Anda di halaman 1dari 80

DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi

Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

BAB II

ANALISIS OPERASI & KAJIAN HASIL SURVEI

A. Kondisi dan Situasi Operasi KA yang diharapkan.

1. Pembangunan jalur KA double track lintas Selatan mulai dari Solo sampai
dengan Surabaya Gubeng saat ini menjadi prioritas utama untuk dilanjut,
mengingat pertumbuhan kebutuhan angkutan KA penumpang maupun barang
meningkat tahun ke tahun. Di samping itu kemungkinan terjadinya kelemahan
stagnasi/kemacetan angkutan darat, dapat diperhitungkan agar KA bisa
menerima beban tugas transportasi dalam keadaan mendesak maupun
bertahap. Sejalan dengan pembangunan fasilitas operasi KA yang semula
masih menggunakan sistem persinyalan mekanik, maka kebijakan yang
ditempuh guna menjawab kebutuhan di masa depan adalah mengubah secara
bertahap sistem persinyalan lama diganti dengan sistem persinyalan elektrik
yang didukung oleh media kabel serat sebagai back bone yang bersifat
jaringan untuk hubungan blok maupun pengiriman data dan voice. Hal ini
dimaksudkan untuk mempertinggi tingkat keselamatan perjalanan KA,
meningkatkan kelancaran operasi KA. Demikian juga guna mengatasi
vandalisme/pencurian mampu kendalikan operasi, maka hubungn antar
stasiun yang terdapat PJL juga dipasang FO Ring Connection khusus.

2. Guna mempersiapkan kebutuhan operasi KA dimasa depan, maka dibutuhkan


frekwensi KA yang meningkat. Oleh karenanya diperlukan pembangunan jalur
ganda dan sekaligus pembangunan persinyalan elektrik berbasis elektronic
interlocking.

3. Dalam desain ini ditentukan jarak antara suatu KA dengan KA terdekat


berikutnya ( headway ) mengikuti jarak stasiun eksisting. Stasiun yang tidak
melayani persilangan/penyusulan tapi hanya melayani kepentingan
operasional (tidak ada pendapatan) dapat ditutup dengan tujuan efisiensi
II - 1
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

tenaga operator maupun tenaga pemeliharaan Dinas Operasional dan Dinas


Sintelis. Dalam hal ini Stasiun Peterongan dan Curahmalang ditutup
kemudian diubah statusnya menjadi Perhentian & Intermediate Block.

4. Kajian Operasi.

Kapasitas Lintas KA.


Dalam bab ini, sebelum membahas tentang justifikasi track dan kajian hasil
survei untuk desain track layout/signaling layout “DED Pembangunan Sistem
Persinyalan dan Telekomunikasi Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun-
Mojokerto”, maka perlu membuat analisis operasi yang bersifat umum meliputi
kapasitas lintas, kapasitas jalur/stasiun. Selanjutnya pembahasan justifikasi
track dan operasi secara lebih rinci diurai tiap stasiun.

a. Analisis Operasi secara umum.


Analisis operasi secara umum ini membahas kapasitas lintas dan
kapasitas jalur mulai dari St. Madiun-Mojokerto:

1) Kapasitas Lintas.
a) Kapasitas Lintas Single Track (Existing).
Dengan peralatan sinyal yang terpasang saat ini, berdasarkan
GAPEKA yang berlaku mulai 1 Juni 2014, KA yang beroperasi
pada lintas Madiun – Mojokerto ada 46 KA.
Untuk menghitung kapasitas lintas dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus Scott sebagai berikut :

1.440 x
N = (KA/hari) .................................................. 1)
T +C 1+C 2

II - 2
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

Keterangan :
1) Sumber dari tesis S-2 Septa Triyono R – ITB tahun 2001.

N = Frekuensi KA (jumlah KA / hari).


T = Waktu tempuh rata-rata KA (menit).
C1 = Waktu pelayanan blok (menit).
 3,5 menit untuk blok telegrap.
 3 menit untuk blok token.
 2 menit untuk blok manual.
 0,25 menit untuk blok otomatis.
C2 = Waktu pelayanan perangkat sinyal (menit).
 2,5 menit untuk pelayanan perangkat sinyal mekanik.
 = Faktor efisiensi (0,5 – 0,75) yang diambil 0,6.
1.440 = 60 x 24 (menit) = Jumlah menit dalam 1 hari.

Contoh penghitungan kapasitas lintas antara Madiun – Babadan:


- Jumlah KA penumpang = 44 KA
- Jumlah KA barang = 2 KA
- Puncak kecepatan KA penumpang = 95 km / jam
- Puncak kecepatan KA barang = 60 km / jam
- Jarak Madiun – Babadan = 7,895 km

S X 60
T=
V

Keterangan :

T = Waktu tempuh per petak jalan (menit).


S = Jarak antar stasiun (Km).

II - 3
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

V = Kecepatan KA (Km / jam).

7 , 895 X 60
T1 (KA penumpang) =
95

473 , 700
=
95

= 5 menit.

7 , 895 X 60
T1 (KA barang) =
60

473 , 700
=
60

= 8 menit.

( 44 X 5 )+(2 X 8)
T1 rata-rata =
44 +2

220+16
=
46

236
=
46

= 5 menit

N = Kapasitas lintas antara St.Madiun – Babadan (KA/hari)

1. 440 X 60 %
=
5+2+0 ,5
II - 4
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

864
=
7,5

= 115 KA / hari

Jadi kapasitas lintas antara Madiun – Babadan = 115 KA / hari


Dengan metode yang sama, maka kapasitas lintas single track persinyalan
eksisting pada setiap petak jalan lintas Madiun – Mojokerto dapat dilihat
dalam Tabel II.A.1. berikut :

II - 5
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

TABEL II.A.1. Kapasitas Lintas Madiun- Mojokerto Single Track Eksisting

POSISI JARAK KA. PENUMPANG KA. BARANG JMLH KA T. RATA² KAP. LINTAS
NO STASIUN
(Km) (Km) Jumlah V (Km/jam) Jumlah V (Km/jam) (Menit) (KA / Hari)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1. MADIUN 165+783
7.895 44 95 2 60 46 5 115
2. BABADAN 157+888
8.319 44 95 2 60 46 5 91
3. CARUBAN 149+569
8.506 44 95 2 60 46 5 91
4. SARADAN 141+063
8.798 44 95 2 60 46 6 82
5. WILANGAN 132+265
7.035 44 95 2 60 46 4 102
6. BAGOR 125+230
6.388 44 95 2 60 46 4 102
7. NGANJUK 118+842
4.397 44 95 2 60 46 3 115
8. SUKOMORO 114+445
10.636 50 100 2 40 52 6 82
9. BARON 103+810
6.922 60 100 2 40 62 4 101
10. KERTOSONO 96+888
7.578 36 100 2 40 38 5 130
11. SEMBUNG 89+310
7.813 36 95 2 40 38 5 130
12. JOMBANG 81+497
5.336 36 95 2 40 38 3 194
13. PETERONGAN 76+161
7.051 36 95 2 40 38 4 156
14. SUMOBITO 69+110
3.698 35 95 2 40 37 2 266
15. CURAH MALANG 65+412
8.054 36 95 2 40 38 5 130
16. MOJOKERTO 58+358
III - 6
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

b) Kapasitas Lintas Double Track Elektrik.


Untuk double track penghitungan kapasitas lintas menggunakan
headway dan efesiensi ƞ = 60%, sehingga :

60 X 24
N= X ƞ X 2 (KA/hari) ............................................
H

2)

H = Headway = selang waktu antara KA ke satu dengan KA


berikutnya yang searah terdekat.

60 X (S+3)
H = +1 (menit)
V
S = Jarak dua petak blok yang berdekatan (km)
Ƞ = 60%, dengan penjelasan ketidakefisienan mencapai 40%
dengan rincian :
 20 % = Waktu yang terbuang untuk perbaikan / pemeliharaan
track (lack of track).
 15 % = Waktu yang terbuang karena kekurangan operasi,
meliputi : dari sarana, sintel, dan operasi (lack of
operation).
 5% = satu jam dalam 24 jam tidak digunakan.

V = Kecepatan rata-rata (km/jam).


1 = Lamanya pelayanan pesawat blok (menit).

Contoh :
Petak jalan terpanjang yaitu antara Sukomoro – Baron yang
berjarak 10,636 km.
 Jumlah KA penumpang = 50 KA
IV - 7
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

 Jumlah KA barang = 2 KA

 Kecepatan KA penumpang = 100 Km/jam

 Kecepatan KA barang = 40 Km/jam


2) Sumber dari tesis S-2 Septa Triyono R – ITB tahun 2001.

( 50 X 100 )+(2 X 40)


V =
50+2

5.080
=
52

= 98 km/jam

60 X (10,636+3)
H = +1
98

818,16
= +1
98

= 8,348 + 1

H = 9,348 ≈ 9,5 menit

60 X 24
N = x 60% x 2
9,5

1.440
= x 60% x 2
9,5

N = 181, 89 ≈ 181 KA / hari

IV - 8
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

Tabel II.A.2. Kapasitas Lintas Madiun- Mojokerto Jalur Ganda Elektrik

TABEL KAPASITAS LINTAS MADIUN - MOJOKERTO DOUBLE TRACK ELEKTRIK

KA. KA
V.RATA- KAPASITAS
JARAK PENUMPANG BARANG JUMLAH Headway
NO PETAK JALAN RATA LINTAS
(Km) V V KA (Menit)
Jumlah Jumlah (Km/Jam) (KA / Hari)
(Km/jam) (Km/jam)
1 Madiun – Babadan 7,895 44 95 2 60 46 93 8 252
2 Babadan – Caruban 8,319 44 95 2 60 46 93 8 252
3 Caruban – Saradan 8,506 44 95 2 60 46 93 8 252
4 Saradan - Wilangan 8,798 44 95 2 60 46 93 9 181
5 Wilangan – Bagor 7,035 44 95 2 60 46 93 7 247
6 Bagor – Nganjuk 6,388 44 95 2 60 46 93 7 247
7 Nganjuk – Sukomoro 4,387 44 95 2 60 46 93 6 288
8 Sukomoro - Baron 10,636 50 100 2 40 52 98 9 181
9 Baron – Kertosono 6,922 60 100 2 40 62 98 7 247
10 Kertosono – Sembung 7,578 36 100 2 40 38 97 8 216
11 Sembung – Jombang 7,813 36 95 2 40 38 92 8 216
12 Jombang - Peterongan 5,336 36 95 2 40 38 92 6 288
13 Peterongan – Sumobito 7,051 36 95 2 40 38 92 8 216
14 Sumobito – Curahmalang 3,696 35 95 2 40 37 92 5 346
15 Curahmalang – Mojokerto 8,054 36 95 2 40 38 92 8 216

V - 9
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

c) Besaran Kapasitas Lintas Antara Madiun – Mojokerto seperti pada


Gambar II.A.1. dibawah ini:

Gambar II.A.1.
Besaran Kapasitas Lintas Madiun – Mojokerto dan Jumlah KA Eksisting

346

288
288
266
252 252 252
247 247 247
216 216 216 216
194
181 181
156
130 130 130
115 115
102 102
101
91 91
82 82
62
52

46 46 46 46 46 46 46
38 38 38 38 37 38

Mn Bbd Crb Srd Wlg Bgr Nj Skm Brn Kts Smb Jg Ptr Sbo Cm Mr

7,895 8,506 7,035 4,397 6,922 7,813 7,051 8,054


8,319 8,798 6,388 10,635 7,578 5,336 3,698

VI - 10
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

Keterangan :

= kapasitas lintas jalur ganda elektrik.


= kapasitas lintas jalur tunggal eksisting/saat ini.
= jumlah KA per hari eksisting/saat ini.

Dari perhitungan kapasitas lintas eksisting di dapat bahwa antara Saradan


dan Wilangan maupun antara Sukomoro-Baron adalah sama, yaitu 82
KA/hari. Dan hal ini adalah dipandang rendah (paling kecil) di lintas antara
Madiun-Mojokerto.

Peta Persinyalan Elektrik berbasis Interlocking Electronic seperti pada


Gambar III.A.2. berikut:

Gambar II.A.2.
Peta Persinyalan Madiun-Mojokerto berdasarkan DED Sintel 2014

Ngimbang

Ploso
IB-1 & Perhentian Curahmalang
IB-2 & Perhentian Peterongan

Km 65 + 412
Km 76 + 161

Km 69 + 110
Sumobito ( Sbo )

Km 57 + 358
Mojokerto ( Mr )
KERTOSONO ( KTS )

Km ... + ...
Tarik ( Trk )
Sukomoro ( Skm )
Km 114 + 445

Sembung ( Smb )
Km 89 + 310
MADIUN ( MN )
Km 165 + 783

Babadan ( Bbd )
Km 157 + 888

Km 96 + 888
Km 149 + 569
Caruban ( Crb )

Km 103 + 810
Baron ( Brn )

Km 81 + 497
Barat ( Bat )

Jombang ( Jg )
Km 132 + 265

Km 125 + 230
Bagor ( Bgr )
Km ... + ...

