Lokomotif adalah bagian dari rangkaian kereta api di mana terdapat mesin untuk
menggerakkan kereta api. Biasanya lokomotif terletak paling depan dari rangkaian kereta api.
Operator dari lokomotif disebut masinis. Masinis menjalankan kereta api berdasarkan
perintah dari pusat pengendali perjalanan kereta api melalui sinyal yang terletak di pinggir
jalur rel.
JENIS JENIS LOKOMOTIF
Jenis lokomotif berdasarkan mesin :
Berdasarkan mesinnya, lokomotif terbagi menjadi
1. Lokomotif uap. Merupakan cikal bakal mesin kereta api. Uap yang dihasilkan dari
pemanasan air yang terletak di ketel uap digunakan untuk menggerakkan torak atau
turbin dan selanjutkan disalurkan ke roda. Bahan bakarnya bisanya dari kayu bakar
atau batu bara.
2. Lokomotif diesel mekanis. Menggunakan mesin diesel sebagai sumber tenaga yang
kemudian ditransfer ke roda melalui transmisi mekanis. Lokomotif ini biasanya
bertenaga kecil dan sangat jarang karena keterbatasan kemampuan dari transmisi
mekanis untuk dapat mentransfer daya.
3. Lokomotif diesel elektrik. Pada Lokomotif ini Mesin diesel dipakai untuk memutar
generator agar mendapatkan energi listrik. Listrik tersebut dipakai untuk
menggerakkan motor listrik besar yang langsung menggerakkan roda.
4. Lokomotif diesel hidraulik. Lokomotif ini menggunakan tenaga mesin diesel untuk
memompa oli dan selanjutnya disalurkan ke perangkat hidraulik untuk menggerakkan
roda. Lokomotif ini tidak sepopuler lokomotif diesel elektrik karena perawatan dan
kemungkinan terjadi problem besar.
5. Lokomotif listrik. Lokomotif ini adalah lokomotif yang paling populer. Prinsip
kerjanya hampir sama dengan lokomotif diesel elektrik, tetapi tidak menghasilkan
listrik sendiri. Listriknya diperoleh dari kabel transmisi di atas jalur kereta api.
Jangkauan lokomotif ini terbatas hanya pada jalur yang tersedia jaringan transmisi
listrik penyuplai tenaga.
KARAKTERISTIK GERBONG
Gerbong adalah wagon kendaraan yang digunakan untuk mengangkut barang. Gerbong
berbeda dengan kereta, yang berarti wagon kendaraan yang digunakan untuk mengangkut
orang. Diketahui bahwa Gerbong adalah sarana perkeretaapian yang ditarik Lokomotif yang
digunakan untuk mengangkut BARANG. Sedangkan, Kereta adalah sarana perkeretaapian
yang ditarik lokomotif atau Mempunyai penggerak sendiri yang digukanan untuk
mengankut ORANG.
MUATAN GERBONG
Barang yang diangkut dengan gerbong barang dikelompokkan atas:
barang umum
barang khusus
bahan berbahaya dan beracun dan
limbah bahan berbahaya dan beracun.
Jenis muatan
Gerbong dibedakan lagi berdasarkan jenis muatannya antara lain:
Gerbong datar
1. Gerbong datar untuk barang umum, digunakan untuk barang-barang yang tahan
terhadap cuaca, tidak perlu dilindungi terhadap cuaca, seperti mengangkut alat
transportasi seperti mobil, alat berat, besi baja (dalam bentuk batangan ataupun coil)
atau barang-barang yang dimasukkan dalam peti dengan bobot yang besar sehingga
tidak terguling pada saat kereta sedang berjalan. Tata cara pengikatan dan penutupan
dengan terpal harus diperhatikan.
2. Gerbong datar peti kemas, yang digunakan untuk mengangkut peti kemas 20 kaki, 40
kaki ataupun peti kemas dua susun (double stack).
Gerbong tertutup
Digunakan untuk mengangkat barang yang yang memerlukan perlindungan terhadap cuaca,
seperti angkutan paket/parcel, peralatan elektronik atau barang-barang lainnya.
