Anda di halaman 1dari 54

STANDAR TEKNIS BANGUNAN

STASIUN KERETA API


Oleh : Munadji
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKERATAAPIAN
a.Perkeretapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana,
sarana, dan sumber daya manusia, serta norma, kriteria, persyaratan, dan
prosedur untuk penyelenggaraan transportasi kereta api.
b.Kereta Api adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik
berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian
lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait
dengan perjalanan kereta api.
c.Prasarana Perkeretaapian adalah jalur kereta api, stasiun kereta api, dan
fasilitas operasi kereta api agar kereta api dapat dioperasikan.
d. Jalur Kereta Api adalah jalur yang terdiri atas rangkaian petak jalan rel
yang meliputi ruang manfaat jalur kereta api, ruang milik jalur kereta api,
dan ruang pengawasan jalur kereta api, termasuk bagian atas dan
bawahnya yang diperuntukan bagi lalu lintas kereta api.
e. Jalan Rel adalah satu kesatuan kontruksi yang terbuat dari baja, beton, atau
kontruksi lain yang terletak di permukaan, di bawah, dan di atas tanah atau
bergantung beserta perngkatnya yang mengarahkan jalannya kereta api.
f. Stasiun kereta Api adalah tempat pemberangkatan dan pemberhentian kereta api.
g. Bangunan Stasiun Kereta Api adalan bangunan untuk keperluan operasional
kereta api yang terdiri dari gedung, instalasii pendukung peron.
h. Gedung Stasiun Kereta Api adalah gedung untuk operasinal kereta api yang
terdiri dari gedung untuk kegiatan pokok, gedung untuk kegiatan penunjang dan
gedung untuk kegiatan jasa pelayanan khusus.
i. Gedung Stasiun Untuk Kegiatan Pokok Kereta Api adalah gedung yang
berfungsi untuk menunjang kegiatan pokok di stasiun.
j. Gedung Sasiun Untuk Penunjang Kereta Api adalah gedung yang berfungsi
untuk menunjang kegiatan usaha penunjang di stasiun.
k. Gedung Stasiun Untuk Jasa Pelayanan Khusus Kereta Api adalah gedung yang
berfungsi untuk menunjang kegiatan jasa pelayanan khusus di stasiun.
l.Intalasi Pendukung Bangunan Stasiun Kereta Api adalah instalasi yang
mendukung kegiatan operasional kereta api.
m. Peron adalah banguna yang trletak di samping jalur kereta api yang berfungsi
untuk naik turun penumpang.
n. Fasilitas Pengoperasian Kereta Api dalah segala fasilitas yang diperlukan agar
kereta api dapat dioperasikan.
o. Persyaratan Teknis adalah ketentuan teknis yang menjadi standar spesifikasi
teknis prasarana atau sarana perkeretaapian.
p. Spesifikasi Teknis adalah persyaratan umum, ukuran, kinerja, dan gambar
teknis prasarana dan sarana perkeretaapian.
q. Pengujian Prasarana Perkeretaapian adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mengetahui kesesuaian antara persyaratan teknis dan kondisi dan fungsi
prasarana perkeretaapian.
r. Tenaga Penguji Prasarana Perkeretaapian adalah tenaga yang memenuhi
kualifikasi keahlian dan diberi kewenangan untuk melaksanakan pengujian
prasarana perkeretaapian.
s. Kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seseorang,
berupa seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dihayati
dan dikuasai untuk melaksanakan tugas keprofesionalannya.
t. Pendidikan dan Pelatihan adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam
rangka meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan pembentukan
sikap perilaku sumber daya manusiayang diperlukan dalam penyelengaraan
transportasi.
u. Sertifikat Kompetensi Tenaga Penguji Prasarana Perkeretaapian adalah tanda
bukti telah memenuhi persyaratan kompetensi sebagai tenaga penguji prasarana
perkeretaapian.
v. Sertifikat Keahlian Tenaga Penguji Prasarana Perkeretaapian adalah tanda bukti
telah memenuhi persyaratan komptensi dan keahlian sebagai yenaga penguji
prasarana perkertaapian.
w. Menteri adalah Menteri yang membidangi urusan perkeretaapian.
x. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang tugas dan tanggung jawabnya
di bidang perkeretaapian.
PERATURAN TERKAIT PENGUJIAN
a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang perkeretaapian.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelengaraan
Perkeretaapian.
c. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM.97 Tahun 2010 tentang
Sertifikasi Keahlian Tenaga Penguji Prasarana Perkeretaapian.
d. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM.28 Tahun 2011 tentang
Persyaratan Teknis Jalur Kereta Api.
e. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM.29 Tahun 2011 tentang Teknis
Bangunan Stasiun Kereta Api.
f. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM.30 Tahun 2011 tentang Tata
Cara Pengujian dan Pemberian Sertifikat Prasarana Perkeretaapian.
g. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM.24 Tahun 2015 tentang Standar
Keselamatan Perkeretaapian.
Fasilitas Emplasemen Stasiun Besar
1) Naik turunnya penumpang berupa Peron.
2) Muat / bongkar barang.
3) Persilangan / penyusulan.
4) Langsiran.
5) Sarana dan prasarana Stabling / parkir kereta.
6) Sarana dan prasarana Dipo Lokomotif kolong pemeriksa.
7) Sarana dan prasarana Dipo Kereta kolong pemeriksa.
8) Sarana dan prasarana Putaran Lokomotif.
9) Sarana dan prasarana cucian kereta.
10) Pengisian BBM.
11) Instalasi air.
12) Instalasi listrik.
13) Pemadam kebakaran.
14) Lahan Peron Penunjang
15) Pergudangan
16) Fasilitas pendukung lainnya.
17) Steril.
Fasilitas Stasiun Kereta api pada umumnya teriei atas
a) Peralatan parkir di muka stasiun
b) Pendestrian
c) Tempat penjualan tiket dan loket informasi
d) Peron atau ruang tunggu
e) Ruang Kepala Stasiun
f) Ruang PPKA (Pengatur Perjalanan Kereta Api) beserta peralatannya, sinyal,
wesel, (alat pemindah jalur), telepon, telegraf dll
Untuk stasiun besar pada umumnya diberi perlengkapan yang lebih banyak dari pada
stasiun kecil, dengan di tambah :
g) Restoran / Café
h) Musholla
i) Sarana komunikasi
j) Pengawas Peron (PAP)
k) Publik Adress
l) Dll
STANDAR TEKNIS STASIUN KA
Sistem stasiun harus mampu:
a. menampung jumlah penumpang dan/atau barang sesuai
dengan kelas stasiun; dan
b. melayani operasi perjalanan kereta api.
 
