, memang tipe rem cakram lebih kecil tapi karena arah tekanannya
berlawanan/menjepit maka daya rem yang sedikitpun sudah bisa menghentikan laju kendaraan.
Oleh karena itu rem cakram dikenal sebagai rem yang responsif dan lebih kuat untuk
menghentikan laju kendaraan. Tapi, rem ini memiliki kelemahan ketika menghentikan laju
kendaraan yang memiliki momentum besar karena daya geseknya yang sempit tidak mampu
melawan energi putar roda.

3. Engine Brake
Untuk tipe ketiga mungkin secara sadar sering anda pakai atau bahkan anda tidak mengenali
sistem rem ini. Sesuai namanya, engine brake memakai energi mesin untuk melakukan
pengereman. Bagaimana caranya ?

Saat mesin deselerasi maka katup gas dari awalnya terbuka langsung tertutup. Hal itu berimbas
pada gerakan piston yang seolah ditahan oleh kevakuman intake manifold. Sehingga putaran
mesin cenderung langsung turun.

Jika pada kondisi ini kita hubungkan kopling dan masuk gigi, maka laju kendaraan akan tertahan
akibat perlambatan RPM mesin ini. Perlambatan inilah yang disebut sebagai engine brake. Meski
demikian, engine brake tidak masuk ke sistem pengereman utama mobil karena engine brake
hanya bekerja ketika mesin deselerasi.

Jenis Rem Berdasarkan Pengontrol

1. Rem Mekanis
Rem mekanis adalah pengontrol rem yang memanfaatkan kabel kawat sebagai penghubung
antara tuas rem dengan tuas cakram rem. Ini biasa kita temui pada sistem rem tromol sepeda
motor atau rem belakang motor.
Rem mekanis itu menjadi penggerak rem yang paling sederhana karena gerakan dari tuas
langsung diteruskan ke aktuator rem melalui kawat kabel. Tapi, kawat yang berbahan dasar
logam ini juga bisa molor atau memuai sehingga kita perlu melakukan penyetelan rem pada
sistem rem ini agar rem selalu pakem.

2. Rem Hidrolik
Berbeda dengan tipe mekanis yang memakai kabel kawat, pada sistem rem hidrolik sudah
memakai fluida sebagai penyalur tenaga. Prinsipnya menggunakan hukum pascal dimana ketika
tekanan yang dikenakan pada zat cair akan diteruskan kesegala arah dengan sama besar.
Fluida ini, akan menerima tekanan dari piston yang didorong akibat gerakan pedal/tuas rem.
Karen fluida tertekan oleh piston maka fluida akan mendorong kesegala arah dengan besar
tekanan sesuai tekanan piston. Disini, dorongan fluida akan diarahkan ke caliper atau silinder
roda untuk diubah kembali menjadi energi gerak.
Sistem rem fluida ini, banyak dipakai karena terbukti lebih efektif dan responsif karena daya
pengereman akan tersalurkan secara keseluruhan tanpa kerugian tenaga dan tidak ada istilah
molor.

3. Rem Angin
Pada prinsipnya, sistem rem angin juga sama seperti rem hidrolik hanya saja pada rem angin
tenaga pengereman tidak diperoleh dari pedal yang diinjak pengemudi melainkan dari angin
bertekanan. Sementara pedal rem hanya berfungsi membuka katup yang menyalurkan udara
bertekanan dengan aktuator rem.
Dalam hal ini, ada dua komponen yakni brake chamber yang akan mengubah tekanan angin
menjadi energi gerak dan air tank selaku penyedia udara bertekanan. Jika pedal gas ditekan maka
kedua komponen ini akan terhubung sehingga udara bertekanan akan mendorong kearah brake
chamber untuk menggerakan tuas aktuator rem.
Karena menggunakan tekanan angin, maka daya pengeremannya juga sangat besar. Ini dipakai
pada kendaraan-kendaraan besar seperti bus dan truk. Selengkapnya tentang Air Brake System
bisa anda teruskan pada artikel Mengenal sistem rem angin pada bus dan truk.

