topografi Indonesia yang bergunung maka pemerintah Hindia Belanda menetapkan lebar spoor 1067 mm sebagai lebar spoor yang lebih sesuai untuk topografi Indonesia. Pada masa pemerintah Hindia Belanda, tepatnya sampai 1939, panjang jalan rel di Indonesia telah mencapai 6811 km. Pembuatan jalan rel Jakarta-Bogor dimulai NISM tahun 1869, dengan lebar1,067 m, secara bergelombang, pengoperasiannya pun diberlakukan secara b e r g e l o m b a n g . P a d a t a h u n 1 8 7 1 m u l a i d i o p e r a s i k a n j a l u r P a s a r I k a n Gambir, kemudian tahun 1872 jalur Gambir- Jatinegara, dan 31 Januari 1873 dioperasikan jalur Jatinegar aBogor, sehingga sejak saat itu jalur Bogor - Jakarta terhubungkan operasi kereta api untuk umum. Di jalur ini terdapat 15 s t a s i u n : 1. J a k a r t a K o t a , 2. S a w a h B e s a r , 3. P i n t u A i r ( N o o r d w i j k ) , 4. G a m b i r , 5. Pegangsaan, 6. Jatinegara, 7. Pasar Minggu, 8. Lenteng Agung, 9. Pondok Cina, 10. Depok,C i t a y a m , 11. Bojong Gedeh 1 2 . Cilebut, 1 3 . dan berakhir di Bogor.
Panjang bagian Jakarta adalah 9,270 m, bagian Jatinegara 20,344m, d a n b a g i a n B o g o r 28,344 m, total 58,506 m.
Di Indonesia sekarang, kereta api hanya bisa dijumpai di Pulau Jawa dan Sumatera. Bagi yang belum pernah naik kereta api, pasti dibuat penasaran. Pada mulanya kereta api digunakan pemerintah kolonial untuk mengangkut hasil bumi seperti: kina, tembakau, atau teh, dari daerah sumber perkebunan menuju pelabuhan laut. Dengan angkutan kereta api memudahkan pengiriman hasil bumi dijual di pasar Eropa. Perkembangan selanjutnya, digunakan pula untuk mengangkut penumpang. Di masa perjuangan, peran kereta api sangatlah besar. Sejarah mencatat, peran kereta api dalam distribusi logistik
untuk keperluan perjuangan dari Ciroyom (Bandung) ke pedalaman Jawa Tengah, mobilisasi pejuang di wilayah Yogyakarta-Magelang-Ambarawa, hingga
G u n d i h (1884), Wirosari-Kradenan (1898), Kudus-Pancangakan (1887-1895) yang melalui daerah-daerah penghasil gula, kapuk, kayu jati, tras,dan bahan bangunan lainnya.
(2) Javaasche Spoorweg Maatschappij (JSM) yang mendapat konsesi tahun 1882 dan membangun jalan rel lintas TegalBalapulang.
(3) Deli Spoorweg Maatschappij (DSM) yang mendapat konsesi tahun 1883.
(5) Bataviaasche OosterSpoorweg Maatschappij (OJS) yang mendapat konsesi tahun 1884 dan membangun lintas Jakarta-Bekasi (1887).
(6) Ooster Java Stoomtram Maatschappij (OJS) yang mendapat konsesi t a h u n 1 8 8 6 d a n m e m b a n g u n j a l a n r e l s e k i t a r t a h u n 1 8 8 9 - 1 9 2 3 untuk lintas Ujung-Krian, lintas di sekitarMojokerto, dan jalan-jalan trem listrik di kota Surabaya.
(7) Solosche Tramweg Maatschappij (SoTM) yang mendapat konsesi t a h u n 1 8 9 0 d a n m e m b a n g u n j a l a n r e l l i n t a s S u r a k a r t a - B o y o l a l i (sekitar tahun 1892 sebagai trem yang ditarik kuda , kemudian tahun 1900 sebagai trem biasa.
(8) Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS) yang mendapat konsesi t a h u n 1 8 9 3 , m e m b a n g u n j a l a n r e l l i n t a s M a o s - P u r b a l i n g g a d a n lintas Banjarnegara-Wonosobo antara tahun 1896-1917
(9) Semarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS) yang mendapat konsesi tahun 1893.