Gerbong barang curah
1. Gerbong curah kering adalah gerbong yang digunakan untuk mengangkut barang curah
kering seperti batubara, pasir, batu kerikil
2. Gerbong curah cair digunakan untuk mengangkut barang curah cair seperti bahan bakar
minyak, minyak kelapa sawit yang langsung dicurahkan ke dalam tangki yang terikat pada
gerbong.
KAERAKTERISTIK KERETA
Kereta api adalah bentuk transportasi rel yang terdiri dari serangkaian kendaraan yang
ditarik sepanjang jalur kereta api untuk mengangkut kargo atau penumpang. Gaya gerak
disediakan oleh lokomotif yang terpisah atau motor individu dalam beberapa unit. Meskipun
propulsi historis mesin uap mendominasi, bentuk-bentuk modern yang paling umum adalah
mesin diesel dan listrik lokomotif, yang disediakan oleh kabel overhead atau rel tambahan.
Sumber energi lain termasuk kuda, tali atau kawat, gravitasi, pneumatik, baterai, dan turbin
gas. Rel kereta api biasanya terdiri dari dua, tiga atau empat rel, dengan sejumlah monorel
dan guideways maglev dalam campuran. Kata 'train' berasal dari Bahasa Prancis
Kuno trahiner, dari bahasa Latin trahere 'tarik, menarik'.[1]
Ada berbagai jenis kereta api yang dirancang untuk tujuan tertentu. Kereta api bisa terdiri
dari kombinasi satu atau lebih dari lokomotif dan gerbong kereta terpasang, atau beberapa
unit yang digerakkan sendiri (atau kadang-kadang pelatih bertenaga tunggal atau
diartikulasikan, disebut sebuah kereta mobil). Kereta pertama dengan bentuk ditarik
menggunakan tali, gravitasi bertenaga atau ditarik oleh kuda. Dari awal abad ke-19 hampir
semuanya didukung oleh lokomotif uap. Dari tahun 1910-an dan seterusnya lokomotif uap
mulai digantikan oleh kurang dan bersih (tetapi lebih kompleks dan mahal) lokomotif
diesel dan lokomotif listrik, sementara pada waktu yang sama beberapa kendaraan unit yang
digerakkan sendiri baik sistem tenaga menjadi jauh lebih umum dalam pelayanan
penumpang.
JENIS KERETA API
Kereta api konvensional
Kereta api rel konvensional adalah kereta api yang umum dijumpai. Menggunakan rel yang
terdiri dari dua batang besi yang diletakan di bantalan. Di daerah tertentu yang memliki
tingkat ketinggian curam, digunakan rel bergerigi yang diletakkan di tengah tengah rel
tersebut serta menggunakan lokomotif khusus yang memiliki roda gigi.
Kereta ini berbahan bakar batubara , uap dan diesel dan terkenal berisik terlebih kereta api
yang membutuhkan pembuangan uap yang sering membunyikan suara khas kereta api yang
Cumiikkan telinga.
Kereta api monorel (kereta api rel tunggal) adalah kereta api yang jalurnya tidak seperti jalur
kereta yang biasa dijumpai. Rel kereta ini hanya terdiri dari satu batang besi. Letak kereta api
didesain menggantung pada rel atau di atas rel. Karena efisien, biasanya digunakan sebagai
alat transportasi kota khususnya di kota-kota metropolitan dunia dan dirancang mirip seperti
jalan layang.
Kalau sebuah kota dibangun dengan lintas layang atau bawah tanah, maka tidak ada pintu
perlintasan kereta api, sehingga jadwal kereta api bisa 1,5 - 2 menit sekali seperti yang terjadi
di Jepang. Oleh sebab itu KRL di Jakarta tidak mungkin dioperasikan kurang dari 10 menit,
karena masih ada pintu perlintasan kereta api, akibatnya juga setiap rangkaian KRL selalu
penuh.