KOMPONEN REM
Komponen Rem Tromol

Kita tahu bahwa yang namanya kendaraan bermotor memiliki banyak sekali komponen dan juga
bagian yang memiliki fungsi berbeda. Namun dari banyaknya komponen yang ada mungkin rem
menjadi salah satu komponen paling vital keberadaannya disaat kendaraan bergerak maju atau
pun mundur.Hal tersebut karena rem sendiri memungkinkan setiap pengendara ataupun
pengemudi mobil dapat menghentikan laju kendaraan yang mereka naiki secara halus. Dan
bicara mengenai rem, di dalam otomotif sendiri ada dua tipe rem yang biasanya digunakan yaitu
rem cakram dan juga rem tromol.Kedua jenis rem tersebut tentu saja memiliki fungsi yang sama.
Akan tetapi dengan bentuk dan juga desain yang berbeda, maka sistem kerja dan juga komponen
yang dibawanya pun berbeda-beda. Maka dari itu jika sebelumnya pernah kami bahas mengenai
komponen rem cakram lengkap dengan fungsinya.

Sesuai namanya, Rem Tromol merupakan salah satu tipe rem yang ada pada kendaraan bermotor
baik itu mobil ataupun sepeda motor. Namun umumnya pada kendaraan mobil, sudah
menggunakan sistem rem hidrolik dengan memanfaatkan tekanan hidrolik untuk membantu
penekanan kanvas rem.
1. Backing Plate

Komponen rem tromol yang pertama adalah Backing Plate atau piringan berbahan logam yang
cukup tipis yang diletakan tepat berada di belakan sistem rem tromol. Komponen ini memiliki
fungsi sebagai rangka sekaligus pelindung komponen lainnya. Kemudian bentuk dari Backing
Plate ini yaitu lingkaran yang dimana memiliki banyak sekali lubang dan juga tonjolan. Tujuan
utama di buatnya banyak lubang tersebut pada kompone yang satu ini adalah untuk
menyesuaikan dengan part rem tromol.

2. Silinder Roda

Komponen berikutnya adalh Silinder Roda atau Wheel Cylinder. Fungsi utama dari komponen
ini yakni untuk mengubah tekanan fluida agar menjadi gerakan mekanis. Bahkan pada sistem
rem tromol, diketahui ada beberapa tipe silinder roda. Hanya saja dari beberapa tipe tersebut,
mungkin tipe atau jenis dual piston merupakan tipe yang paling banyak di gunakan untuk
mendampingi tromol jenis trailing dan juga leading. Umumnya tipe ini memiliki ciri-ciri silinder
roda yang terkait oleh baut ke backing plate dengan membawa dua piston. Sementara itu untuk
bagian-bagian dari siliner roda ini antara lain :

Piston

Spring

Piston Boot

Bleeder Nut

Wheel Cylinder Housing

3. Sepatu Rem & Kampas


Komponen yang selanjutnya bisa kita temukan pada sebuah rem tromol adalah Sepatu Rem dan
Kampas. Sepatu rem atau Brake Shoe merupakan tempat yang digunakan untuk meletakan
kampas rem pada sistem rem tromol. Sementara pada komponen rem cakram, bagian ini disebut
dengan brake pad. Sepatu rem mempunyai bentuk lingkaran yang terdiri dari 2 buah sepatu
dengan bentuk setengah lingkaran. Peletakan dari komponen ini tentu saja ada pada bagian
dalam rem tromol. Akan tetapi komponen rem tromol yang satu ini tidak akan bersinggungan
langsung dengan tromol. Melainkan ada bagian atau komponen lain yang diletakan dibagian atas
permukaan sepatu rem. Komponen ini disebut sebagai kampas rem yang dimana kampas rem ini
terbuat dari bahan keramik organic yang bisa di ganti ketika kondisinya sudah mulai menipis.

4. Return Spring

Return Spring menjadi komponen rem tromol lain yang akan bisa kita temukan. Komponen yang
satu ini memiliki fungsi untuk mengembalikan posisi sepatu rem ke posisi awal sebelum adanya
tekanan dari pedal atau tuas rem. Dan pada sistem kerja rem tromol sendiri terdapat dua buah
return spring, yaitu

Uper Spring : Yang mana per atau pegas ini berada pada sisi atas atau tepatnya dibawah roda
silinder. Fungsinya tidak lain dan tidak bukan untuk mengembalikan posisi sepatu rem ke posisi
awal.