Km 141 + 063
Saradan ( Srd )

Wilangan ( Wlg )

Km 118 + 842
Nganjuk ( Nj )

Purwoasri 206 + 329

Papar 202 + 337


Keterangan Sistem Persinyalan yang digunakan :

= Sinyal Mekanik S & H dengan hubungan blok VII VIII


Batas Daop
= Sinyal Elektrik Ansaldo Wabco Italia = Batas pekerjaan DED persinyalan elektrik

= Sinyal Elektrik Interlocking Elektronik = Batas wilayah Daop

* Sumber dari DAOP 7 Madiun VII - 11


Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

Dengan demikian peta jarak antar stasiun dan antara Stasiun-


Intermediate Blok & Perhentian dapat ditunjukkan pada Tabel II.A.3.
dibawah ini:

VII - 12
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

Tabel II.A.3. Daftar Stasiun, IB, dan Jarak berdasarkan DED Sintel 2014

NO DED TRACK KOREKSI (GAPEKA 2014)


NAMA STASIUN
. Km Jarak (Km) Km Jarak (Km)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Madiun 165 + 783 165 + 783
7,894 7,895
2 Babadan 157 + 889 157 + 888
8,320 8,319
3 Caruban 149 + 569 149 + 569
8,506 8,506
4 Saradan 141 + 063 141 + 063
8,798 8,798
5 Wilangan 132 + 265 132 + 265
7,035 7,035
6 Bagor 125 + 230 125 + 230
6,388 6,388
7 Nganjuk 118 + 842 118 + 842
4,397 4,397
8 Sukomoro 114 + 445 114 + 445
5,635 10,635
9 Baron 108 + 810 103 + 810
12,002 6,922
10 Kertosono 96 + 808 96 + 888
7,501 7,578
11 Sembung 89 + 307 89 + 310
7,810 7,813
12 Jombang 81 + 497 81 + 497
5,336 5,336
IB-2 & Perhentian
13 76 + 161 76 + 161
Peterongan
6,854 7,051
14 Sumobito 69 + 307 69 + 110
4,165 3,698
IB-1 & Perhentian
15 65 + 142 65 + 412
Curahmalang
6,842 8,054
16 Mojokerto 58 + 300 57 + 358

VII - 13
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

Kesimpulan :

 Penggunaan kapasitas lintas eksisting belum jenuh karena baru mencapai 62


KA/ hari dibagi 82 KA/ hari =  75%.

 Kapasitas lintas dikatakan mencapai jenuh jika sama atau lebih dari 85%.

 Penggunaan awal kapasitas lintas elektrik double track dengan asumsi KA masih
berjumlah 62 KA/ hari mencapai 62 KA/ hari dibagi 216 KA/ hari = 23,7%

2) Kapasitas Jalur Stasiun ( Eksisting ).


Yang dimaksud dengan Kapasitas Stasiun / Emplasemen adalah
Kapasitas Jalur di Stasiun yang dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :

Waktu Pelayanan Operasi (WPO) .......1)


Kapasitas Jalur = ------------------------------------------------- ( KA / Hari )
Waktu Pendudukan Jalur (WPJ)

Sebagai contoh adalah Stasiun Madiun Jalur I.


 Waktu Pelayanan Operasi (WPO) selama 24 jam.
 WPO = 1.440 menit (waktu sehari dalam menit) – waktu perawatan
(track + langsiran).
 Waktu perawatan track = 132 menit/ hari.
 Waktu langsiran = 2 x @ 4,55 menit = 9,1 menit (diabaikan)

WPO = 1440 – 132 = 1.308 menit

 WPJ = S
+ ( 2 x 0,25 menit )
V
VII - 14
Laporan Akhir

1) Sumber dari tesis Septa Triyono R – ITB tahun 2001.


DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

 S = Jarak antara Sinyal Muka dengan Sinyal Keluar di Jalur I


(meter) + 100 meter.
 V = Kecepatan rata-rata (m / menit).
 0,25 = Waktu yang dibutuhkan untuk 1 x pembentukan
rute.
 100m = Jarak luncuran setelah sinyal blok keluar/
berangkat.

 WPJ = 2.015

666 + 0,5

= 3,02 menit

Kapasitas Jalur I = 1.308 menit = 433 KA / hari.


3,02 menit

Tabel II.A.4. Kapasitas Jalur 7 Stasiun DED Sintel 2014


(Sebagai contoh yang cukup mewakili)

VII - 15
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

Dari tabel kapasitas jalur untuk 7 stasiun tersebut diatas, ternyata sangat
tinggi atau sangat longgar penggunaannya memperhatikan penggunaan
jalur di stasiun eksisting sebagaimana terlihat dalam Tabel II.A.5. di bawah
ini.

Tabel III.A.5. Penggunaan Jalur Eksisting/ Aplikasi

NO. STASIUN NOMER JALUR KA/ HARI

1 Madiun I
25

II 27

III 25

IV —

V 29

2 Babadan I 29

II 25

3 Caruban I 27
II 30
III 27

4 Saradan I 27
II 33
III 26

5 Wilangan I 30
VII - 16
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

II 29

6 Bagor I 30
II 28

7 Nganjuk I 25

II 25

III 29

8 Sukomoro I 22
II 29

III 22

9 Baron I 25

II 19

10 Kertosono I 49

II 54

III 33

IV 27

V 26

11 Sembung I 29
II 44

III 30

12 Jombang I 25

VII - 17
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

II 45

II 33

13 Peterongan I 26

II 44

III 30

14 Sumobito I 26

II 43

III 30

15 Curahmalang I 24

II 40

16 Mojokerto I 26

II 32

III 25
IV —

b. Ruang Ppka dan Pap.


Dari hasil perhitungan kapasitas lintas yang beroperasi akan meningkat
tentunya dibarengi meningkatnya beban tugas khsususnya bagi Ppka,
baik yang berifat administratif (memungut rangkaian KA, pembuatan
laporan KA/lapka, mengisi catatan pada Laporan Harian Masinis/LHM dan
sebagainya) maupun yang bersifat operasional (mengurusi perjalanan KA,
melayani langsiran dan seterusnya). Pekerjaan pekerjaan tersebut
mengutamakan keselamatan dan keamanan Perka.

VII - 18
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

Dari uraian diatas untuk kedepannya perlu diantisipasi bagi stasiun


stasiun yang beban PPKA akan bertambah, perlu kiranya Ppka dibantu
Pap, sehingga perlu disiapkan ruangan.

B. Pengaturan Operasi KA Secara Umum.

Pengaturan operasi kereta api berdasarkan DED Track tahun 2012 adalah seperti
terlihat pada gambar dibawah ini:

VII - 19
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

1. Stasiun Madiun ( Km 166 + 783 ).

Km. 165+755 STASIUN MADIUN Km. 165+715


Km. 165+758

Km. 165+760
Km. 165+783 Km. 165+712
Km. 165+695
Km. 165+826
Km. 165+693
Km. 165+831 Km. 165+702
Km. 165+823 Km. 165+664
Km. 165+825 Km. 165+627
Km. 165+968 Km. 165+561

2 Km. 165+860
Km. 166+036
Km. 165+559
Km. 165+620

.
A

ina
ER Km. 165+493 NK

m
JPL No.138 MO-SP
T.I
1 3

ta
Km. 166+090 .P

er
p

P
Ss

L73B
3C
L73A

p.

ZP7
Ss
6
ZP73A 1
L7 71 JPL No.136 MO-PLN
JPL No.1 HG ZP

C
Km. 164+821

73
Km. 166+881 JL72B

3
D ZP72A (71BT)
73 73A

3B
Km. 166+105 V
ZP 71B 71A Km. 165+364

ZP7
ZP72B (72T) JL72A ZP71B T)

3
Km. 166+222 Km. 166+107 Km. 165+366
DEPO LOKOMOTIF 1A
(7

B
Km. 167+890 Km. 166+886 JL52B ZP52A

3
73
Km. 166+154 51B (51T) Km. 165+436
IV 51A
ZP52B (52T)
Km. 168+090 Km. 166+891 Km. 166+224 JL52A

3
Km. 166+081 Km. 166+448 Km. 165+445
JL32B ZP32A Km. 165+523
Km. 164+816

3
Km. 166+246 33A 31 Km. 165+425
III Km. 163+811
34 ZP34 G (32T) Km. 165+455 Km. 164+811 Km. 164+211
ZP32B JL32A Km. 165+381

3
(34T) (33T) 33B Km. 163+611
L34
Km. 165+329
ZP13B BH 440
MJ14 J14 X14 L14 JL12B ZP12A J10 UJ10 MJ10
(13T) 13B 13A 11B
13C II
(14BT) (14AT) 13D (12T) 11C (11T) 11A (10BT) (10AT)
ZP14C ZP14B BH 444 ZP14A ZP12B ZP10C ZP10B ZP10A
ZP23B ZP21B BABADAN (Bbd)
ZP21A
ZP20C ZP20B ZP20A
ZP23C 23B (23AT) ZP22A 21B (21T) 21A (20BT) (20AT)
I
BARAT (Bat) 23A ZP22B (22T) 21C L20
Km. 166+072 JL22A X20 J20 MJ20
ZP21C
BH 440 G
ZP23A
ZP24C ZP24B BH 444 ZP24A Km. 166+027 BH 440
(24BT) 23C (24AT) 43 41B L41
L4 (41T)
J24 Km. 166+018 (43T) 3 ZP41
MJ24 ZP43
Km. 165+982 Km. 165+544
G Km. 165+991
Km. 165+546
Km. 165+327 Km. 164+830
Km. 165+965 Km. 165+571 Km. 165+337
Km. 166+506 Km. 165+554
Km. 165+966
Km. 166+418 Km. 165+620
Km. 165+591
Km. 165+436 Km. 165+604
Km. 165+894

Km. 165+903

Km. 165+898
Km. 165+655
Km. 165+966

Km. 165+915
Km. 165+898

Km. 165+864
Km. 165+666
Km. 165+856

Km. 165+854 Km. 165+668

Gambar II.B.1. Signaling Layout St. Madiun Berdasarkan DED Track 2012

VIII - 20
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

a. Desain jalur III, IV dan V ditentukan bisa masuk dan keluar, dari dan ke
dua arah, dan sepur I diprioritaskan untuk naik/turun penumpang dengan
pertimbangan keselamatan dan mempercepat pelayanan, memudahkan
naik turun penumpang apabila terjadi penyusulan di stasiun Madiun, dan
memudahkan komunikasi PPKA dengan awak KA, misalnya memberikan
bentuk Berjalan Hati – hati (BH) karena taspat di petak jalan yang akan
dilalui.
Selain itu Jalur III, IV dan V dipergunakan untuk melayani
penyusulan maupun tunggu aman.
b. Jalur I dan II didesain hanya bisa masuk dan keluar dari satu arah saja.
Jalur I dan II merupakan Main Line ( Jalur Utama ) yang dapat untuk
menaikkan penumpang dan berangkat KA serta menerima kedatangan
KA dan berhenti untuk menurunkan penumpang.
c. Jalur III dilengkapi dengan Sinyal Contra Flow/Berjalan Jalur Kiri yaitu
sinyal emergency/ darurat yang berfungsi apabila di salah satu petak jalan
terjadi rintang jalan atau ada pekerjaan track, maka perjalanan KA akan
diatur dari arah Stasiun Barat lewat jalur hulu menuju jalur III lewat jalur
penghubung. Selanjutnya setelah KA berhenti di jalur III untuk
berangkatnya diberi bentuk No. 90 (berjalan hati-hati) dan juga diberi
bentuk No. 91 (berjalan jalur kiri) pada petak jalan jalur ganda dan
berangkatnya dijamin keselamatannya dengan sinyal berangkat darurat
dengan aspek warna merah emergency menyala putih menuju ke jalur hilir
jalur kiri arah Stasiun Babadan.
Juga dari arah Stasiun Babadan lewat jalur hilir ke jalur III, setelah
KA berhenti diberi bentuk No. 90 (berjalan hati-hati) dan bentuk No. 91
(berjalan jalur kiri) pada petak jalan jalur ganda dan berangkatnya dijamin
keselamatannya dengan sinyal berangkat darurat dengan aspek warna
merah, emergency menyala putih menuju ke jalur hulu jalur kiri arah

IX - 21
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

Stasiun Barat. Dengan demikian perjalanan kereta api dapat dilaksanakan


tanpa mengganggu operasi kereta api.
Dengan sistem contra flow, maka KA bisa melewati jalur kiri dengan
aman karena dijamin oleh sistem, pelayanan KA bisa lebih cepat sehingga
bisa mengurangi keterlambatan KA.
d. Pengamanan di stasiun Madiun dipasang sinyal-sinyal :

 MJ10, J10, JL12B, L14,J14, MJ14;


 MJ20, J20,L20, JL22A, J24, MJ24;
 JL32A, JL32B;
 JL 52A, JL52B;
 L71,JL72A,JL72B;
 L73A,L73B;
 Serta L41, L43 ( sisi selatan ).

 Dilengkapi dengan Sinyal Langsir yang dirangkaikan pada sinyal


adalah: JL 12B, 22A, JL32A, JL32B, JL52A, JL52B, JL73A,JL72B;

 Dilengkapi dengan Sinyal Langsir yang berdiri sendiri dan dilengkapi


dengan telpon langsir L41, L43, L73A, L73B, L71.

 Dilengkapi dengan Sinyal Langsir L20, L14 yang pengoperasian


langsirannya dilengkapi dengan : rambu langsir yang posisinya terletak
pada jarak 50 meter di belakang sinyal masuk J20 dan J14. Tujuannya
adalah agar langsiran tidak melampaui jarak 50 meter dari sinyal
masuk tersebut, sehingga gerakan langsiran lebih aman , karena
terhindar dari kemungkinan kejadian luar biasa (KDLB) yang
disebabkan human error ( sesuai undang undang perkeretaapian pasal
51 ayat 3 dan pasal 105 ayat 1 ).

