BAB I
PENDAHULUAN
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Pengereman
1. Pengereman Mekanik
1) Rem Tangan / Hand Brake
Prinsip kerja dari pengereman ini adalah dengan menekankan sepatu rem ke
permukaan roda yang dilakukan secara manual melalui gagang rem pada
kabin masinis.
2) Rem Parkir / Parking Brake
Prinsip kerja dari pengereman ini adalah dengan menekankan sepatu rem ke
permukaan roda secara mekanis oleh tekanan pegas yang ada di dalam
silinder rem parkir. Dikontrol oleh sebuah magnet valve, jika bertegangan
maka udara masuk pada silinder rem parkir untuk melawan pegas dan tidak
terjadi pengereman, jika tidak bertegangan maka udara dalam silinder rem
parkir terbuang dan pegas mendorong sepatu rem ke permukaan roda dan
terjadilah pengereman. Rem parkir terdapat pada KRL Hollec, Hitachi, KRL-
I, KFW.
2. Pengereman Listrik
Media pengereman berupa Traksi Motor yang berubah fungsi menjadi
Generator
Sebuah pembebanan listrik diperlukan agar Arus Listrik keluar dari
Generator
Keluarnya arus listrik pada Generator menimbulkan gaya pengereman
Arus ini dikontrol agar didapat gaya pengereman sesuai dengan yang
diinginkan
Rem listrik efektif pada kecepatan tinggi dan menurun pada kecepatan
rendah
Rem listrik tidak bisa memberhentikan tetapi efektif untuk memperlambat
KRL
1) Rem Dinamik
Rem Dinamik adalah pengereman yang terjadi pada saat Traksi Motor
berubah fungsi menjadi Generator karena gaya dorong KRL kemudian
disisipkan Main Resistor sebagai beban listrik Generator tersebut. Arus
listrik mengalir dari Generator menuju ke Main Resistor dan terjadilah gaya
pengereman. Besaran gaya pengereman bergantung pada besar kecilnya arus
yang mengalir yang diatur oleh besarnya nilai Main Resistor. Karena dialiri
arus listrik maka pada Main Resistor menjadi panas.
2) Rem Regeneratif
Pengereman Regeneratif adalah pengereman yang terjadi pada saat Traksi
Motor berubah fungsi menjadi Generator karena gaya dorong KRL,
kemudian Arus Listrik yang dihasilkan disalurkan kembali ke LAA untuk
dipakai oleh KRL lain
tambahan pada Automatic Brake yang telah ada. KRL yang beroperasi di
Jabodetabek tidak ada yang menggunakan pengereman jenis ini.
3) Electro Pneumatic Straight Air Brake With Automatic Brake
Disebut juga dengan pengereman 3 pipa (MR, BP, SAP). Pada sistem
pengereman ini, respon pengereman sangat cepat karena udara SAP
dibangkitkan pada tiap kereta oleh magnet Valve pengereman yang terdapat
pada tiap-tiap kereta. Magnet Valve pengereman dikontrol oleh Electro-
Pneumatic Master Controller pada kabin yang dilayani. Magnet Valve
Pengereman pada tiap kareta berfungsi untuk mengatur tekanan udara SAP
dimana udara SAP adalah perintah untuk terbentuknya tekanan BC.
Pipa SAP terhubung sepanjang rangkaian kereta sehingga pengereman tiap
kereta seimbang. Udara SAP dikirim kembali ke Electro-Pnumatic Master
Controller, setelah tekanan SAP dan CP (Control Pressure) seimbang maka
pengisian udara SAP terhenti dan tekanannya tertahan sesuai udara CP dalam
situasi ini tekanan pengereman akan tertahan pada tekanan tertentu. Sistem
pengereman ini dilengkapi dengan Automatic Brake (Pengaturan tekanan BP)
sebagai pengaman jika terjadi kegagalan pada pengereman SAP.
4) All Electric Command Air Brake System
Pada sistem pengereman ini, perintah pengereman dari handle brake
ditransmisikan secara elektrik pada tiap-tiap kereta dan dikonversikan
menjadi perintah tekanan pneumatik pada tiap-tiap kereta. Sistem yang serba
elektrik menjadikan pengereman jenis ini mudah dikontrol, respon yang
cepat dan mudah diaplikasikan bersama-sama antara rem listrik dan
pneumatic (Blending System).
Sistem pengereman All Electric Command ini biasanya hanya terdapat satu
pipa udara antar kereta yaitu Pipa MR dan mempunyai pengaman berupa
Rem Cadangan/Rem Udara langsung, akan tetapi ada pula sistem All Electric
Command dengan pengaman Pipa BP seperti yang terdapat pada KRL Hollec
dan Hitach. KRL yang menggunakan sistem pengereman All Electric
Command antara lain: Seri 8000/8500; Seri Metro 6000,7000, 05; JR 05;
KFW.