Lower Spring : Kemudian ada pula pegas atau per yang terletak pada sisi adjuster. Dimna bebeda
dari Uper Spring, komponen ini berfungsi untuk menjaga posisi dua buah sepatu rem tromol agar
bisa menekan bagian adjuster.

5. Brake Shoe Holder

Pada sistem pengereman tromol untuk mobil, sepatu rem memang di letakan secara menempel
pada backing plate. Hanya saja bagian ini bersifat dinamis atau bisa digerakan. Dengan begitu
mekanisme holder yang digunakan akan bisa menunjang hal ini.
Sementara itu Brake Shoe Holder ini juga terdiri dari beberapa bagian termasuk sebuah pin yang
memiliki pengunci pegas atau per dan juga plat penekan. Yang dimana ketiga komponen yang
satu ini apabila di gabungkan akan menjadi satu baguan yang menempel pada backing plate.

6. Brake Shoe Adjuster

Brake Shoe Adjuster merupakan komponen rem tromol yang berada dibagian bawah rem tromol.
Bentuk dari komponen ini seperti screw yang dapat di adjuster. Fungsi dari komponen ini adalah
sebagai penyetel celah antara kampas rem tromol dan juga permukaan tromol saat ada gerakan
dari pedal rem yang di tekan atau tuas rem yang di tarik.

7. Parking Brake Lever

Jika anda mencari perbedaan rem tromol mobil dan motor, mungkin Parking Brake Lever
menjadi yang paling tepat anda pilih. Hal terebutlah yang membuat konstruksi rem tromol pada
sebuah mobil terbilang begitu rumit. Dalam sistem kerjanya, ada dua buah lever yang umum kita
jumpai.

Park Brake Lever : Untuk yang satu ini dibuat dengan salah satu ujung lengan akan memiliki
engsel yang akan terhubung dengan brak shoe dibagian sisi atas. Sedangkan ujung lainnya akan
terhubung dengan kabel rem.

Brak Shoe Link : Sementara jenis ini adalah jenis yang akan menghubungkan park brak lver
dengan brak shoe satunya.

8. Drum / Rem Tromol

Komponen yang tidak kalah penting keberadaannya adalah Drum Brake atau Tromol Rem itu
sendiri. Bagian ini merupakan bagian yang bisa dibilang paling keras mengingat komponen ini
terbuat dari baja tuang yang memiliki bentuk seperti drum atau tabung.
Yang jelas komponen atau bagian ini memiliki fungsi utama sebagai media gesekan bersama
kampas rem dengan tujuan putaran roda akan bisa berhenti ketika jalan. Drume Brake sendiri
terhungung dengan baut roda, sehingga ketika baut roda berputar, maka tromol juga berputar.

9. Parking Brake Cable

Kompnen rem tromol yang terakhir adalah parking brake cable atau kabel baja yang digunakan
untuk menarik sistem rem tromol. Kabel ini tentunya tidak jauh berbeda dengan jenis kabel baja
lainnya.

Yang mana fungsi dari kabel utama ini yakni untuk menghubungkan gerakan tuas rem parkir
dengan parking brake lever yang terdapat pada sisem rem tomol ini.

Komponen Rem Cakram

Sistem pengerman pada sebuah kendaraan baik itu motor ataupun mobil merupakan bagian yang
sangatlah penting keberadaannya sebagai bagaian dari pelengkap keamanan dan keselamatan
dalam berkendara. Yang dimana fungsi untama dari sistem pengereman sendiri sudah jelas yakni
sebagai pengurang laju kendaraan atau sebagai penahan kendaraan agar tidak bergerek maju
ataupun mundur. Dan umumnya, sistem pengereman sendiri ada dua jenis yang biasanya di
gunakan yakni rem tromol dan juga rem cakram. Dua jenis rem tersebut tentu memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun dua jenis rem tadi memiliki fungsi dan tujuan
sama saja. Dan untuk kesempatan kali ini mungkin kami tidak akan membahas mengenai rem
tromol, melainkan membahas mengenai rem cakram yang dimana kita tahu bahwa ada banyak
sekali komponen rem cakram yang harus kita ketahui. Menjadi salah satu bagian atau sparepart
yang begitu penting keberadannya, ternayta prinsip kerja dari rem sendiri ialah memanfaatkan
perubahan gaya gerak pada roda menjadi energi panas. Maka dari itu tentu saja ada beberapa
komponen rem cakram yang nantinya akan bersingungan langsung dengan bagian yang
menempel pada roda agar putaran roda bisa di diperlambat dan di hentikan.

