Anda di halaman 1dari 56

PERANCANGAN STASIUN KABUPATEN BANJARNEGARA TIPE B

Pendekatan Ruang Publik yang Aktraktif dan Sirkulasi yang Efektif

Disusun oleh :
ENGGAR ADIKHANSAH LUKITA
5130911099

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2016

Nama

: Enggar Adikhansah Lukita

NIM

: 5130911099

Progam Studi

: Arsitektur

Fakultas

: Sains dan Teknologi

Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan Pengembangan Konsep Tugas Akhir
Ini bukan merupakan karya yang pernah diajukan untuk memperoleh

gelar

kesarjanaan di suatu perguruan tinggi lain dan sepanjang sepengetahuan saya juga
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang
lain kecuali yang ditulis sebagai acuan dalam naskah disebutkan
dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 19 Agustus 2016

Enggar Adikhansah Lukita

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 PENGERTIAN JUDUL


Definisi dari Perancangan Stasiun Banjarnegara tipe B berdasarkan
tiap kata yang memebentuk
Judul Proyek
Perancangan Stasiun Banjarnegara Tipe B
Pendekatan Ruang yang Atraktif dan Sirkulasi yang Efektif
Pengertian Judul
a. Perancangan
Menurut Presman (2010) perancangan adalah langkah pertama dalam
fase pengembangan rekayasa produk dan sistem.
b. Stasiun
Stasiun kereta api adalah tempat keberangkatan dan pemberhentian
Kereta Api.
c. Banjarnegara
Banjarnegara merupakan Kabupaten yang berada di Jawa Tengah,
Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten
Batang di sebelah Utara, Kabupaten Wonosobo di Timur, Kabupaten
Kebumen di Timur, Kabupaten Kebumen di Selatan, dan Kabupaten
Bnyumas dan Kabupaten Purbalingga di barat.
d. Stasiun Tipe B
Stasiun Kereta Api Tipe B adalah Stasiun sedang yang memiliki enam
sampai sepuluh jalur dan memiliki fasilitas yang dudah cukup memadai
e. Ruang Publik
Ruang terbuka publik merupakan ruang wadah aktivitas sosial yang
melayani dan juga mempengaruhi kehidupan masyarakat kota. Ruang
terbuka juga merupakan wadah dari kegiatan fungsional maupun aktivitas
ritual yang mempertemukan sekelompok masyarakat dalam rutinitas
normal

kehidupan

(Carr,1992).
h. Aktraktif

sehari-hari

maupun

dalam

kegiatan

periodik

Mempunyai daya tarik untuk para pengunjung untuk datang dan


bersifat menyenangkan.
f. Sirkulasi
Sirkulasi adalah hubungan antar ruang secara horizontal maupun
vertkal dan predaran atau perpindahan
g. Efektif
Efektif adalah tujuan atau pencapaian secara tepat atau memilih tujuantujuan yang telah di tentukan
1.2 Latar Belakang
Kereta api adalah salah satu alat transportasi darat antar kota yang diminati
oleh seluruh lapisan masyarakat. Sistem perkeretaapian di Indonesia semakin
maju, hal ini bisa terlihat pengembangan yang yang terus dilakukan oleh PT.
Kereta Api Indonesia (persero). Dengan semakin banyaknya masyarakat yang
menggunakan jasa kereta api sebaiknya diimbangi oleh fasilitas yang memadai,
peningkatan kualitas pelayanan yang dan pengembangan atau membuka jalur baru
kereta api sehingga masyarakat akan lebih memilih nggunakan jasa transportasi
kereta api sebagai pilihan utama.
Kereta api merupakan Transportasi di Indonesia memegang peranan yang
sangat penting dalam mempengaruhi roda perekonomian masyarakat. Seiring
dengan perkembangan jaman, proses transportasi sebagai alat angkut mengalami
kemajuan. Semua ini berlangsung sejak reformasipembangunan digulirkan dan
kebutuhan akan moda transportasi massal dan murah.Selama perkembangan
sejarah tersebut, kereta api merupakan transportasi yang dipilih sebagai alat
angkut yang mampu mengangkut hasil bumi dan penumpang dalam jumlah
banyak, bebas hambatan serta memiliki tingkat keamanan yang tinggi. Hal ini
sesuai dengan UU No. 13/1992 tentang moda transportasi, yaitu : perkeretaapian
adalah salah satu moda transportasi yang memiliki karakteristik dan keunggulan
khusus terutama dalam kemampuan mengangkut, baik penumpang maupun
barang secara massal, hemat energy, hemat dalam penggunaan ruang. Mempunyai
faktor keamanan yang tinggi dan tingkat pencemaran yang rendah serta lebih
efisien dibanding dengan moda lainnya.Sebagai sebuah transportasi massal, yang
mampu mengangkut penumpang dan barang dalam jumlah banyak serta murah,
kereta api menjadi salah satu alternatif transportasi darat. Keberadaan stasiun

merupakan bagian terpenting sebagai terminal pemberangkatan dan menurunkan


penumpang, serta dalam proses interaksi dan aktivitas bagi pengguna transportasi
kereta api yang menunggu jadwal keberangkatannya.
Stasiun Kereta Api adalah tempat di mana para penumpang dapat naikturun dalam memakai sarana transportasi kereta api. Selain stasiun, pada masa lalu
dikenal juga dengan halte kereta api yang memiliki fungsi nyaris sama dengan
stasiun kereta api.Stasiun kereta api umumnya terdiri atas tempat penjualan tiket,
peron atau ruang tunggu, ruang kepala stasiun, dan ruang PPKA (Pengatur
Perjalanan Kereta Api) beserta peralatannya, seperti sinyal, wesel (alat pemindah
jalur), telepon, telegraf, dan lain sebagainya. Stasiun besar biasanya diberi
perlengkapan yang lebih banyak daripada stasiun kecil untuk menunjang
kenyamanan penumpang maupun calon penumpang kereta api, seperti ruang
tunggu, restoran, toilet, mushalla, area parkir, sarana keamanan (polisi khusus
kereta api),
Banjarnegara merupakan kota kecil yang sedang berkembang dalam segi
pembangunan maupun sumber daya manusinya, Kabupaten Banjarnegara terletak
pada Provinsi Jawa tengah yang berbatasan antara enam kabupaten yaitu
Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang di sebelah utara, Kabupaten Banyumas
dan Kabupaten Purbalingga di sebelah barat, Kabupaten Kebumen berada di
sebelah selatan dan Kabupaten Wonosobo berada di sebelah timur. Kabupaten
Banjarnegara juga terletak strategis karna berada di jalur utama wonosoboPurwokwerto dan biasa di lintasi oleh kendaraan antar kota maupun antar
provinsi.

Gambar 1.1 Peta Kabupaten Banjarnegara


(Sumber:https://www.google.co.id/search?q=peta+banjarnegara)
Kabupaten Banjarnegara terletak di jalur tengah provinsi Jawa tengah
sehingga pengaktifan kembali jalur kereta api di Banjarnegar di harapkan mampu
menambah jumlah wisatawan yang datang dan memajukan perekonomian
masyarakat di Banjarnegara. perancangan Stasiun Kereta api tipe B merupakan
salah satu pilihan yang bisa di terapkan di banjarnegra untuk mewadahi pengguna
transportasi kereta api di banjarnegara.
Perlunya adanya transportasi dan perancangan stasiun kereta api di
banjarnegara tidak lepas dari faktor perekonomian dan jumlah wisatawan yang
datang berwisata di banjarnegara, tercatat angka kemiskinan di banjarnegara
sangat tinggi di banding daerah lain di banjarnegara.

Tabel 1.1 peringakat kemiskinan di Jawa Tenga


(Sumber:

http://www.negeripesona.com/2016/02/daftar-kabupaten-termiskin-di-

jawa.html)
Jumlah kemiskinan kabupaten banjarnegara berada di peringkat tiga dari
tabel peringkat kabupaten termiskin di jawa tengah,hal ini perlu adanya suatu
suatu solusi untuk mengurangi angka kemiskinan di banjarnera salah satunya
adalah transportasi yang memberikan suatu kemudahan dan ekonomis
salahsatunya adalah kereta api.
Pentingnya trasportasi kereta api di Kabupaten Banjarnegara juga di
pengaruhi oleh Pertambahan jumlah penduduk di kabbupaten banjarnegara yang
setiap tahunnya mengapertambahan jumlah penduduk yang cukuip tinggi
Jumlah penduduk penduduk Kabupaten Banjarnegara tahun 2011-2015
menurut jenis kelamin :

Diagram batang jumlah penduduk Kabupaten Banjarnegara 2011- 2015


455,000

450,000

445,000
Laki - Laki
Column1

440,000

435,000

430,000
2011

2012

2013

2014

2015

Gambar 1.1 Diagram jumlah penduduk Kab. Banjarnegara


( Sumber : Badan Pusat statistik Kabupaten Banjarnegara )
Berdasarkan diagram batang di atas jumlah penduduk Kabupaten
Banjarnegara

mengalami kenaikan setiap tahunnya, pada tahun 2011 sampai

dengan tahun 2015 jumlah kenaikan angka penduduk laki laki lebih banayak
dari pada jumlah penduduk perempuan .
Sektor

lain yang mempengaruhi perlunya transportasi kereta api dan

perancangan setasiun di kabupaten banjarnegara yaitu sektor pariwisata. di


Kabupaten banjarnegara yang setiap tahun terus mengalami peningkatan jumlah
pengunjung wisata daritahun 2011 sampai tahun 2015.

Tabel1.2 Jumlah pengunjung wisatawan


(Sumber: Badan Pusat Statistik Banjarnegara)
Dari jumlah meningkatnya pengunjung wisatawan yang datang ke
Kabupaten banjarnegara kebanyakan dari para wisatawan menggunakan
kendaraan pribadi karena pada saat ini transpotasi menuju banjarnegara kurang di
minati oleh para wisatawan.

Tabel: 1.2 banyaknya pengunjung dan jumlah kendaraan yang di gunakan


(Sumber:Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjarnega)
Dari tabel di atas menunjukan jumlah wisatawan yang memakai kendaraan
peribadi menuju Kabupaten Banjarnegara di lihat dari tahun 2011 mengalami
peningkatan hingga 2015 hanya saja pada tahun 2013 mengalami sedikit
penurunan

1.2. Latar belakang Sejarah


Stasiun Banjarnegara terletak di Kecamatan Banjarnegara. Stasiun ini
dibangun pada tahun 1917. Sejak ditutupnya jalur Purwokerto-Wonosobo pada
tahun 1970, praktis semua stasiun di jalur ini dimatikan termasuk stasiun ini. Dulu
saat masih aktif stasiun ini adalah stasiun besar. Stasiun ini dulu mempunyai
sekitar 4-5 jalur kereta api. Stasiun ini dulu merupakan stasiun kelas I, sama
seperti Stasiun Wonosobo. Di sini ada sebuah gerbong ketel. Gerbong ini sudah
sangat tua, dari tahun 1913. Gerbong ini adalah peninggalan Belanda.

Gambar 1.2 Stasiun Banjarnegara


https://www.google.co.id/search?q=stasiun+kereta+api+banjarnegara &espv
Pada

masa

jayanya,

angkutan

Wonosobo-Banjarnegara-Purwokerto

merupakan angkutan campuran antara barang dan penumpang. satu Rangkaian


dapat mencapai 5 gerbong. Angkutan barang biasanya adalah hasil bumi seperti
sayuran dan tembakau. Pada masa lok DH, jadwal kereta adalah dua kali dari
Wonosobo yaitu pagi dan sore, serta dua kali dari Purwokerto pagi dan sore juga,
sehingga ada dua rangkaian yang digunakan. Diantara stasiun-stasiun, yang
memiliki depo adalah Stasiun Banjarnegara dan Stasiun Klampok.

Gambar 1.3 Lokasi Site Stasiun Banjarnegara


https://www.google.co.id/search?q=stasiun+kereta+api+banjarnegara&espv
Jalur kereta api rute Purwokerto-Wonosobo sepanjang 92,1 kilometer
melalui kota Purwokerto, Sokaraja, Banjarsari, Klampok, Banjarnegara, dan
Wonosobo (ke arah timur). Selain itu juga dibangun jalur cabang Banjarsari
Purbalingga sepanjang 7 km yang diresmikan pengoperasiannya pada tahun 1900.
SDS juga membangun jalur kereta api yang menghubungkan PurwokertoPatikraja-Sampang-Maos (ke arah selatan) sepanjang 29 km dan diresmikan
pengoperasiannya pada tahun 1896.
Jalur ini diujicoba terlebih dahulu untuk pengangkutan barang milik
Pemerintah Hindia Belanda. Untuk selanjutnya disamping mengoperasikan
gerbong barang, perusahaan ini juga mengoperasikan kereta penumpang untuk
masyarakat umum. Kereta api yang melintas rute ini ternyata sangat diminati oleh
masyarakat Banyumas sebagai sarana transportasi yang efektif dan murah.
Perusahaan-perusahaan swasta besar yang paling berkepentingan dan
paling banyak menggunakan jasa kereta api adalah perusahaan gula. Sejak kereta
api beroperasi maka seluruh muatan milik pabrik gula diangkut dengan kereta api.
Barang-barang milik pabrik gula yang diangkut dengan kereta api antara lain
perlengkapan pabrik seperti batu gamping, mesin, barang logam, bahan bakar dan
pembungkus gula.
1.3 Latar belakang Obyek
Peningkatan pegguna kereta api di indonesia
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penumpang moda angkutan
umum kereta api (KA) hingga paruh pertama 2015 mencapai 156,76 juta orang,
naik 18,17 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 132,65 juta
Kepala BPS Suryamin mengungkapkan, penaikan yang terjadi pada jumlah

penumpang KA hingga akhir Juni 2015 berangkat dari meningkatnya minat calon
penumpang menyusul perbaikan fasilitas infrastruktur yang dilakukan oleh PT
Kereta Api Indonesia. Satu diantaranya adalah penambahan jalur ganda
atau double track yang mampu menambah jadwal keberangkatan dan kapasitas
penumpang.
Meski mengalami tren peningkatan, Suryamin mengatakan, jumlah
penumpang KA sendiri sempat tercatat menurun 1,25 persen pada media Juni
2015 dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 27,56 juta penumpang.
Penumpang kereta api secara kumulatif naik cukup drastis karena sudah
ada double track, tutur Suryamin dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (3/8).

Gambar 1.3 Jumlah Kereta api 2014/2015


Sumber: http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1417
Pada tabel di atas jumlah penumpang Kereta Api di pulau jawa mengalami
kenaikan jumalah penumpang setiap tahunnya terkecuali pada tahun 2012 yang
mengalamin penurunan jumlah penumpang, akan tetapi pada tahun 2013 jumlah
penumpang bertambah bahkan jumlah penumpang pada tahun 2013 lebih besar
dari pada tahun 2011. Di lihat dari pertumbuhan jumlah penumpang setiap

bulannya grafis jumlah penumpang dari tahun ke tahun mengalami naik turun
jumlah penumpang setiap bulannya
Perancangan disain baru Stasiun banjarnegara sangatlah penting dimana
mode transportasi sekarang menjadi salah satu transportasi pilihan utama
masyarakat di indonesia karena biaya yang murah dan nyaman sehingga
masyarakat banjarnegara bisa beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan umum,
dengan adanya kereta api dan stasiun yang memadai tidak hanya masyarakat
kabupaten banjarnegara saja yang merasa diuntungkan akan tetapi masyatrakat
luar kabupaten banjarnegara atau wisatawan yang akan datang ke banjanegara
juga akn menikmatinya karena akses yang mudah sehingga di harapkan
wisatawan yang datang akan bertambah hal ini bisa di lihat dalam dua tahun
terakhir jumlah wisatawan datang ke banjarnegara mengalami pertumbuhan
jumlah wisatawan dengan kebanyakan memilih dieng sebagai tempat tujuan
wisata.
1.3 Latar belakang masalah
Latar belakang masalah
Sebagai sebuah transportasi massal, yang mampu mengangkut penumpang
dan barang dalam jumlah banyak serta murah, kereta api menjadi salah satu
alternatif transportasi darat. Keberadaan stasiun merupakan bagian terpenting
sebagai termina pemberangkatan dan menurunkan penumpang, serta dalam proses
interaksi dan aktivitas bagi pengguna transportasi kereta api yang menunggu
jadwal keberangkatannya akan tetapi fasilitas atau ruang umum untuk para
pengunjung stasiun belum cukup memadai perlu sebuah ruang aktraktif dan
sirkulasi yang meamadai.
Dalam perencanaan stasiun kereta api diperlukan sebuah ruang yang
memadai untuk para pengunjung sehingga mampu memenuhi segala aktivitas
yang ada di stasiun dan sirkulasi yang efisien untuk pengunjung stasiun kereta api
1.4 Rumusan Masalah
1.4.1 Masalah Umum

Bagaimana merancang bangunan stasiun tipe B yang kontlekstual terhadap


lingkungan ?
1.4.2 Masalah Khusus
Bagaimana merancang Stasiun KA dengan Fasilitas Ruang Publik yang atraktif?
Bagaimanan merancang Sirkulasi yang efektif bagi pengguna stasiun?
1.5 Tujuan
Merancang Stasiun tipe B yang mampu memberikan ruang yang Efektif dan
atraktif kepada pengunjung stasiun dan meningkatkan jumlah wisatawan datng ke
banjarnegara
1.6 Sasaran
Merancang Stasiun Banjarnegara tipe B dengan pendekatan ruang pubik yang
atraktif dan sirkulasi yang efektif .
-

Ruang atraktif yang mampu memberikan kesan tidak membosankan


Sirkulasi yang efektif sehingga memudahkan parapengunjuang untuk
mengakses ke ruangan yang di tuju

1.7 Lingkup Pembahasan


1.7.1 Ruang lingkup substansial
Ruang lingkup perencanaan dan perancangan adalah stasiun tipe B dengan
pendekatan ruang atraktif dan sirkulasi efektif
1.7.2 Ruang lingkup special
Perencanaan stasiun banjarnegara tipe B terletak di kota banjarnegara tepatnya
di kelurahan semarang kidul
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pemulaan dalam penyusunan laporan yang mencangkup: latar
belakang, Rumusan masalah, tujuan dan sasaran, lingkup pebahasan, sistematika
penulisan,keaslian penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang pembahasan singkat mengenai teori umum berkaitan dengan
perkembangan arsitekturnya dan teori umum berkaitan dengan setasiun
BAB IV KONSEP
Pembahasan konsep dasar perencanaan dan perancangan, konsep bangunan
stasiun kereta api dengan pendekatan aksebsibilitas

BAB V PENUTUP
Kesimpulan mengenai rancangan desain
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambaran Stasiun Kereta Api
2.1.1 Definisi Kereta Api
Perkereta apian merupakan alat transpotasi yang bisa menampung jumlah
penumpang yang banyak dan perkereta apian biasa di definisikan sebagai berikut.
a. (Kereta Api) merupakan salah satu alat transportasi yang dapat
mengangkut

penumpang

dalam

jumlah

besar

(masal),

memiliki

kenyamanan keselamatan perjalanan yang lebih baik dan lebih sedikit


halangannya dibandingkan dengan transportasi lain.
b. KA adalah sarana angkutan yang terdiri atas lokomotif dan serangkaian
gerbong penumpang maupun barang yang berjalan diatas rel yang disusun
sesuai rencana. Lokomotif berarti yang menarik / menggerakkan rangkaian
gerbong. Ada 3 macam rangkaian lokomotif yaitu lokomotif uap yang
tenaganya berasal dari pembakaran air di ketel, lokomotif diesel yang
tenaganya berasal dari mesin tenaga diesel, dan lokomotif listrik yaitu
lokomotif dengan tenaga listri.
c. Kereta Api adalah tipe alat transportasi yang bersifat angkutan murah,
lebih sedikit dalam memakai energi, jangkauan operasionalnya meliputi
jarak dekat dan jarak jauh
d. KA adalah rangkaian gerbong yang dirangkaikan pada bagian belakang
lokomotif yang berfungsi sebagai tempat duduk penumpang (orang). KA
dibagi menjadi 3 kelas yaitu KA kelas eksekutif adalah Kereta Api yang
memakai AC (Air Conditioner) dengan jumlah tempat duduk terbatas
maksimal 52 tempat duduk pergerbong
e. KA adalah rangkaian gerbong yang dirangkaikan pada bagian belakang
lokomotif yang berfungsi sebagai tempat duduk penumpang (orang).
2.1.2Kereta Api di bagi mrnjadi tiga kelas yaitu:

1. KA kelas eksekutif adalah Kereta Api yang memakai AC (Air Conditioner)


dengan jumlah tempat duduk terbatas maksimal 52 tempat duduk
pergerbong
2. KA bisnis adalah Kereta api tanpa AC (Air Conditioner), tetapi memakai
kipas angin dengan jumlah tempat duduk maksismal 64 tempat duduk
pergerbong
3. KA ekonomi adalah Kereta Api yang memakai kipas angin dengan jumlah
tempat duduk maksimal 106 tempat duduk pergerbong.
2.1.3 Defini setasiun
Kereta api merupakan salah satu sarana transportasi darat yang vital bagi
masyarakat baik sebagai penghubung antar-kota maupun dalam kota. Dalam hal
ini, stasiun kereta api memiliki peran yang tak kalah penting dari fungsi kereta api
itu sendiri. Fungsi stasiun kereta api tidak hanya sebagai halte pemberhentian
belaka melainkan sebagai fasilitas transit atau tempat kegiatan datang dan pergi
para penumpang, sehingga bangunan stasiun menjadi sarana penting pada setiap
kota yang dilalui perjalanan kereta api.
Berdasarkan UU. No. 13 tahun 1992 tentang perkeretaapian, stasiun
merupakan tempat kereta api berangkat dan berhenti untuk melayani naik dan
turunnya penumpang dan/atau bongkar muat barang dan/atau untuk keperluan
operasi kereta api yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan
dan kegiatan penunjang stasiun serta sebagai tempat perpindahan intra dan
antarmoda transportasi
Stasiun kereta api sebagai prasarana transportasi yang mendukung
kelancaran sistem transportasi darat memiliki fungsi yang erat kaitannya dengan
faktor sosial dan ekonomi. Secara sosial stasiun menjadi fasilitas publik dimana
didalamnya berlangsung interaksi antar pengguna maupun penyedia jasa. Dilihat
dari sisi ekonomi, keberadaan stasiun kereta api mendukung program
kepariwisataan dimana stasiun memudahkan para pelancong mengunjungi suatu
daerah. Dengan menggunakan kereta api pengguna juga tidak akan merasakan
padatnya lalulintas seperti menggunakan bus maupun kendaraan pribadi sehingga
lebih dapat menghemat waktu dan biaya.

Stasiun kereta api sebagai prasarana transportasi yang mendukung


kelancaran sistem transportasi darat memiliki fungsi yang erat kaitannya dengan
faktor sosial dan ekonomi. Secara sosial stasiun menjadi fasilitas publik dimana
didalamnya berlangsung interaksi antar pengguna maupun penyedia jasa. Dilihat
dari sisi ekonomi, keberadaan stasiun kereta api mendukung program
kepariwisataan dimana stasiun memudahkan para pelancong mengunjungi suatu
daerah. Dengan menggunakan kereta api pengguna juga tidak akan merasakan
padatnya lalulintas seperti menggunakan bus maupun kendaraan pribadi sehingga
lebih dapat menghemat waktu dan biaya
2.1.4 Bangunan dan Fasilitas Pelengkap Stasiun Kereta Api
Stasiun Kereta api tidak dapat berfungsi sebagai mana mestinya jika tidak
didukung oleh bangunan dan fasilitas-fasilitas pelengkap lainnya. Untuk
kelancaran jasa angkutan kereta api, tidak hanya dibutuhkan kereta, gerbong,
lokomotif, dan prasarana jalan kereta api, tetapi lebih dari itu juga dibutuhkan
adanya kelengkapan-kelengkapan lain yang berguna untuk;
1. Memberi kesempatan kepada penumpang untuk naik dan turun kereta api
dengan mudah dan nyaman.
2. Bongkar dan muat barang serta mengirim dan menerima barang kiriman
3. Menyusun kereta dan gerbongnya menjadi satu rangkaian kereta api dan
menyimpan sementara kereta dan gerbongnya yang tidak dipakai
4. Memberi kesempatan untuk kereta api bersusulan dan bersimpangan
5. Fasilitas-fasilitas penunjang lainnya bagi kepentingan penumpang
A Bangunan
Bangunan pelengkap stasiun dapat berupa konstruksi permanen atau
konstruksi baja/ besi antara lain :
a. Menara Pengawas
Suatu bangunan menara yang fungsinya sebagai tempat untuk mengawasi
keadaan atau situasi track di emplasemen stasiun dan mengontrol dari
dalam bangunan setiap kereta api yang akan masuk ke stasiun dan yang
akan keluar/meninggalkan stasiun
b. Jembatan Pemutar (Turntable) Lokomotif

Suatu konstruksi dengan bentuk tertentu yang menyerupai track, namun


alat itu dapat memutar lokomotif hingga 180 sehingga arah lokomotif
berubah sesuai dengan kebutuhan
c. Fasilitas untuk Kontainer atau Angkutan Barang
Fasilitas berupa gudang-gudang penyimpanan untuk angkutan barang,
open storage dan CFS (Container Freight Station) untuk muatan peti
kemas dan tangki-tangki penyimpanan untuk muatan cair
B. Fasilitas Lengkap
Antara lain:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Telepon umum
Kantor pos dan giro, bank/ money changer
Kantin, tempat ibadah, tempat penitipan
Toilet
Papan route dan jadwal perjalanan kereta api
Pelat bergerigi pada lantai peron sebelah tepi, sebagai tanda batas

aman berdiri bagi tuna netra


g. Sistem pembelian serta pengontrolan karcis dengan mesin secara
otomatis
h. Crane untuk bongkar muat peti kemas atau angkutan barang lainnya
i. Suatu tempat di emplasemen stasiun untuk memperbaiki lokomotif
j. Kamera dan televisi yang berfungsi sebagai spion bagi masinis agar
dengan mudah dapat mengetahui apakah seluruh penumpang sudah
masuk ke dalam kereta api sehingga pintu kereta dapat di tutup dan
kereta segera berangkat.
k. Tiang pembatas sebagai tanda tempat kereta api berhenti, disesuaikan
dengan panjang/jumlah rangkaian kereta.
2.1.5 Ruang untuk Kegiatan Penunjang dan Jasa Pelayanan Khusus
Ruang ini adalah ruang yang diperuntukan bagi kegiatan-kegiatan
komersial yang secara langsung maupun tidak langsung menunjang kegiatan
penyelenggaraan jasa angkutan kereta api di stasiun. Ruang ini meliputi
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Ruang Pertokoan
Ruang Restoran,
Ruang Parkir Kendaraan,
Ruang Gudang
Ruang Penitipan Barang,
Ruang Bongkar Muat Barang,

g. Ruang ATM,
h. Ruang Reservasi Hotel dan Travel.
i. Ruang untuk Kegiatan Pokok
Ruang untuk kegiatan pokok adalah ruang yang diperuntukan bagi
kegiatan- kegiatan yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan jasa
angkutan kereta api di stasiun. Ruang untuk kegiatan pokok terbagi menjadi
dua bagian utama, yaitu:
a Ruang Petugas Operasional, yang meliputi:
a. Ruang Kepala Stasiun (KS), yaitu ruang yang diperuntukan bagi Kepala
Stasiun untuk menjalankan tugasnya dalam mengatur kegiatan pelayanan
yang ada di stasiun.
b. Ruang Wakil Kepala Stasiun (WKS), yaitu ruang dinas Wakil Kepala
Stasiun yang bertugas membantu tugas Kepala Stasiun.
c. Ruang Pemimpin Perjalanan Kereta API (PPKA), yaitu ruangan khusus
PPKA yang lokasinya harus memungkinkan bagi petugas untuk melihat
kedatangan kereta api dan terlihat oleh masinis, serta bisa melihat area
emplasemen di stasiun. Ruang ini harus memadai untuk penempatan
peralatan operasional yang diperlukan oleh PPKA.
d. Ruang Pengawas Peron (PAP), yaitu ruang pengawas petugas stasiun yang
berada pada posisi bisa melihat arah datangnya kereta dan seluruh
emplasemen yang fungsinya sebagai tempat untuk memberika layanan
informasi melalui pengeras suara kepada calon penumpang kereta api.
e. Ruang Keuangan, yaitu ruang yang mempunyai fungsi utama sebagai ruang
administrasi dan perbendaharaan stasiun.
f. Ruang Serbaguna, yaitu ruang yang disediakan untuk menunjang perasional
stasiun atau bisa dijadikan tempat untuk keperluan petugas.
g. Ruang Peralatan, yaitu ruang yang disediakan untuk menyimpanalatalat yang digunakan untuk keperluan stasiun misal alat kebersihan, dan
sebagainya.
h . Ruang UPT Kru KA, yaitu ruang yang disediakan bagi Kru KA yang

berdinas

untuk

kebutuhannya.

menggunakan

fasilitas

tersebut

sesuai

dengan

i. Ruang Istirahat Kru KA, yaitu ruang khusus istirahat yang dilengkapi
dengan fasilitas tempat tidur untuk kru KA yang akan atau selesai berdinas
sehingga kondisinya selalu dalam keadaan siap tugas.
j. Ruang Petugas Keamanan, yaitu ruang petugas keamanan stasiun yang
disediakan untuk tempat koordinasi dan administrasi petugas keamanan
termasuk tempat untuk istirahat petugas keamanan stasiun.
k. Ruang Petugas Kebersihan, yaitu ruang yang disediakan bagi petugas
kebersihan stasiun untuk menyiapkan dan melakukan tugasnya di stasiun.
b. Ruang Pelayanan dan Publik,meliputi:
1.

Ruang Hall

2.

Ruang Loket

3.

Ruang Pelayanan Informasi

4.

Ruang Tunggu VIP

5.

Ruang Tunggu Eksekutif

6.

Ruang Tunggu Umum

7.

Ruang Peron

8.

Ruang Pelayanan Kesehatan

9.

Ruang Toilet Umum

10.

Ruang Mushola

11.

Ruang untuk Ibu Menyusui

2.1.6 Instalasi Pendukung Bangunan


Perangkat dan instalasi pendukung bangunan stasiun merupakan alat dan
juga instalasi yang tersedia di stasiun sebagai sarana pendukung bangunan stasiun
agar pelayanan kepada pengguna bisa optimal sesuai dengan fungsinya. Perangkat
dan instalasi pendukung yang di maksud meliputi :
a. Perangkat Media Informasi
b. Media Informasi Berdasarkan Tujuan Pelayanan
c. Instalasi Mekanikal
d. Instalasi Elektrikal
e. Instalasi Air f. Furnitur
g. Instalasi dan Perangkat Pemadam Kebakaran
h. Perangkat Keamanan

Instalasi Elektrikal
instalasi listrik merupakan peralatan, komponen dan instalasi kelistrikan
yang berfungsi untuk mensuplai dan mendistribusi tenaga Iistrik dalam memenuhi
kebutuhan operasional stasiun dan kereta api.
2.1.7Sumber Energi Listrik PLN dan Genset
Stasiun harus mempunyai sumber energi listrik utama untuk operasional
alat-alat istrik yang didapat dari sumber listrik PLN. Jika terjadi padam aliran
listrik PLN, stasiun harus mempunyai cadangan sumber listrik yaitu dari genset.
Kriteria dalam penginstalasian genset harus memenuhi hal-hal berikut :

Menyesuaikan dengan daya terpasang/yang dibutuhkan.


Memiliki fondasi dan peredam getaran yang baik.
Tingkat kebisingan rendah, dianjurkan genset type silent.
Emisi gas buang rendah dan mudah dalam instalasi.
Mudah dalam perawatan, jasa serta lokasi servis tersedia.
Harga sesuai dengan kebutuhan daya terpasang.
Irit bahan bakar, mesin memiliki unjuk kerja yang baik.
Tahan korosi akibat udara lembab.
Dilengkapi dengan panel penunjuk dan sistem keamanan.
Rentang waktu servis yang panjang yang dihitung berdasarkan jamkerja.
Dilengkapi dengan peredam getaran akibat gempa bumi.
Dilengkapi alarm kebakaran, sensor temperatur oli, bahan bakar
2.1.8Peron Stasiun Kereta Api
Peron stasiun merupakan bagian dari stasiun kereta api. Hampir semua stasiun
untuk transportasi kereta api memiliki beberapa bentuk peron, dengan stasiun
yang lebih besar memiliki banyak peron. Secara teknis, istilah peron
sesungguhnya merujuk ke bagian fisik kawasan yang berkelanjutan dan mendatar.
Jadi suatu stasiun memungkinkan memiliki lebih dari 1 peron.
Bentuk dasar dari peron terdiri dari sebuah daerah pelataran yang biasanya
menghasilkan

perbedaan

yang

besar

cukup

tinggi

antara

peron

dan

lantai kereta/jalan rel. Peron yang lebih tradisional sering lebih rendah dari lantai
kereta, meskipun peron idealnya harus pada tingkat yang sama dengan lantai
kereta. Kadang-kadang peron berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada lantai
kereta. Ini mungkin terjadi ketika sebuah stasiun dibangun dengan tingkat lantai
tinggi namun jugamelayani kereta dengan tingkat lantai yang lebih rendah.
Fungsi Peron
Peron berfungsi sebagai tempat untuk aktifitas naik turun penumpang
kereta api yang terbagi menjadi 3 jenis, yaitu peron tinggi, peron sedang dan
peron rendah. Peron ditempatkan di tepi jalur kereta api (side platform) dan di
antara dua jalur (island platform).
Ukuran Teknis Peron.

Tabel 1.4 Ketinggian peron Menurut jenisnya


2.1.9Tipe Emplasemen
a. Emplasemen Stasiun/ Penumpang
Emplasemen

penumpang

yang

gunanya

untuk

memberi

kesempatan kepada penumpang untuk membeli karcis, menunggu


datangnya kereta api sampai naik ke kereta api melalui peron.
b. Emplasemen Barang

Khusus melayani pengiriman dan penerimaan barang dan letaknya


dekat dengan daerah industri, perniagaan, dan lalu lintas umum.
Sepur gudang dapat dibuat di satu sisi atau pada kedua sisi gudang dan di
dalam gudang satu sepur atau lebih.Untuk cadangan perluasan dan
ketentraman kota bisa dibuat di luar kota.
c. Emplasemen Langsir
Kereta Api barang dari semua jurusan yang menuju ke emplasemen
langsir

gerbong-gerbongnya

dipisah-pisahkan

dalam

kelompok-

kelompok menurut jurusan dan tempat tujuannya.


Letak emplasemen harus jauh dari pemukiman agar pekerjaan
melangsir gerbong tidak mengganggu ketertiban umum.
d. Emplasemen Penyusun/ Depo Kereta
Tempat untuk membersihkan, memeriksa, memperbaiki kerusakan
kecil dan melengkapi kereta-kereta kembali menjadi rangkaian kereta api
untuk disiapkan di sepur berangkat berangkat di emplasemen
penumpang pada saat kereta api mulai atau mengakhiri perjalanannya.
e. Emplasemen Depo Lokomotif
Untuk kebutuhan lokomotif-lokomotif yang menginap.Diperlukan
ditempat-tempat peralihan dari jalan dataran ke jalan pegunungan untuk
pergantian lokomotif dan di tempat-tempat yang harus melayani
lokomotif-lokomotif untuk keperluan di emplasemen langsir
f. Emplasemen Pelabuhan
Terdiri dari dua jurusan, yaitu dari daerah pedalaman ke pangkalan
sebaliknya. Kereta api barang yang datang dari pedalaman diceraikan di
emplasemen pelabuhan menurut kelompok-kelompok pembagi, kemudian
gerbong-gerbong dibawa ke kelompok pembagi masing-masing, dimana
dilakukan penyusunannya menurut pangkalan-pangkalan dan gudanggudang.

Menurut Bentuknya
Stasiun Siku-siku (kopstasion)
Gedung stasiunnya siku-siku pada sepur-sepur yang berakhir di situMaksud
pembuatan stasiun siku-siku supaya jalan rel dapat mencapai suatu daerah sampai
sedalam-dalamnya, misalnya daerah industri, perdagangan, dan pelabuhan.
Stasiun Paralel
Gedungnya sejajar dengan sepur-sepur.Pada stasiun pertemuan atau junction,
dapat pula gedung stasiunnya dibuat sebagai suatu kombinasi dari stasiun paralel
dan stasiun siku-siku.
Stasiun Pulau
Gedung stasiun Induk sejajar dengan sepur-sepur tetapi letaknya ada di tengahtengah antara sepur-sepur.
Stasiun Semenanjung
Gedung

stasiunnya

terletak

di

sudut

antara

dua

sepur

yang

bergandenganPenentuan luas ruang yang diperuntukan bagi kegiatan penunjang


dan jasa pelayanan khusus di stasiun disesuaikan dengan kebutuhannya
menyangkut jenis pelayanan, kapasitas dan utilitasnya serta tetap memenuhi
aspek-aspek aksesibilitas, keselamatan, keamanan dan kenyamanan.
2.2 Standar luas minimum ruang untuk kegiatan pokok stasiun
Tabel 4-1.Standar Luas Minimum Ruang untuk Kegiatan Pokok
di Stasiun
Ruang

Luas Ruangan
(m2)
BesarBerdasarkanKelas
Sedang
Kecil

Ruang KS

30

24

20

Ruang WKS

15

15

Ruang PPKA

25

18

18

Ruang PAP

Ruang Keuangan

20

16

Ruang Serbaguna

100

50

Ruang Peralatan

16

12

Ruang UPT Kru KA

24

Ruang Istirahat Kru KA

30

25

Ruang Petugas Keamanan

15

12

Ruang Petugas
Kebersihan
Ruang Hall

250

150

60

Ruang Loket

25

12

60

Ruang Pelayanan
Informasi
Ruang Tunggu VIP

15

12

90

Ruang Tunggu Eksekutif

75

60

Ruang Tunggu Umum

600

160

40

Ruang Layanan
Kesehatan
Ruang Toilet Umum

25

15

15

54

45

30

Ruang Mushola

49

30

20

Ruang Ibu Menyusui

15

10

Tabel 1.5 Standar luas minimum Ruang untuk kegiatan pokok di stasiun
2.2.1 Tinjauan Ruang Pelayanan

2.3 Aksebilitas
Difable berasal dari bahasa Inggris yaitu different yang artinya berbeda dan
abled atau ability yang artinya berkemampuan. Jadi, difable people dapat
diartikan orang yang memiliki kemampuan berbeda dari kebanyakn orang lain.
Secara istilah, difable people adalah setiap orang yang memiliki kelainan fisik dan
atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan hambatan bagi mereka
untuk melakukan kegiatan sebagai layaknya orang normal, (Kompas, Rabu 7 Juni
2000 dalam Darmawan, 2009)

Lambang/rambu penyandang cacat

Sedangkan aksesible berarti tingkat kemudahan untuk dapat menuju, mencapai,


memasuki, dan menggunakan secara mandiri tanpa merasa menjadi obyek belas
kasihan (object of charity). Untuk persyaratan teknis aksesibilitas yang mungkin
diterapkan dalam perancangan khususnya di Indonesia dapat dilihat pada
Keputusan Menteri PU No.468/KPTS/1998 tentang Persyaratan Aksesibilitas
Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
Azas-azaz
Ada beberapa azas dalam aksesibilitas yang harus diperhatikan, antara lain
(Darmawan, 2009):
-Kemudahan,
yaitu semua orang dapat mencapai semua tempat atau bangunan yang bersifat
umum dalam suatu lingkungan.
-Kegunaan,
yaitu setiap orang harus dapat mempergunakan semua tempat atau bengunan yang
bersifat umum dalam suatu lingkungan.
-Keselamatan,
yaitu setiap bangunan yang digunakan untuk umum dalam suatu lingkungan
terbangun, harus memperhatikan keselamatan bagi semua orang.
-Kemandirian,
yaitu setiap orang harus dapat mencapai, masuk, dan mempergunakan semua

tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan tanpa
membutuhkan bantuan orang lain.
2.3.1 ELEMEN BANGUNAN
Ukuran dasar ruangan
Ukuran dasar ruang diterapkan dengan mempertimbangkan fungsi bangunan.
Bangunan dengan fungsi yang memungkinkan digunakkan oleh orang banyak
secara sekaligus dan menggunakan ukuran dasar maksimum. Ukuran dasar
minimum dan maksimum yang digunakan dalam pedoman ini bersifat relatif
(ukurannya dapat ditambah atau dikurangi dari standar) sepanjang asas-asas
aksebilitas dapat tercapai.

Ukuran tubuh manusia dan kursi roda


Pintu
a. Pintu pagar ke tapak bangunan harus mudah dibuka dan ditutup oleh
penyandang cacat.
b. Pintu keluar/masuk utama memiliki lebar bukaan minimal 90 cm dan pintupintu yang kurang penting (seperti pintu toilet, pantry, gudang, dsb) memiliki
lebar bukaan minimal 80 cm
c. Di daerah sekitar pintu masuk sedapat mungkin dihindari adanya ramp atau
ketinggian lantai.
d. Jenis pintu yang penggunaannya tidak di anjurkan Pintu geser
- Pintu yang berat dan sulit untuk di buka/ditutup
- Pintu dengan dua daun pintu yang berukuran kecil.
- Pintu yang terbuka ke dua arah (dorong dan tarik)

- Pintu dengan bentuk pegangan yang sulit dioperasikan terutama bagi tunanetra.
e. Penggunaan pintu otomatis di utamakan yang peka terhadap bahaya kebakaran.
Pintu tersebut tidak boleh membuka sepenuhnya dalam waktu lebih kurang dari 5
detik dan cepat untuk menutup kembali.
f. Alat alat penutup pintu otomatis perlu dipasang agar pintu dapat menutup
dengan sempurna karena pintu yang terbuka sebagian dapat membahayakan
penyandang cacat
g. Hindari penggunaan bahan lantai yang licin di sekitar pintu
h. Plat tending yang diletakkan dibagian bawah pintu diperlukan bagi pengguna
kursi roda

Ramp
Ramp adalah jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan kemiringan tertentu
sebagai alternatif bagi orang yang tidak dapat menggunakan tangga/peyandang
cacat. Berikut ini adalah persyaratan keberadaan ramp
a Kemiringan suatu ramp di dalam bangunan tidak boleh melebihi 7 (sudut antara
garis kemiringan ramp dengan bidang horizontal). Perhitungan kemiringan
tersebut tidak termasuk awalan atau akhiran ramp (curb ramps landing). Awalan
dan akhiran ramp lebih landai lagi. Sedangkan kemiringan suatu ramp yang
berada di luar bangunan maksimum 6.
b. Panjang mendatar dari satu ramp (dengan kemiringan 7) tidak boleh lebih dari
900 cm. Panjang ramp dengan kemiringan yang lebih rendah dapat lebih panjang.
Jika panjang ramp melebihi ketentuan, maka setiap 9 m terdapat bordes sebagai
tempat istirahat sementara.
c. Bordes (muka datar) pada awalan atau akhiran dari suatu ramp harus bebas dan
datar sehingga memungkinkan untuk memutar kursi roda dengan ukuran
minimum 160 cm.

d. Lebar minimum dari ramp adalah 95 cm tanpa tepi pengaman dan 136 cm
dengan tepi pengaman. Untuk ramp yang digunakan sekaligus untuk pejalan kaki
dan pelayanan angkutan barang harus dipertimbangkan secara seksama lebarnya
sehingga bisa dipakai untuk kedua fungsi tersebut atau dilakukan pemisahan ramp
dengan fungsi yang berbeda-beda.
e. Permukaan datar awalan atau akhiran suatu ramp harus memiliki tekstur
sehingga tidak licin baik diwaktu hujan.
f. Lebar tepi pengaman ramp (low curb) adalah 10 cm dirancang untuk
menghalangi roda kursi roda agar tidak terperosok atau keluar dari jalur ramp.
Apabila berbatasan langsung dengan lalu lintas jalan umum atau persimpangan
harus dibuat sedemikian rupa agar tidak mengganggu jalan umum.
g. Ramp harus diterangi dengan pencahayaan yang cukup sehingga membantu
pencahayaan di waktu malam hari. Pencahayaan disediakan pada bagian bagian
ramp yang memiliki ketinggian terhadap muka tanah sekitarnya dan bagian bagian
yang membahayakan.
h. Ramp harus dilengkapi dengan pegangan rambatan (handrail) yang dijamin
kekuatannya denga ketinggian yang sesuai sebagai pegangan sewaktu tuna daksa
tidak bersama pemandu.
Tangga
a. Harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang berukuran seragam.
b. Harus memiliki kemiringan tangga kurang dari 60.
c. Tidak terdapat tanjakan yang berlubang yang dapat membahayakan pengguna
tangga.
d. Harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail) minimum pada salah satu
sisi tangga.
e. Pegangam rambat harus ditambah panjangnya pada bagian ujung-ujungnya
(bagian puncak dan bagian bawah tangga) dengan panjang 30 cm.
f. Pegangan rambat harus mudah di pegang dengan ketinggian 65 - 80 cm dari
lantai, bebas dari elemen konstruksi yang mengganggu dan bagian ujungnya harus
bulat atau dibelokkan dengan baik ke arah lantai, dinding, atau tiang.

g. Untuk tangga yang terletak di luar bangunan harus dirancang agar tidak ada air
hujan yang menggenang pada lantai.
Kamar Kecil
a. Toilet atau kamar kecil umum yang aksesibel harus dilengkapi dengan tampilan
rambu penyandang cacat pada bagian luarnya.
b. Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk
masuk dan keluar pengguna kursi roda.
c. Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna kursi
roda (45 50 cm).
d. Toilet atau kamar kecil umum harus dilengkapi dengan pegangan rambat
(handrail) dengan posisi dan ketinggian yang disesuaikan dengan pengguna kursi
roda dan penyandang cacat yang lain.
e. Pegangan disarankan berbentuk siku-siku mengarah ke atas untuk membantu
pergerakan pengguna kursi roda.
f. Letak kertas tisu, air, kran air, atau pancuran (shower) dan perlengkapan seperti
tempat sabun dan pengering tangan harus di pasang sedemikian rupa hingga
mudah digunakan oleh orang yang memiliki keterbatasan fisik serta bisa
dijangkau pengguna kursi roda.
g. Kran pengungkit sebaiknya dipasang pada wastafel.
h. Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin.
i. Pintu harus mudah dibuka untuk memudahkan pengguna kursi roda untuk
membuka dan menutupnya.
j. Kunci-kunci toilet atau grendel mudah dibuka dari luar jika terjadi kondisi
darurat.
k. Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada daerah pintu masuk,
dianjurkan untuk menyediakan tombol pencahayaan darurat (emergency light
button) guna mengantisipasi terjadinya pemadaman listrik.
Wastafel
a. Wastafel harus dipasang sedemikian sehingga tinggi permukaannya dan lebar
depannya dapat dimanfaatkan oleh pengguna kursi roda dengan baik.
b. Ruang gerak bebas yang cukup harus disediakan di depan wastafel.

c. Wastafel harus memiliki ruang gerak dibawahnya sehingga tidak menghalangi


lutut dan kaki pengguna kursi roda.
d. Pemasangan ketinggian cermin di perhitungkan terhadap pengguna kursi roda

Dimensi standar westafel bagi pengguna kursi roda

2.3.2 PERLENGKAPAN DAN PERALATAN KONTROL


Sistem alarm/peringatan
1. Harus tersedia peralatan peringatan yang terdiri dari sistem peringatan suara
(vocal alarms), sistem peringatan bergetar (vibrating alarms), dan berbagai
petunjuk serta penandaan untuk melarikan diri pada situasi darurat
2. Stop kontak harus dipasang dekat tempat tidur untuk mempermudah
pengoperasian sistem alarm.
3. Semua pengontrol peralatan listrik harus dapat dioperasikan dengan satu tangan
dan tidak memerlukan pegangan yang sangat kencang atau sampai dengan
memutar lengan.
Tombol dan stop kontak
Tombol dan stop kontak dipasang pada tempat yang posisi dan tingginya sesuai
dan mudah di jangkau oleh penyandang cacat.
Rambu
Penggunaan rambu terutama di butuhkan pada:
1. Arah dan tujuan jalur pedestrian.
2. KM/WC umum, telpon umum
3. Parkir khusus penyandang cacat

4. Nama fasilitas dan tempat


Persyaratan rambu yang di gunakan
1. Rambu huruf timbul atau huruf Braille yang dapat di baca oleh tunanetra dan
penyandang cacat lainnya.
2. Rambu yang berupa gambar dan simbol harus mudah dan cepat ditafsirkan
artinya.
3. Rambu yang ada berupa tanda dan simbol internasional.
4. Rambu menerapkan metode khusus (misal: perbedaan perkerasan tanah,warna
kontras, dll)
5. Karakter dan latar belakang rambu harus dibuat dari bahan yang tidak silau.
Karakter dan simbol harus kontras dengan latar belakangnya (bisa menggunana
permainan terang-gelap).
6. Proporsi huruf atau karakter pada rambu harus mempunyai rasio lebar dan
tinggi antara 3 :5 dan 1:1 serta ketebalan huruf antara 1 : 5 dan 1 : 10
7. Tinggi karakter huruf dan angka pada rambu harus diukur sesuai dengan jarak
pandang dari tempat rambu itu dibaca.
Lokasi penempatan rambu
1. Penempatan yang sesuai dan tepat serta bebas pandang tanpa penghalang.
2. Satu kesatuan sistem dengan lingkungan
3. Cukup mendapat pencahayaan, termasuk penambahan lampu pada kondisi
gelap.
4. Tidak mengganggu arus (pejalan kaki, pengendara kendaraan, dll) dan sirkulasi
(buka,tutup, dll). Jalur untuk Pejalan Kaki
1. Permukaan jalan harus stabil, kuat, tahan perubahan cuaca, bertekstur halus,
dan tidak licin. Apabila harus terjadi gundukan tingginya tidak lebih dari 1,25
cm. Bila menggunakan karpet maka ujungnya harus kencang dan mempunyai
trim yang permanen.
2. Kemiringan maksimum 7 dan pada setiap 9 m disarankan terdapat
pemberhentian untuk istirahat.
3. Area istirahat, terutama digunakan untuk membantu pengguna jalan
penyandang cacat

4. Pencahayaan berkisar antara 50-150 lux tergantung pada intensitas pemakaian,


tingkat bahaya, dan kebutuhan keamanan.
5. Perawatan dibutuhkan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan
6. Drainase dibuat tegak lurus dengan arah jalur dengan kedalaman maksimal 1,5
cm, mudah dibersihkan, dan perletakan lubang dijauhkan dari tepi ramp.
7. Ukuran lebar minimum jalur pedestrian adalah 136 cm untuk jalur satu arah dan
180 cm untuk jalur dua arah. Jalur pedestrian harus bebas dari pohon, tiang,
rambu-rambu, dan benda benda pelengkap jalan yang menghalang.
8. Tepi pengaman disiapkan bagi perhentian roda-kendaraan (kursi roda) dan
tongkat tuna-netra ke arah area yang berbahaya. Tepi pengaman di buat
setinggi minimum 10 cm dan lebar 15 cm sepanjang jalur pedestrian.

Sketsa kebutuhan lebar jalur sirkulasi


Sumber

http://rachmat-arsitektur.blogspot.co.id/2012/09/bangunan-aksesible-

untuk-difable.html
Tangga
Tangga merupakan fasilitas bagi pergerakan vertikal pada bangunan yang
dirancang dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Dimensi pijakan dan tanjakan harus berukuran seragam.
b. Tangga didesain dengan kemiringan maksimum 30.
c. Tidak terdapat tanjakan yang berlubang yang dapat membahayakan
pengguna

tangga.

e. Pegangan rambat harus mudah dipegang dengan ketinggian 65 80 cm dari


lantai, bebas dari elemen konstruksi yang mengganggu, dan bagian ujungnya
harus bulat atau dibelokan dengan baik ke arah lantai, dinding atau tiang.
f. Pegangan rambat harus ditambah panjangnya pada bagian ujungnyaujungnya
(puncak dan bagian bawah) dengan panjang minimal 30 cm.
g. Tangga yang ditempatkan di luar bangunan harus didesain sedemikian rupa s
ehingga tidak menyebabkan air tergenang pada lantai tangga.
h. Disediakan bordes pada setiapa tangga per lantai. Ukuran dan detail penerapan
standar dapat terlihat pada gambar-gambar sebagai berikut.

2.3.3 Area Parkir


Fasilitas parkir kendaraan di stasiun disediakan untuk berbagai jenis kendaraan
seperti mobil pribadi, taksi, bisdan sepeda motor. Selain aksesibel bagi berbagai
kendaraan tersebut, jalan di area parkir juga harus aksesibel bagi mobil pemadam
kebakaran, truk pengangkut peralatan dan truk pengangkut sampah.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mendesain tempat parkir adalah sebagai
berikut:
a. Ukuran

tempat

parkir

harus

disesuaikan

dengan

ukuran

jenis

kendaraannya. Ukuran mobil pribadi dan ukuran tempat parkirnya dapat


dilihat pada
b. Desain layout parkir disesuaikan dengan ketersediaan lahan dan kapasitas
parkir yang dibutuhkan. Beberapa tipikal desain layout parkir untuk
kendaraan pribadi dapat dilihat pada
c. Area parkir harus dilengkapi penunjuk arah, rambu lalu-lintas dan marka
jalan yang dibutuhkan, seperti penunjuk arah menuju hall stasiun, marka
jalan penunjuk arah jalur kendaraan, rambu dilarang parkir di
tempattempat tertentu dan rambu-rambu penunjuk atau larangan berbelok.
Rambu dan marka jalan mengikuti standar yang dipakai oleh Departemen
Perhubungan.
d. Pintu gerbang masuk area parkir harus dipisahkan dengan pintu gerbang
keluar agar tidak terjadi perpotongan sirkulasi arus kendaraan.
e. Area parkir harus dilengkapi dengan lampu penerangan yang memadai.

f. Garis pembatas parkir menggunakan warna putih atau kuning dengan lebar
12 20 cm yang terletak di samping dan di depan kendaraan.
g. Posisi mobil satu sama lain dibatasi oleh palang yang tingginya sekitar 10
cm seperti yang terlihat pada. Pembatas ini berfungsi menghentikan roda
mobil agar tidak berbenturan dengan mobil lain yang berada di
belakangnya.Penempatan

tempat

parkir

di

depan

dinding

dapat

menggunakan papan bantalan dengan bahan karet pada dinding di


belakang mobil.
h. Tempat parkir dapat disesuaikan dengan lingkungan tanpa mengurangi
fungsinya. Sesuai dengan kontur alami, tempat parkir dapat dibuat lebih
rendah dilengkapi dengan penghijauan pada atapnya seperti. Penghijauan
ini tidak hanya menambah keindahan, melainkan juga untuk penyerapan
debu dan memperbaiki kehidupan ekologi.
i. Area parkir di ruang terbuka hendaknya dilengkapi dengan koridor beratap
bagi pejalan kaki menuju pintu utama bangunan stasiun. Ramp diperlukan
untuk mengatasi perbedaan tinggi lantai parkir dengan lantai koridor
sehingga aksesibel bagi pengguna kursi roda dan pengguna alat bantu
angkut barang yang beroda.

2.4 Ruang Publik yang atraktif


Ruang publik atraktif adalah suatu tempat yang biasa di gunakan untuk
melakukan segala aktifitas bermain,bersantai dan bersosialisasi dengan adanya
ruang publik yang atraktif maka akan menciptakan sebuah ruang yang membuat
kesan menyenangkan seperti berikut

Gambar Taman PasoBandung


https://www.google.co.id/search?q=ruang+publik+atraktif+di+bandung&espv
Taman pasopati merupakan salah satu taman atraktif yang dibuat di bawah
jembatan layang, ide pembuatan taman ini ialah memanfaatkan ruang yang
berpotensi kumuh menjadi suatu ruang yang bisa di gunakan sebagai sarana
bersosialisai dan interaksi sosial.

Gambar Taman film di bandung


https://www.google.co.id/search?q=ruang+publik+atraktif+di+bandung
Hampir sama denagan taman pasopati yang di bangun di bawah jembatan
layang taman film juga berada di bawah jembatan layang,di buatanya taman ini
bertujuan untuk masyarakat menikmati pertujukan film dengan fasilitas layar
LCD raksasa.

Tabel perbandingan
Kesimpulan yang ada di atas yaitu ruang aktraktif merupakan sebuah
ruang yang mampu memberikan daya tarik kepada orang untuk datang berkunjung
2.4.1 Sirkulasi yang Efektif
Sirkulasi merupaka peredara atau suatu penghubung atara ruang satu
dengan yang lainnya dan yang di maksud dengan sirkulasi efektif yaitu sirkulasi
yang meminimalkan suatu sirkulasi yang di angkap tidak perlu sehingga orang
tidah mudah meng akses ke segala ruangan.
2.5 Studi kasus stasiun Kereta Api.
Stasiun Sukabumi (SI) merupakan stasiun kereta api kelas I yang terletak
di Gunungparang, Cikole, Sukabumi, Jawa Barat. Stasiun yang beralamat di Jl.
Stasiun Barat No. 2 ini berada pada ketinggian +583 m. Stasiun ini adalah stasiun
yang paling selatan di Daerah Operasi I Jakarta. Stasiun ini dibuka pada
tahun 1882. Stasiun ini dahulu mempunyai 5 jalur, namun tinggal 3 jalur yang
masih aktif. Jalur 1 biasanya digunakan untuk Kereta api Pangrango. Jalur 2
biasanya digunakan untuk Kereta api Siliwangi. Sedangkan jalur 3 adalah sepur
simpan. Selain itu, stasiun ini dahulu mempunyai dipo lokomotif dan turntable.
Dipo lokomotfnya sudah dibongkar dan tinggal turntable yang masih tersisa.
Sayangnya jembatan putarnya juga sudah tak dipakai lagi karena PT KAI saat ini
mengoperasikan lokomotif CC206, lokomotif yang mempunyai 2 kabin sehingga
tak usah diputar lagi..

Gambar Stasiun Suka Bumi


Sumber: https://www.google.co.id/search?q=stasiun+sukabumi&espv
Stasiun ini merupakan setasiun tipe B dengan memiliki 5 jalur di dalam
bangunan terdapat fasilitas pokok seperti
1.

Ruang Hall

2.

Ruang Loket

3.

Ruang Pelayanan Informasi

4.

Ruang Tunggu Eksekutif

5.

Ruang Tunggu Umum

6.

Ruang Peron

7.

Ruang Pelayanan Kesehatan

8.

Ruang Toilet Umum

9.

Ruang Mushola

10. Ruang Kantor KS


11. Ruang kator wakil KS

Gambar Denah Stasiun Sukabumi


Sumber:
Stasiun sukabumi hampir sama dengan stasiun lain yang ada di indonesia dari
sirkulasinya.
Keberangkatan
Dari zona satu parkir kendaraan masuk ke hall zona dua dan langsung ke zona
tigab untuk menunggu kereta api datang
Kedatangan
Dari zona tiga yaitu peron langsung keluar melalui jalur sirkulasi ke zona satu
Stasiun kiaracondong (bandung
Kiaracondong adalah stasiun kereta api kelas besar kedua di Kota
Bandung, tepatnya di batas antara Kelurahan Babakansari dan Kelurahan
Kebonjayanti. Stasiun yang terletak pada ketinggian +681 meter ini termasuk
dalam Daerah Operasi II Bandung. Dahulu seluruh kereta api, mulai dari kelas
eksekutif sampai ekonomi, dilayani di Stasiun Bandung. Peningkatan jadwal
pemberangkatan di Stasiun Bandung menjadi alasan semua keberangkatan kereta
api kelas ekonomi jarak jauh dan menengah dipindahkan ke Stasiun
Kiaracondong.
Stasiun Kiaracondong saat ini menjadi titik ujung timur jalur rel ganda kawasan
Bandung Raya (Padalarang-Cicalengka). Stasiun ini memiliki tujuh jalur dengan
jalur 3 sebagai sepur lurus untuk jalur tunggal dan juga jalur ganda arah hulu (ke
arah Bandung/Padalarang) serta jalur 2 sebagai sepur lurus untuk jalur ganda arah
hilir (dari arah Bandung/Padalarang).

Saat ini, kereta kelas bisnis dan campuran juga berhenti di stasiun ini untuk
menaikturunkan penumpang, baik dalam perjalanan dari maupun ke Bandung.
Kebijakan ini menjadikan stasiun ini sebagai titik penurunan dan penaikan
penumpang kedua seperti Stasiun Jatinegara di Jakarta.
Kereta api yang melintas langsung/tidak berhenti di stasiun ini adalah KA Argo
Wilis, Turangga, dan angkutan barang.

Gambar
Sumber
KIARACONDONG adalah salah satu kawasan yang padat lalu lintasnya
di Kota Bandung. Apalagi sebelum jalan layang dibangun di sana, nyaris setiap
waktu tepat di rel kereta api selalu terjadi kemacetan. Rel yang dekat dengan
Stasiun Kiaracondong itu kerap dijadikan langsir oleh kereta api. Langsir adalah
mengatur sambil menggandeng-gandengkan gerbong kereta api.
Stasiun Kiaracondong adalah stasiun kedua terbesar kedua di Kota
bandung. Keseluruhan lahan stasiun ini mencapai 232.500 m2, dengan luas
bangunan 622,50 m2. Sedangkan jumlah rata-rata penumpang per harinya
mencapai 5.713 orang.

Fasilitas Stasiun kiaracondong

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Telepon umum
Kantor pos dan giro, bank/ money changer
Kantin, tempat ibadah, tempat penitipan
Toilet
Papan route dan jadwal perjalanan kereta api
Pelat bergerigi pada lantai peron sebelah tepi, sebagai tanda batas

aman berdiri bagi tuna netra


g. Sistem pembelian serta pengontrolan karcis dengan mesin secara
otomatis
h. Crane untuk bongkar muat peti kemas atau angkutan barang lainnya
i. Suatu tempat di emplasemen stasiun untuk memperbaiki lokomotif
j. Kamera dan televisi yang berfungsi sebagai spion bagi masinis agar
dengan mudah dapat mengetahui apakah seluruh penumpang sudah
masuk ke dalam kereta api sehingga pintu kereta dapat di tutup dan
kereta segera berangkat.
k. Tiang pembatas sebagai tanda tempat kereta api berhenti, disesuaikan
dengan panjang/jumlah rangkaian kereta.

BAB III
METODE PERANCANGAN
Kajian yang di pergunakan dalam metode perancangan stasiun tipe B di
Kabupaten Banjarnegara,di uraikan dari beberapa tahap sebagai berikuta:
3.1 PROSES PENCARIAN IDE
Proses pencarian ide yang di gunakan dalam metode perancangan stasiun
banjarnegara tipe B di Kabupaten Banjarnegara di jelaskan sebagai berikut
a. Pencarian ide atau gagasan dengan menyesuaikan data yang berada di
Kabupaten banjarnegar tentang jumlah penduduk yang meningkat dan
sektor pariwisata yang setiap tahunnya mengalami peningkatan jumlah
wisatawan yang datang ke banjarnegara
b. Kepastian pengambilan ide perancangan melalu surve informasi mengenai
data arsitektural maupun non arsitektural dari berbagai sumber, dinas
yang bersangkutan maupun media
c. Dari pemikiran ide yang menyangkut persoalan perancangan setelah di
dapatkan kemudian di masukan dalam makalah
3.2 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Data yang di analisis untuk perancangan Stasiun Kabupaten Banjarnegar
tipe B kemudian di kumpulkan.berikut tahapannya:
a. Data Data yang di dapat dari dinas terkait dan dari sejumlah media di
kumpulkan dan di pelajari satu persatu
b. Mencarai inti data yang di perlukan dalam perancangan stasiun Kabupaten
Banjarnegara tipe B
c. Melakukan penelitian secara langsung di stasiun kereta api tipe A dan B
d. Mengumpulkan segala persoalan masalah yang ada di stasiun kereta api
3.1

ANALISA

AKTIVITAS

ASPEK

ASPEK

BANGUNAN

DAN

LINGKUNGAN
Metode yang di lakukan melalui analisis fungsional dengan menentukan
ruang ruang-ruang yang di butuhkan dalam perancangan stasiun tipe B kelompok

pengguna

merupakan suatu hal yang paling penting dalam melakukan

perencanaan sebuah ruang karna dengan mengetahui segala aktifitas dan jumlah
pengguna nantinya baru di temukan kebutuhan ruang yang diperlukan oleh
bangunan yang akan di rancang dan kekurangan atau dan dampak yang terjadi
dalam perencanaan nantinya,diperlukan analisis terhadap faktor lingkungan
setempat.
Metode yang di gunakan adalah metode penerjemahan sirkulas dimana
sebuah sirkulasi sangatlah penting dalam melakukan sebuah perencanaan stasiun
karna dengan adanya penenmpatan sirkulasi yang baik dapat memberi
kenyamanan dan keamanan bagi pengunjung maupun ruang-ruang yang berada di
di dalam bangunan setasiun.
3.2 ANALISIS TAPAK DAN LINGKUNGAN
Analisis tapak diperlukan guna mendapat data-data tentang lokasi tapak
yangberada pada kawasan stasiun Kroya analis meliputi kodisi tapak,aspek utilitas
tata ruang lua,aspek utilitas, serta kedudukannya dan hubungan yaitu
menggambakan keadaan eksisting dari tapak guna membantu menyelesaikan
dengan konteks kawasan disekitarnya.
3.3 METODE SINTESA
Langkah setelah tahapan analisis di atas adalah mrlakukan sintesa atau
menyimoulkan kesimpulan yang didapat kemudian di jabarkandalam bentuk
konsep- konsep pendukung dan konsep utama dalam bentuk verbal dan grafis.

3.4 METODE

Anda mungkin juga menyukai