IX - 22
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

 Dilengkapi Sinyal Muka MJ14, Sinyal Masuk J14; dan Sinyal Muka
MJ20, Sinyal Masuk J20 yang mengijinkan KA masuk dari jalur kiri.

e. Pada sinyal J10 dan J24 dilengkapi variable Speed Indicator, sinyal darurat.
Sedangkan aspek serta variabel speed indicator yang diperlihatkan

merupakan petunjuk bagi Masinis.

f. Sinyal keluar JL32A, JL32B , dilengkapi Sinyal Berjalan Jalur Kiri yang
berfungsi apabila terjadi trouble di jalur benar (kanan) dapat dialihkan ke
jalur kiri (sepur salah) dengan aman dan proses pelayanan operasi KA lebih

cepat.

g. Semua Sinyal Utama dilengkapi dengan Sinyal Darurat sebagai pengganti

bentuk MS.

h. Jalur depo kereta dapat dimanfaatkan untuk menyimpan MTT maupun

sarana KA yang mengalami kerusakan.

i. Semua wesel yang menyambung ke Jalur KA maupun yang sering


digunakan untuk langsir seperti W41B, 43, 73C, 71A pembalikan weselnya
dilakukan dengan menggunakan motor wesel yang dilengkapi dengan
pengontrol kedudukan lidah wesel, sehingga pengoperasiannya lebih cepat

dan terjamin.

j. Dibangun Equipment Room untuk penempatan peralatan persinyalan


lengkap dengan peralatan pendukung lainnya.

IX - 23
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

k. Untuk keperluan komunikasi permintaan langsir, diatur sedemikian rupa


ditempatkan telpon langsir/talk back guna komunikasi juru langsir
melaksanakan/melancarkan dan mengamankan langsiran.

l. Untuk pengamanan perjalanan KA di perlintasan resmi JPL no. 138 dan


no.1 yang berada dalam emplasemen dipasang early warning
device/lampu & suara peringatan dini dilengkapi indicator penunjuk arah di
pintu perlintasan yang penutupan pintu perlintasannya dikaitkan dengan
system interloking persinyalan, sehingga keamanan perka terjamin karena
pintu akan menutup lebih dulu secara otomatis (setelah pembentukan
route) sebelum KA melewati pintu tersebut, baik untuk KA masuk, keluar,
maupun langsir. Pembukaan pintu perlintasan dilakukan manual oleh PJL.
Sedangkan untuk pembukaan pintu perlintasan dilakukan oleh PJL.

m. Dengan tiadanya jalur siding sisi selatan, maka penyusulan KA dari arah
stasiun Barat harus dimasukkan melintas passing track II menuju jalur III,
IV, atau V. Dengan demikian KA mau masuk atau jalan langsung lewat jalur
II harus berhenti terlebih dahulu di sinyal masuk J10, dan berangkat setelah
rute KA yang disusul tersebut terhapus.

n. Dengan dibangunnya jembatan baru BH 444 baru yang diperkirakan berada


13 meter di sisi selatan jembatan lama BH 444, maka terdapat 2
lengkungan (S curve) antara JPL no. 138 dan BH 444. Sehingga perlu
perhitungan kecepatan teliti untuk mengijinkan KA jalan langsung dari
stasiun Barat melewati Madiun.

IX - 24
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

2. Stasiun Babadan ( Km 157+888 ).

STASIUN BABADAN
Km. 157+888

4
JPL No. 129 HG
Km. 157+926

ER

MJ14 J14 X14 J12B J10 MJ10


(13T) G I (11T)
(14BT) (14AT) 13 (12T) 11 (10BT) (10AT)
ZP14C ZP14B ZP14A ZP12B ZP12A ZP10C ZP10B ZP10A
MADIUN (MN) ZP13 ZP11 CARUBAN (Crb)
J22B

3
ZP44C ZP22A ZP40A
(44BT) (23T) 23B II 21B (23T) (40AT)
ZP44 23A 21A
MJ44 B ZP22B (22T)
J22A ZP40B MJ40

3
ZP23 ZP21
J44 T) J40
(44A (40B
T) ZP44A ZP42B ZP42A ZP40C
43 III 41 X40
(43T) (42T) (41T)
J42A

Gambar II.B.2. Signaling Layout St. Babadan Berdasarkan DED Track 2012

X - 25
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

a. Stasiun Babadan memiliki 3 jalur KA tipe pulau. Desain untuk jalur II


ditentukan bisa masuk dan keluar dari dan ke dua arah, karena II
diprioritaskan jalur penyusulan, dimana KA yang disusul dimasukkan ke
jalur II ini , sehingga KA yang menyusul/jalan langsung dapat lewat jalur
I/III. Selain itu Jalur II dapat untuk naik/turun penumpang.

b. Jalur I/III sebagai Jalur Utama/Main Line didesain untuk KA jalan


langsung/passing track , dan jalur untuk berhenti KA guna naik/turun
penumpang. Khusus untuk KA jalan langsung lewat jalur I dirasakan
membahayakan bagi penumpang maupun petugas karena jarak yang dekat
antara ruang Ppka dan as jalur I (2,35 meter).

c. Di sisi barat dan timur jalur II terdapat jalur luncur yang berguna untuk
menjaga KA masuk jalur II tetap aman jika KA masuk jalur II tidak bisa
berhenti di depan Sinyal Berangkat.

Selain itu jalur II dilengkapi dengan Sinyal Contra Flow/ Sinyal


Berjalan Jalur Kiri untuk melayani KA berangkat lewat jalur kiri untuk tujuan
ke arah St. Madiun atau Saradan. Pentingnya Sinyal Contra Flow/Sinyal
Berjalan Jalur Kiri adalah melancarkan perjalanan KA sewaktu jalur KA
normal/ jalur kanan mengalami gangguan atau sedang mengalami
perbaikan atau pemeliharaan rutin yang terpaksa harus menutup jalur
normal kanan. Dengan kata lain penggunaan Sinyal Contra Flow, KA bisa
melewati jalur kiri, atau “ jalur salah” dengan aman karena dijamin oleh
sistem, pelayanan operasional KA lebih cepat, sehingga bisa menekan
kelambatan.

d. Di dalam emplasemen terdapat perlintasan sebidang JPL no. 129 tipe HG


km. 157 + 926 yang dilayani oleh PJL. Keberadaan JPL ini
mempengaruhi/mengurangi Panjang Jalur Efektif secara signifikan, selain
itu memberi dampak kurang menguntungkan kepada pemakai jalan umum

XI - 26
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

dengan menunggu terlalu lama jika terdapat penyusulan KA dimana KA


yang disusul ditempatkan di jalur II. Dengan risiko ini biasanya Ppka bisa
jadi enggan melaksanakan penyusulan, selanjutnya selalu menawarkan ke
stasiun sebelahnya. JPL ini berada dalam emplasemen , sehingga
dipasang early warning device/lampu & suara peringatan dini dilengkapi
indicator penunjuk arah di pintu perlintasan yang penutupan pintu
perlintasannya dikaitkan dengan system interloking persinyalan, sehingga
keamanan perka terjamin karena pintu akan menutup lebih dulu secara
otomatis (setelah pembentukan route) sebelum KA melintas JPL tersebut,
baik untuk KA masuk, keluar, maupun langsir. Pembukaan pintu
perlintasan dilakukan manual oleh PJL. Sedangkan untuk pembukaan pintu
perlintasan dilakukan oleh PJL.

e. Diperkirakan pada waktu pelaksanaan penataan track layout masa


pembangunan nantinya bisa jadi menyulitkan karena adanya penggeseran
jalur II dan III hingga dicapai jarak jalur I-II maupun II-III adalah 5,5 meter.

XI - 27
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

3. Stasiun Caruban ( Km 149+ 569 ).

STASIUN CARUBAN
Km. 149+254
5 6
JPL No. 119 HG JPL No. 118 MO-SP
Km. 149+931 Km. 148+926
ER

J32B ZP32A

3
I
(32T) J32A

3
MJ14 J14 X14 G J12B J10 MJ10
13A 11C
II
(14BT) (14AT) 13C 13B (13T) (11T) 11B 11A (10BT) (10AT)
ZP14C ZP14B ZP14A ZP12B (12T) ZP12A ZP10C ZP10B ZP10A
BABADAN (Bbd) ZP23C ZP23B ZP21B ZP21A SARADAN (Srd)

ZP24C ZP24B ZP24A ZP22A ZP20C ZP20B ZP20A


(24BT) (24AT) 23C 23B (23T) (21T) 21B 21A (20BT) (20AT)
III 21C
23A
MJ24 J24 ZP22B (22T) J22A MJ20
G X20 J20

J42B Km. 148+454

3
R.43
ZP42A
43
IV
ZP43 ZP42B (42T) J42A

3
Gambar II.B.3. Signaling Layout St. Caruban Berdasarkan DED Track 2012

XII - 28
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

a. Jalur I didesain bisa melayani KA masuk dan keluar dari dan ke dua arah,
karena jalur I diprioritaskan naik turun penumpang dengan pertimbangan
keselamatan dan mempercepat pelayanan, memudahkan naik turun
penumpang apabila terjadi penyusulan di stasiun Caruban, dan
memudahkan komunikasi Ppka dengan awak KA. Selain itu jalur I
dilengkapi dengan Sinyal Contra Flow Sinyal Berjalan Jalur Kiri untuk
melayani KA berangkat lewat jalur kiri untuk tujuan kearah St. Babadan
atau Saradan. Pentingnya Sinyal Contra Flow/Sinyal Berjalan jalur Kiri
adalah melancarkan perjalanan KA sewaktu jalur KA normal/jalur kanan
mengalami gangguan atau sedang mengalami perbaikan atau
pemeliharaan rutin yang terpaksa harus menutup jalur normal kanan,
sehingga KA harus bisa dengan aman lewat jalur kiri melalui Sinyal
Berangkat yang memperlihatkan cahaya warna merah dan Sinyal Contra
Flow nya memperlihatkan cahaya putih.

Sebagai pelayanan jalur kiri KA dari arah Stasiun Saradan lewat jalur hilir
melalui jalur I untuk menuju ke arah Stasiun Babadan, setelah KA berhenti
di jalur I diberi bentuk No. 90 (berjalan hati-hati) dan bentuk No. 91
(berjalan jalur kiri) pada petak jalan jalur ganda dan berangkatnya dijamin
dengan sinyal darurat (emergency) melalui jalur penghubung ke arah jalur
hulu menuju Stasiun Babadan.

Demikian juga sebaliknya dari Stasiun Babadan menuju Stasiun Saradan


melalui jalur kiri, dari arah hulu melalui jalur penghubung masuk ke jalur I
setelah KA berhenti diberi bentuk No. 90 & No. 91 kemudian berangkat
dengan sinyal berangkat aspek merah & sinyal darurat menunjukkan
cahaya putih.

b. Jalur II dan III didesain hanya bisa masuk dan keluar dari satu arah saja.

XIII - 29
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

c. Jalur IV didesain juga untuk pemberangkatan KA berjalan jalur kiri ke arah

Stasiun Babadan maupun Stasiun Saradan.

d. Jalur II dan III merupakan main line ( jalur utama/passing track). Jalur IV
dipergunakan untuk melayani penyusulan maupun tunggu aman, selain itu
jika diperlukan dapat digunakan untuk melayani naik dan turun penumpang;
sehingga lebih lanjut diperlukan peron,dan overkapping.

e. Untuk mengamankan perjalanan KA di stasiun Caruban, dipasang sinyal-


sinyal :

– MJ10, J10, J12B, JL32B, J14, MJ14, MJ24, J24, J42B, J22A, J42A,
J20, dan MJ20.

f. Pada sinyal J10 dan J24 dilengkapi Variable Speed Indicator dan sinyal
darurat. Sedangkan aspek serta variabel speed indicator yang
diperlihatkan merupakan petunjuk bagi Masinis.

g. Sinyal keluar JL42A, dan JL42B dilengkapi dengan Sinyal Berjalan Jalur
Kiri yang berfungsi apabila terjadi trouble, atau pemeliharaan track di jalur
kanan, maka perjalanan KA dapat dialihkan ke jalur kiri dengan aman dan
proses pengaturan perjalanannya menjadi lebih cepat.

h. Dilengkapi Sinyal Muka MJ20, Sinyal Masuk J20; dan Sinyal Muka MJ14,

Sinyal Masuk J14 yang mengijinkan KA masuk dari jalur kiri.

i. Dilengkapi rambu batas langsir yang dipasang pada jarak 50 meter


dibelakang sinyal masuk J20 dn J14, dengan tujuan langsiran tidak boleh
melampaui jarak 50 meter dari sinyal masuk tersebut. Sehingga gerakan
langsiran akan lebih aman untuk menghindari kemungkinan kejadian luar

XIII - 30
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

biasa (KDLB) yang disebabkan human error.

j. Pembalikan wesel 11A, 21A, 11B, 21B, 23A, 13A, 23B,dan 13B digerakkan
dengan motor listrik dengan pengontrol kedudukan lidah wesel sehingga

lebih cepat dan lebih terjamin.

k. Dibangun gedung tempat peralatan sinyal /Equipment Room ( ER ),

lengkap berikut peralatan pendukung lainnya.

l. Didalam emplasemen sebelah Barat stasiun terdapat JPL no. 119 dengan
pintu listrik HG km 149 +931 dan sebelah Timur JPL no. 118 dengan pintu
listrik MO-SP yang masing-masing dilengkapi dengan sistem semi otomatik.
Penutupan dan pembukaan pintu perlintasan dilakukan manual oleh PJL ,
sedangkan peringatan dini berupa alarm dan lampu silang datar
beroperasinya oleh setting route KA masuk atau berangkat.

m. Dipasang sepur simpan yang berada di jalur IV sebelah barat, dilengkapi


hand point dengan penguncian stop block/elektrik lock. Dipersiapkan
untuk menyimpan rangkaian KA yang trouble atau menyimpan Mesin
Pemelihara Jalan Rel ( MPJR ) yang habis kerja pemeliharaan track. Juga
untuk mengoptimalkan bahwa di stasiun Caruban empat jalur KA tersebut
dapat berfungsi efektif ketika ada sarana rusak atau dating/ada MPJR perlu
stabling, karena St. Caruban adalah tempat kedudukan Resor Jalan &
Jembatan PT.KAI ( Persero ).

