Anda di halaman 1dari 8

Nama : Ingga Erva Setiani

NIM : D1091141008
Mata Kuliah : Manajemen Infrastruktur Wilayah dan Kota

TUGAS INDIVIDU
MRT, LRT, dan Monorel

1. MRT
MRT adalah sebuah sistem transportasi massal dan transit cepat yang
merupakan transportasi berbasis rel listrik yang efektif dan nyaman dan telah terbukti
hasilnya dengan banyak diterapkannya moda transportasi ini oleh kota-kota besar yang
terdapat di berbagai negara. MRT yang merupakan suatu sistem tranportasi perkotaan
memiliki kriteria utama yaitu, mass (daya angkut besar), rapid ( waktu tempuh cepat
dan frekuensi tinggi), dan transit ( berhenti di banyak stasiun di titik utama perkotaan).
Secara harfiah adalah angkutan yang dapat mengangkut penumpang dalam jumlah
besar secara cepat, sedangkan secara umum MRT juga merupakan kereta yang
dioperasikan secara otomatis tanpa harus dikendalikan oleh masinis dan hanya
menekan tombol dari pusat kendali maka MRT mampu melaju hingga 100 km/jam.
Untuk kota yang padat penduduknya tentu membutuhkan angkutan massal yang
lebih andal seperti MRT (Mass Rapid Transit) yang menjadi alternatif solusi
transportasi bagi masyarakat yang juga ramah lingkungan. Sistem transportasi MRT
yang ada bukan hanya untuk urusan kelayakan ekonomi dan finansial saja namun bagi
kehidupan dan aktivitas ekonomi sebuah kota yang bergantung pada seberapa mudah
warga kota melakukan perjalanan/mobilitas dan seberapa sering mereka dapat
melakukannya ke berbagai tujuan dalam kota. Untuk dapat menunjang hal tersebut
maka harus diketahui bentuk-bentuk MRT yaitu berdasarkan jenis fisik dan
berdasarkan area pelayanan.
a. Berdasarkan Jenis Fisik
1) BRT (Bus Rapid Transit), sistem transportasi berbasis jalan yang
mengkombinasikan elemen stasiun dan kendaraan dengan sistem perencanaan
trasnportasi kota yang umumnya mencakup jalur bus terpisah dan
modereniiisasi teknologi bus. BRT umumnya mencakup : sistem turun-naik
penumpang yang cepat, sistem tiket efisien, stasiun dan halte yang nyaman,
teknologi bus yang ramah lingkungan, integrasi moda transportasi, pelayanan
konsumen yang baik.
2) LRT (Light Rapid Transit), sistem transportasi metropolitan dengan
menggunakan kereta rel listrik yang ditandai dengan kemampuan
mengoperasikan gerbong pendek seperti monorel dan trem di sepanjang jalur
eksklusif baik dibawah tanah, udara atau dijalan.
3) HRT (Heavy Rapid Transit), sistem transportasi metropolitan dengan
menggunakan kereta berkinerja tinggi, digerakkan secara elektrik, beroperasi
dijalur eksklusif, tanpa jalur persilangan dengan peron stasiun yang besar serta
memiliki kapasitas besar.
b. Berdasarkan Area Pelayanan
1) Metro, yaitu Heavy Rail Transit atau Subway dalam kota
2) Commuter Rail, jenis MRT untuk mengangkut penumpang dari daerah pinggir
kota ke dalam kota dan mengantar kembali ke daerah penyangga (sub-urban).

Contoh MRT di Jakarta

Jakarta adalah ibu kota Indonesia, menyimpan lebih dari 9 juta jiwa.
Diperkirakan bahwa lebih dari empat juta penduduk daerah sekitar Jabodetabek
perjalanan ke dan dari kota setiap hari kerja. Masalah transportasi semakin mulai
menarik perhatian politik dan telah meramalkan bahwa tanpa terobosan transportasi
utama, kemacetan akan membanjiri kota itu menjadi kemacetan lalu lintas lengkap pada
tahun 2020.
Saat ini sedang berlangsungnya proses pembangunan MRT Jakarta yang
dimulai pada 10 Oktober 2013 dan dilakukan oleh PT Mass Rapid Transit Jakarta
(MRTJ) sebagai Sub-Badan Pelaksana yang diberi kuasa oleh Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta sebagai Badan Pelaksana Proyek System MRT. Sejak tahun 1980 lebih dari dua
puluh lima studi subjek umum dan khusus telah dilakukan terkait dengan kemungkinan
Mass Rapid Transit (MRT) sistem di Jakarta. Salah satu alasan utama untuk penundaan
dalam menanggulangi masalah adalah krisis ekonomi dan politik 1997-1999. Sebelum
krisis, sebuah Build-Operate-Transfer (BOT) dianggap sebagai bagian dari MRT baru
melakukan keterlibatan sektor swasta. Setelah krisis, rencana mengandalkan BOT
untuk menyediakan pembiayaan terbukti tidak layak dan proyek MRT itu lagi
diusulkan sebagai skema yang didanai pemerintah.
Gambar 1 : Peta MRT Jakarta