Kereta api permukaan (surface)
Kereta api permukaan berjalan di atas tanah. Umumnya kereta api yang sering dijumpai
adalah kereta api jenis ini. Biaya pembangunannya untuk kereta permukaan adalah yang
termurah dibandingkan yang di bawah tanah atau yang layang. Umumnya lintasan permukaan
ini di Indonesia dibangun sebelum Perang Dunia II.
Kereta ini sekarang menjadi icon pariwisata pada kota kota tertentu seperti solo yang
sekarang membuat kereta ini selain sebagai sarana transportasi juga sarana icon pariwisata
untuk menarik wisatawan dan menambah kenyamanan warga dan pelancong.
Kereta api layang berjalan di atas dengan bantuan tiang-tiang, hal ini untuk menghindari
persilangan sebidang, agar tidak memerlukan pintu perlintasan kereta api. Biaya yang
dikeluarkan sekitar 3 (tiga) kali dari kereta permukaan dengan jarak yang sama, misalnya
untuk kereta api permukaan membutuhkan $ 10 juta maka untuk kereta api layang
membutuhkan dana $ 30 juta. Di Jakarta ada satu lintasan dari Manggarai ke Kota lewat
stasiun Gambir. Pada lintas tengah ini, Manggarai - Kota, tidak ada pintu perlintasan kereta
api. Rencana semula untuk lintas timur (Jatinegara - Senen - Kota) dan lintas barat
(Manggarai - Tanah Abang), juga akan dilayangkan namun keuangan tidak memadai,
sehingga hanya lintas tengah saja yang diselesaikan sementara ini. Rencananya dari Senayan
ke Kuningan terdapat lintas layang monorel buatan Malaysia.
Kereta api bawah tanah (subway)
Kereta api bawah tanah adalah kereta api yang berjalan di bawah permukaan tanah (subway).
Kereta jenis ini dibangun dengan membangun terowongan-terowongan di bawah tanah
sebagai jalur kereta api. Umumnya digunakan pada kota kota besar (metropolitan) seperti
New York, Tokyo, Paris, Seoul dan Moskwa. Selain itu ia juga digunakan dalam skala lebih
kecil pada daerah pertambangan. Biaya yang dikeluarkan sangat mahal sekali, karena sering
menembus 20m di bawah permukaan, kali - bangunan maupun jalan, yaitu 7 (tujuh) kali lipat
dari pada kereta permukaan. Misalnya kalau untuk membangun dengan jarak yang sama
untuk permukaan membutuhkan $ 10 juta, maka yang di bawah tanah memerlukan $ 70 juta.
Di Jepang pembangunan lintas subway telah dimulai sejak tahun 1905.Jakarta rencananya
akan dibangun subway segmen Dukuh Atas ke Kota dari Proyek MassTransit Jakarta.
1. Eksekutif
1. Argo
2. Satwa
3. Campuran
2. Bisnis AC
3. Ekonomi AC
1. PSO (menggunakan AC Split)
2. Non-PSO (menggunakan AC Central)
Kereta makan (KM/M) ada yang merupakan kelas eksekutif (KM1/M1) dan kelas bisnis
(KM2). Sedangkan kereta makan dan pembangkit (KMP/MP) ada yang merupakan kelas
eksekutif (KMP1/MP1), kelas bisnis (KMP2/MP2), dan kelas ekonomi (KMP3/MP3).
Untuk kereta pembangkit (KP/P), khusus untuk kereta penumpang dengan generator (KP),
hanya ada di kelas ekonomi (KP3), dan untuk kereta pembangkit saja (P), diklasifikasikan
sebagai kelas eksekutif karena liverynya menggunakan livery kereta eksekutif.
Kereta bagasi dapat diklasifikasikan sebagai kereta api eksekutif, bisnis, maupun ekonomi,
dan di era livery kesepakatan saat ini, itu tergantung pada warna pintunya, biru, abu-abu, atau
orange, namun kodenya tetap B.
