PENDAHULUAN
Moda kereta api juga mempunyai peran yang cukup penting dalam
perekonomian dan kehidupan sosial bagi bangsa Indonesia, mengingat
bahwasanya transportasi memegang kendali strategis bagi kemudahan
pendistribusian barang dan jasa ketempat yang dituju.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan perangkutan memiliki peran
penting dalam menggerakkan perekonomian kota-kota besar di Indonesia.
Permintaan layanan perangkutan juga akan semakin meningkat seiring dengan
semakin besarnya jumlah penduduk. Karena ruang yang terbatas, kota-kota
besar seperti Jakarta tidak mampu memenuhi tingginya permintaan pergerakan
penduduk hanya melalui penambahan jalan dan angkutan umum berkapasitas
kecilKondisi tersebut semakin parah dengan munculnya emisi kendaraan yang
dapat menimbulkan gangguan kondisi kesehatan dan penurunan kualitas
lingkungan. Selain itu, lamanya waktu yang dihabiskan di jalan dapat
menimbulkan dampak psikologis berupa penurunan ketidakstabilan emosi dan
dampak ekonomis berupa penurunan tingkat produktivitas kerja.
2. Perbedaan dari KRL, LRT dan MRT dari sudut pandang infrastruktur
3. Dampak yang timbul dari pembangunan KRL, LRT, dan MRT di Jakarta
PEMBAHASAN
KRL atau kereta rel listrik adalah kereta atau sarana gerak yang
menggunakan energi listrik sebagai sumber daya penggeraknya, yang artinya
dalam operasi normal KRL bersifat mandiri tidak memerlukan lok penarik sebagai
penggeraknya.Sementara untuk sumber catu daya listriknya tersedia melalui
kawat troley bertegangan 1500 vdc yang disuplai melalui gardu-gardu listrik
sepanjang lintasan KRL.Di Indonesia saat ini (setidaknya sampai saya menulis hal
ini sembari momong anak) baru seputaran Jabodetabek yang dilayani oleh KRL
sebagai kereta comuter.
2. KRL HITACHI
3. KRL PRAJAYANA (lebih dikenal sebagai KRL-I)
Kereta api ringan dikenal juga sebagai LRT sebagai singkatan Light Rail
Transit adalah salah satu sistem Kereta Api Penumpang yang beroperasi di
kawasan perkotaan yang konstruksinya ringan dan bisa berjalan bersama lalu
lintas lain atau dalam lintasan khusus, disebut juga tram. Kereta api ringan
banyak digunakan diberbagai negara di Eropa dan telah mengalami modernisasi,
antara lain dengan otomatisasi, sehingga dapat dioperasikan tanpa masinis, bisa
beroperasi pada lintasan khusus, penggunaan lantai yang rendah (sekitar 30 cm)
yang disebut sebagai Low floor LRT untuk mempermudah naik turun
penumpang.
Angkutan kereta api ringan (LRT) adalah bentuk rel dialiri listrik yang telah
dikembangkan secara bertahap dari trem untuk sistem angkutan cepat yang
sebagian dioperasikan pada jalurnya sendiri. Trem merupakan kereta yang
memiliki rel khusus di dalam kota, dengan Trem yang berselang waktu 5-10
menit berangkat, merupakan solusi untuk kemacetan. Rangkaian trem umumnya
satu set (terdiri atas dua kereta) agar tidak terlalu panjang. Disebut Light Rail
karena memakai kereta ringan sekitar 20 ton seperti bus, tidak seberat kereta api
yang 40 ton. Letak rel berbaur dengan lalu-lintas kota, atau terpisah seperti bus-
way, bahkan bisa pula layang (elevated) atau sub-way, hanya untuk sebagian
lintasan saja.
Light Rail Transit diciptakan pada tahun 1972 oleh U.S. Urban Mass
Transportation Administration (UMTA, pendahulu Federal Transit
Administration) untuk menggambarkan transformasi streetcar baru yang ada di
Eropa dan Amerika Serikat. Transportasi Research Board (Transportation systems
Center) menetapkan "light rail" pada tahun 1977 sebagai "moda transportasi
perkotaan yang memanfaatkan sebagian besar jalur yang disediakan tapi tidak
selalu dipisahkan dari jalan. dengan listrik mendorong kendaraan di atas rel
beroperasi secara tunggal atau dengan kereta. LRT menyediakan berbagai
kemampuan penumpang dan karakteristik kinerja pada biaya menengah."
Light Rail Transit (LRT) adalah salah satu jenis urban passenger
transportation yang beroperasi di permukaan jalan baik memiliki jalur khusus
maupun memakai jalur umum. LRT merupakan bagian dari Mass Rapid Transit
(MRT) dengan cakupan wilayah yang lebih kecil dan bentuk armada yang lebih
kompak dan ringan. LRT sudah banyak diterapkan di negara-negara di dunia, di
Asia Tenggara sendiri terdapat di Filipina dan Singapura. LRT di Singapura
termasuk dari bagian Singapore Mass Rapid Transit (SMRT) dan mencakup di
beberapa wilayah Singapura.
Disebut juga LRT I, beroperasi di jalan bersama dengan lalu lintas kendaraan, tipe
ini membutuhkan percepatan dan perlambatan mendekati
performansi kendaraanbermotor. Kapasitas sekitar 10 000 sampai dengan
30.000 penumpang jam. Kecepatan perjalanan sekitar 15 sampai 20 km/jam.