1. Disc Brake atau Piringan


Disc Brake atau biasa di sebut dengan piringan cakram menjadi salah satu komponen rem
cakram yang begitu penting keberadannya. Pasanya komponen ini memiliki fungsi sebagai
media penekanan oleh kampas rem yang nantinya akan menimbulkan efek breaking. Komponen
ini biasanya terbuat dari material baja yang umumnya mampu menahan panas. Dan untuk
macamnya sendiri Disk Brake ada dua macam yaitu :

Solid Disc

Jenis disc brake yang satu ini umumnya akan kita jumpai pada kendaraan roda empat atau mobil.
Dan biasanya jenis piringan ini juga terbuat dari material baja yang memiliki ketahanan terhadap
panas dan gesekan lebih baik. Untuk bentuknya sendiri jenis ini tidak banyak memiliki lubang
karena bertrujuan untuk membuat daya cengkram yang lebih kuat.

Ventilated Disc

Sedangkan untuk kendaraan roda dua atau motor, biasanya menggunakan jenis ini. Yang dimana
sama-sama terbuat dari material baja namun umumnya memiliki ukuran yang lebih tipis dan
memiliki beberapa lubang yang di fungsikan untuk membuat piringan lebih cepat dingin dari
panas yang di hasilkan karena gesekan antara piringan dan kampas rem.

2. Kampas Rem

Seperti diatas kami sampaikan, komponen rem cakram sendiri ada beberapa bagian yang cukup
penting. Selain piringan ada juga kampas rem yang dimana fungsi dari kampas rem sendiri
adalah sebagai penjepit atau penahan putaran piringan atau disc brake saat motor dalam keadaan
laju. Untuk bahan pembuatnya sendiri kampas rem terdiri dari beberapa campuran bahan
organik.

3. Brake Caliper
Sebenarnya fungsi dari brake caliper sendiri tidaklah jauh berbeda dengan master siliner yang
ada pada bagian dari rem tromol. Yang dimana komponen rem cakram ini akan mengubah
tekanan hidrolik yang didapat dari piston menjadi energi gerak dalam bentuk tekanan. Dan pada
umumnya brake caliper terbagi menjadi dua jenis yaitu :

Fixed Caliper

Untuk fixed caliper sendiri merupakan komponen yang memiliki dua buah piston yang nantinya
akan bergerak secara berlawanan ketika bagian tersebut mendapatkan tekanan. Dan gerakan
gersebut nantinya akan menjepit kampas rem diantara dua piston yang ada.

Floating Caliper

Sementara floating caliper adalah komponen brake calpier yang dubuat melayang dengan tujuan
untuk bisa beregerak ke arah kanan dan kiri. Tentunya hal ini di karenakan jenis ini hanya
mempunyai satu piston pada salah satu sisinya.

4. Piston

Tidak hanya mesin yang memiliki piston, ternyata ada juga komponen rem cakram yang hampir
serupa yakni Piston dengan bentuk tabung. Secara umum posisi piston akan langsung
bersentuhan dengan kampas rem karena ketika adnya sebuah tekanan piston akan menekan
kampas secara merata.

5. Piston Seal

Seperti namanya tentu saja komponen rem cakram yang satu ini memiliki bentuk atau terbuat
dari sebuah karet. Akan tetapi berbeda dari karet pada umumnya, Piston Seal ini memiliki
kemampuan sealing untuk mencegah adanya kebocoran pada minyak rem yang terdapat pada
brake caliper.
6. Niple Bleed

Karena mengandalkan sistem hidrolik, komponen rem cakram yang tidak boleh tertinggal
selanjutnya adalah Niple Bleed. Yang dimana fungsi utama dari komponen yang satu ini yakni
untuk membuat kandungan udara yang tidak senagja terbawa pada sistem hidrolik.