6
Katup Rem
Release (0°)
Full Service (80°)
Automatic Lap (100°)
Automativ Service (115°)
Emergency (140°)
Handle Off (165°)
1) Kelompok Pipa
Terdapat saluran udara berikut:
o MR: Main Reservoir Pipe (Pipa Tangki Utama)
o CP: Control Pipe (Pipa Kontrol)
7
Katup Self-lapping adalah katup yang terpasang pada katup rem dan bekerja
dengan menggeser handle rem pada katup rem pada sudut 15°-80°. Bekerja
dengan mengubah tekanan tangki udara suply (MR) menjadi tekanan udara
kontrol (CP) berdasarkan perintah besar kecilnya sudut pengereman. Udara
kontrol ini kemudian dikirim ke Electro-Pneumatic Master Controller.
Untuk menghasilkan tekanan SAP sebesar 420 Kpa maka tekanan udara
kontrol (CP) diatur 460 ± 10 KPa, jika saat rem Full Service tekanan tidak
sesuai maka Self-Lapping Valve bisa disetel dengan memutar baut setelan
pada ujung belakang self-lapping valve saat posisi rem full service.
Pada jenis All Electric Command Air Brake System tidak menggunakan Brake
Valev, pada handle pengereman hanya berisi kontak-kontak elektrik sebagai
perintah besar kecilnya pengereman yang akan diaplikasikan.
Biasanya disebut B-I Master, berfungsi untuk mengatur tegangan yang masuk
ke Magnet Valve pengereman (Aplikasi dan Release Valve) berdasarkan perintah
8
tekanan udara kontrol (CP) yang berasal dari Self-Lapping Valve. Komponen ini
juga bekerja dengan mendeteksi tekanan SAP yang terbentuk oleh Aplikasi
Magnet Valve untuk menjaga tekanan pengereman sesuai perintah dari handle
rem (tekanan CP).
1) Posisi Pengisian/Service
Ketika handle rem digeser ke posisi mengerem maka brake mengirim udara
CP ke unit Electro-Pneumatic Master Controller, maka kontak P (Aplication)
dan S (Releas) akan close, Aplication dan Release Magnet Valve pada tiap
kereta akan Energized. Aplication MV energized untuk mengisi udara SAP dan
Release MV energized untuk menjaga agar SAP tidak terbuang ke udara luar.
2) Posisi Lap/Rem ditahan pada posisi tertentu
Udara SAP yang terbentuk dikembalikan ke Unit Electro-Pneumatic Master
Controller hingga kondisi udara SAP dan CP menjadi seimbang. Karena
setelan kerapatan kontak S (Release) dan kontak P (Aplication) tidak sama, hal
ini menjadikan pada kondisi tersebut kontak P terbuka dan kontak S masih
tertutup. Yang berarti pengisian SAP dihentikan oleh kontak P dan karena
kontak S masih tertutup maka tekanan SAP dijaga agar tidak terbuang ke
udara luar. Pada kondisi ini tekanan SAP dijaga tetap konstan.
3) Pengurangan Tekanan Rem
Ketika handle rem digeser ke arah release maka tekanan udara CP akan
berkurang. Dalam kondisi ini tekanan SAP menjadi lebih besar dibandingkan
9
tekanan CP. Hal ini mengakibatkan kontak S (Release) menjadi terbuka dan
Release MV tidak energized yang berarti udara SAP akan terbuang ke udara
luar. Tekanan SAP akan turun hingga terjadi keseimbangan lagi dengan
tekanan CP pada unit Electro-Pneumatic Master Controller, setelah seimbang
maka kontak S (Release) akan kembali tertutup dan pembuangan SAP
dihentikan.
4) Penambahan Tekanan Rem
Ketika handle rem digeser ke arah full service maka tekanan udara CP akan
bertambah. Dalam kondisi ini tekanan CP lebih besar dibandingkan tekanan
SAP. Hal ini mengakibatkan kontak P (Aplication) menjadi tertutup dan
Aplication MV akan energized yang berarti tekanan SAP bertambah hingga
terjadi keseimbangan lagi dengan tekanan CP pada unit Electro-Pneumatic
Master Controller, setelah seimbang maka kontak P (Aplication) kembali
terbuka dan peengisian SAP dihentikan.
5) Posisi Release
Ketika handle rem digerakkan ke posisi release maka tekanan CP menjadi nol,
kontak S (Release) akan terbuka dan Release MV tidak enegized maka udara
SAP akan terbuang semuanya ke udara luar dan tekanan pengereman menjadi
nol (Release). Pada kondisi ini kontak S dan kontak P akan terbuka.