Komponen stasiun terdiri atas:
a. emplasemen stasiun; dan
b. bangunan stasiun.
 
Emplasemen stasiun terdiri atas:
a. jalan rel;
b. fasilitas pengoperasian kereta api; dan
c. drainase

Bangunan stasiun harus memenuhi persyaratan teknis


bangunan dan gedung sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang bangunan dan gedung
1.1 Gedung Stasiun Kereta Api
a. Persyaratan Bangunan
1. Konstruksi. material, disain, ukuran dan kapasitas
bangunan sesuai dengan standar kelayakan.
keselamanan dan keamanan serta kelancaran
sehingga seluruh bangunan stasiun dapat berfungsi
secara handal.
2. Memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan
gedung dari bahaya banjir, bahaya petir, bahaya
kelistrikan dan bahaya kekuatan konstruksi.
3. Inslalasi pendukung gedung sesuai dengan
peraturan perundang-undangan tentang bangunan.
mekanikal elektnk dan pemipaan gedung
[plumbing) bangunan yang berlaku
4. Luas bangunan ditetapkan untuk:
a) Gedung kegiatan pokok dihitung dengan formula
sebagai berikut: L =0,64 m2/orang x V x LF
dimana:
L = Luas bangunan (m2)
V = Jumlah rata-rata penumpang per jam sibuk
dalam satu tahun (orang)
LF = Load factor (80%).
b) Gedung kegiatan penunjang dan gedung jasa
pelayanan khusus di stasiun kereta api, ditetapkan
berdasarkan kebutuhan.
5. Menjamin bangunan stasiun dapat berfungsi secara
optimal dari segi tata letak ruang gedung stasiun
sehingga pengoperasian sarana perkeretaapian dapat
dilakukan secara nyaman.
6.Komponen gedung meliputi:
a. gedung atau ruangan;
b. media informasi (papan informasi atau
audio);
c. fasilitas umum, terdiri dari:
1. ruang ibadah;
2. toilet;
3. tempat sampan, dan
4. ruang ibu menyusui.
d. fasilitas keselamatan:
e. fasilitas keamanan.
f. fasilitas penyandang cacat atau lansia;
g. fasilitas kesehatan.
b. Persyaratan Operasi
1. Gedung Kegiatan Pokok