XIII - 31
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

XIII - 32
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

4. Stasiun Saradan ( 141 + 063 ).

STASIUN SARADAN
Km. 141+063

OVER PASS

(13T) J12B
(11T)
III
X14 ZP14A
13
(12T)
11
ZP12B ZP12A ZP10C (10BT)
J10
J14 (14AT)
ZP13 ZP11
MJ14 J22B ZP10 UJ10 MJ10
B

3
B ZP22A
ZP14 (23T) 23B 21B (21T)
II
(14BT) 23A 21A (10AT)
ZP14C ZP12B (22T) ZP10A
J22A

3
CARUBAN (Crb) ZP21 WILANGAN (Wlg)
ZP23
ZP44C ZP44B ZP44A ZP42B ZP42A ZP40C ZP40B ZP40A
(44BT) (44AT) 43 41 (40BT) (40AT)
I
(43T) (42T) (41T)
MJ44 J44 J42A X40 J40 MJ40

ER

Gambar II.B.4. Signaling Layout St. Saradan Berdasarkan DED Track 2012

XIV - 33
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

a. Stasiun Saradan memiliki 3 jalur KA tipe pulau. Desain untuk jalur II


ditentukan bisa masuk dan keluar dari dan ke dua arah, karena II
diprioritaskan jalur penyusulan, dimana KA yang disusul dimasukkan ke
jalur II ini , maka KA yang menyusul/jalan langsung dapat lewat jalur I/III.
Selain itu Jalur II dapat untuk naik/turun penumpang.

b. Jalur I/III sebagai Jalur Utama/Main Line didesain untuk KA jalan


langsung/passing track , dan jalur untuk berhenti KA guna naik/turun
penumpang. Khusus untuk KA jalan langsung lewat jalur I dirasakan
membahayakan bagi penumpang maupun petugas karena jarak yang dekat
antara ruang Ppka dan as jalur I (2,35 meter).

c. Di sisi barat dan timur jalur II terdapat jalur luncur yang berguna untuk
menjaga KA masuk jalur II tetap aman jika KA masuk jalur II tidak bisa
berhenti di depan Sinyal Berangkat.

d. Selain itu jalur II dilengkapi dengan Sinyal Contra Flow/ Sinyal Berjalan
Jalur Kiri untuk melayani KA berangkat lewat jalur kiri untuk tujuan ke arah
St. Caruban. Untuk pelayanan jalur kiri dari Stasiun Wilangan (jalur hilir)
menuju Stasiun Caruban, melalui jalur penghubung KA masuk jalur II.
Setelah KA berhenti diberi bentuk No. 90 & No. 91 dan pemberangkatannya
dijamin dengan sinyal berangkat aspek merah dan sinyal darurat cahaya
putih melalui jalur penghubung ke arah jalur hulu menuju Stasiun Caruban.
Juga sebaliknya pelayanan jalur kiri dari Stasiun Caruban menuju
Stasiun Wilangan, KA melalui jalur hulu lewat jalur penghubung kemudian
masuk jalur II. Setelah KA berhenti diberi bentuk No. 90 & No. 91 dan
berangkat dijamin keselamatannya dengan sinyal berangkat aspek merah
dan sinyal darurat cahaya putih.

Berjalan jalur kiri adalah untuk melancarkan perjalanan KA sewaktu petak


jalan KA normal/ jalur kanan mengalami gangguan atau perbaikan/

XV - 34
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

pemeliharaan rutin yang terpaksa harus menutup jalur normal/ kanan.


Dengan menggunakan Sinyal Contra Flow, KA bisa melewati jalur kiri
dengan aman karena dijamin oleh sistem pelayanan operasional KA lebih
cepat, sehingga bisa menekan kelambatan.

e. Pengamanan di stasiun Saradan dipasang sinyal-sinyal:

– MJ10, UJ10, J10, J12B, J14, MJ14.


– J22B, J22A.

– MJ40, J40, J42A, J44, MJ44.

f. Diperkirakan pada waktu pelaksanaan penataan track layout masa


pembangunan nantinya bisa jadi menyulitkan karena adanya penggeseran
jalur II dan III hingga dicapai jarak jalur I-II maupun II-III adalah 5,5 meter.

XV - 35
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

5. Stasiun Wilangan ( Km 132 + 265 ).

9 STASIUN WILANGAN
Km. 132+265
JPL No. 106 MO-SP
Km. 132+572

ER

MJ14 J14 X14 J12B J10 MJ10


G (13T) I (11T)
(14BT) (14AT) 13 11 (10BT) (10AT)
ZP14B ZP12B (12T) ZP12A ZP10B
ZP14C ZP14A ZP10C ZP10A
SARADAN (Srd) ZP13 ZP11 BAGOR (Bgr)
J22B
3
ZP44C ZP22A ZP40A
(44BT) 23B II 21B (23T) (40AT)
ZP44 (23T) 23A 21A B
B ZP22B (22T) J22A ZP40
MJ44 MJ40

3
ZP23 ZP21
J44 T) J40
(44A (40B
T) ZP44A ZP42B ZP42A ZP40C
43 III 41 X40
(43T) (42T) (41T)
J42A

Gambar II.B.5. Signaling Layout St. Wilangan Berdasarkan DED Track 2012

XVI - 36
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

a. Stasiun Wilangan memiliki 3 jalur KA tipe pulau. Desain untuk jalur II


ditentukan bisa masuk dan keluar dari dan ke dua arah, karena II
diprioritaskan jalur penyusulan, dimana KA yang disusul dimasukkan ke
jalur II ini , sehingga KA yang menyusul/jalan langsung dapat lewat jalur
I/III. Selain itu Jalur II dapat untuk naik/turun penumpang.

b. Jalur I/III sebagai Jalur Utama/Main Line didesain untuk KA jalan


langsung/passing track , dan jalur untuk berhenti KA guna naik/turun
penumpang. Khusus untuk KA jalan langsung lewat jalur I dirasakan
membahayakan bagi penumpang maupun petugas karena jarak yang dekat
antara ruang Ppka dan as jalur I (2,35 meter).

c. Di sisi barat dan timur jalur II terdapat jalur luncur yang berguna untuk
menjaga KA masuk jalur II tetap aman jika KA masuk jalur II tidak bisa
berhenti di depan Sinyal Berangkat.

d. Selain itu jalur II dilengkapi dengan Sinyal contra flow/ Sinyal Berjalan Jalur
Kiri untuk melayani KA berangkat lewat jalur kiri untuk tujuan kearah St.
Madiun atau Saradan. Pentingnya Sinyal contra flow/Sinyal Berjalan jalur
Kiri adalah melancarkan perjalanan KA sewaktu jalur KA normal/ jalur
kanan mengalami gangguan atau sedang mengalami perbaikan atau
pemeliharaan rutin yang terpaksa harus menutup jalur normal kanan.
Dengan kata lain penggunaan Sinyal Contra Flow, KA bisa melewati jalur
kiri dengan aman karena dijamin oleh sistem, pelayanan operasional KA
lebih cepat, sehingga bisa menekan kelambatan.

e. Di dalam emplasemen terdapat perlintasan sebidang JPL no. 106 tipe MO-
SP km. 132 + 572 yang dilayani oleh PJL. JPL ini berada dalam
emplasemen , sehingga dipasang early warning device/lampu & suara
peringatan dini dilengkapi indicator penunjuk arah di pintu perlintasan yang
penutupan pintu perlintasannya dikaitkan dengan system interloking

XVII - 37
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

persinyalan, sehingga keamanan perka terjamin karena pintu akan


menutup lebih dulu secara otomatis (setelah pembentukan route) sebelum
KA melewati pintu tersebut, baik untuk KA masuk, keluar, maupun langsir.
Pembukaan pintu perlintasan dilakukan manual oleh PJL. Sedangkan untuk
pembukaan pintu perlintasan dilakukan oleh PJL.

g. Pengamanan di stasiun Wilangan dipasang sinyal-sinyal:

– MJ10, J10, J12B, J14, MJ14.


– J22A, J22B.
– MJ40, J40, J42A, J44, UJ44, MJ44.

f. Diperkirakan pada waktu pelaksanaan penataan track layout masa


pembangunan nantinya bisa jadi menyulitkan karena adanya penggeseran
jalur II dan III hingga dicapai jarak jalur I-II maupun II-III adalah 5,5 meter.

XVII - 38
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

6. Stasiun Bagor ( Km 125 + 218 ).

STASIUN BAGOR
11 Km. 125+218

JPL No. 103 SA-SP


Km. 126+428

ER

MJ14 J14 X14 J12B J10 MJ10


(13T) I (43T)
13 11
ZP14C (14BT) ZP14B
(14AT) ZP14A ZP12B (12T) (10BT) (10AT)
ZP10A
ZP12A ZP10C ZP10B
ZP13 ZP11
J22B ZP22A

3
(23T) 23B II 21A (21T)
WILANGAN (Wlg) 23A (22T) 21 NGANJUK (Nj)
ZP22B J22A

3
ZP23 ZP21
ZP44C ZP44B ZP44A ZP42A ZP40C ZP40B
(44BT) (44AT) (40BT) ZP40A
43 III 41 (20AT)

G (43T) (42T) (41T)


MJ44 J44 ZP42B J42A X40 J40 MJ40

Gambar II.B.6. Signaling Layout St. Bagor Berdasarkan DED Track 2012

XVIII - 39
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

a. Stasiun Bagor memiliki 3 jalur KA tipe pulau. Desain untuk jalur II ditentukan
bisa masuk dan keluar dari dan ke dua arah, karena II diprioritaskan jalur
penyusulan, dimana KA yang disusul dimasukkan ke jalur II ini , maka KA
yang menyusul/jalan langsung dapat lewat jalur I/III. Selain itu Jalur II dapat
untuk naik/turun penumpang.

b. Jalur I/III sebagai Jalur Utama/Main Line didesain untuk KA jalan


langsung/passing track , dan jalur untuk berhenti KA guna naik/turun
penumpang. Khusus untuk KA jalan langsung lewat jalur I dirasakan
membahayakan bagi penumpang maupun petugas karena jarak yang dekat
antara ruang Ppka dan as jalur I (2,35 meter).

c. Di sisi barat dan timur jalur II terdapat jalur luncur yang berguna untuk
menjaga KA masuk jalur II tetap aman jika KA masuk jalur II tidak bisa
berhenti di depan Sinyal Berangkat.

d. Selain itu jalur II dilengkapi dengan Sinyal contra flow/ Sinyal Berjalan Jalur
Kiri untuk melayani KA berangkat lewat jalur kiri untuk tujuan kearah St.
Madiun atau Saradan. Pentingnya Sinyal contra flow/Sinyal Berjalan jalur Kiri
adalah melancarkan perjalanan KA sewaktu jalur KA normal/ jalur kanan
mengalami gangguan atau sedang mengalami perbaikan atau pemeliharaan
rutin yang terpaksa harus menutup jalur normal/ kanan. Dengan kata lain
penggunaan Sinyal Contra Flow, KA bisa melewati jalur kiri dengan aman
karena dijamin oleh sistem, pelayanan operasional KA lebih cepat, sehingga
bisa menekan kelambatan.

e. Pengamanan di stasiun Bagor dipasang sinyal-sinyal:

– MJ10, J10, J12B, J14, MJ14.


– J22A, J22B.

– MJ40, J40, J42A, J44, MJ44.

XIX - 40
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

f. Diperkirakan pada waktu pelaksanaan penataan track layout masa


pembangunan nantinya bisa jadi menyulitkan karena adanya penggeseran
jalur II dan III hingga dicapai jarak jalur I-II maupun II-III adalah 5,5 meter.

XIX - 41
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

7. Stasiun Nganjuk ( 118 + 842 ).

13 STASIUN NGANJUK
Km. 118+842
JPL No. 98 MO-PLN
Km. 119+119

12 ER
14
JPL No. 99 MO-SP J52B ZP52A JPL No. 97A MO-SP

3
Km. 121+937 VIADUCT Km. 117+640
I
ZP52B (52T) J52A

3
J32B ZP32A

3
33 31
II
ZP32B (32T) J32A

3
J14 X14 J12B
MJ14 J10 MJ10
13A 11C
13B III 11A
(14BT) (14AT) 13C (13T) (11T) 11B (10BT) (10AT)
ZP14C ZP14B ZP14A (12T) ZP12A ZP10C ZP10B ZP10A
ZP12B
BAGOR (Bgr) ZP23C ZP23B ZP21B ZP21A SUKOMORO (Skm)
ZP24C ZP24B ZP24A ZP22A ZP20C ZP20B ZP20A
(24BT) (24AT) 23C 23B (23T) (21T) 21B 21A (20BT) (20AT)
IV 21C
23A
MJ24 J24 ZP23B (22T) J22A X20 J20 MJ20
G G

J42B ZP42A

3
V
ZP42B (42T) J42A

3
G

Gambar II.B.7. Signaling Layout St. Nganjuk Berdasarkan DED Track 2012

XX - 42
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

a. Desain jalur I, II ditentukan bisa masuk dan keluar, dari dan ke dua arah,
dan jalur I, II ini diprioritaskan untuk naik/turun penumpang dengan
pertimbangan keselamatan dan mempercepat pelayanan, memudahkan naik
turun penumpang apabila terjadi penyusulan di stasiun , dan memudahkan
komunikasi PPKA dengan awak KA, misalnya memberikan bentuk Berjalan
Hati – hati (BH) karena taspat di petak jalan yang akan dilalui.