MRT (Mass Rapid Transit) adalah suatu sistem tranportasi perkotaan yang
mempunyai 3 kriteria utama, mass (daya angkut besar), rapid (waktu tempuh
cepat dan frekuensi tinggi), dan transit (berhenti di banyak stasiun di titik
utama perkotaan.MRT (mass rapid transit) secara harfiah dapat diartikan sebagai
moda angkutan yang mampu mengangkut penumpang dalam jumlah yang
banyak (massal) dengan frekuensi dan kecepatan yang sangat tinggi (rapid).
Menurut modanya, MRT dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, antara
lain: bus (buslane/busway), subway, tram, dan monorail.
Bus MRT dapat dibedakan dengan bus angkutan biasa dan kendaraan lain
karena biasanya merupakan shuttle bus yang memiliki rute perjalanan tertentu
dan beroperasi pada lajur khusus, sehingga sering disebut buslane/busway.
Pemisahan lajur ini dilakukan agar penumpang tidak mengalami penundaan
waktu perjalanan dan tidak terganggu oleh aktivitas moda angkutan lain yang
melintasi rute perjalanan yang sama. Busway sendiri biasanya bervariasi ada
yang berbentuk ganda (bus gandeng), bus tunggal, dan bus bertingkat. MRT
jenis busway biasanya lebih banyak dipilih oleh kota-kota di negara berkembang
karena pengembangannya membutuhkan biaya yang lebih murah dibandingkan
dengan subway, monorel, ataupun tram. Kota Bogota di Kolombia merupakan
salah satu contoh sukses penerapan sistem busway. MRT dalam
bentuk subway pada prinsipnya memiliki kesamaan sistem operasi dengan
kereta api. Namun, konstruksi teknisnya terdapat perbedaan
karena subway terletak di bawah tanah (underground) tetapi stasiun-stasiunnya
langsung terhubung ke lokasi pusat kegiatan. Di Eropa Barat, subway merupakan
salah satu moda angkutan yang sangat populer dan seringkali dikenal dengan
istilah metro system. Kota London merupakan kota pertama yang menerapkan
sistem subway sebagai moda angkutan massal berkecepatan tinggi pada tahun
1863.
1. Bebas Macet
Memakai KRL berarti anda memilih jalur rasional dengan menghindari
kemacetan karena KRL pun sudah terjadwal keberangkatannya.
Lihat gambar diatas, semakin banyak asap kendaraan bermotor, semakin banyak
emisi gas buangan dari kendaraan. KRL dijalankan dengan listrik, jadi gak
mungkin ada emisi gas buangan. Hindari kendaraan bermotor dan pakai KRL.
Emisi gas buang ini membuat lapisan ozon bolong sehingga pemanasan global
semakin parah. Kita tidak bisa menghentikan itu, tetapi paling tidak kita harus
mencoba menghambat Pemanasan Global.
Kalau soal ini pasti sudah tahu, sudah hemat, BBM yang akan kita konsumsi juga
berkurang, karena kan kita pakai kendaraan umum, ya ditanggung umum, bukan
kita pribadi seperti kendaraan pribadi. seperti manfaat sebelumnya, tekan pedal
gas trus stop akan menyia-nyiakan bahan bakar kendaraan kita kan? makanya,
kalau pakai KRL, anda dapat menghemat kantong anda.
5. Mengurangi Polusi
Ini ada kaitannya dengan emisi gas diatas, kalau emisi itu kaitannya dengan
pemanasan global jangka panjang, polusi ini berkaitan langsung dalam jangka
pendek. misalnya, polutan udara asap kendaraan yang masuk ke hidung
membawa ribuan zat yang berbahaya bagi kesehatan manusia, dalam jangka
panjang dan pendek akan membunuh manusia. Polutan udara ini juga dapat
menyebabkan stres yang berkepanjangan.
– Dampak lingkungan : 0.7% dari total emisi CO2, yaitu sekitar 93.663 ton per
tahun akan dikurangi oleh MRT (Data Revised Implementation Program for
Jakarta MRT System 2005)
Kereta rel listrik (KRL), kereta rel diesel (KRD), dan busway yang sudah
dikembangkan di kota-kota metropolitan di Indonesia sebenarnya sudah dapat
dikategorikan sebagai sarana transportasi massal.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
tiga moda transportasi yang nantinya menjadi andalan di Ibu Kota itu
memiliki perbedaan dari perlintasan, kapasitas penumpang dan rangkaiannya.
Untuk LRT atau kereta api ringan, tentunya mengacu pada beban ringan
dan bergerak cepat. Pada LRT meski daya angkut tak sebesar MRT dan KRL,
namun moda ini mudah memindahkan penumpang melalui operasi rute yang
lebih banyak.Selain itu, kelebihan dari moda transportasi LRT ini, sistem
perlintasannya dibuat melayang. Sehingga tidak memiliki konflik sebidang seperti
sering kita temukan di lintasan KRL, dan headway antarkereta dapat dipastikan
waktunya.
Sedangkan Commuter Line atau Kereta Rel Listrik yang sudah mulai
beroperasi sejak tahun 1925, merupakan kereta rel yang menggunakan sistem
propulsi motor listrik sebagai penggerak keretanya.KRL yang melayani rute
Jabodetabek ini seringkali bertemu konflik sebidang dengan penyeberangan jalur
kendaraan mobil dan motor. KRL kini telah memiliki jalur baru hingga ke Cikarang
dan Rangkas Bitung.