KERETA API BARANG
Kereta api barang atau Kereta api Bagasi adalah kereta api yang digunakan untuk
mengangkut barang (kargo), pupuk, hasil tambang (pasir, batu, batubara ataupun mineral),
ataupun kereta api trailer yang digunakan untuk mengangkut peti kemas. Selain itu digunakan
gerbong khusus untuk mengangkut ternak, ataupun tangki untuk mengangkut minyak atau
komoditas cair lainnya (bahan kimia dll).
JARAK PENGEREMAN
Setiap jenis kendaraan yang bergerak pasti memiliki rem termasuk kereta api yang terdiri dari
lokomotif dan rangkaiannya (kereta / gerbong). Masing-masing jenis kendaraan tersebut
memiliki karakteristik pengereman tersendiri, dan masing-masing karakteristik pengereman
tentunya memiliki jarak pengereman (stoping distance) yang berlainan pula.
Jarak pengereman kereta api adalah jarak yang dibutuhkan mulai saat masinis menarik tuas
(handle) rem dengan kondisi pelayanan pengereman penuh (full brake) sampai dengan kereta
api benar-benar berhenti.
Yang dimaksud dengan pengereman penuh (full brake) pada rangkaian kereta api yang
dilengkapi peralatan pengereman udara tekan (Westinghouse) adalah menurunkan tekanan
udara pada pipa utama sebesar 1,4 – 1,6 kg/cm2 (1,4 – 1,6 atm) melalui tuas pengereman
yang dilakukan masinis di lokomotif yang menyebabkan tekanan maksimum pada silinder
pengereman kereta / gerbong mencapai 3,8 kg/cm2 (3,8 atm) pada masing-masing kereta /
gerbong.
Jarak pengereman (L) dihitung dalam meter (m) sangat penting pengaruhnya pada kereta api
sebagai bahan acuan bagi masinis kapan saatnya harus menarik tuas rem dan memulai
pengereman untuk dapat berhenti pada waktu dan tempat yang ditentukan harus berhenti.
Dalam keadaan normal dimana kereta api yang berjalan dalam kecepatan penuh dan masinis
menyadari bahwa kereta apinya harus berhenti di depan suatu sinyal karena tertahan oleh
semboyan 7 (sinyal tidak boleh dilalui) maka masinis harus memperkirakan jarak
pengereman dimana harus mulai menarik tuas rem sampai dengan kereta api harus dapat
berhenti di muka sinyal tersebut.
Dalam pemeriksaan atau penyidikan kecelakaan kereta api, jarak pengereman dapat
mengungkap penyebab suatu kecelakaan kereta api misalnya tabrakan kereta api frontal di
jalan bebas, suatu kereta api menabrak kereta api lain dari belakang di jalan bebas, suatu
kereta api menabrak kereta api lain di emplasemen stasiun atau suatu kereta api menabrak
kendaraan jalan raya yang mogok di jalan perlintasan.
Analisis lapangan dan analisis terhadap kondisi teknis pengereman kereta api tersebut dapat
mengungkap penyebab kecelakaan yaitu apakah disebabkan faktor teknis (technical error)
atau faktor kesalahan operator (human error). Di lapangan dapat dihitung jarak yang tersedia
untuk melakukan pengereman mulai dari lokasi tabrakan sampai dengan lokasi dimana
masinis sudah dapat melihat benda / kereta api lain yang menghalangi kereta apinya yang
dihitung dalam asumsi kecepatan penuh.
Analisis terhadap kondisi teknis pengereman kereta api dimaksudkan untuk mendapatkan
data apakah kereta api tersebut memiliki peralatan pengereman yang seharusnya menurut
syarat-syarat teknis pengereman yang ditetapkan atau tetap dioperasikan dalam kondisi
menyimpang dari peraturan teknis pengereman yang ditetapkan.
Dari kondisi tersebut maka dapat diketahui apakah penyebab tersebut akibat masinis
terlambat melayani tuas pengereman, jarak yang tidak mencukupi atau faktor teknis peralatan
yang di bawah standar yang ditentukan. Kondisi lain yang dapat diasumsikan adalah jika
“masinis tertidur” apakah peralatan “dedman pedal” atau “automatic emergency brake” dapat
bekerja baik dalam situasi kecepatan penuh untuk melakukan pengereman penuh mulai dari
lokasi dimana diasumsikan masinis mulai tertidur.