Selain itu Jalur I, II bisa dipergunakan untuk melayani penyusulan maupun


tunggu aman.

b. Jalur III, IV, didesain hanya bisa masuk dan keluar dari satu arah saja. Jalur
III dan IV merupakan Main Line ( Jalur Utama ) yang biasa untuk melayani
KA jalan langsung, namun dapat untuk menaikkan penumpang dan
berangkat KA serta menerima kedatangan KA dan menurunkan
penumpang.

c. Jalur II , V dilengkapi dengan Sinyal Contra Flow/Berjalan Jalur Kiri arah


hulu dan hilir yang berfungsi apabila disalah satu petak jalan terjadi rintang
jalan atau ada pekerjaan pemeliharaan track, maka bisa terlaksana tanpa
mengganggu operasi kereta api. Dengan sinyal Contra Flow, maka KA bisa
melewati jalur kiri dengan aman karena dijamin oleh sistem. Pelayanan
operasional KA bisa lebih cepat, sehingga bisa mengurangi kelambatan KA.
Untuk operasi perjalanan KA melalui jalur kiri, KA dari Sukomoro arah ke
Bagor melalui jalur hilir, masuk jalur II. Setelah KA berhenti di jalur II
kemudian diberi bentuk No. 90 (berjalan hati-hati) & No. 91 (berjalan jalur
kiri) pada petak jalan jalur ganda dan berangkat dijamain keselamatannya
dengan sinyal berangkat aspek merah dan sinyal darurat cahaya putih. KA
berangkat melalui jalur penghubung menuju ke Stasiun Bagor lewat lewat
jalur hulu/ jalur kiri.

XXI - 43
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

Demikian juga jalur V dari arah Bagor menuju Sukomoro yang melewati jalur
hulu akan menuju jalur kiri, setelah KA masuk dan berhenti di jalur V diberi
bentuk No. 90 (berjalan hati-hati) & No.91 (berjalan jalur kiri) dan
keberangkatannya dijamin keselamatannya menggunakan sinyal berangkat
aspek merah dan sinyal darurat cahaya putih. KA berangkat lewat jalur
penghubung menuju Stasiun Sukomoro melalui jalur hilir (jalur kiri). Jalur V
juga bisa untuk menaikkan dan menurunkan penumpang serta tunggu aman
dan penyusulan KA.

d. Pengamanan di stasiun Nganjuk dipasang sinyal sinyal :

 MJ10, J10, J12B, J14, MJ14 ;


 MJ20, J22A, J24, MJ24 ;
 JL32A, J32B,

 J52A, J52B.

 Dilengkapi dengan : rambu langsir yang posisinya terletak pada jarak


50 meter di belakang sinyal masuk J20 dan J14. Tujuannya adalah agar
langsiran tidak melampaui jarak 50 meter dari sinyal masuk tersebut,
sehingga gerakan langsiran lebih aman, karena terhindar dari
kemungkinan kejadian luar biasa (KDLB) yang disebabkan human error
( sesuai undang undang perkeretaapian pasal 51 ayat 3 dan pasal 105
ayat 1 ).

 Dilengkapi Sinyal Muka MJ14, Sinyal Masuk J14; dan Sinyal Muka MJ20,
Sinyal Masuk J20 yang mengijinkan KA masuk dari jalur kiri.

e. Pada sinyal J10 dan J24 dilengkapi variable Speed Indicator, sinyal darurat.
Sedangkan aspek serta variabel speed indicator yang diperlihatkan
merupakan petunjuk bagi Masinis.

XXI - 44
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

f. Sinyal keluar J32A, J32B , dilengkapi Sinyal Berjalan Jalur Kiri yang
berfungsi apabila terjadi trouble di jalur benar (kanan) dapat dialihkan ke jalur
kiri (sepur salah) dengan aman dan proses pelayanan operasi KA lebih
cepat.

g. Semua Sinyal Utama dilengkapi dengan Sinyal Darurat sebagai pengganti


bentuk MS.

h. Semua wesel yang menyambung ke Jalur KA maupun yang sering


digunakan untuk langsir seperti W41B, 43, 73C, 71A pembalikan weselnya
dilakukan dengan menggunakan motor wesel yang dilengkapi dengan
pengontrol kedudukan lidah wesel, sehingga pengoperasiannya lebih cepat
dan terjamin.

i. Dibangun Equipment Room untuk penempatan peralatan persinyalan


lengkap dengan peralatan pendukung lainnya.

j. Keperluan langsir , diatur secara manual dengan aturan sesuai ketentuan


R19.

k. Untuk pengamanan perjalanan KA di perlintasan resmi JPL no. 98 yang


berada dalam emplasemen dipasang early warning device/lampu & suara
peringatan dini dilengkapi indicator penunjuk arah di pintu perlintasan yang
penutupan pintu perlintasannya dikaitkan dengan system interloking
persinyalan, sehingga keamanan perka terjamin karena pintu akan menutup
lebih dulu secara otomatis (setelah pembentukan route) sebelum KA
melewati pintu tersebut, baik untuk KA masuk, keluar. Pembukaan pintu
perlintasan dilakukan manual oleh PJL. Sedangkan untuk pembukaan pintu
perlintasan dilakukan oleh PJL.

XXI - 45
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

Legenda Persinyalan:

– J = Jalan (Sinyal Masuk/ Sinyal Berangkat).


– MJ = Muka Jalan (Sinyal Muka).
– ZP = Axle Counter (Penghitung Gandar).
– L = Langsir.
– JL = Sinyal Berangkat dengan Sinyal Langsir.

XXI - 46
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

8. Stasiun Sukomoro ( Km 114+ 445 ).

STASIUN SUKOMORO
Km. 114+445 15
JPL No. 95 HG
ER Km. 114+222

J32B

3
ZP32A
I
33 (32T)
ZP32B J32A

3
MJ14 J14 X14 J12B J10 MJ10
13A 11C
G
II
(14BT) (14AT) 13C 13B (13T) (11T) 11B 11A (10BT) (10AT)
ZP14C ZP14B ZP14A ZP12B (12T) ZP12A ZP10C ZP10B ZP10A
NGANJUK (Nj) ZP21A
BARON (Brn)
ZP23C ZP23B ZP21B
ZP24C ZP24B ZP24A ZP22A ZP20C ZP20B ZP20A
(24BT) (24AT) 23C 23B (23T) (21T) 21B 21A (20BT) (20AT)
III
23A 21C
MJ24 J24 ZP22B (22T) J22A X20 J20 MJ20

J42B ZP42A
3 IV
ZP42B (42T) J42A

3
Gambar II.B.8. Signaling Layout St. Sukomoro Berdasarkan DED Track 2012

XXII - 47
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

a. Jalur I didesain bisa melayani KA masuk dan keluar dari dan ke dua arah,
karena jalur I diprioritaskan naik turun penumpang dengan pertimbangan
keselamatan dan mempercepat pelayanan, memudahkan naik turun
penumpang apabila terjadi penyusulan di Stasiun Sukomoro. Jalur I juga
dilengkapi Sinyal Contra Flow apabila salah satu jalur ada rintang jalan
sebagai pengaturan perjalanan KA bisa dilewatkan melalui jalur kiri, dari
arah Baron jalur hilir menuju Stasiun Nganjuk, KA masuk jalur I dan setelah
KA berhenti diberi bentuk No. 90 & No. 91 berangkat menggunakan Sinyal
Berangkat aspek merah dan sinyal darurat cahaya putih menuju Stasiun
Nganjuk melalui jalur penghubung ke jalur hulu melalui jalur kiri.

Demikian juga pelayanan dari Nganjuk arah hulu melalui jalur kiri, KA
akan melewati jalur penghubung masuk dan berhenti di jalur I. Setelah KA
diberi bentuk No. 90 & No. 91 berangkat dengan sinyal berangkat aspek
merah dan sinyal darurat cahaya putih lewat jalurm hulu melalui jalur kiri
menuju Baron.

b. Jalur II, III, dan IV didesain hanya bisa masuk dan keluar dari satu arah
saja. Jalur IV dipergunakan untuk melayani penyusulan maupun tunggu
aman, selain itu jika diperlukan dapat digunakan untuk melayaninaik dan
turun penumpang, sehingga lebih lanjut diperlukan peron dan overkapping.

Jalur IV dilengkapi dengan Sinyal Contra Flow yang bisa untuk


melayani jalur kiri dari arah Nganjuk ke Baron satu arah. Setelah KA dari
Stasiun Nganjuk melalui jalur hulu masuk jalur IV dan KA berhenti di jalur IV
diberi bentuk No. 90 & No. 91 berangkat dengan sinyal berangkat aspek
merah dan sinyal darurat cahaya putih.

Tindakan pengaturan jalur kiri tersebut dilakukan jika terjadi


gangguan salah satu jalur ada rintang jalan atau pemeliharaan/ perbaikan
agar perjalanan KA tidak banyak terlambat.

XXIII - 48
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

c. Jalur II dan III merupakan main line ( jalur utama/passing track).

d. Untuk mengamankan perjalanan KA di stasiun Caruban Baru, dipasang


sinyal- sinyal :

– MJ10, J10, J12B, JL32B, J14, MJ14.


– MJ24, J24, J42B, J22A, J42A,J20, dan MJ20.

e. Pada sinyal J10 dan J24 dilengkapi Variable Speed Indicator dan sinyal
darurat. Sedangkan aspek serta variabel speed indicator yang
diperlihatkan merupakan petunjuk bagi Masinis.

f. Sinyal keluar JL42A, dan JL42B dilengkapi dengan Sinyal Berjalan Jalur
Kiri yang berfungsi apabila terjadi trouble, atau pemeliharaan track di jalur
kanan, maka perjalanan KA dapat dialihkan ke jalur kiri dengan aman dan
proses pengaturan perjalanannya menjadi lebih cepat.

g. Dilengkapi Sinyal Muka MJ20, Sinyal Masuk J20; dan Sinyal Muka MJ14,
Sinyal Masuk J14 yang mengijinkan KA masuk dari jalur kiri.
h. Dilengkapi rambu batas langsir yang dipasang pada jarak 50 meter
dibelakang sinyal masuk J20 dn J14, dengan tujuan langsiran tidak boleh
melampaui jarak 50 meter dari sinyal masuk tersebut. Sehingga gerakan
langsiran akan lebih aman untuk menghindari kemungkinan kejadian luar
biasa (KDLB) yang disebabkan human error.
i. Pembalikan wesel 11A, 21A, 11B, 21B, 23A, 13A, 23B,dan 13B digerakkan
dengan motor listrik dengan pengontrol kedudukan lidah wesel sehingga
lebih cepat dan lebih terjamin.
j. Dibangun gedung tempat peralatan sinyal /Equipment Room ( ER ),

lengkap berikut peralatan pendukung lainnya.

XXIII - 49
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

k. Terdapat sepur simpan dengan wesel 33 terlayan setempat yang


digerakkan dengan bandul dilengkapi penghalang sarana, untuk
menyimpan MPJR ataupun Sarana KA yang mengalami kerusakan.
l. Didalam emplasemen sebelah Timur stasiun terdapat JPL No.95 dengan
pintu listrik HG km 114 +222 yang dilengkapi dengan sistem semi otomatik.
Penutupan dan pembukaan pintu perlintasan dilakukan manual oleh PJL ,
sedangkan peringatan dini berupa alarm dan lampu silang datar
beroperasinya oleh setting route KA masuk atau berangkat.

XXIII - 50
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

9. Stasiun Baron ( Km 103 + 810 ).

STASIUN BARON
16
Km. 103+804
JPL No. 90 MO-PLN
Km. 103+559

ER

MJ14 J14 X14 J12B J10 MJ10


(13T) I (43T)
13 (12T) 11 (10BT)
ZP14C (14BT) ZP14B
(14AT) ZP14A ZP12B ZP12A (10AT)
ZP10A
ZP10C ZP10B
ZP13 ZP11
J22B ZP22A

3
(21T)
II
(23T) 23A 21A
SUKOMORO (Skm) 23B (22T) 21B KERTOSONO (Kts)
ZP22B J22A

3
ZP23
ZP21
ZP44C ZP44B ZP44A ZP42B ZP42A ZP40C ZP40B ZP40A
(44BT) (44AT) 43
III
41 (40BT) (20AT)
(43T) (42T) (41T)
MJ44 J42A G X40
J44 J40 MJ40

Gambar II.B.9. Signaling Layout St. Baron Berdasarkan DED Track 2012

XXIV - 51
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

a. Stasiun Baron memiliki 3 jalur KA tipe pulau. Desain untuk jalur II


ditentukan bisa masuk dan keluar dari dan ke dua arah, karena II
diprioritaskan jalur penyusulan, dimana KA yang disusul dimasukkan ke
jalur II ini , maka KA yang menyusul/jalan langsung dapat lewat jalur I/III.
Selain itu Jalur II dapat untuk naik/turun penumpang.

b. Jalur I/III sebagai Jalur Utama/Main Line didesain untuk KA jalan


langsung/passing track, dan jalur untuk berhenti KA guna naik/turun
penumpang. Khusus untuk KA jalan langsung lewat jalur I dirasakan
membahayakan bagi penumpang maupun petugas karena jarak yang dekat
antara ruang Ppka dan as jalur I (2,35 meter).

c. Di sisi barat dan timur jalur II terdapat jalur luncur yang berguna untuk
menjaga KA masuk jalur II tetap aman jika KA masuk jalur II tidak bisa
berhenti di depan Sinyal Berangkat.

d. Selain itu jalur II dilengkapi dengan Sinyal contra flow/ Sinyal Berjalan Jalur
Kiri untuk melayani KA berangkat lewat jalur kiri untuk tujuan kearah St.
Madiun atau Saradan. Pentingnya Sinyal contra flow/Sinyal Berjalan jalur
Kiri adalah melancarkan perjalanan KA sewaktu jalur KA normal/ jalur
kanan mengalami gangguan atau sedang mengalami perbaikan atau
pemeliharaan rutin yang terpaksa harus menutup jalur normal/ kanan.
Dengan kata lain penggunaan Sinyal Contra Flow, KA bisa melewati jalur
kiri dengan aman karena dijamin oleh sistem, pelayanan operasional KA
lebih cepat, sehingga bisa menekan kelambatan.

e. Untuk pengamanan perjalanan KA di perlintasan resmi JPL no. 90 Km 103


+ 559 yang berada dalam emplasemen dipasang early warning
device/lampu & suara peringatan dini dilengkapi indicator penunjuk arah di
pintu perlintasan yang penutupan pintu perlintasannya dikaitkan dengan
system interloking persinyalan, sehingga keamanan perka terjamin karena

XXV - 52
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

pintu akan menutup lebih dulu secara otomatis (setelah pembentukan


route) sebelum KA melewati pintu tersebut, baik untuk KA masuk, keluar.
Pembukaan pintu perlintasan dilakukan manual oleh PJL. Sedangkan untuk
pembukaan pintu perlintasan dilakukan oleh PJL.

f. Pengamanan di stasiun Baron dipasang sinyal-sinyal:

– MJ10, J10, J12B, J14, MJ14.


– J22A, J22B.

– MJ40, J40, J42A, J44, MJ44.

g. Diperkirakan pada waktu pelaksanaan penataan track layout masa


pembangunan nantinya bisa jadi menyulitkan karena adanya penggeseran
jalur II dan III hingga dicapai jarak jalur I-II maupun II-III adalah 5,5 meter.

XXV - 53
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

10. Stasiun Kertosono ( Km 96 + 888 ).

STASIUN KERTOSONO
Km. 96+888 17
Km. 97+530
Km. 96+739 JPL 83 SA-PLN
Km. 97+647 Km. 97+579 Km. 96+979 Km.94+383
Km. 96+734 Km. 96+096
Km. 97+691 Km. 95+091
Km. 97+584 Km. 96+725
Km. 96+091 Km. 94+891
Km. 97+733 Km. 96+679
Km. 98+190 ER
Km. 99+195 Km. 97+732 Km. 96+677
Km. 98+195 Km. 96+494
Km. 99+395 Km. 97+783
Km. 96+633
BH 259
Km. 97+842 JL32B UJ32B ZP32A ZP31 Km. 96+631 Km. 96+449 J10 G MJ10

3
(31T) (10AT)
Km. 97+845
I 31 Km. 96+441
ZP32B BH 264 (32T) JL32A ZP10B ZP10A

3
Km. 96+586
ZP11C Sembung (Smb)
)
MJ14 J14 X14 L14 JL12B UJ12B ZP12A BT
13A 11C (10CT) (10 ZP20A

(14AT) 13C 13B II 11B 11A


(14BT) ZP14B (13T) (12T) X12
ZP14C ZP14A ZP12B BH 264 ZP10C
MJ20
BARON ( Brn)
ZP23C ZP23B ZP21B ZP21A
ZP24C ZP24B ZP24A X22 BH 264 ZP22A ZP20C J20 BH 259
(24AT) (23BT) 23C 23B (23AT) (20CT) 21B 21A
23A III 21C (20AT)
MJ24 J24 ZP22B L20 (20BT) X20
UJ22A (22T) JL22A ZP20B

ZP41A
JL42B J40

3
Km. 97+834 UJ42B ZP42A ZP40D ZP40C MJ40
(41T) 41A (40CT) (40AT)
IV 41B (40BT)
ZP42B BH 264 (42T) JL42A L40 Km. 96+539 X40 ZP40B ZP40A
Km. 97+652 Km. 96+541
Km. 97+239 Km. 95+010
ZP62A Km. 96+560
Km. 97+647 Km. 96+433
V

Pu
61 Km. 96+563 Km. 96+436 Km. 96+271 Km. 95+210

rw
(62T) JL62A

oa
Km. 96+571 Km. 96+273 Km. 96+210

s ri
ZP82A

(P
6 Km. 96+606 Km. 96+215

wa
)
2A Km. 96+641
L8
Km. 96+638

Km. 96+634
Km. 96+639
Km. 96+693

Km. 96+706

Km. 96+701
Km. 96+759

Km. 96+761

Km. 96+756

Km. 96+761

Gambar II.B.10. Signaling Layout St. Kertosono Berdasarkan DED Track 2012

XXVI - 54
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

a. Desain jalur I dan IV ditentukan bisa masuk dan keluar, dari dua arah
Smb dan Brn, dan sepur I diprioritaskan untuk naik/turun penumpang
dengan pertimbangan keselamatan dan mempercepat pelayanan,
memudahkan naik turun penumpang apabila terjadi penyusulan , dan
memudahkan komunikasi PPKA dengan awak KA, misalnya memberikan
bentuk Berjalan Hati – hati (BH) karena taspat di petak jalan yang akan
dilalui. Namun jalur I tidak bisa masuk dan keluar dari Pwa. Sedangkan
jalur V hanya bisa melayani KA masuk dan keluar dari sisi timur , namun
bisa melayani KA masuk dan keluar dari/ke Smb dan Pwa.

Selain itu Jalur I, IV dipergunakan untuk melayani penyusulan maupun


tunggu aman untuk KA dari arah Sembung dan Baron.

Jalur I tidak bisa melayani KA masuk dan datang dari/ke Pwa; begitu juga
jalur V tidak bisa melayani KA masuk dan datang dari/ke Brn.

b. Jalur II dan III didesain hanya bisa melayani KA masuk dan keluar dari satu
arah saja. Jalur II dan III merupakan Main Line ( Jalur Utama ) juga bisa
melayani untuk menaikkan penumpang/menurunkan penumpang.

c. Jalur I, IV dilengkapi dengan Sinyal Contra Flow/Berjalan Jalur Kiri untuk


dua arah Sembung dan Baron yang berfungsi apabila di salah satu petak
jalan normal/kanan terjadi rintang jalan atau ada pekerjaan pemeliharaan
track, maka bisa terlaksana tanpa mengganggu operasi kereta api. Dengan
sistem Contra Flow, maka KA bisa melewati jalur kiri dengan aman karena
dijamin oleh sistem. Pelayanan operasional KA bisa lebih cepat, sehingga
bisa mengurangi kelambatan KA.

Untuk pengaturan perjalanan KA jalur kiri dari arah Sembung/ hilir, setelah
KA masuk dan berhenti di jalur I diberi bentuk No. 90 & No. 91, selanjutnya
KA berangkat dengan sinyal berangkat aspek merah dan sinyal darurat

XXVII - 55
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

cahaya putih, KA berjalan melewati jalur penghubung menuju Baron melalui


jalur hulu berjalan jalur kiri.

Demikian juga sebaliknya pelayanan jalur kiri dari arah Baron menuju
Sembung lewat jalur I , KA dari Stasiun Baron melewati jalur hulu ke jalur
penghubung masuk ke jalur I dan setelah KA berhenti diberi bentuk No. 90
& No. 91 dan berangkat dengan sinyal berangkat aspek merah dan sinyal
darurat cahaya putih. KA berangkat melalui jalur penghubung lewat jalur
hulu menuju ke Stasiun Sembung.

Jalur IV juga didesain untuk pemberangkatan KA berjalan jalur kiri ke arah


Sembung maupun Stasiun Baron.

d. Pengamanan di stasiun dipasang sinyal sinyal :


 MJ10, J10, JL12B, L14,J14, MJ14 ;
 MJ20, J20,L20, JL22A, J24, MJ24 ;
 MJ40,J40,JL42A, JL42B;
 JL32A, JL32B;

 JL62A.

 Serta sinyal langsir berdiri sendiri : L102.

 Dilengkapi dengan Sinyal Langsir yang dirangkaikan pada sinyal adalah


 JL32A, JL32B;
 JL12B,JL14A;
 JL22A;
 JL42B, JL42B;
 JL62A.

Semua sinyal langsir yang berdiri sendiri maupun sinyal yang


dirangkaikan kesemuanya dilengkapi dengan telpon langsir/ talk back.

XXVII - 56
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

 Sinyal Langsir L20 , L14, L40 yang pengoperasian langsirannya


dilengkapi dengan : rambu langsir yang posisinya terletak pada jarak
50 meter di belakang sinyal masuk J20, J14, J40. Tujuannya adalah
agar langsiran tidak melampaui jarak 50 meter dari sinyal masuk
tersebut, sehingga gerakan langsiran lebih aman , karena terhindar
dari kemungkinan kejadian luar biasa (KDLB) yang disebabkan human
error ( sesuai undang undang perkeretaapian pasal 51 ayat 3 dan pasal
105 ayat 1 ).

 Dilengkapi Sinyal Muka MJ14, Sinyal Masuk J14; dan Sinyal Muka
MJ20, Sinyal Masuk J20 yang mengijinkan KA masuk dari jalur kiri.

e. Pada sinyal J10, J24, JL40 dilengkapi variable Speed Indicator. Sedangkan
aspek serta variabel speed indicator yang diperlihatkan merupakan
petunjuk bagi Masinis.

f. Semua Sinyal Utama dilengkapi dengan Sinyal Darurat sebagai pengganti


bentuk MS.

g. Wesel yang menyambung ke Jalur KA maupun yang sering digunakan


untuk langsir seperti W61 pembalikan weselnya dilakukan dengan
menggunakan motor wesel yang dilengkapi dengan pengontrol kedudukan
lidah wesel, sehingga pengoperasiannya lebih cepat dan terjamin.

h. Wesel 31 dilengkapi dengan pengaman elektric lock serta perintang yang


dihubungkan system interloking.

i. Dibangun Equipment Room untuk penempatan peralatan persinyalan


lengkap dengan peralatan pendukung lainnya.

j. Dilengkapi jalur langsir 6 serta jalur simpan sisi utara jalur I yang masing–
masing diberi pengaman sinal langsir.

XXVII - 57
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

11. Stasiun Sembung ( Km 89 + 311 ).

18 STASIUN SEMBUNG
Km. 89+311
JPL No. 79 HG
Km. 89+544

(13T) J12B
(11T)
III
X14 13 11A
ZP14A ZP12B (12T) ZP12A ZP10C (10BT)
J10
J14 (14AT) ZP11
ZP13
MJ14 J22B ZP10 MJ10
B

3
B
ZP14 23A 21A (21T)
II (10AT)
(14BT) (23T) 23B 21B
ZP14C (22T) ZP10A
J22A

3
KERTOSONO (Kts) ZP23 ZP21 JOMBANG (Jg)
ZP44C ZP44B ZP44A ZP42B ZP42A ZP40C (40BT) ZP40B ZP40A
(44BT) (44AT) 43 (40AT)
41
I
(43T) (42T) (41T)
MJ44 J44 J42A X40 J40 MJ40
G

ER

Gambar II.B.11. Signaling Layout St. Sembung Berdasarkan DED Track 2012

XXVIII - 58
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

a. Stasiun Sembung memiliki 3 jalur KA tipe pulau. Desain untuk jalur II


ditentukan bisa masuk dan keluar dari dan ke dua arah, karena II
diprioritaskan jalur penyusulan, dimana KA yang disusul dimasukkan ke
jalur II ini , maka KA yang menyusul/jalan langsung dapat lewat jalur I/III.
Selain itu Jalur II dapat untuk naik/turun penumpang.

b. Jalur I/III sebagai Jalur Utama/Main Line didesain untuk KA jalan


langsung/passing track , dan jalur untuk berhenti KA guna naik/turun
penumpan. Khusus untuk KA jalan langsung lewat jalur I dirasakan
membahayakan bagi penumpang maupun petugas karena jarak yang
dekat antara ruang Ppka dan as jalur I (2,35 meter).

c. Di sisi barat dan timur jalur II terdapat jalur luncur yang berguna untuk
menjaga KA masuk jalur II tetap aman jika KA masuk jalur II tidak bisa
berhenti di depan Sinyal Berangkat.

d. Selain itu jalur II dilengkapi dengan Sinyal contra flow/ Sinyal Berjalan
Jalur Kiri untuk melayani KA berangkat lewat jalur kiri untuk tujuan kearah
St. Kertosono atau Jombang. Pentingnya Sinyal Contra Flow/Sinyal
Berjalan jalur Kiri adalah melancarkan perjalanan KA sewaktu jalur KA
normal/ jalur kanan mengalami gangguan atau sedang mengalami
perbaikan atau pemeliharaan rutin yang terpaksa harus menutup jalur
normal/ kanan. Dengan kata lain penggunaan Sinyal Contra Flow, KA
bisa melewati jalur kiri dengan aman karena dijamin oleh sistem,
pelayanan operasional KA lebih cepat, sehingga bisa menekan
kelambatan.

e. Untuk pengamanan perjalanan KA di perlintasan resmi JPL no. 79 Km 89


+ 544 yang berada dalam emplasemen dipasang early warning
device/lampu & suara peringatan dini dilengkapi indicator penunjuk
arah di pintu perlintasan yang penutupan pintu perlintasannya dikaitkan

XXIX - 59
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

dengan system interloking persinyalan, sehingga keamanan perka


terjamin karena pintu akan menutup lebih dulu secara otomatis (setelah
pembentukan route) sebelum KA melewati pintu tersebut, baik untuk KA
masuk, keluar. Pembukaan pintu perlintasan dilakukan manual oleh PJL.
Sedangkan untuk pembukaan pintu perlintasan dilakukan oleh PJL.

f. Pengamanan stasiun dilengkapi dengan sinyal :

 MJ10, J10,J12B,J14,MJ14;

 J22A,J22B;

 MJ40, J40, J44,MJ44.

g. Jalur II dilengkapi dengan pengaman jalur luncur, sehingga KA yang


datang/masuk jalur II dapat dilakukan bersamaan dengan KA berangkat
dari jalur I atau III dengan arah yang sama.

h. Diperkirakan pada waktu pelaksanaan penataan track layout masa


pembangunan nantinya bisa jadi menyulitkan karena adanya
penggeseran jalur II dan III hingga dicapai jarak jalur I-II maupun II-III
adalah 5,5 meter.