(10) Pasoeroean Stoomtram Maatschappij ( P s S M ) y a n g m e n d a p a t konsesi pada tahun 1893, membangun jalan rel di sekitar Pasuruan dan Wonorejo pada tahun 1896-1912
(11) Bataviasche Stoomtram Maatschappij (BSTM) yang mendapat konsesi tahun 1893
(12) Probolinggo Stoomtram Maatschappij (PbSM) yang mendapat k o n s e s i t a h u n 1 8 9 4 , m e m b a n g u n j a l a n r e l l i n t a s P r o b o l i n g g o - Kraksaan-Paiton tahun 1897-1912
(13) Kediri Stoomtram Maatschappij (KSM) yang mendapat konsesi tahun 1894, membangun jalan rel di sekitar Kediri, Jombang, dan Pare tahun 1897-1899
(14) Modjokerto Stoomtram Maatschappij ( K S M ) y a n g m e n d a p a t konsesi tahun 1895 membangun jalan rel lintas MojokertoPorong-Bangil tahun 1898-1899
(15) B a b a t - D j o m b a n g S t o o m t r a m M a a t s c h a p p i j ( B D S M ) y a n g mendapat konsesi tahun 1896, membangun lintas Babat-Jombang (1899-1902), tetapi sejak tanggal 1 Desember 1916 diambil alih oleh SS.
(17) Malang Stoomtram Maatschappij (MS) yang mendapat konsesi t a h u n 1 9 0 1 , m e m b a n g u n j a l a n r e l l i n t a s d i s e k i t a r M a l a n g d a n Singosari tahun 1897-1908.
kereta
a p i , men yebabkan
Lintas trans Sumatera kereta api yang direncanakan tahun 1925 dengan menyambung jalan rel dari Sumatera Selatan ke Sumatera Timur melalui Sumatera Barat dan Tapanuli, mempertemukan stasiun Lubuklinggau dengan Rantauprapat, belum sampai terlaksana. Pembangunan infrastruktur kereta api merupakan salah satu rencana kerja yang mendapat prioritas pemerintah. Melalui Departemen Perhubungan, pemerintah telah menyusun program revitalisasi pembangunan infrastruktur transportasi kereta api dalam tahun 2010 ini. Proyek-proyek yang akan segera dikerjakan termasuk adalah peningkatan jalan kereta api, jembatan atau underpass di lintas Sumatera dan Jawa, pembangunan perkeretaapian di Nangroe Aceh Darusalam, pembangunan jalur ganda pada 8 lokasi, pembangunan Mass Rapid Transport Jakarta, pembangunan sarana kereta, modifikasi stasiun dan lain sebagainya.
Program revitalisasi dan modernisasi perkeretaapian tahap pertama pada periode 20082010 sebagian sudah selesai dikerjakan. Diantaranya jalur ganda Patuguran-Purwokerto sepanjang 34,87 km dengan investasi Rp 498,98 miliar dan jalur ganda PetarukanLarangan sepanjang 30,45 km senilai Rp 325,29 miliar. Jalur Petarukan-Larangan ini merupakan bagian dari jalur ganda kereta api lintas Tegal-Pekalongan sepanjang 60 km. Selain itu, pengadaan 75 unit kereta api yang terdiri dari sarana kereta ekonomi 35 unit, kereta komunitas 20 unit, kereta eksekutif 20 unit dan lokomotif 2 unit dengan total investasi sebesar Rp 92,98 miliar. Sedangkan revitalisasi tahap kedua sebagai kelanjutan dari revitalisasi tahap pertama, diperkirakan membutuhkan anggaran Rp 20 triliun dalam 5 tahun ke depan periode 2010-2015. Berdasarkan UU Transportasi Nomor 23 tahun 2007 peluang untuk berinvestasi di bidang transportasi di Indonesia terbuka luas, baik untuk pemerintah daerah maupun swasta asing. Saat ini sejumlah proyek pembangunan kereta api menarik minat investor asing untuk menanamkan investasinya dalam sektor ini. Salah satu yang cukup besar adalah proyek kereta api batubara Palaci-Bangkuang di Kalimantan Tengah. Proyek ini mencakup jalur kereta api pengangkutan hasil tambang batu bara dengan total panjang mencapai 185 kilometer dengan total investasi mencapai US$ 740 juta, yang rencananya akan diselesaikan pada 2012.
Di dalam laporan ini akan dibahas tentang perkembangan industri kereta api (KA) termasuk pertumbuhan panjang rel, pertumbuhan jumlah gerbong, pertumbuhan jumlah stasiun serta produksi angkutan penumpang dan barang kereta api dan sebagainya. Perkembangan infrastruktur kereta api : a. Panjang rel Sarana jalan rel merupakan infrastruktur vital bagi transportasi kereta api (KA), yang mendukung kelancaran operasional KA. Investasi untuk pembangunan rel sebenarmya tidak sebesar pembangunan jalan raya, karena pembangunan rel hanya membutuhkan lahan yang sedikit dan tidak merusak ekosistim lingkungan di daerah yang dilalui. Dalam periode 2004-2008 total penjang rel KA di Indonesia mengalami pertumbuhan ratarata 1,6% yaitu menjadi 4,813,000 km dibandingkan 4.517.197 km pada 2004. Semakin meningkatkannya panjang rel selama periode waktu 5 tahun ini karena banyaknya peremajaan dan pembangunan rel. Untuk meningkatkan sarana jalan rel KA, pemerintah giat melakukan rehabilitasi dan membuka sejumlah rel yang tidak dioperasikan lagi, untuk mendorong kegiatan perekonomian di daerah tersebut. Selain itu pemerintah juga menata perlintasan KA yang banyak dipenuhi pemukiman kumuh agar perlintasan rel menjadi aman. Menurut Dirjen Perkeretaapian Departemen Perhubungan anggaran program revitalisasi berupa perbaikan dan pergantian bantalan rel kereta api (KA) dari kayu ke beton pada 2008 mencapai Rp19 triliun. Pada 2009 Departemen Perhubungan
menyediakan anggaran perbaikan sarana jalur kereta api, mulai dari Tanjung Priok sampai
Stasiun Kota, di Jakarta sebesar Rp 20 miliar. Ini merupakan program penataan perlintasan KA yang dipenuhi permukiman kumuh agar menjadi aman. Sepanjang 2009 sejumlah jalur rel yang baru bertambah diantaranya jalur ganda Patuguran-Purwokerto (Jawa Tengah) sepanjang 34,9 km, serta jalur Petarukan Larangan (Jawa Tengah) sepanjang 30,5 km.
b. Perkembangan stasiun Selain sebagai tempat pemberhentian kereta api, stasiun juga berfungsi bila terjadi persimpangan antarkereta api sementara jalur lainnya digunakan untuk keperluan cadangan dan langsir. Di dalam stasiun dilengkapi dengan peron yaitu tempat naik-turun para penumpang di stasiun, jadi peron adalah lantai pelataran tempat para penumpang naikturun dan jalur rel melintas di stasiun. Sekarang ada dua macam konstruksi lantai peron, yaitu yang dibuat sebelum Perang Dunia II umumnya dengan lantai rendah; sedangkan bentuk kedua adalah yang dibangun setelah Proklamasi umumnya dengan lantai modifikasi yang ditinggikan. Pada saat ini pada stasiun besar umumnya ada dua macam lantai peron, yang asli berlantai rendah dan yang telah disesuaikan dengan lantai tinggi. Di stasiun Tanah Abang, seperti halnya kebanykan stasiun kereta di Jepang, para penumpang tidak dapat menyeberang jalur begitu saja, harus melalui jembatan penyeberangan (dalam hal stasiun Tanah Abang stasiun berada di atas jalur rel). Kereta produksi sebelum 1920 umumnya mempunyai tangga untuk turun ke bawah. Sedangkan kereta buatan sebelum tahun 1941 mempunyai tangga di dalam. Karena pada umumnya stasiun didirikan sebelum Perang Dunia II, maka lantai peron sama dengan lantai stasiun. Akibatnya para penumpang akan sulit turun-naik dari peron lama yang rendah, sedangkan kereta yang beroperasi kini pada umumnya dibuat setelah tahun 1965 yang berlantai dengan tangga yang tinggi. Pada umumnya, stasiun kecil memiliki tiga jalur rel kereta api yang menyatu pada ujungujungnya. Penyatuan jalur-jalur tersebut diatur dengan alat pemindah jalur yang dikendalikan dari ruang PPKA. Selain sebagai tempat pemberhentian kereta api, stasiun juga berfungsi bila terjadi persimpangan antarkereta api sementara jalur lainnya digunakan untuk keperluan cadangan dan langsir.
c. Perkembangan jumlah kereta api Dalam periode lima tahun terakhir 2004-2008 pertumbuhan rata-rata jumlah lokomotif yang dioperasikan sangat minim yaitu - 0,9% per tahun. Kondisi lokomotif yang dioperasikan saat ini bervariatif, dengan tingkat laik operasi berkisar dari 30%-95%. Dari sejumlah 341 unit lokomotif yang ada pada 2008, hampir seluruhnya sudah tua yaitu sekitar 82% berumur antara 16 tahun-30 tahun. Sementara sisanya bahkan sudah mencapai umur di atas 30 tahun. Kereta Api Barang Rel digunakan pada jalur kereta api. Rel memerlukan pengendalian. Rel
merupakan dua batang rel kaku yang sama panjang dipasang pada bantalan sebagai dasar landasan. Rel-rel tersebut diikat pada bantalan dengan menggunakan paku rel, sekrup penambat, atau penambat e (seperti penambat Pandrol). Jenis penambat yang digunakan bergantung kepada jenis bantalan yang digunakan. Paku ulir atau paku penambat digunakan pada bantalan kayu, sedangkan penambat digunakan untuk bantalan beton atau semen. R e l b i a s a n ya d i p a s a n g d i a t a s b a d a n j a l a n ya n g d i l a p i s d e n g a n b a t u k e r i c a k a t a u dikenal sebagai Balast. Balast berfungsi pada rel kereta api untuk meredam getaran dan lenturan rel akibat beratnya kereta api. Untuk menyeberangi jembatan,digunakan bantalan kayu yang lebih elastis ketimbang bantalan beton.a. Jenis rel berdasarkan berat Rel yang digunakan di Indonesia menggunakan standar UIC dengan Standar:* Rel 25 yang berarti 25 kg/m* Rel 33* Rel 44* Rel 52* Rel 54* Rel 60b. Lebar trak/lebar rel/GaugeAda beberapa lebar (gauge) yang digunakan, semakin lebar semakin stabi l sehingga semakin tinggi kecepatan kereta apinya. Lebar trak yang umum digunakan diantaranya:
* Lebar 700 mm, digunakan Kereta api Aceh, dari Besitang menuju Banda Aceh yang saat ini sudah tidak digunakan lagi. * Lebar 1000 mm disebut juga "meter gauge", digunakan di Malaysia. * Lebar 1067 mm, atau 3 kaki 6 inci merupakan lebar rel yang digunakan secaraumum di Indonesia, disebut juga sebagai Narrow gauge. Narrow gauge cocok untuk daerah yang bergunung-gunung karena trak yang lebar membutuhkan biaya besar dan pembangunannya lebih sulit.
* Lebar 1435 mm, atau 4 kaki 8,5 inci. merupakan rel yang banyak digunakandidunia sehingga disebut juga sebagai Standar gaugec. Penyambungan R e l k a r e n a a l a s a n t r a n s p o r t a s i m e n u j u k e l o k a s i b i a s a n ya d a r i p a b r i k pembuat rel dipotong menjadi rel dengan panjang 25 m. Untuk meningkatkan k e n ya m a n a n penggunaan kereta api yang
KRL Jabotabek, merupakan pusat komuter tertua di Indonesia yang melingkupi daerah Jakarta Raya, melayani para penglaju dari Jakarta ke Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, termasuk pusat cabang ke Serpong dan Karawang.
Kereta api ekonomi jurusan Rangkasbitung-Merak dan Cikampek-Purwakarta. Kereta Tempatan Bandung Raya yang melayani laluan Padalarang-BandungCicalengka hingga Cibatu, Garut.
Kereta Tempatan Surabaya yang melayani laluan Surabaya-Lamongan, SurabayaSidoarjo, dan Surabaya-Mojokerto.
2. Lokomotif
Skema penomoran lokomotif tarikh dari pendudukan Jepang, dengan menggunakan gabungan huruf dan nombor. Sebuah surat atau kombinasi huruf yang digunakan untuk menunjukkan susunan roda (saat ini ada C, D, BB dan jenis CC), dan nombor tiga digit digunakan untuk menunjukkan kelas (20x untuk kelas dengan penghantaran elektrik dan 30x untuk kelas dengan penghantaran hidrolik atau mekanik) , mulai dari 0. Sebuah nombor dua atau tiga-angka menunjukkan jumlah individu, bermula daripada 01. Penyambungan rel dilakukan dengan beberapa cara: 1. Las termit Salah satu cara yang umum digunakan adalah dengan las termit dilokasi sehingga bisa menjadi rel yang menerus. Pengelasan menggunakan las termit dengan m e n g g u n a k a n ditempatkan diantara bahan kedua kimia rel senyawa besi yang
direaksikan pada suhu sampai mencairkan bahan kimia tersebut d a n m e n ya m b u n g r e l t e r s e b u t , s i s a h a s i l r e a k s i k i m i a t e r s e b u t k e m u d i a n dipotong dan diratakan dengan rel. 2. 2. Sambungan baut 3. Fishplate Yaitu diantara 2 rel yang disambungPada sambungan ini digunakan suatu penyangga yang disebut sebagai fish plate yang dibaut pada kedua rel yang disambung.Stasiun kereta api adalah tempat di mana para penumpang dapat naik-turun dalam memakai sarana transportasi kereta api. Selain stasiun, pada masa lalu dikenal juga dengan halte kereta api yang memiliki fungsi nyaris sama dengan stasiun kereta api.Untuk daerah/kota yang baru dibangun mungkin stasiun portabel dapat dipergunakan sebagai halte kereta.