Gambar 2 : Pembangunan MRT di daerah Bundaran HI

Jalur MRT Jakarta rencananya akan membentang kurang lebih 110.8 km, yang
terdiri dari Koridor Selatan Utara (Koridor Lebak Bulus - Kampung Bandan)
sepanjang 23.8 km dan Koridor Timur Barat sepanjang 87 km.
a. Jalur Selatan Utara

Gambar 3 : Konstruksi terowongan MRT Jakarta rute Utara - Selatan

Jalur Selatan-Utara merupakan jalur yang pertama dibangun. Jalur ini akan
menghubungkan Lebak Bulus, Jakarta Selatan dengan Kampung Bandan, Jakarta
Utara. Pengerjaan jalur ini dibagi menjadi 2 tahap pembangunan.
Tahap I (Lebak Bulus Bundaran HI)
Tahap I yang dibangun terlebih dahulu menghubungkan Lebak Bulus
sampai dengan Bundaran HI sepanjang 15.7 km dengan 13 stasiun (7 stasiun
layang dan 6 stasiun bawah tanah). Proses pembangunannya sudah dimulai
sejak 10 Oktober 2013 dan rencananya akan dioperasikan mulai tahun 2018.
Tahap II (Bundaran HI Kampung Bandan)
Tahap II akan melanjutkan jalur Selatan - Utara dari Bundaran HI
sampai dengan Kampung Bandan sepanjang 8.1 km. Tahap II akan mulai
dibangun tahap I beroperasi dan ditargetkan beroperasi 2020. Studi
kelayakan untuk tahap ini sudah selesai.
b. Jalur Timur Barat
Jalur Barat - Timur saat ini sedang dalam tahap studi kelayakan. Jalur ini
ditargetkan paling lambat beroperasi pada 2024 2027.
2. LRT
Kereta api ringan dikenal juga sebagai LRT (Light Rail Transit) adalah salah
satu sistem kereta api penumpang yang beroperasi di kawasan perkotaan yang
konstruksinya ringan dan bisa berjalan bersama lalu lintas lain atau dalam lintasan
khusus yang disebut juga tram. Kereta api ringan banyak digunakan diberbagai negara
di Eropa dan telah mengalami moderenisasi antara lain dengan otomatisasi sehingga
dapat di operasikan tanpa masinis dan dapat beroperasi pada lintasan khusus serta
penggunaan lantai yang rendah yaitu sekitar 30 cm yang disebut sebagai Low Floor
LRT untuk mempermudah naik turun penumpang. Kereta api ringan tersebut memiliki
2 tipe yaitu kereta api ringan dijalan dan kereta api ringan dijalur eksklusif.
a. Kereta Api Ringan di Jalan
Kereta api ini disebut juga LRT I, yang beroperasi dijalan bersama dengan lalu
lintas kendaraan. Tipe ini membutuhkan percepatan dan perlambatan yang
mendekati performansi kendaraan bermotor. Kapasitas sekitar 10.000 sampai
30.000 penumpang per jam dengan kecepatan perjalanan sekitar 15 sampai 20
km/jam.
b. Kereta Api Ringan di Jalur Eksklusif
Kereta api ini disebut juga LRT II, yang beroperasi pada lintasan eksklusif
sehingga mempunyai keunggulan daya angkut yang lebih besar antara 25.000
sampai 40.000 penumpang per jam dengan kecepatan perjalanan sekitar 25 sampai
35 km/jam.
Contoh LRT di Jakarta
Jakarta Light Rail Transit atau disingkat Jakarta LRT adalah sebuah sistem
MassTransit dengan kereta api ringan (LRT) yang direncanakan akan dibangun di
Jakarta, Indonesia dan menghubungkan Jakarta dengan kota-kota disekitarnya seperti
Bekasi dan Bogor. Ada 2 penggagas LRT di Jakarta, Pemprov DKI yang akan
membangun LRT dalam kota dan PT Adhi Karya yang akan membangun penghubung
Jakarta ke kota sekitarnya.
Gagasan LRT Jakarta mulai muncul ketika Proyek Monorel Jakarta yang
sempat diaktifkan kembali pada Oktober 2013 oleh Gubernur DKI saat itu, Joko
Widodo tersendat pengerjaannya. Tersendatnya pekerjaan tersebut karena Pemprov
DKI dan Gubernur DKI penerus Joko Widodo, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tidak
akan mengabulkan permintaan yang diajukan oleh PT Jakarta Monorail untuk
membangun depo di atas Waduk Setiabudi, Jakarta Selatan dan Tanah Abang, Jakarta
Pusat. Hasil kajian Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(Kementerian PU-Pera) menyatakan bahwa jika depo dibangun di atas Waduk
Setiabudi, dikhawatirkan peristiwa jebolnya tanggul Latuharhari terulang kembali.
a. Rencana pengembangan LRT oleh Pemprov DKI
Pemprov DKI merencanakan 7 rute untuk LRT dalam kota, yaitu :
Kebayoran Lama - Kelapa Gading sepanjang 21,6 km
Tanah Abang - Pulo Mas sepanjang 17,6 km
Joglo - Tanah Abang sepanjang 11 km
Puri Kembangan - Tanah Abang sepanjang 9,3 km
Pesing - Kelapa Gading sepanjang 20,7 km
Pesing - Bandara Soekarno-Hatta sepanjang 18,5 km
Cempaka Putih - Ancol sepanjang 10 km.
LRT Pemprov DKI dimulai dengan pembangunan koridor 1 Kelapa Gading -
Velodrome (Rawamangun) pada 22 Juni 2016.
Gambar 4 : Peta Jaringan Kereta Perkotaan Jabodetabek
b. Rencana pengembangan LRT Jabodetabek oleh PT Adhi Karya (persero)Tbk
Proyek ini akan dilaksanakan oleh PT Adhi Karya (persero)Tbk yang terdiri dari
enam rute, yaitu :
Cawang Cibubur
Cawang Kuningan Dukuh Atas
Cawang Bekasi Timur
Dukuh Atas Palmerah Senayan
Cibubur Bogor
Palmerah Grogol / Bogor
LRT Jabodetabek mulai dilaksanakan pembangunannya dengan ground
breaking oleh Presiden Joko Widodo pada 9 September 2015.
c. Penerbitan Perpres LRT
Presiden Joko Widodo menandatangani 2 Perpres untuk melaksanaan
pembangunan LRT ini pada 2 September 2015.
Perpres 98/2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan /
Light Rail Transit Terintegrasi di Wilayah Jakarta, Bogor, Depok dan
Bekasi
Perpres 99/2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Perkeretaapian
Umum di Wilayah Provinsi Daerah Ibukota Jakarta
Gambar 5 : Jalur LRT Jabodetabek dalam Lampiran Perpres 98/2015