XXIX - 60
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

12. Stasiun Jombang ( Km 81 + 497 ).

STASIUN JOMBANG
Km. 81+497

t)
(Bb
T
BA
BA
19 20
JPL No. 71 MO-PLN
JPL No. 72 SA-PLN Km. 81+315
Km. 82+484 ER

JL32B

3
(33T) ZP32A
31
I
33 (32T)
ZP32B JL32A

3
MJ14 G J14 X14 L14
13A
JL12B
X11
11C
G J10 MJ10
II
(14BT) (14AT) 13C 13B (13T) (11T) (10CT) 11B 11A (10BT) (10AT)
ZP14C ZP14B ZP14A ZP12B (12T) ZP12A ZP10C ZP10B ZP10A
SEMBUNG (Smb) ZP23C ZP23B ZP21B ZP21A
PETERONGAN (Ptr)
ZP24C ZP24B ZP24A ZP22B ZP22A (21T) ZP20C ZP20B ZP20A
(24BT) (24AT) 23C 23B (23AT) (20CT) 21B 21A (20BT) (20AT)
III
(23BT) 23A X23 (22T) 21C
MJ24 JL22A L20 X20 J20 MJ20
J24

JL42B

3
ZP42A
IV
43 41
ZP42B (42T)
JL42A

3
(4

)
1T
3T

(4
JL62B

3
ZP62A
V
63 61
ZP62B (62T)

T)
JL62A

(63

(6 1
T)
ZP82B ZP82A

2A
L8
2B

L8
7

Gambar II.B.12. Signaling Layout St. Jombang Berdasarkan DED Track 2012

XXX - 61
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

a. Desain jalur I, IV dan V ditentukan bisa masuk dan keluar, dari dan ke
dua arah, dan sepur I diprioritaskan untuk naik/turun penumpang dengan
pertimbangan keselamatan dan mempercepat pelayanan, memudahkan
naik turun penumpang apabila terjadi penyusulan di stasiun Madiun, dan
memudahkan komunikasi PPKA dengan awak KA, misalnya memberikan
bentuk Berjalan Hati – hati (BH) karena taspat di petak jalan yang akan
dilalui.

Selain itu Jalur III, IV dan V dipergunakan untuk melayani penyusulan


maupun tunggu aman.

b. Jalur II dan III didesain hanya bisa masuk dan keluar dari satu arah saja.
Jalur I dan II merupakan Main Line ( Jalur Utama ) yang dapat untuk
menaikkan penumpang dan berangkat KA serta menerima kedatangan
KA dan berhenti untuk menurunkan penumpang.

c. Jalur I dan IV dilengkapi dengan Sinyal Contra Flow/Berjalan Jalur Kiri


untuk 2 arah hulu/hilir yang berfungsi apabila disalah satu petak jalan
terjadi rintang jalan atau ada pekerjaan pemeliharaan track, maka bisa
terlaksana tanpa mengganggu operasi kereta api. Dengan sistem Contra
Flow, maka KA bisa melewati jalur kiri dengan aman karena dijamin oleh
sistem. Pelayanan operasional KA bisalebih cepat, sehingga bisa
mengurangi kelambatan KA.

d. Pengamanan di stasiun dipasang sinyal sinyal :

 MJ10, J10, JL12B, L14,J14, MJ14 ;


 MJ20, J20,L20, JL22A, J24, MJ24 ;
 JL42A, JL42B;
 JL 62A, JL62B;

 JL32A, JL32B.
XXXI - 62
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

 Dilengkapi dengan Sinyal Langsir yang dirangkaikan pada sinyal


adalah : JL12B, JL22A, JL32A, JL32B, JL52A, JL52B, JL62A,JL62B.

 Dilengkapi dengan Sinyal Langsir yang berdiri sendiri dan dilengkapi


dengan telpon langsir L82A.

 Dilengkapi dengan Sinyal Langsir L20 , L14 yang pengoperasian


langsirannya dilengkapi dengan : rambu langsir yang posisinya
terletak pada jarak 50 meter di belakang sinyal masuk J20 dan J14.
Tujuannya adalah agar langsiran tidak melampaui jarak 50 meter dari
sinyal masuk tersebut, sehingga gerakan langsiran lebih aman ,
karena terhindar dari kemungkinan kejadian luar biasa (KDLB) yang
disebabkan human error ( sesuai undang undang perkeretaapian pasal
51 ayat 3 dan pasal 105 ayat 1 ).

 Dilengkapi Sinyal Muka MJ14, Sinyal Masuk J14; dan Sinyal Muka
MJ20, Sinyal Masuk J20 yang mengijinkan KA masuk dari jalur kiri.

e. Pada sinyal J10 dan J24 dilengkapi variable Speed Indicator, sinyal
darurat. Sedangkan aspek serta variabel speed indicator yang
diperlihatkan merupakan petunjuk bagi Masinis.

f. Sinyal keluar JL32A, JL32B , dilengkapi Sinyal Berjalan Jalur Kiri yang
berfungsi apabila terjadi trouble di jalur benar (kanan) dapat dialihkan ke
jalur kiri dengan aman dan proses pelayanan operasi KA lebih cepat.

g. Semua Sinyal Utama dilengkapi dengan Sinyal Darurat sebagai


pengganti bentuk MS.

h. Wesel 61 yang menyambung ke Jalur KA digunakan untuk langsir,


pembalikan weselnya dilakukan dengan menggunakan motor wesel yang
dilengkapi dengan pengontrol kedudukan lidah wesel, sedangkan wesel
31 dipersiapkan untuk ke jalur non aktif Babat, pengamanannya dipasang
XXXI - 63
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

electric lock dan perintang yang dihubungkan dengan system interloking


sehingga pengoperasiannya lebih cepat dan terjamin sewaktu waktu
diperlukan..
i. Dibangun Equipment Room untuk penempatan peralatan persinyalan
lengkap dengan peralatan pendukung lainnya.

Untuk keperluan komunikasi permintaan langsir , diatur sedemikian rupa


ditempatkan telpon langsir/talk back guna komunikasi juru langsir
melaksanakan dan mengamankan langsiran.

j. Untuk pengamanan perjalanan KA di perlintasan resmi JPL no. 71 tipe


MO- PLN Km 81 + 315 yang berada dalam emplasemen dipasang early
warning device/lampu & suara peringatan dini dilengkapi indicator
penunjuk arah di pintu perlintasan yang penutupan pintu perlintasannya
dikaitkan dengan system interloking persinyalan, sehingga keamanan
perka terjamin karena pintu akan menutup lebih dulu secara otomatis
(setelah pembentukan route) sebelum KA melewati pintu tersebut, baik
untuk KA masuk, keluar, maupun langsir. Pembukaan pintu perlintasan
dilakukan manual oleh PJL.
k. Di sebelah barat Jalur I terdapat Jalur luncur guna mengamankan KA
masuk dan dalam waktu bersamaan bisa diberangkatkan KA dari ke
Jalur II yang diamankan dengan wesel yang dilengkapi dengan Point
Machine dan sinyal langsir .
l. Jalur langsir 6,7,8 dalam penyambungannya dengan Jalur V KA diberi
pengamanan melalui Sinyal Langsir L82A/82B sisi hulu dan hilir.

XXXI - 64
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

13. Intermediate Block/IB-2 & Perhentian Peterongan ( Km 76 + 161 ).

IB-2 & PERHENTIAN PETERONGAN


Km. 76+161

21 22
JPL No. 65 MO-PLN
JPL No. 66 HG Km. 75+905
Km. 76+376

G B10 MB10

(10BT) (10AT)
ZP10C ZP10B ZP10A
JOMBANG ( Jg ) SUMOBITO ( Sbo)
ZP20C ZP20B ZP20A (20AT)
(20BT)

MB 20 B20 G

ER

Gambar II.B.13. Signaling Layout Perhentian & IB-2 Peterongan Berdasarkan DED Track 2012

XXXII - 65
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

a. Dipasang guna meningkatkan kapasitas lintas antara Stasiun Jombang -


Sumobito. Pada Intermediate Block ini dipasang Sinyal Muka Blok MB10
dan Sinyal Blok B10 difungsikan untuk mengamankan perjalanan KA dari
stasiun Sumobito berjalan langsung ke stasiun Jombang. Dan pada arah
sebaliknya dipasang Sinyal Muka Blok MB20 dan Sinyal Blok B20, untuk
mengamankan perjalanan KA dari Jombang berjalan langsung ke stasiun
Sumobito.

b. Pemasangan Sinyal Blok B10 dan B20 yang overlap +/- 100m
dimaksudkan untuk keperluan naik/turun penumpang.

c. Perlu dipasang ER untuk penempatan peralatan catu daya dan peralatan


sinyal.

XXXIII - 66
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

14. Stasiun Sumobito ( Km 69 + 110 ).

STASIUN SUMOBITO 23
Km. 69+110
JPL No.59 HG
Km. 68+886

(13T) J12B
(11T)
III
X14 ZP14A
13 (12T) 11
ZP12B ZP12A ZP10C (10BT)
) J10
J14 (14AT
ZP13 ZP11
MJ14 J22B ZP10 MJ10
B

3
B ZP22A
ZP14 23B 21B (21T)
II
(14BT) (23T) 23A 21A (10AT)
ZP14C ZP22B (22T) ZP10A
J22A

3
PETERONGAN (Ptr) ZP23 ZP21 CURAHMALANG (Crm)
ZP44C ZP44B ZP44A ZP42B ZP42A ZP40C (40BT) ZP40B ZP40A
(44BT) (44AT) 43 41 (40AT)
I
(43T) (42T) (41T) G
MJ44 J44 J42A X40 J40 MJ40

ER

Gambar II.B.14. Signaling Layout St. Sumobito Berdasarkan DED Track 2012

XXXIV - 67
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

a. Stasiun Sumobito memiliki 3 jalur KA tipe pulau. Desain untuk jalur II


ditentukan bisa masuk dan keluar dari dan ke dua arah, karena II
diprioritaskan jalur penyusulan, dimana KA yang disusul dimasukkan ke
jalur II ini , maka KA yang menyusul/jalan langsung dapat lewat jalur I/III.
Selain itu Jalur II dapat untuk naik/turun penumpang.

b. Jalur I/III sebagai Jalur Utama/Main Line didesain untuk KA jalan


langsung/passing track , dan jalur untuk berhenti KA guna naik/turun
penumpang .

c. Di sisi barat dan timur jalur II terdapat jalur luncur yang berguna untuk
menjaga KA masuk jalur II tetap aman jika KA masuk jalur II tidak bisa
berhenti di depan Sinyal Berangkat.

d. Selain itu jalur II dilengkapi dengan Sinyal contra flow/ Sinyal Berjalan
Jalur Kiri untuk melayani KA berangkat lewat jalur kiri untuk tujuan
kearah St. Kertosono atau Jombang. Pentingnya Sinyal Contra
Flow/Sinyal Berjalan jalur Kiri adalah melancarkan perjalanan KA
sewaktu jalur KA normal/ jalur kanan mengalami gangguan atau sedang
mengalami perbaikan atau pemeliharaan rutin yang terpaksa harus
menutup jalur normal/ kanan. Dengan kata lain penggunaan Sinyal
Contra Flow, KA bisa melewati jalur kiri dengan aman karena dijamin
oleh sistem, pelayanan operasional KA lebih cepat, sehingga bisa
menekan kelambatan.

e. Untuk pengamanan perjalanan KA di perlintasan resmi JPL no. 79 Km


89 + 544 yang berada dalam emplasemen dipasang early warning
device/lampu & suara peringatan dini dilengkapi indicator penunjuk arah
di pintu perlintasan yang penutupan pintu perlintasannya dikaitkan
dengan system interloking persinyalan, sehingga keamanan perka
terjamin karena pintu akan menutup lebih dulu secara otomatis (setelah

XXXV - 68
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

pembentukan route) sebelum KA melewati pintu tersebut, baik untuk KA


masuk, keluar. Pembukaan pintu perlintasan dilakukan manual oleh PJL.
Sedangkan untuk pembukaan pintu perlintasan dilakukan oleh PJL.

f. Pengamanan stasiun dilengkapi dengan sinyal :

 MJ10, J10, J12B, J14, MJ14;


 J22A, J22B;

 MJ40, J40, J42A, J44, MJ44.

g. Jalur II dilengkapi dengan pengaman jalur luncur, sehingga KA yang


datang/masuk jalur II dapat dilakukan bersamaan dengan KA berangkat
dari jalur I atau III dengan arah yang sama.

XXXV - 69
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

15. Intermediate Block/IB-1 dan Perhentian Curahmalang ( Km 69 + 110 ).

IB-1 & PERHENTIAN CURAHMALANG


Km. 69+110
24
JPL No. 55 MO-PLN
Km. 65+195

B10 G MB10

(10AT)
(10BT) ZP10C ZP10B ZP10A
SUMOBITO (Sbo) MOJOKERTO (Mr)
ZP20C ZP20B ZP20A (20AT)
(20BT)

MB 20 B20

ER

Gambar II.B.15. Signaling Layout Perhentian & IB-1 Curahmalang Berdasarkan DED Track 2012

XXXVI - 70
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

a. Dipasang guna meningkatkan kapasitas lintas antara Stasiun Jombang -


Sumobito. Pada Intermediate Block ini dipasang Sinyal Muka Blok MB10
dan Sinyal Blok B10 difungsikan untuk mengamankan perjalanan KA dari
stasiun Mojokerto berjalan langsung ke stasiun Sumobito. Dan pada arah
sebaliknya dipasang Sinyal Muka Blok MB20 dan Sinyal Blok B20, untuk
mengamankan perjalanan KA dari Sumobito berjalan langsung ke stasiun
Mojokerto.

b. Pemasangan Sinyal Blok B10 dan B20 yang overlap +/- 100m
dimaksudkan untuk keperluan naik/turun penumpang.

c. Perlu dipasang ER untuk penempatan peralatan catu daya dan peralatan


sinyal.