6) Penyetelan Electro-Pneumatic Master Controller
Pada kondisi tertentu, Electro-Pneumatic Master Controller perlu dilakukan
penyetelan, misalnya:
o Respon pengereman kurang baik ketika handle posisi lebih dari 15˚
o Pengereman tidak stabil
o Setelah dilakukan pembongkaran (Overhoul)
Posisikan handle rem pada posisi ikat ±30 Kpa, pada posisi ini lakukan
penyetelan pada kontak Pdengan jarak kerapatan 0.8 – 1 mm.
4. Katup J-Relay
Fungsi dari katup J-Relay adalah untuk mengatur tekanan BC berdasarkan
perintah udara SAP dengan perbandingan tertentu dan membuang BC ke udara
luar jika tekanan SAP dikurangi. Katup ini didesain untuk respom pengereman
yang cepat karena memiliki ukuran katup yang besar.
11
Katup J-Relay
o Pengisian Tekanan BC
Pada saat handle rem digeser ke posisi mengerem maka udara kontrol (SAP)
bertekanan dan akan mengisi ruang A, membran akan terangkat dan katup
akan terbuka maka ruang C (SR) mengisi ruang B untuk mengisi tekanan
BC. Udara yang ada pada ruang B yaitu tekanan BC akan terus terisi
menekan membran ke bawah untuk melawan tekanan SAP, setelah tekanan
SAP dan BC seimbang maka katup penghubung ruang C (SR) ke ruang B
(BC) akan tertutup dan tekananBC dipertahankan sesuai perintah dari
tekanan SAP.
o Pengurangan Tekanan BC
Ketika handle rem digeser ke posisi release maka tekanan SAP akan
berkurang dan membran J-Relay terdorong ke bawah oleh tekanan BC
dikarenakan tekanan BC lebih besar dibanding tekanan SAP. Hal ini
menyebabkan katup yang menghubungkan ruangan B (BC) dan ruangan D
(udara luar) akan terbuka dan udara BC akan terbuang ke udara luar. Ketika
tekanan BC kembali seimbang dengan tekanan SAP maka katup akan
tertutup kembali dan tekanan BC kembali dipertahankan pada tekanan sesuai
SAP.
5. Katup Beban Penumpang (Berat Muat)
Katup ini bekerja berdasarkan perubahan tekanan pada pegas udara (Air
Spring) yang disebabkan oleh bertambahnya jumlah penumpang oleh
12
pengaturan levelling valve. Tekanan pegas udara (ASP) direspon oleh katup
beban untuk menambah tekanan udara kontrol (AC) sesuai dengan beban
penumpang yang diterima sehingga tekanan BC menjadi bertambah. Hal ini
diperlukan agar perlambatan kereta bisa konstan meskipun jumlah penumpang
bertambah.
Pada sistem pengereman yang menggunakan katup relay bertingkat, katup
beban berfungsi menyediakan udara kontrol (AC) yang masuk ke katup-katup
yang ada pada katup relay bertingkat. Pada sistem pengereman yang
menggunakan EP valve, tekanan ASP dideteksi oleh sebuah sensor tekanan
udara dan yang menambahkan tegangan ke EP valve berdasar besar kecilnya
tekanan ASP yang pada akhirnya akan menambah tekanan BC berdasarkan
beban yang terdeteksi. Pada sistem pengereman yang menggunakan EP valve,
katup beban hanya berfungsi membatasi tekanan pengereman saat terjadi
pengereman emergency.
6. Katup Penurunan Tekanan (Reducing Valve)
Berfungsi untuk menurunkan tekanan udara pada nilai tertentu berdasarkan
tekanan pegas yang ada di dalam reducing valve. Cara kerja reducing valve
yaitu ketika tekanan pegas udara out (ruang B) kosong maka pegas mendorong
membran dan batang katup ke atas maka katup akan terbuka sehingga udara in
(ruang A) akan masuk ke ruang B, ini disebut langkah pengisian. Udara yang
masuk ke ruang B mendorong membran ke bawah dan melawan pegas hingga
katup tertutup maka tekanan udara out (ruang B) menjadi konstan, ini disebut
langkah lap.
8. Katup Inshot
Prinsip kerja sama seperti reducing valve, katup inshot berfungsi
menyediakan udara kontrol dengan tekanan ±40 KPa pada saat terjadi
pengereman listrik yang dikontrol oleh lock out magnet valve. Jadi pada saat
terjadi pengereman listrik tekanan BC dipertahankan ±40 Kpa untuk menjaga
transisi yang halus dari pengereman listrik ke pengereman pneumatic pada saat
kecepatan rendah. Inshot Valve hanya terdapat pada kereta M.
\
Katup Inshot
14
9. Brake Rigging
15
BAB III
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
BAB IV
PERSOALAN YANG DIBAHAS DALAM KP
19
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran