PENDAHULUAN
Sungai Progo adalah salah satu sungai vulkanik dengan jalur aliran yang
akan dilewati oleh aliran lahar yang berasal dari G. Merapi yang berlokasi di
Kabupaten Dati II Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta sehingga sudah barang
tentu memiliki angkutan sedimen yang tinggi setelah mengalami erupsi pada 26
Oktober 2010. Material angkutan sedimen tersebut berupa batu, kerikil, dan pasir
yang merupakan material utama bedload transport. Sungai Progo yang merupakan
sungai dengan aliran yang cukup deras, dan dengan adanya angkutan sedimen
berupa material lepas maka akan merubah topografi sungai.
Jembatan merupakan suatu konstruksi yang berfungsi untuk
menghubungkan dua tempat yang terpisah oleh adanya halangan misalnya sungai
untuk menunjang proses transportasi darat baik mobil atau kereta. Pilar jembatan
dan abutmen merupakan bagian konstruksi yang paling penting pada konstruksi
jembatan karena kedua bagian tersebut merupakan konstruksi yang umumnya
berada pada badan sungai. Perencanaan konstruksi pilar jembatan tentunya
memperhatikan kondisi material dasar sungai. Sehingga pemahaman tentang
karakteristik sungai menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh perencanan
konstruksi jembatan. Mengingat perencanaan jembatan pada sungai vulkanik
memiliki perlakuan yang berbeda dan cenderung dinamis dengan sungai non
vulkanik. Apabila perencanaan dilakukan tanpa mengetahui karakteristik sungai,
pastinya akan membahayakan konstruksi jembatan itu sendiri.
Angkutan sedimen yang tinggi membuat material dasar pada kaki
abutment terbawa aliran debris dan menyebabkan gerusan, sehingga pilar
tidak punya fondasi yang kokoh dan menyebabkan jembatan runtuh. Gerusan
lokal (local scouring) pada pilar jembatan nantinya juga akan menyebabkan
tergerusnya dasar sungai pada sekitar pilar maupun abutmen jembatan.
1
1.2 Rumusan Masalah
a.) Mengetahui kelebihan dan kekurangan konstruksi rangka baja pada jembatan
mbeling KA sungai progo.
b.) Mengetahui konstruksi jembatan.
c.) Apa saja komponen-komponen struktur jembatan.
1.3 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jembatan
3
b.) Jembatan penyeberangan (foot bridge)
4
Gambar 2.3. Jembatan lantai bawah
5
Gambar 2.3. Jembatan lantai atas
Adapun jenis lain dari jembatan rangka lantai atas ini adalah :
6
2.4 Konstruksi Bagian Jembatan Rangka
Konstruksi bagian dari jembatan rangka terdiri dari:
a.) Konstruksi bangunan atas (superstructure)
Struktur atas jembatan merupakan bagian yang menerima beban
langsung yang meliputi berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan,
beban kendaraan, gaya rem dan beban pejalan kaki.
b.) Konstruksi bangunan bawah (substructures)
Struktur bawah jembatan berfungsi memikul seluruh beban
struktur atas dan beban lain yang ditimbulkan oleh tekanan tanah, aliran
air dan hanyutan dan gesekan pada tumpuan untuk kemudian disalurkan
oleh pondasi ke tanah dasar.
Bagian jembatan yang menjadi satu kesatuan pada badan jembatan dapat
dikategorikan sebagai beban mati jembatan. Beban mati ini bisa berupa
bagian-bagian nostruktural maupun struktural. Cara menentukan beban mati
ini adalah dengan cara mengalikan volume/luasan bahan dengan berat
satuan material itu sendiri.
7
BAB III
PEMBAHASAN
Jembatan Mbeling Lama kali Progo dibawah pengelolaan PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) Daerah Operasi VI Yogyakarta,terletak di antara Sedayu,
Bantul dan Sentolo, Kulonprogo. Jembatan yang membentang diatas kali Progo
ini memiliki panjang bentang jembatan 96 meter serta mampu menahan tekanan
beban kereta api seberat 20 ton dengan kecepatan sampai 100 kilometer/ jam.
Pada lintas jalur ganda (double track) Yogyakarta–Kutoarjo terdapat dua
kontruksi jembatan yang membentang diatas kali Progo, pada sisi sebelah selatan
adalah kontruksi jembatan baru ( yang dibangun seiring dengan pembukaan lintas
jalur ganda, serta pada sisi sebelah utara adalah kontruksi jembatan lama yang
mulai dibangun oleh S.S. Westerlijnen pada tahun 1930, kemudian direnovasi
oleh Djawatan Kereta Api Indonesia (D.K.A.) pada tahun 1957 (dengan sedikit
penambahan kontsruksi baru). Jembatan Mbeling Lama memiliki keistimewaan
dalam segi kontruksinya, yaitu tanpa di topang pilar penyangga pada bagian
tengah bentang jembatan. Desain kontruksi jembatan seperti ini, di dunia hanya
terdapat di dua tempat, yang pertama di Indonesia (kali Progo) sedang yang
satunya terdapat di negeri Belanda, akan tetapi sekarang sudah non aktif,
sehingga jembatan Mbeling Kali Progo menjadi satu-satunya yang masih aktif di
dunia sampai saat ini. Terletak disebelah selatannya adalah jembatan Mbeling
Baru yang dilengkapi dengan satu pilar pada bentang tengahnya, kontruksi ini
akan mudah ditemui pada jembatan-jembatan kereta api lainnya.
8
Gambar 3.1 Jembatan Mbeling Baru (Kiri) dan Jembatan Mbeling Lama (Kanan)
Source : Yoga Cokro P 2015
Sistem kekuatan jembatan ini tertumpu pada rol yang terletak pada
masing-masing sisi bawah jembatan. Kontruksi jembatan ini disebut Bijlaard
Bent, yang dirancang sebagai solusi alternatif pilihan S.S. dengan pertimbangan
akan derasnya arus aliran kali Progo, yang diharapkan akan lebih aman jika
penyangganya berada pada kedua sisi jembatan. Belajar dari pengalaman
sebelumnya, kontruksi jembatan S.S. sering roboh saat dilanda banjir kali Progo
yang berakibat pada terputusnya sementara jalur kereta api pada lintas
Yogyakarta-Kutoarjo, hal ini dahulunya sering terjadi sejak jalur ini dibuka pada
tahun 1887 sampai akhir tahun 1929. Desain jembatan ini dipercayakan kepada
Mr. C.D. Maussart, serta sebagai pelaksa proyek pengerjaannya adalah Mr.
C.H.J. Deighton di bawah persetujuan Mr. Ir. H. Jansen yang kesemuanya adalah
Insinyur-insinyur utama dari S.S. Jembatan ini tersusun dari rangka-rangka baja
kelas tinggi (Ferro), sehingga untuk kontruksi bajanya sangat kokoh sebagai
pemberi ketahanan saat terjadi getaran gempa bumi. Pada kedua titik tumpuannya
tidaklah mati (elastisitas) serta menggunakan sistem roll, tanpa adanya topangan
pilar penyangga di tengah-tengahnya, membuat kontruksi jembatan ini tidak akan
ambrol saat di terjang arus deras Kali Progo.
9
Gambar 3.1 Jembatan Mbeling Lama memiliki kontruksi tanpa pilar penyangga pada bagian
tengah bentang jembatan, kontruksi ini disebut dengan Bijlaard Bent.
Source : Yoga Cokro P 2015
Selain itu satu lagi hal unik lainnya adalah, jika ditinjau dari segi estetika,
ternyata desain jembatan ini juga menonjolkan segi nilai seni kebudayaan Jawa,
hal ini dapat dilihat atau diketahui ketika seseorang berjalan diatas rel ke arah
tengah jembatan, maka akan ditemui pada struktural kerangkanya akan
membentuk pola seperti gunungan wayang. Hal-hal tersebut menjadikan jembatan
ini memiliki daya pesona yang mampu menarik sebagai obyek seni fotografi,
selain itu juga dapat sebagai pusat penelitian untuk studi kontruksi jembatan
didalam bidang ilmu keteknikan.
Keuntungan :
10
Pemasangannya relative mudah.
Baja sudah mempunyai ukuran dan mutu tertentu dari pabrik.
Kerugian :
1.Lantai Kendaraan
Jembatan ini berfungsi untuk lalu lintas kereta api. Sehingga lantai
kendaraannya berupa relkereta api yang terbuat dari baja dan bantalan rel yang
terbuat dari kayu.
2. Balok Memanjang
3. Balok Melintang
11
4. Ikatan Angin
Ikatan angin berfungsi untuk menyalurkan gaya angin kepada perletakan. Beban
angintersebut bekerja di titik-titik simpul.
5. Ikatan Tumbuk
12
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Jembatan Mbeling KA sungai Progo ini di maksudkan agar kereta api dapat
melintasi sungai Progo di lintas Kutoarjo-Yogyakarta ini, mengingat derasnya
arus sungai Progo pada awal pembangunan desain konstruksi jembatan ini tidak
menggunakan atau tidak adanya pilar penyangga, Konstruksi jembatan seperti ini
sebenarnya lebih aman. Jembatan ini tahan gempa karena titik tumpuan tidak mati
dan bisa bergeser sesuai dengan pergerakan tanah pada kedua ujungnya jika
terjadi gempa. Titik tumpu jembatan ini menggunakan rol yang terletak di bawah
jembatan. Selain itu, Jembatan ini pada bentuk ekstetikanya, jembatan ini juga
menggambarkan seni budaya jawa yaitu kerangka besi pada jembatan tersebut
tampak seperti gunungan wayang.
13
DAFTAR PUSTAKA
14