XXXVII - 71
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

16. Stasiun Mojokerto ( Km 57 + 791 ).

25 26 27
STASIUN MOJOKERTO
JPL No. 46 MO-SP JPL No.45 MO-SP
Km. 57+886 Km.57+588
Km. 57+350 JPL No. 44 MO-SP
Km. 56+791

ER

J14 JL12B
MJ14 L44
G G (13T) I G J10 MJ10

(14BT) (14AT) 13B 13A (12T) (11T) 11B 11A (10BT) (10AT)
ZP14C ZP14B ZP14A ZP12B ZP12A ZP10C ZP10B ZP10A

CURAHMALANG (Crm) ZP23C ZP23B ZP21A TARIK (Trk)


ZP21B

ZP24C ZP24B ZP24A ZP22B ZP22A ZP20C (20BT) ZP20B ZP20A


(24BT) (24AT) 23C 23B (23T) II (21T) 21B 21A (20AT)
23A (22T) 21C
MJ24 J24 JL22A L20 X20 J20 MJ20
JL42B

3
III ZP42A

43 (42T) 41
ZP42B JL42A

)
JL62B

1T
3
ZP62A

(4
IV
63 (62T) 61
ZP62B JL62A

3
JL82B
ZP82A

3
V
83 (82T) 81
ZP82B JL82A

3
ZP82B ZP82A
6
L8 A
2B 02
L1

Gambar II.B.16. Signaling Layout St. Mojokerto Berdasarkan DED Track 2012

XXXVIII - 72
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

a. Desain jalur III, IV dan V ditentukan bisa masuk dan keluar, dari dan ke
dua arah. Selain itu Jalur III, IV dan V dipergunakan untuk melayani
penyusulan maupun tunggu aman.

b. Jalur I dan II didesain hanya bisa masuk dan keluar dari satu arah saja.
Jalur I dan II merupakan Main Line ( Jalur Utama ) yang dapat untuk
menaikkan penumpang dan berangkat KA serta menerima kedatangan
KA dan berhenti untuk menurunkan penumpang.

c. Jalur III dilengkapi dengan Sinyal Contra Flow/Berjalan Jalur Kiri yang
berfungsi apabila di salah satu petak jalan terjadi rintang jalan atau ada
pekerjaan pemeliharaan track, maka bisa terlaksana tanpa mengganggu
operasi kereta api. Dengan sistem Contra Flow, maka KA bisa melewati
jalur kiri dengan aman karena dijamin oleh sistem. Pelayanan
operasional KA bisa lebih cepat, sehingga bisa mengurangi kelambatan
KA.

Sebagai pengaturan berjalan jalur kiri, KA yang dari arah Stasiun Tarik
menuju ke Stasiun Curahmalang jalur hilir melalui jalur penghubung, KA
masuk dan berhenti di jalur III untuk diberi bentuk No. 90 & No. 91 dan
berangkat menggunakan sinyal berangkat aspek merah dan sinyal
darurat menyala cahaya putih dijamin keselamatannya untuk berangkat
menuju Curahmalang melalui jalur hulu berjalan jalur kiri.

Pengaturan berjalan jalur kiri untuk KA dari arah Curahmalang jalur hulu
masuk dan berhenti di jalur III, setelah diberi bentuk No. 90 & No. 91,
maka KA akan dapat berangkat dengan sinyal berangkat aspek merah
dan sinyal darurat menyala cahaya putih, KA dijamin keselamatannya
melewati jalur penghubung menuju Stasiun Tarik melewati jalur hilir jalur
kiri.

XXXIX - 73
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

d. Pengamanan di stasiun Madiun dipasang sinyal sinyal :


 MJ10, J10, JL12B, L14,J14, MJ14;
 MJ20, J20,L20, JL22A, J24, MJ24;
 JL32A, JL32B;
 JL 52A, JL52B;

 L102A,L102B.

 Dilengkapi dengan Sinyal Langsir yang dirangkaikan pada sinyal


adalah : JL12B, 22A, JL32A, JL32B, JL52A, JL52B, JL82A,JL82B.

 Dilengkapi dengan Sinyal Langsir yang berdiri sendiri dan dilengkapi


dengan telpon langsir L102A,L102B.

 Dilengkapi dengan Sinyal Langsir L20 , L14 yang pengoperasian


langsirannya dilengkapi dengan : rambu langsir yang posisinya
terletak pada jarak 50 meter di belakang sinyal masuk J20 dan J14.
Tujuannya adalah agar langsiran tidak melampaui jarak 50 meter
dari sinyal masuk tersebut, sehingga gerakan langsiran lebih aman ,
karena terhindar dari kemungkinan kejadian luar biasa (KDLB) yang
disebabkan human error ( sesuai undang undang perkeretaapian
pasal 51 ayat 3 dan pasal 105 ayat 1 ).

 Dilengkapi Sinyal Muka MJ14, Sinyal Masuk J14; dan Sinyal Muka
MJ20, Sinyal Masuk J20 yang mengijinkan KA masuk dari jalur kiri.

e. Pada sinyal J10 dan J24 dilengkapi variable Speed Indicator, sinyal
darurat. Sedangkan aspek serta variabel speed indicator yang
diperlihatkan merupakan petunjuk bagi Masinis.

f. Sinyal keluar JL42A, JL42B , dilengkapi Sinyal Berjalan Jalur Kiri yang
berfungsi apabila terjadi trouble di jalur benar (kanan) dapat dialihkan ke

XXXIX - 74
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

jalur kiri (sepur salah) dengan aman dan proses pelayanan operasi KA
lebih cepat.

g. Semua Sinyal Utama dilengkapi dengan Sinyal Darurat sebagai


pengganti bentuk MS.

h. Wesel yang menyambung ke Jalur KA maupun yang sering digunakan


untuk langsir seperti W81A, 81B, pembalikan weselnya dilakukan
dengan menggunakan motor wesel yang dilengkapi dengan pengontrol
kedudukan lidah wesel, sehingga pengoperasiannya lebih cepat dan
terjamin.

i. Dibangun Equipment Room untuk penempatan peralatan persinyalan


lengkap dengan peralatan pendukung lainnya.

j. Untuk keperluan komunikasi permintaan langsir , diatur sedemikian rupa


ditempatkan telpon langsir/talk back guna komunikasi juru langsir
melaksanakan/melancarkan dan mengamankan langsiran.

k. Untuk pengamanan perjalanan KA di perlintasan resmi JPL no.44 tipe


MO-SP Km 56 +791, JPL No. 45 tipe MO SP Km 57 +588, dan JPL no.
46 tipe MO-SP Km 57+886 tiga-tiganya berada dalam emplasemen
dipasang early warning device/lampu & suara peringatan dini dilengkapi
indicator penunjuk arah di pintu perlintasan yang penutupan pintu
perlintasannya dikaitkan dengan system interloking persinyalan,
sehingga keamanan perka terjamin karena pintu akan menutup lebih
dulu secara otomatis (setelah pembentukan route) sebelum KA melewati
pintu tersebut, baik untuk KA masuk, keluar, maupun langsir.
Pembukaan pintu perlintasan dilakukan manual oleh PJL. Sedangkan
untuk pembukaan pintu perlintasan dilakukan oleh PJL.

XXXIX - 75
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

l. Terdapat 2 jalur langsir 6 dan7 yang diberi pengamanan sinyal langsir


L102A, L102B sisi hulu dan hilirnya.

m. Perlu ditinjau ulang hilangnya/tidak tergambarkannya jalur badug disisi


utara dan terhubung dengan jalur I eksisting, memperhatikan bahwa saat
ini masih terdapat gerbong datar/pengiriman barang maupun bongkar
muat barang batu balas.

C. Rancangan Telekomunikasi Untuk Kebutuhan Operasi.

1. Kebutuhan Peralatan Telekomunikasi.

Untuk memenuhi kebutuhan operasi maka rancangan telekom disusun


sebagai berikut:

a. Kebutuhan jaringan FO berbasis SDH untuk hubungan Interloking I/L dan


sistem CTS peralatan persinyalan yang dilengkapi terminal NMS dan
telekomunikasi antar stasiun, dan untuk pesawat telekomunikasi
pendukung operasi KA seperti telepon PJL , gentanik dan sentanik.

b. Untuk mengantisipasi jaringan FO berbasis SDH agar bisa dijadikan back


up bagi jaringan radio micro wave, maka perlu dipasang juga kabel serat
optik dari ruang ER persinyalan ke ruang radio micro wave masing-
masing di Madiun, Saradan, Kertosono, Mojokerto.

c. Kebutuhan pesawat telepon baru diperlukan bagi setiap stasiun,


perhentian/IB, Gardu penjaga perlintasan; seperti telepon, console untuk
hubungan telepon langsung antar stasiun, telepon langsir, telepon PPKT
( Pemimpin Perjalanan Kereta Api Terpusat ), telepon penjaga
perlintasan, telepon PAP; dan telepon ER untuk melaksanakan perawatan
peralatan sinyal di seluruh lintas.
XXXIX - 76
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

d. Kebutuhan pesawat rekaman telepon untuk merekam pembicaraan antar


telepon pendukung operasi KA agar memudahkan pengusutan apabila
terjadi kecelakaan KA.

e. Kebutuhan pemindahan pesawat WS Radio Train Dispatching


sehubungan dengan relokasi stasiun seperti stasiun Caruban.

f. Pemasangan instalasi listrik/tambah daya dalam ruangan dengan catu daya


dari PLN pada stasiun yang direlokasi, stasiun baru dan existing,
Perhentian/IB, dan gardu PJL.

2. Justifikasi.

a. Pemasangan kabel FO berbasis SDH/CTS untuk hubungan peralatan


persinyalan & telekomunikasi antar stasiun dan untuk pesawat
telekomunikasi pendukung operasi KA:

a) Dapat digunakan untuk komunikasi data dan suara.


b) Bebas dari bahaya petir.
c) Kapasitas kanal besar, 2 core dapat dipakai minimal untuk 2 Mbps/32
kanal.
d) Karena dipasang di dalam tanah kemungkinan kerusakan akibat
gangguan alam kecil.
e) Kemungkinan dicuri juga kecil karena kabel FO tidak mengandung
logam yang laku di pasaran.

XXXIX - 77
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

b. Pemasangan Perangkat SDH/CTS.

1) Perangkat SDH dapat dipasang sesuai dengan kebutuhan minimal tipe


CTS mempunyai kapasitas : 4 kanal. 1 kanal FXO, 1 kanal FXS, 1
kanal 4W E&M, 1 Kanal Data.

2) Perangkat SDH dapat digunakan dengan dua saluran transmisi yang


salah satunya sebagai saluran backup, apabila salah satu kabel putus,
secara otomatis peralatan mengarahkan transmisi ke kabel yang
berfungsi baik tanpa mengganggu komunikasi.

3) Perangkat CTS digunakan untuk transmisi pesawat telepon ke gardu


PJL.

c. Pemasangan Perangkat PABX.


.
1) Perangkat PABX dapat menampung komunikasi banyak pesawat
cabang karena barang umum banyak dijual di pasaran dengan harga
relatif murah.

2) Fasilitas pesawat cabang PABX dapat diprogram sesuai dengan tujuan


operasi KA yang aman dan lancar seperti : Telepon penjaga
perlintasan, telepon langsir.

d. Pemasangan Pesawat Rekam.


Digunakan untuk merekam pembicaraan telepon langsung antar
stasiun, telepon penjaga perlintasan , telepon langsir, dan hasil
rekamannya dapat digunakan untuk penyelidikan jika terjadi suatu

XXXIX - 78
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

kecelakaan KA baik teoritis ataupun kenyataan. Rekaman tidak akan


terhapus selama satu bulan.
e. Pemasangan Sistem Catu Daya.
Catu daya peralatan telekomunikasi untuk pendukung operasi KA ini
tidak boleh terputus/mati karena bila terputus, maka akan menggambat
kelancaran operasi KA . Oleh karena itu maka catu daya peralatan
telekomunikasi pada ruang ER jadi satu kesatuan dengan catu daya
peralatan sinyal.

f. Pemasangan Sistem Penangkal Petir.


Setiap peralatan telekom baik saluran ataupun pesawat-pesawat
dilindungi dari kerusakan akibat adanya petir secara langsung ataupun
tidak langsung yang mengenai saluran transmisi ataupun pesawat
telekomunikasi.

g. Pemindahan radio WS Train Dispatching pada stasiun yang di relokasi


seperti stasiun Caruban. Peralatan radio WS Traindispatching yang akan
dipindahkan/direlokasi terdiri dari:

1) Catu daya.
2) Pesawat telepon.
3) Control Box.
4) Antena.
5) Penangkal Petir.
6) Instalasi Perkabelan.

h. Untuk stasiun hasil relokasi dilakukan penyambungan daya listrik ke


PLN dan pemasangan instalasi listrik baru pada ruangan bangunan stasiun
tersebut.

XXXIX - 79
Laporan Akhir
DED Pembangunan Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi
Jalur Ganda Kereta Api Lintas Madiun - Mojokerto

i. Untuk stasiun exsisting yang tidak direlokasi dilakukan penambahan


daya secara khusus berkaitan dengan pembangunan system persinyalan
elektrik.

j. Untuk penerangan halaman, emplasemen stasiun baru dipasang baru


lampu lampu penerangan berikut tiang lampu dan instalasinya.

XXXIX - 80
Laporan Akhir

Anda mungkin juga menyukai