a) Pengoperasian gedung stasiun harus sesuai dengan


alur proses kedatangan dan keberangkatan
penumpang kereta api serta tidak mengganggu
pengaturan perjalanan kereta api.
b) Menjamin bangunan stasiun dapat berfungsi secara
optimal dan segi tata etak ruang gedung stasiun,
sehingga pengoperasian sarana perkeretaapian
dapat dilakukan secara nyaman.
c) Pengoperasian gedung stasiun sesuai dengan jam
operasional kereta api dan ketersediaan sumber
daya manusia
2. Gedung Kegiatan Penunjang Stasiun Kereta Api dan
Gedung Jasa Pelayanan Khusus Di Stasiun Kereta Api

a. Tidak mengganggu pergerakan kereta


api.
b. Tidak mengganggu pergerakan
penumpang dan/atau barang.
c. Menjaga ketertiban dan keamanan.
d. Menjaga kebersihan lingkungan.
e. Tidak mengganggu bangunan dan
lingkungan sekitar stasiun serta
disesuaikan dengan daya tampung dan
kebutuhan.
1.2 Instalasi Pendukung
1.2.1 Instalasi Listrik
a. Komponen Listrik terdiri atas;
Catu daya utama;
Catu daya cadangan;
Panel listrik; dan
Peralatan listrik lainnya.
b. Standar komponen dan peralatan listrik sesuai
standar persyaratan umum instalasi listrik.
c. Peralatan dan komponen listrik yang dioperasikan
harus aman dan tidak membahayakan operasi
stasiun. kereta api dan pengguna jasa.
d. Suplai listrik harus mampu mencukupi kebutuhan
operasi bangunan stasiun dan operasi kereta api.
1.2.2 Instalasi Air
a. Instalasi Air Bersih
1. Ketersediaan air bersih harus mampu memenuhi
kebutuhan operasi stasiun dan kereta api.
2. Sistem distribusi air bersih dalam bangunan Stasiun Kereta
Api harus memenuhi debit air dan tekanan minimal yang
disyaratkan.
 b. Instalasi Air Kotor
3. Pertimbangan jenis air limbah dan/atau air kotor
diwujudkan dalam bentuk pemilihan sistem
pengaliran/pembuangan dan penggunaan peralatan yang
dibutuhkan.
4. Pertimbangan tingkat bahaya air limbah dan/atau air kotor
diwujudkan dalam bentuk sistem pengolahan dan
pembuangannya.
5. Air limbah yang mengandung bahan beracun dan
berbahaya tidak boleh digabung dengan air limbah
domestik
6. Air limbah yang berisi bahan beracun dan berbahaya (B3)
harus diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Komponen Instalasi Air
1. Pipa air;
2. Peralatan instalasi:
3. Penampungan air: dan
4. Fasilitas dan peralatan instalasi air lainnya.
  
1.2.3 Pemadam Kebakaran
a. Jenis
1) Hydran dengan selang dan/atau tabung
2) Sprinkle.
b. Komponen instalasi kebakaran meliputi.
3) tabung pemadam kebakaran:
4) selang tabung; dan
5) fasilitas dan peralatan pemadam kebakaran
lainnya.
c. Persyaratan pemasangan. penempatan dan
operasi sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI) yang berlaku di bidang pemadam
1.3 Peron
a. Persyaratan Pembangunan
1. Tinggi
a. Peron tinggi, tinggi peron 1000 mm. diukur dan
kepala rel.
b. Peron sedang. tinggi peron 430 mm, diukur
dari kepala rel; dan
c. Peron rendah. tinggi peron 180 mm, diukur
dari kepala rel.
   2. Jarak tepi peron ke as jalan rel
d. Peron tinggi, 1600 mm (untuk jalan rel lurusan)
dan 1650 mm (untuk jalan rel lengkungan);
e. Peron sedang, 1350 mm; dan
f. Peron rendah. 1200 mm.
3. Panjang peron sesuai dengan rangkaian
terpanjang kereta api penumpang yang
beroperasi.
4. Lebar peron dihitung berdasarkan jumlah
dimana:
0,64 m 2 / orang x V x LF
b
I

b = Lebar peron (meter)


V = Jumlah rata-rata penumpang per jam sibuk
dalam satu tahun (orang)
LF = Load factor (80%)
I = Panjang peron sesuai dengan rangkaian
terpanjang kereta api penumpang yang
beroperasi (meter)
5.Hasil penghitungan lebar peron menggunakan formula
di atas tidak boleh kurang dari ketentuan lebar peron
minimal sebagai berikut:
Diantara Dua
Di Tepi Jalur
No. Jenis Peron Jalur (Island
(Side Platform)
Platform)
1. Tinggi 2 meter 1,65 meter
2 Sedang 2 5 meter 1 9 meter
3 Rendah 2.8 meter 2.05 meter
6. Lantai peron tidak menggunakan material yang licin.
7. Peron sekurang-kurangnya dilengkapi dengan:
a. lampu.
b. papan petunjuk jalur;
c. papan petunjuk arah, dan
d. batas aman peron
 
Persyaratan Operasi
1. Hanya digunakan sebagai tempat naik turun penumpang
dari kereta api.
2. Dilengkapi dengan garis batas aman peron
a) Peron tinggi, minimal 350 mm dari sisi tepi luar ke
as peron;
b) Peron sedang, minimal 600 mm dari sisi tepi luar ke
as peron; dan
c) Peron rendah, minimal 750 mm dari sisi tepi luar ke
as peron.
Lay Out Stasiun
a. Stasiun didefinisikan sebagai:
 Tempat persinggahan kereta
 Tempat diadakannya segala aktivitas yang
berhubungan dengan jasa angkutan sebelum dan
sesudah perjalanan.
b. Klasifikasi stasiun, dibagi menjadi:
1) Menurut ukuran (dimensi)
• Halte
 Stasiun kecil
 Stasiun Sedang
 Stasiun Besar
2) Menurut Kegiatan (fungsi)
 Stasiun barang
 Stasiun penumpang
 Stasiun barang dan penumpang
 Stasiun langsiran
3) Menurut bentuk geometri
 Stasiun terusan
 Stasiun pulau
 Stasiun jazirah (semenanjung)
 Kepala (siku, buntu)
4) Menurut operasional
 Stasiun akhir
 Stasiun antara
 Stasiun penghubung
 Stasiun penyilangan

Emplasemen
Stasiun dilengkapi dengan berbagai prasarana diantaranya
yang paing penting adalah emplasemen, yang didefinisikan
sebagai tempat yang diperuntukkan bangunan utilitas,
yaitu sekelompok sepur dengan wesel dan
1.4. PENGUJIAN STASIUN
Pengujian stasiun, meliputi uji :
1.Ruang bebas.
2.Kapasitas gedung
3.Kapasitas peron
4.Kecepatan
5.Beban gandar
1. Ruang Bebas
a. Standar Pengujian Ruang Bebas
Standar pengujian ruang bebas pada stasiun, mengacu pada standar pengujian
ruang bebas pada jalan rel dengan jarak ruang bangu pada emplasemen 1,95 m
sampai 2,35 m di kiri kanan sumbu jalan rel.
b. Pelaksanaan Pengujian Ruang Bebas
1) Persiapan
a) Tenaga penguji
b) Formulir pengujian
c) Peralatan pengujian

2) Tata Cara Pengujian


Pengukuranruang bebas dan ruang bangun dilakukan dengan
menggunakan meteran yang diletakan dari atas rel ke kanan dan kiri rel.
Batas ruang bangun di ukur dari as jalan rel pada tinggi 1 meter sampai
3,35 meter dan jarak ruang bangun pada emplasemen 1,95 meter sampai
2,35 meter di kiri kanan as jalan rel, serta diakukan pencatatan untuk
setiap halangan-halanganyang ada di dalam batas ruang bebas. Hasil
pengukuran dicatat dalam formulir pengujian
2. Kapasitas Gedung Stasiun Kereta Api
a. Standar Pengujian kapasitas Gedung
a) Kontruksi, material, disain, dan kapasitas bangunan sesuai stanadar
kelayakan, keselamatan dan keamanan serta kelancaran sehingga seluruh
bangunan stasiun dapat berfungsi secara andal.
b) Memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan gedung dari bahaya
banjir, bahaya petir, bahaya kelistrikan dan bahaya kekeuatan kontruksi.
c) Intalasi pendukung gedung sesuai dengan peraturan perundang-udangan
tentang bangunan, mekanikal elektrik, dan pemipaan gedung (plumbing)
bangunan yang berlaku.
d) Luas bangunan ditetapkan untuk :
1) Gedung kegiatan pokok dihitung dengan formula sebagai berikut :
L = 0,64 m²/ orang x V x LF
Di mana:
L = Luas bangunan (m²)
V = Jumlah rata-rata penumpang per jam sibuk dalam satu tahun
(orang)
LF = Load factor (80%)
2) Gedung kegiatan penumpang dan gedung jasa pelayanan khusus di stasiun kerta
api, ditetapkan berdasrkan kebutuhan.
e) Menjamin bangunan stasiun dapat berfungsi secara optimal dari segi tata letak
ruang gedung stasiun, sehinnga pengopersian sarana perkeretaapian dapat
dilakukansecara nyaman.
f) Komponen gegung meliputi :
1) Gedung atau ruangan
2) Media informasi a (papan informasi atau audio)
3) Fasilitas umum, trerdiri dari :
a) Ruang ibadah
b) Toilet
c) Tempat sampah
d) Ruang ibu menyusui
4) Fasilitas keselamatan
5) Fasilitas keamanan
6) Fasilitas penyandang cacat atau lansia
7) Fasilitas kesehatan
2) Persyaratan Operasi
a) Gedung kegiatan Pokok
1) Pengoperasian gedung stasiun harus sesuai dengan alur proses
kedatangan dan keberangkatan penumpang kereta api serta tidak
menggangu pengaturan perjalanan kereta api.
2) Menjamin banguna stasiun dapat berfungsi secara optimal dari segi
tata letak ruang gedung stasiun, sehinnga pengoperasian sarana
perkeretaapian dapat dilakuakn seacara nyaman.
3) Pengoperasian gedung stasiun sesuai dengan jam operasional kereta api
dan ketersediaan sumber daya manusia.
b) Gedung Kegiatan Penunjang Stasiun Kereta Api dan Gedung Jasa
Pelayanan Khusus di Stasiun Kereta Api
4) Tidak menggangu pergerakan kereta api
5) Tidak menggangu pergerakan penumpang dan/ataubarang.
6) Menjaga ketertiban dan keamanan
7) Menjaga kebersihan lingkungan.
8) Tidak mengganggu bangunan dan lingkungan sekitar stasiun serta
disesuaikan dengan daya tampung dan kebutuhan.
b) Pelaksanaan Pengujian Kapasitas gedung
1) Persiapan
a) Tenaga penguji
b) Formulir pengujian
c) Peralatan pengujian
2) Tata Cara Pengujian
Uji kapasitas gedung stasiun dilakukan untuk mengetahui kesesuaian ruang
dengan peruntukan dan fungsi stasiun dengan menggunakan alat ukur jarak.
Uji kapasitas gedung dilakuakn dengan cara mengukur luas ruangan dengan
pemafaatan. Pengukuran laus kapasitas gedung dilaksanakan dengan cara
mengukur panjang dan lebar gedung stasiun.
3. Instalasi Pendukung
a) Instalasi Listrik
1) Komponen Listrik terdiri atas :
a) Catu daya utama
b) Catau daya cadangan
c) Panel listrik
d) Perlatan istrik lainnya.
2) Standar komponen dan peralatan listrik sesuai standar persyaratan
umum instalasi listrik.
3) Perlatan dan komponen listrik yang diopersikan harus aman dan tidak
membahyakan opersi stasiun, kereta api, dan pengguna jasa.
4) Suplai listrik harus mampu mencukupi kebutuhan operasi banguna
stasiun dan operasi kereta api.
b) Instalasi Air
5) Instalasi Air bersih
a) Ketersediaan air bersih harus mampu memenuhi kebutuhan opersi stasiun
dan kereta api
b) Sistem distribusi air bersih dalam bangunan stasiun kereta api harus
memenuhi debit air dan tekanan minimal yang disyaratkan.
2) Instalasi air kotor
a) Pertimbangan jenis air limbah dan/atau air kotor diwujudkan dalam
bentuk pemilhan sistem pengaliran/pembuangan dan penggunaan
peralatan yang dibutuhkan.
b) Pertimbangan tingkat bahaya air limbah an/atau air kotor diwujudkan
dalam bentuk sistem pengolahan dan pembuangannya.
c) Air limbah yang mengandung bahan beracun dan brbahay tidak boleh
digabung dengan air limbah domestik.
d) Air limbah yang berisi bahan beracun dan berbahay (B3) harus diproses
sesuai dengan ketentuan khusu.
e) Air limbah domestik sebelum dibuang ke saluran terbuka harus diproses
sesuai dengan pedoman dan standar teknis yang berlaku.
3) Komponen Instalasi Air
f) Pipa air
g) Peralatan instalasi.
h) Penampungan air
i) Fasilitas dan peralatan instalasi air lainnya.
c) Pemadam Kebakaran
1) Jenis :
a) Hydran dengan selang dan/atau tabung
b) Sprinkle
2) Komponen instalasi kebakaran meliputi :
c) Tabung pemadam kebakaran.
d) Selang tabung
e) Fasilitas dan peralatan pemadam kebakaran lainnya.
4) Peron
a) Standar Pengujian Peron
1) Persyaratan Pembangunan
a) Tinggi :
2) Peron Tingi, tinggi peron 1000 mm, diukur dari kepala rel
3) Peron Sedang, tinggi peron 430 mm, diukur dari kepala rel
4) Peron Rendah, tinggi peron 180 mm, diukur dsri kepsls rel
b) Jarak tepi peron ke as jalan rel :
1) peron Tinggi, 1600 mm(untuk jalan rel lurusan) dan 1.650 mm (untuk
jalan rel lengkungan)
2) Peron Sedang, 1.350 mm
3) Peron Rendah, 1.200 mm
c) Panjang peron sesuai dengan rangakaian terpanjang kereta api penumpang
yang beroperasi.
d) Lebar peron dihitung bedasrkan jumlah penumpang dengan menggunakan
formula, sebagai berikut :

0,64 m²/orang x V x LF
d=
I
di mana :
B = Lebar peron (meter)
V = Jumlah rata-rata penumpang per jamsibuk dalam satu tahun (orang)
LF = Load factor (80%)
I = Panjang peron sesuai dengan rangkain terpanjang kereta api penumpang
yang beroperasi (meter)
e) Hasil penghitungan lebar peron menggunakan formula di atas tidak boleh
kurang dari ketentuan lebar peron minimal, sebagai berikut :

Diantara Dua Jalur Di Tepi Jalur


No Jenis Peron
(island platform) (side platform)
1 Tinggi 2 meter 1,65 meter

2 Sedang 2,5 meter 1,9 meter

3 Rendah 2,8 meter 2,05 meter


f) Lantai peron tidak menggunakan material licin.
g) Peron sekurang-kurangnya dilengkapi dengan :
1) Lampu
2) Papan petunjuk jalur.
3) Papan petunjuk arah.
4) Batas aman peron.
2) Persyaratan Operasi
a) Hanya digunakan sebagai tempat naik turun penumpangdari kereta api.
b) Dilengkapi dengan garis batas aman peron :
1) Peron tinggi, minimal 350 mm dari sisi tepi luar as peron
2) Peron sedang, minimal 6000mm dari sisi tepi luar asperon
3) Peron rendah, minimal 750 mm dari tepi luar as peron.
b) Pelaksanaan Pengujian Peron
1) Persiapan
a) Tenaga penguji.
b) Formulir pengujian
c) Peralatan pengujian (meteran)
2) Pelaksanaan Pengujian
Uji kapasitas peron stasiun dilakukan untuk mengetahui ketersediaan
area peron dalam melayani pengguna jasa stasiun dengan menggunakan
alat ukur jarak. Uji kapasitas peron dilakukan dengan cara mengukur luas
area peron sesuai standar. Pengukuran luas peron dilaksanakan dengan
cara mengukur panjang dan lebar peron serta jumlah peron yang
tersedia di stasiun. D samping pelaksanaanpengukuran luas, perlu diukur
ruang bebas peron dengan mengukur ketinggian peron dari kepala rel
dan jarak peron dari as jalan rel.
LAMPIRAN
TERIMA KASIH
SELAMAT BEKERJA
MANCARLI

Anda mungkin juga menyukai