7. Selang hidrolik

Komponen rem cakram yang juga tidak kalah pentingnya adalah selang hidroaulik. Selang ini
sedikit berbeda dari selang pada umumnya, termasuk juga selang saluran bahan bakar. Hal ini
karena seperti kita ketahui sistem hidrolik sendiri memiliki daya tekan yang begitu besar,
sehingga tidak kualitas selang yang harus di gunakan tentu saja haruslah selang yang mampu
menahan tekanan. Maka dari itu umumnya selang hidrolik sendiri terbuat dari material baja.

8. Booster Rem

Selanjutnya ada juga komponen bernama Booster Rem. Komponen ini akan berfungsi untuk
membantu meringankan daya tekan dari pedal rem tanpa mengurangi daya pengereman. Bahkan
dengan adanya booster rem ini, daya tekan yang di dapat pun akan bisa di lipat gandakan
sehingga pengereman akan jauh lebih maksimal.

9. Caliper Bracket
Seperti namanya, jelas bisa di gambarkan bahwa komponen rem cakram ini memiliki fungsi
sebagai pemegang kalipre rem. Yang dimana nantinya komponen utama kaliper rem tersebut
akan tetap berada pada tempatnya dan tidak akan bergerak sedikitpun.

Umumnya, komponen rem cakram yang satu ini akan selalu di hubungkan ke steering knuckle
pada kendaraan roda empat alias mobil. Hanya saja dengan bentuknya yang tidak
memungkinkan secara langsung di hubungkan maka munculah komponen tambahan berupa
bracket. Sedangkan pada motor, biasanya komponen ini digunakan untuk piringan yang memiliki
diameter lebih besar.

10. Disc Brake Oil Reservoir

Dan komponen rem cakram pada kendaraan yang terakhir adalah Reservoir yang mana
merupakan sebuah tabung yang didalamnya digunakan untuk menyimpan atau menampung
cairan fluida atau minyak rem cadangan. Dan biasanya komponen ini selalu menyatu dengan
master silinder.

CARA KERJA SISTEM REM


Rem Tromol

Setelah mengetahui apa saja bagian-bagian dan juga komponen rem tromol, tentu nya hal
menarik tentang bagaimana cara kerja rem tromol pun harus anda pahami dan ketahui agar tidak
menjadi masalah ketika anda melakukan perbaikan rem tromol sendiri.

Pada dasarnya rem tromol akan berkerja dari adanya gesekan yang akan di ubah menjadi energi
putar pada tromol menjadi energi gerak. Dengan adanya gerakan tersebut otomatis roda akan
berhenti namun diimbangi dengan sushu atau temperatur semakin meningkat.

Rem Cakram

Cara kerja rem cakram sendiri terbagi menjadi beberapa bagian yang nantinya akan
berkesinambungan satu dengan lainnya. Dimana awal terjadinya pengerman pada rem cakram ini
tentu saja adanya tekanan dari pedal atau handle yang kemudian disalurkan ke bagian kampas
rem menggunakan daya tekan yang biasanya di dapat dari sistem hidrolik yang di gunakan
dengan memanfaatkan piston dan juga minyak rem itu sendiri.

Ketika tekanan tersebut sampai pada bagian kampas rem, maka secara otomatis kampas-kampas
rem tersebut akan menjapit cakram yang sedang berputar seiring dengan berputaranya roda.
Dengan adanya japitan tersebut tentu saja putaran akan berkurang dan membuat laju kendaraan
semakin melambat.

Antilock Brake System (ABS)

EFISIENSI REM
1. Efisiensi rem utama adalah 60 % (gesekan antara permukaan roller pada breake dengan ban
hidup) digunakan untuk perhitungan gaya pengereman utama (Kg). Pada pengujian tipe (Kg = 60
% x beratsumbu kendaraan)

2. Efisiensi rem parkir minimal antara 12 % s.d 16 % dari hasil uji pada breake x 100 %

JARAK PENGEREMAN
Jarak pengereman itu sendiri juga perlu waktu untuk dapat memberhentikan kendaraan. Maka
jika kecepatan kita 100 kilometer per jam, kira-kira sekitar hampir 60 meter kendaraan masih
melaju bebas ke depan saat mata kita sudah melihat suatu kejadian di depan. Dapat dibayangkan
jika jarak aman dengan mobil di depan cukup dekat maka kemungkinan kita akan sulit
menghentikan laju kendaraan kita dengan jarak yang ada.