Pelayanan peralatan pengereman kereta api dapat bekerja dengan 3 cara yaitu dilayani oleh
masinis dari lokomotif, dilayani secara otomatis oleh sistem pengamanan di lokomotif
melalui peralatan yang disebut “dead-man pedal” atau “automatic emergency brake” serta
oleh awak kereta api dalam rangkaian dengan menarik tuas “emergency brake” yang tersedia
pada setiap kereta / gerbong.
Faktor Yang Berpengaruh Pada Jarak Pengereman
Prosentase gaya pengereman adalah besaran gaya pengereman yang bekerja dibandingkan
dengan berat kereta api yang akan dilakukan pengereman dikalikan dengan 100%. Semakin
kecil besaran gaya pengereman maka akan semakin panjang jarak pengereman. Kasus
besaran gaya pengereman tidak dapat mencapai angka 100% dipengaruhi oleh jumlah kereta /
gerbong yang tidak bekerja atau tidak dilayani dalam suatu rangkaian kereta api.
Mengingat bahwa kereta api di Indonesia menggunakan sistem pengereman udara tekan dari
Knorr, maka rumus yang dapat dipakai adalah rumus Minden, yaitu :
Tabel Nilai ψ
Kecepatan (V) – km/jam Rem Posisi (R atau P) Rem Posisi (G)
40 0,84 0,85
50 0,90 0,92
60 0,94 0,97
70 0,96 1,00
80 0,99 1,06
90 1,00 1,06
100 1,00 -
Uji coba pengereman harus dilakukan melalui uji coba stasioner dan uji coba operasional. Uji
coba stasioner dilakukan dengan maksud untuk mengetahui tekanan udara pada pipa utama,
reservoir dan silender rem serta mengetahui waktu pengereman yang dibutuhkan sewaktu
melakukan pengereman dan pelepasan. Uji coba operasional dilakukan dengan maksud
mengetahui jarak pengereman pada berbagai kecepatan.
Uji coba yang pernah dilakukan pada rangkaian kereta api penumpang dengan jumlah
rangkaian sebanyak 8 – 10 kereta menggunakan bogie NT.11 / K5 dan dihitung dengan
rumus Minden menghasilkan tabel :
70 332 415
80 420 650
90 527 745
Uji coba operasional yang pernah dilakukan menggunakan rangkaian kereta api dengan
seluruh kondisi pengereman tiap-tiap kereta keadaan baik dan sesuai teknik persyaratan
pengereman yang ditetapkan. Seluruh rangkaian menggunakan blok rem dengan bahan dari
besi cor.
Tabel di atas membuktikan bahwa jarak pengereman hasil percobaan operasional lebih
panjang / jauh dari perhitungan teori dengan rumus Minden. Penyebabnya kemungkinan
besar adalah penggunaan bahan pembuatan blok rem yang berbeda dengan standar bahan
blok rem yang dipakai di Eropa. Rumus Minden didasarkan atas kondisi yang berlaku di
Eropa.
Keunggulan blok rem komposit adalah memiliki koefisien gesek yang lebih baik dan usia
keausan yang lebih lama sehingga waktu penggantiannya menjadi lebih panjang. Hal ini
menimbulakn keuntungan pada penghematan tenaga kerja dan pengadaan blok rem dengan
rentang waktu yang bertambah panjang.
Blok rem komposit di Jawa telah digunakan untuk kereta api Argo Bromo Anggrek, kereta
api Argo Gede dan beberapa set KRL di Jabodetabek. Keunggulan lain adalah membuat jarak
pengereman menjadi lebih pendek dan tidak menimbulkan suara bising saat terjadi
pengereman.
Uji coba operasional pengereman pada kereta api Argo Bromo Anggrek dengan
menggunakan blok rem komposit menghasilkan tabel sebagai berikut :
70 332 295
80 420 385
90 527 463