Fasilitas stasiun kereta api umumnya terdiri atas: * Pelataran parkir di muka stasiun * Tempat penjualan tiket, dan loket informasi * Peron atau ruang tunggu * Ruang kepala stasiun, dan * Ruang PPKA (Pengatur Perjalanan Kereta Api) beserta peralatannya, seperti sinyal, dll.
Namun sejarah jalan rel di Indonesia mencatat adanya masa yang memprihatinkan yaitu pada masa pemerintah Jepang. Sepanjang kurang lebih 901 km raib, yang diperkirakan karena rel yang dibongkar semasa pemerintahan Jepang ini diangkut ke Burma untuk pembangunan jalan rel di sana. Bahkan menurut data Ditjen Perkeretaapian tahun 2006, jalan rel yang beroperasi hanya 4360 km dan tidak beroperasi sepanjang 2122 km. Akibat tindakan Jepang tersebut ialah berkurangnya jaringan jalan rel di Indonesia. Data tahun 1999 memberikan informasi bahwa panjang jalan rel di Indonesia ialah 4615,918 km, terdiri atas Lintas Raya 4292,322 km dan Lintas Cabang 323,596. Hampir seluruh jalan rel (baik jalan rel yang aktif maupun tidak aktif) di Indonesia saat ini merupakan aset yang bernilai sejarah sehingga menjadi salah satu fasilitas publik dan aset bangsa yang perlu dijaga dan dilestarikan. Dalam masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia kereta api juga berperan besar. Sejarah mencatat peran kereta api dalam distribusi logistik untuk keperluan perjuangan dari Ciporoyom (Bandung) ke pedalaman Jawa Tengah, mobilisasi prajurit pejuang di wilayah Jogjakarta-Magelang-Ambarawa. Hijrahnya pemerintahan republik Indonesia dari Jakarta ke Jogjakarta tahun 1946 tidak lepas pula dari peran kereta api. Tanggal 3 Januari 1946 rombongan Presiden Soekarno berhasil meninggalkan Jakarta menggunakan kereta api, tiba di Jogjakarta tanggal 4 Januari 1946 pukul 09.00 disambut oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Sejarah perjuangan Bangsa Indonesia mencatat pengambilalihan kekuasaan perkeretaapian dari pihak Jepang oleh Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA) pada peristiwa bersejarah tanggal 28 September 1945. Kemudian dalam sejarahnya institusi
perkeretaapian berubah nama beberapa kali. Dari Djawatan Kereta Api Indonesia (DKARI) kemudian disingkat menjadi Djawatan Kereta Api (DKA).
Pada tahun 1963 berubah menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA), tahun 1971 menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA). Pada tahun 1990 status perusahaan berubah menjadi perusahaan umum sehingga menjadi Perusahaan Umum Kerata Api (Perumka). Perubahan besar terjadi pada tahun 1998, yaitu ketika berubah menjadi PT Kereta Api. Satu hal yang paling menarik adalah rel kereta api yang dibangun di Indonesia sampai sekarang tidak berubah ukurannya. Lebar rel (atau lebar poros roda) KA di Indonesia hanya 106,7 cm, dan tidak berubah sejak dibangun di zaman pendudukan Belanda. Bila dibandingkan dengan badan kereta api (jika dilihat dari depan), lebar rel tampak tidak sepadan. Sekilas tampak bahwa lebar rel tidak lebih dari sepertiga lebar badan/ gerbong. Rasio antaralebar rel dengan lebar gerbong di Indonesia adalah 106,7/315,0 = 0,339 , sedangkanrasio untuk hal yang sama dari sistem KA di Eropa dan Amerika adalah 143,5/315,0 = 0,455. Pada KA di Indonesia, rasionya hanya berkisar 1/3 dan rasio KA di Eropa mendekati 1/2.