Selain menghitung jarak pengereman menggunakan satuan detik. Pihak kepolisian juga
merekomendasikan untuk menjaga jarak aman antar kendaraan menggunakan satuan meter, yang
disesuaikan dengan kecepatan kendaraan. Berikut cara menghitung jarak pengereman
menggunakan satuan meter.

1. 30 km/h jarak minimal 15 meter dengan jarak aman 20 meter

2. 40 km/h jarak minimal 20 meter dengan jarak aman 40 meter

3. 50 km/h jarak minimal 25 meter dengan jarak aman 50 meter

4. 60 km/h jarak minimal 30 meter dengan jarak aman 60 meter

5. 70 km/h jarak minimal 35 meter dengan jarak aman 65 meter

6. 80 km/h jarak minimal 40 meter dengan jarak aman 70 meter

7. 90 km/h jarak minimal 45 meter dengan jarak aman 75 meter

8. 100 km/h jarak minimal 50 meter dengan jarak aman 80 meter

Semakin tinggi kecepatan semakin besar juga jarak yang harus diambil sebagai jarak aman. Jadi
ada baiknya jika semakin kencang kita melaju sebaiknya kita menjaga jarak aman yang semakin
jauh.

IDENTIFIKASI KERUSAKAN REM


Rem merupakan piranti penting pada kendaraan yang berfungsi menurunkan kecepatan
kendaraan. Ada baiknya pengendara mengenali tanda-tanda apabila rem mulai mengalami
kerusakan. Mulai dari munculnya suara, getaran, daya, serta bau di sekitar rem.
Piranti keselamatan pada kendaraan seperti rem sebaiknya selalu dijaga dalam kondisi prima
serta dapat berfungsi dengan baik, khususnya sistem pengereman. Hampir setiap kendaraan
memberikan tanda atau sinyal ketika kondisi rem mulai menurun.

1. Indikator pada instrumen

Hampir setiap kendaraan dilengkapi dengan indikator rem yang dapat dilihat di Multi
Information Display (MID). Indikator ini berfungsi untuk memberikan tanda kepada pengemudi
sistem pengereman dalam kondisi normal atau tidak.

Jika rem dalam kondisi normal, maka indikator tersebut berada dalam posisi tidak menyala.
Sementara, saat rem dalam kondisi tidak normal atau bermasalah seperti kebocoran pada selang
minyak rem atau sensor ABS terganggu karena pemasangan kampas rem, lampu indikator akan
menyala.

2. Suara bising pada rem

Suara bising biasanya muncul saat kendaraan berada pada posisi pengereman. Suara tersebut
berasal dari indikator bantalan rem (brake pad). Bantalan rem terbuat dari bahan baja sehingga
menghasilkan suara bising ketika mulai tersentuh dengan rotor.

Jika menemukan kondisi seperti itu, sebaiknya ganti kampas rem dengan segera untuk
menghadirkan pengereman yang lebih optimal.

3. Getaran pada saat pengereman

Rotor merupakan piringan pada roda yang berfungsi memperlambat kecepatan kendaraan
melalui daya tekan pada bantalan rem. Getaran saat pengereman salah satunya disebabkan oleh
permukaan rotor dalam kondisi tidak rata.

Selain itu, getaran pada saat pengereman juga dapat disebabkan oleh daya cengkeram piston
yang berada di dalam calliper. Untuk menghindari getaran pada rem, pastikan baut roda
terpasang secara tepat serta sebaiknya menghubungi bengkel resmi jika getaran masih terus
berlangsung.

4. Kekurangan minyak rem

Minyak rem berfungsi sebagai pelumas serta melindungi komponen logam yang bergesekkan
untuk menghentikan laju kendaraan. Kekurangan minyak ditandai dengan berkurangnya daya
saat pengereman. Jika terjadi penurunan kapasitas minyak rem, cek kondisi selang serta seal.
Untuk memaksimalkan sistem pengereman, ganti minyak rem secara berkala. Hal ini berfungsi
untuk menghindari adanya endapan yang merusak selang atau seal.