3. Monorel
Monorel atau Rel Kecil adalah sebuah metro atau rel dengan jalur yang terdiri dari rel
tunggal, berlainan dengan rel tradisional yang memiliki dua rel paralel dan dengan
sendirinya, kereta lebih lebar daripada relnya. Biasanya rel terbuat dari beton dan roda
keretanya terbuat dari karet, sehingga tidak sebising kereta konvensional. Terdapat dua
tipe monorel yang ada saat ini yaitu :
Tipe straddle-beam dimana kereta berjalan di atas rel
Tipe suspended dimana kereta bergantung dan melaju di bawah rel.

a. Kelebihan dari Monorel


Membutuhkan ruang yang kecil baik ruang vertikal maupun horizontal. Lebar
yang diperlukan adalah selebar kereta dan karena dibuat di atas jalan, hanya
membutuhkan ruang untuk tiang penyangga.
Terlihat lebih "ringan" daripada kereta konvensional dengan rel terelevasi dan
hanya menutupi sebagian kecil langit.
Tidak bising karena menggunakan roda karet yang berjalan di beton.
Bisa menanjak, menurun, dan berbelok lebih cepat dibanding kereta biasa.
Lebih aman karena dengan kereta yang memegang rel, risiko terguling jauh
lebih kecil. Risiko menabrak pejalan kaki pun sangat minim.
Lebih murah untuk dibangun dan dirawat dibanding kereta bawah tanah.
b. Kekurangan dari Monorel
Dibanding dengan kereta bawah tanah, monorel terasa lebih memakan tempat.
Dalam keadaan darurat, penumpang tidak bisa langsung dievakuasi karena tidak
ada jalan keluar kecuali di stasiun.
Kapasitasnya masih dipertanyakan.

DAFTAR PUSTAKA
Monorel. (t.thn.). Diambil kembali dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas:
https://id.wikipedia.org/wiki/Monorel
MRT Jakarta. (t.thn.). Diambil kembali dari Wikipedia:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/MRT_Jakarta
Rahayu, S. (2016, October 9). Pengertian Mass Rapid Transit (MRT). Dipetik April 24, 2017,
dari http://www.PengrtianMassRapidTransit(MRT)_SeputarPengertian.html

Anda mungkin juga menyukai