5. Bau tajam pada rem


Pengereman berulang misalnya seperti pada kontur jalan terjal akan meningkatkan temperatur
pada rem, sehingga menghasilkan panas yang berlebih. Saat kondisi tersebut, rem dengan
kondisi kurang prima akan menghasilkan bau tajam. Sebaiknya, periksa segera kondisi rem serta
diamkan sejenak rem hingga kondisi rem menjadi dingin.

REGULASI REM
PM 33 TAHUN 2018 TENTANG PENGUJIAN TIPE KENDARAAN BERMOTOR

Pasal 52

Ayat (7) Spesifikasi teknis utama sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) huruf d meliputi:

Huruf e. sistem rem meliputi:

1. jenis rem meliputi:

a) cakram (disc);

b) teromol (drum); dan

c) kombinasi cakram dan teromol;

2. sistem pengendalian rem meliputi:

a) hidrolis;

b) pneumatis;

c) hidro-pneumatis; dan

d) mekanis;

3. sistem pengoperasian rem parkir meliputi:

a) tuas;

b) stick;

c) pedal; dan

d) tombol;

4. peralatan bantu rem meliputi:

a) tanpa peralatan bantu;


b) dengan peralatan bantu meliputi:

1) exhaust brake; dan

2) retarder;

5. cara kerja sistem rem:

a) pada sebagian sumbu; dan

b) pada seluruh sumbu;

REM DAN KESELAMATAN


Beberapa persyaratan sistem rem untuk mencapai kondisi pengendaraan dengan aman tersebut
antara lain sistem rem tidak memengaruhi gerak roda saat dipakai; sistem rem harus bisa
berfungsi dengan baik dalam keadaaan maksimal kecepataan dan beban pada kendaraan;
pengoperasian rem harus mudah tanpa menimbulkan kelelahan pada pengendara; harus
menghasilkan pengereman yang pasti dan mudah dalam mengecek serta mengotrol; harus
mempunyai high reliability dan durability dalam pengereman.

“Sistem rem dalam kendaraan berfungsi untuk mengurangi kecepatan, menghentikan ketika
sedang berjalan, serta menjaga agar tetap berhenti. Jika persyaratan tadi terpenuhi maka sistem
rem dalam menjalankan fungsinya dalam mendukung keselamatan berkendara,”

Serta teknik pengereman yang benar adalah saat mengerem, kita tidak boleh langsung menginjak
pedal rem dengan keras dan dalam. Karena jika teknik seperti itu dilakukan, maka itu dapat
mencelakakan tidak hanya diri kita sendiri, tapi juga pengendara lain yang ada di sekitar kita.

Jadi, teknik pengereman yang benar adalah, kita harus menginjak pedal rem secara progresif
alias perlahan. Begitu kita melepas pedal gas dan kaki kita berpindah ke pedal rem, maka begitu
menginjak pedal rem, kita harus menginjaknya pelan-pelan.

Setelah laju kendaraan mulai berkurang, barulah kita boleh menginjak pedal rem lebih dalam lagi
agar mobil bisa berhenti dengan lebih cepat.

KESIMPULAN
Di ketahui bahwa lebih bagus rem cakram di banding rem tromol dari segi
pengeremannya namun tidak bisa di pungkiri bahwa pada kenyataanya rem cakram hanya
mampu di aplikasikan pada kendaraan beban-beban ringan atau kendaraan penumpang untuk
kendaraan kendaraan berat lebih memakai rem tromol mungkin karena dari segi biaya dan
ketahanannya terhadap panas, dan lain lain namun dari segi pengereman yang di hasilkan jelas
rem cakram lebih bagus dari lebih tromol. Karena cepat berhenti ( pakem ).
Panas yang terjadi yang ditimbulkan oleh rem cakram lebih tinggi dibandingkan rem
tromol ini menunjukkan bahwa tingkat keausan pada rem cakram lebih tinggi dibandingkan rem
tromol, namun dari sisi torsi rem cakram lebih besar dibanding rem tromol. Dan hal ini terlihat
perbedaannya yang signifikan jika melakukan pengujian dengan kecepatan tinggi terlihat bahwa
rem cakram lebih pakem dibanding rem tromol, Jadi penggunaan jenis rem menyesuaikan
kebutuhan dari fungsi kendaraan

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai