TUGAS AKHIR
DISUSUN OLEH
ARRAHMANZA AMILIUS
24-2003-056
Oleh:
ARRAHMANZA AMILIUS
24-2003-056
Diajukan pada
Sidang Ujian Sarjana
Tanggal ............................
SARI
Jalur rel kereta api Banjar Cijulang yang telah rusak adalah sebuah aset
prasarana daerah yang berpotensi wisata yang perlu difungsikan kembali.
Pengembangan yang diisukan dengan dikaitkan pada pengembangan wisata kereta
api. Pemerintah belum pernah melakukan penelitian khusus untuk mengkaitkan
pembangunan kembali ruas rel kereta api dengan pengembangan wisata kereta api.
Ruas rel kereta BanjarCijulang bila akan dikembangkan menjadi wisata
kereta api, memerlukan pengkajian terhadap modal kepariwisataan serta pengkajian
terhadap langkah pengembangan yang sesuai dengan pola penyajian yang
diinginkan secara bertahap, efektif dan efisien pada fungsi objek wisata kereta api.
Berdasarkan permasalahan tersebut diatas tujuan dari studi ini adalah
memilih prioritas lokasi pengembangan wisata kereta api (railway tour) di ruas rel
Banjar-Cijulang di Kabupaten Ciamis, dengan sasaran sebagai berikut :
1. Identifikasi variabel penilaian obyek dan daya tarik wisata dalam
pengembangan wisata kereta api.
2. Menganalisis potensi kepariwisataan ruas rel Banjar Cijulang
3. Menentukan prioritas lokasi pengembangan wisata kereta api di ruas rel
Banjar Cijulang.
Proses penelitian melakukan penilaian terhadap komponen pariwisata ruas rel
dari sisi sediaan berdasarkan data primer dan sekunder. Komponen dan variabel
pariwisata yang dinilai, diidentifikasi lebih dahulu sebelum dilakukan penilaian dan
pembobotan.
Studi ini menggunakan variabel pariwisata sebagai kriteria penilaian yang
relatif dan menggunakan parameter penilaian yang bersifat kualitatif dengan
dimensi yang berbeda-beda. Alat bantu statistik yang digunakan untuk penilaian
adalah Successive Interval Method (SIM) dengan pembobotan memakai perhitungan
dalam proses analisis hirarki. Hasil Analisis berupa ruas rel prioritas dengan
jumlah nilai wisata yang terbesar, selanjutnya ruas rel terpilih tersebut dikaji
kembali untuk menentukan ruas rel yang paling mendapat prioritas untuk paket
perjalanan wisata kereta api.
Kesimpulan studi ini adalah terpilihnya 6 ruas rel yang berpotensi untuk
pengembangan wisata kereta api dan 2 ruas rel paket perjalanan wisata kereta.
Ruas rel dan paket perjalanan yang terpilih untuk pengembangan wisata kereta api
di ruas rel Banjar Cijulang ini, direkomendasikan untuk dikembangkan ke arah
pengembangan wisata kereta api dengan daya tarik utama panorama alami dan
pemanfaatan nilai historis ruas rel Banjar Cijulang.
i
SENARAI ISI
SARI.............................................................................................................................. i
SENARAI ISI .............................................................................................................. ii
SENARAI TABEL .................................................................................................... iv
SENARAI GAMBAR ................................................................................................. v
BAB 1 DASAR-DASAR PENYUSUNAN PENGEMBANGAN WISATA
KERETA API ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Studi ............................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah.............................................................................. 2
1.3 Tujuan dan Sasaran............................................................................... 4
1.4 Lingkup Studi Penelitian ...................................................................... 4
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ............................................ 4
1.4.2 Ruang Lingkup Substansi ........................................................... 5
1.5 Tinjauan Pustaka .................................................................................. 5
1.5.1 Pengertian-pengertian Kepariwisataan ....................................... 5
1.5.2 Wisata Kereta Api....................................................................... 8
1.5.3 Sistem Pariwisata dan Pengembangannya ................................ 11
1.5.4 Sediaan Pariwisata dan Komponennya ..................................... 12
1.6 Metode Pendekatan ............................................................................ 16
1.7 Sistematika Pembahasan ................................................................... 20
ii
Penilaian.................................................................................... 56
3.2.4 Penentuan Skala Pengukuran .................................................... 58
3.2.5 Alat Bantu Analisis ................................................................... 59
3.3 Langkah Perhitungan Nilai Wisata..................................................... 60
3.4 Perhitungan Nilai Wisata dan Analisis Prioritas Pengembangan
Wisata ................................................................................................. 62
3.4.1 Penilaian Wisata terhadap Perhentian....................................... 62
3.4.2 Penilaian Wisata terhadap Ruas Rel ......................................... 64
3.4.3 Penilaian Keseluruhan terhadap Ruas Rel ................................ 66
BAB 4 PRIORITAS PENGEMBANGAN RUAS REL KERETA API UNTUK
WISATA KERETA API.............................................................................. 67
4.1 Kesimpulan......................................................................................... 67
4.2 Rekomendasi ...................................................................................... 70
4.3 Catatan Studi ...................................................................................... 77
4.4 Saran Studi Lanjutan .......................................................................... 77
iii
SENARAI TABEL
iv
Tabel 3.16 Prioritas Pengembangan untuk Penilaian Wisata Keseluruhan
Ruas......................................................... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.1 Prioritas Pengembangan Ruas Rel Kereta Api di Ruas Rel
Banjar Cijulang untuk Wisata Kereta Api ........................................... 68
Tabel 4.2 Kebutuhan Pengembangan Ruas-Ruas Rel Kereta Api di Ruas
Rel Banjar Cijulang untuk Wisata Kereta Api ..................................... 72
v
SENARAI GAMBAR
vi
BAB 1
DASAR-DASAR PENYUSUNAN PENGEMBANGAN WISATA KERETA API
1
2
objek wisata. Isu tersebut dibahas pada salah satu artikel berita perihal pariwisata
yang dimuat di H.U.Pikiran Rakyat pada tanggal 28 Juli 2002, berikut kutipannya:
.rel kereta tersebut (Banjar-Cijulang) perlu dihidupkan kembali
karena akan menjadi daya dukung pariwisata, para pelancong yang
akan berkunjung ke Pangandaran akan memiliki nilai tambah dengan
nuansa yang berbeda ketimbang melalui jalan raya yang sempit, meliuk-
liuk dan banyak tikungan tajam.. banyak bus panjang lewat disana
sehingga terkesan sudah tidak layak lagi di jalur menuju daerah tujuan
wisata Pangandaran dan tujuan wisata lainnya di belahan Ciamis
Selatan.. Untuk menghidupkan kembali pengoperasian kereta api
Banjar-Pangandaran kami (Pemda Ciamis) akan menghubungi juga
kedutaan Belanda karena (jalur KA ini) memiliki kaitan historis dengan
perjalanan waktu masa lampau
Pengembangan kembali rel kereta ini mengalami beberapa masalah fisik dan
permodalan. Rel kereta BanjarCijulang sudah tidak beroperasi lagi sejak 1982 dan
mengalami kerusakan berat sehingga memerlukan modal yang tidak sedikit untuk
rehabilitasinya. Oleh karena itu, Bappeda Ciamis mengusulkan pembangunan
kembali ruas rel kereta ini dengan mengkaitkan pembangunannya dengan pariwisata,
dengan dasar pertimbangan potensi besar yang dimiliki Kabupaten Ciamis pada
bidang pariwisata (Pengembangan Program Unggulan di Kabupaten Ciamis;
PemKab Ciamis, 2001:19-21). Pembangunan kembali rel kereta tersebut dikaitkan
dengan pariwisata melalui pengembangan wisata kereta api yaitu wisata perjalanan
dengan moda kereta api sekaligus sebagai salah satu daya tariknya selain daya tarik
alami dan buatan lainnya.
kereta api ?, Bagaimana dan Apa yang sebaiknya dimanfaatkan sehingga perjalanan
akan senantiasa menarik ? Pertanyaan tersebut pada intinya adalah pertanyaan yang
berkaitan dengan kebutuhan pengkajian modal kepariwisataan, hal inilah yang ingin
dikaji oleh penulis.
Dari perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, disusun tujuan dari
studi yang akan dilakukan, yaitu:
Menentukan prioritas pengembangan ruas rel kereta api di ruas rel Banjar-
Cijulang di Kabupaten Ciamis untuk pengembangan wisata kereta api
(railway tour).
Lingkup penelitian dibagi menjadi dua, yaitu lingkup wilayah dan substansi.
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah Penelitian
Lingkup wilayah studi utama yang akan dibahas pada penelitian ini adalah:
Ruas rel kereta api yang terbentang dari Stasiun Banjar sampai dengan Stasiun
Cijulang beserta bangunan-bangunan pendukungnya. Selain itu karena wisata kereta
api dipengaruhi oleh karakteristik wisata wilayah yang dilewatinya, maka wilayah
yang berpengaruh pula dalam penelitian ini adalah Kabupaten Ciamis terutama
Kecamatan-yang dilewati oleh ruas rel kereta api Banjar - Cijulang yaitu :
1. Kecamatan Banjar
2. Kecamatan Pamarican
3. Kecamatan Banjarsari
5
4. Kecamatan Padaherang
5. Kecamatan Kalipucang
6. Kecamatan Pangandaran
7. Kecamatan Parigi
8. Kecamatan Cijulang
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Gambar 1.1 Orientasi Wilayah Studi.
Bagian ini berisi uraian kajian teoritis dan normatif tentang pengembangan
pariwisata umum. Pembahasan akan dimulai dengan uraian sistem kepariwisataan
umum yang banyak dipakai pada saat ini termasuk definisi pariwisata, uraian
komponen pariwisata umum beserta unsur-unsurnya (variabel).
Kabupaten Kuningan
Panjalu
Panawangan
Panumbangan
Rajadesa
Kawali
Jatinegara
Rancah
Cihaurbeuti Tambaksari
Sadananya
Cipaku
Sukadana h
ga
en
Cikoneng aT
e Jaw
k
Cijeungjing
Ciamis Cisaga
Purwaharja
Langensari
Cimaragas Pataruman
7 28' LS
Banjar
Lakbok
Banjarsari
Langkaplancar
Padaherang
Cigugur
Pangandaran
Kalipucang
Parigi
Cijulang
7 51' LS
Cimerak
SAMUDERA INDONESIA
KABUPATEN CIAMIS
GAMBAR 1.1
LEGENDA :
BATAS PROPINSI JALAN ASPAL PETA ORIENTASI WILAYAH STUDI
Pariwisata adalah suatu perpindahan, peralihan tempat atau lalu lintas orang,
di tempat asing selain tempat kerja atau tempat tinggal mereka yang biasa, yang
mempunyai rentang waktu sementara atau dalam jangka waktu pendek; beserta
segala kegiatan yang mereka kerjakan di tempat asing tersebut. Dengan maksud
memperoleh pelayanan dan menggunakan fasilitas pelayanan kebutuhan yang ada
dari lembaga-lembaga yang menyediakannya. (Rangkuman dari: Burkart & Medlik
1987:5; Mathieson & Wall, 1982).
Organisasi Pariwisata Dunia (WTO) mendefinisikan sebagai sesuatu yang
mencakup kegiatan dari seseorang (atau kelompok) yang bepergian ke dan tinggal
di suatu tempat diluar lingkungan mereka yang biasanya untuk (masa tinggal) tidak
lebih dari satu tahun untuk (tujuan/ dengan motif) berlibur/bersantai (leisure), bisnis
dan tujuan lainnya terminologi diluar lingkungan dipakai untuk mencakupkan
perjalanan di dalam daerah sendiri (daerah yang biasanya) dan perjalanan yang
8
sering (frequent) dan kontinu (regular) di dalam domisili dan tempat kerja serta
perjalanan masyarakat yang rutin lainnya
Berdasarkan UU.RI No. 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan, pengertian
pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk
pengusahaan obyek dan daya tarik wisata, serta usaha-usaha yang terkait dengan
bidang tersebut. Berdasarkan pengertian ini maka pariwisata pada dasarnya
mengandung 5 (lima) unsur yaitu :
1. Unsur manusia (wisatawan)
2. Kegiatan (perjalanan)
3. Motivasi (menikmati)
4. Sasaran (obyek dan daya tarik wisata)
5. Usaha (jasa pariwisata)
Sehingga dapat disimpulkan pariwisata merupakan suatu perjalanan yang
dilakukan oleh individu maupun secara kelompok, secara sukarela dan bersifat
sementara dari suatu tempat ke tempat lain untuk rekreasi menikmati obyek dan daya
tarik wisata serta tidak bermaksud mencari nafkah di daerah yang dikunjungi serta
mendapat pelayanan dari usaha jasa pariwisata.
Wisata kereta api atau sering disebut juga railroad/railway touring atau
railroad /railway excursions atau scenic railroad tour, bila mengikuti cara klasifikasi
yang dikonsepkan oleh Oka A.Yoeti termasuk dalam pengklasifikasian wisata
menurut moda pengangkutan kendaraan yang dipakai. Wisata ini termasuk wisata
berjenis rekreasi touring (tamasya), contoh : bus city touring, bedanya, wisata ini
menggunakan moda kereta api dan dalam studi ini, berlokasi non urban. Wisata
Kereta Api adalah wisata luar ruangan (outdoor) yang sekaligus dalam ruangan
(Indoor) karena kegiatan dapat saja diadakan di dalam gedung, gerbong, atau
lapangan, pantai dan tempat lain yang disinggahi, sesuai dengan atraksi yang telah
dikemas.
Wisata perjalanan ini menggunakan moda kereta api sebagai transportasi
khusus (karena penumpang datang dengan maksud berwisata) sekaligus sebagai
salah satu daya tariknya selain daya tarik alami dan buatan lainnya.
9
Kereta api mulai berkembang di abad ke-19 di Inggris, dari awalnya kereta
hanya ditarik dengan kuda hingga penemuan lokomotif yang membuat kereta diatas
rel dihubungkan dengan lokomotif tersebut, perkembangan kereta api mengangkut
penumpang ditandai dengan dibukanya jalan kereta api antara Manchester dan
Liverpool pada tahun 1830.
Perkembangan kereta api merupakan suatu prestasi manifestasi yang sangat
luar biasa ketika itu, karena mempunyai berbagai kelebihan yakni perjalanan lebih
cepat, dengan daya angkut yang jauh lebih besar,sejalan dengan itu biaya perjalanan
kereta api relatif menjadi lebih murah (karena ditanggung secara kolektif) dan aman
(ketika itu biasanya kereta dikawal).
Kereta api menandai permulaan kelahiran wisata komersial (Soekadijo R.G.
2000:147), dan menjadi perjalanan paket wisata yang pertama yang diatur oleh
pengelolanya sendiri. Menjelang pertengahan abad ke-19 pembangunan fasilitas
kereta api terjadi dimana-mana, terutama di Amerika. Perkembangan tersebut
berjalan terus sampai dengan awal tahun tigapuluhan, sejak itu angkutan jalan raya
mulai menyaingi kereta api.
Sarana kereta api berkembang dari generasi ke generasi, dari gerbong bak
truk sampai dengan gerbong mewah dan bahkan super mewah, dari hanya berfungsi
mengangkut penumpang sampai kemudian bertambah pelayanannya seperti restorasi
dan kompartemen untuk tidur dalam perjalanan jauh. Paket-paket perjalanan pun
variatif seperti salah satu perjalanan kereta api wisata yang termahsyur yaitu Orient
Express (paket perjalanan mewah) yang masih bertahan hingga sekarang baik di
Amerika Eropa ataupun di Asia (Eastern Orient Express) dan masih ada peminatnya
walau pun tak mungkin mencapai gengsinya kembali.
Pelancong (traveler) di dunia cenderung secara khusus memilih kereta api,
karena catatan sejarah keamanannya yang tak dapat tertandingi dan kemudahan serta
kenyamanan untuk menikmati pemandangan (sightseeing) dari gerbong fasilitas
lengkap dan nyaman merupakan gambaran yang menarik bagi wisatawan. Jadwal
yang rutin dan teratur apalagi dari beberapa kereta menyediakan pelayanan dengan
pramugari, menggoda para pelancong. Dukungan sarana angkutan lain untuk
mengantarkan para wisatawan ke tempat penginapan, rumah makan, tempat-tempat
di dalam kota (dan mungkin tempat wisata) dari dan ke stasiun kereta api, harus
dilayani secara rutin dan cukup sering. Selain itu bagi penyedia sarana transportasi
10
yang lainnya harus pula mengingat bahwa pengunjung diharuskan pula untuk sampai
tepat waktu di stasiun karena jadwal kereta api hampir selalu tetap (terkecuali kereta
api sewaan) (McIntosh 1995:281).
Kereta Api wisata diperkirakan akan bertahan pada trayek-trayek yang
mempunyai pemandangan indah, seperti KA Zephyr di California. Keindahan
buatan pun dapat menjadi tambahan daya tarik seperti yang diterapkan di Indonesia,
yaitu kereta api kuno beroda-gigi yang masih dalam kondisi bagus dan berfungsi
menjadi daya tarik utama dalam perjalanan antara Ambarawa dan Bedono, Jawa
Tengah, dengan medan didaki dengan bantuan roda-gigi tersebut.
Dikarenakan wisata kereta api merupakan wisata touring, maka aktivitas yang
dilakukan dalam wisata ini relatif sama dengan wisata touring lainnya. Menurut
penelitian, perilaku wisatawan yang mencobanya cenderung menginginkan aktivitas
(sebagai atraksi) yang berbeda-beda, dan tak kalah pentingnya adalah perubahan
lokasi dalam melakukan kegiatannya. Hal tersebut termasuk dalam sifat
keingintahuan manusia untuk mencari tempat-tempat baru untuk belajar lebih jauh,
untuk mengalami tatanan baru, dan membuktikan bahwa dirinya tidak kurang
pergaulan pada sebayanya. Wisatawan memerlukan pengaturan atraksi yang
diruangkan sepanjang rute perjalanan yang akan mengingat karakteristik spesial yang
dimiliki daerah tersebut dan merefleksikan kegiatan spesial yang dapat dinikmati
sepanjang jalan.
Gunn C.A.(1972) mengklasifikasikan atraksi utama wisata touring yaitu
pemandangan pinggir jalan, keindahan alam yang luar biasa, bumi perkemahan,
kawasan tamasya air, kediaman teman/keluarga, institusi langka, arca, lokasi budaya,
makanan, tempat hiburan, benda dan situs bersejarah, daerah etnik, tempat
perbelanjaan, kerajinan tangan, dan tempat tradisional, biasanya atraksi terletak dekat
rute perjalanan, di persimpangan jalan, dan biasanya hanya dikunjungi satu kali oleh
masing-masing pengunjung.
1. Melihat-lihat (sightseeing),
2. Berkendaraan untuk kesenangan (pleasure),
3. Piknik,
4. Mengunjungi tempat bersejarah,
5. Ke kebun binatang, taman umum, dan event,
6. Berjalan-jalan untuk bersenang-senang.
Unsur sediaan terbentuk oleh tiga tingkatan yang saling berkaitan. Tingkat
pertama adalah sumber daya (resources), tingkatan kedua adalah modal (capital) dan
terakhir tingkat pengalaman (experience), ketiga komponen tersebut membentuk
produk wisata (tourism product) (Murphy, 1985:10).
Sumber daya terdiri dari dua komponen yang merupakan fondasi kembar dari
industri pariwisata yaitu daya tarik (attractions) dan penerimaan atau keramah-
tamahan masyarakat (masyarakat destinasi) (hospitality). Sediaan pada tingkat modal
dibentuk oleh tiga komponen yaitu aksesibilitas, sarana dan prasarana. Terakhir
Pengalaman adalah merupakan komponen pembentuk produk wisata (Murphy,
1985:10) untuk lebih jelasnya dapat disimak pada GAMBAR 1.2.
13
GAMBAR 1.2
KOMPONEN PASAR PARIWISATA OLEH MURPHY
Ketiga komponen pariwisata tersebut yang akan secara terpadu dikaji dalam studi ini.
Kualitas dan kuantitas dari komponen-komponen tersebut menentukan
kecenderungan suatu daerah wisata untuk sukses (McIntosh 1995:269).
Pembahasan secara terperinci mengenai komponen-komponen sediaan tersebut
beserta ketentuannya dapat dilihat pada bagian berikutnya.
Kualitas sumber daya alam harus selalu dijaga untuk mempertahankan dan
bahkan meningkatkan permintaan untuk pariwisata. Hal ini dapat membantu menjaga
kualitas lingkungan yang mana sangat perlu untuk keberhasilan pariwisata dan juga
untuk penduduk lokal.
Suatu obyek yang mempunyai daya tarik dapat menjadi potensi, tetapi daya
tarik tersebut baru terbentuk bila ditunjang oleh unsur-unsur lain seperti aksesibilitas
dan fasilitas penunjang. Sebaliknya tanpa daya tarik wisata, hal-hal (elemen
struktural) seperti hotel, penerbangan dan periklanan, tidak akan diperlukan. Daya
tarik tidak tercipta hanya oleh suatu obyek dan fasilitas, sarana dan prasarana
pendukung saja, lingkungan dimana obyek tersebut berada sangat menentukan
apakah obyek dan segala penunjangnya dapat menjadi daya tarik.
Potensi atraksi alam dan buatan dapat diukur dari ketersediaan jumlah atraksi
alami dan buatan, selain itu daya tarik suatu wilayah juga ditentukan oleh kondisi
dan tingkat layanan yang tersedia pada masing-masing atraksi wisata serta kualitas
pelayanannya (LPPM-ITB, 2002 :VI-17).
1.5.4.2 Aksesibilitas
Aksesibilitas merupakan fungsi dari jarak atau tingkat kemudahan untuk
mencapai daerah wisata tersebut dengan berbagai kawasan tujuan wisatanya.
Berbeda dengan industri manufaktur yang produknya dapat dikirim ke konsumen,
dalam pariwisata konsumen (wisatawan) harus datang ke daerah lokasi produk
wisata untuk mengkonsumsi produk wisata tersebut. Oleh karena itu tingkat
kemudahan pencapaian ke daerah wisata tersebut dari daerah asal wisatawan, akan
mempengaruhi perkembangan daerah wisata tersebut.
Oleh karena itu tingkat kemudahan pencapaian ke daerah wisata tersebut dari
daerah dan negara lain asal wisatawan akan mempengaruhi perkembangan daerah
wisata tersebut. Jarak dan ketersediaan sarana dan prasarana transportasi ke daerah
wisata merupakan hal yang penting, jenis, volume, tarif dan frekuensi moda
angkutan ke dan dari daerah wisata tersebut juga akan mempengaruhi jumlah
kedatangan wisatawan dan persepsi wisatawan terhadap citra objek wisata.
Kenyamanan selama perjalanan menuju daerah wisata dan kawasan tujuan wisata
tersebut harus diperhatikan.
16
Studi penentuan prioritas pengembangan sumber daya wisata rel kereta api ruas
Banjar-Cijulang ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan bantuan
17
Alat Perhitungan Successive Interval (penjelasan lihat sub bab 3.2.5 dan lampiran C)
dan Expert Choice (Penjelasan lihat lampiran E).
Proses pemilihan didasari beberapa ketentuan berdasarkan penyesuaian dengan
topik dan wilayah studi. Ketentuan-ketentuan tersebut adalah :
a. Ruas rel Banjar - Cijulang dibagi-bagi menjadi ruas rel kecil sebagai acuan
penilaian, pembagian ruas rel Banjar-Cijulang dilakukan dengan memotong ruas
rel tersebut pada tiap perhentian kereta yang telah ada. Hal ini dilakukan karena :
Prasarana perhentian meliputi stasiun dan perhentian kecil -atau dalam
perkeretaapian Indonesia disebut dengan stoplas (asal kata : stop plaast)-.
dalam wisata kereta api berfungsi sebagai gerbang masuk objek wisata.
Analisis penilaian modal kepariwisataan memerlukan pilihan tahapan
pengembangan sebagai acuan penilaian untuk mencapai hasil analisis yang
menunjang tujuan akhir.
b. Pemilihan didasari potensi wisata yang terbesar agar hasil dari pengembangan
awal dapat mendukung terhadap pengembangan prasarana rel selanjutnya.
Pemilihan dilakukan dengan mengkaji potensi wisata tiap ruas-ruas rel Banjar-
Cijulang dengan dasar pengembangan yang mendahulukan potensi wisata terbesar
agar hasil dari pengembangan awal dapat menunjang pengembangan kereta api
selanjutnya.
Komponen dasar pariwisata utama yang dikaji adalah obyek dan daya tarik
wisata yang terbagi dua menjadi obyek daya tarik alam dan buatan. Komponen
tersebut ditunjang oleh komponen pariwisata lain yaitu : aksesibilitas dan prasarana
sarana wisata. Hasil analisis disimpulkan menjadi prioritas pengembangan . Untuk
lebih jelas, dapat dilihat pada GAMBAR 1.3 Kerangka Pemikiran.
secara umum/global dan kategori data yang berkenaan secara spesifik untuk
tiap titik acuan (tiap ruas-ruas rel ).
3. Pembobotan terhadap faktor-faktor wisata yang dijadikan komponen penilaian.
Pembobotan dilakukan dengan melakukan tahapan metoda Expert Choice awal
saja, yaitu sebatas tahap pencarian nilai eigen value, nilai eigen value adalah nilai
bobot yang dicari. Data didapat dengan melakukan survey kuesioner kepada
responden ahli yang terkait dengan bidang pariwisata.
4. Analisis aspek kepariwisataan pada lokasi pengembangan wisata kereta api.
Analisis ini merupakan penilaian tiap-tiap ruas rel pada lokasi studi berdasarkan
hasil identifikasi kondisi kepariwisataan dan standar pengembangan pariwisata.
Proses analisis selengkapnya adalah :
Tiap ruas-ruas rel dinilai aspek kepariwisataannya. Parameter yang digunakan
adalah keberadaan komponen-komponen kepariwisataan.
Nilai aspek kepariwisataan dijumlahkan menurut setiap ruas-ruas rel untuk
menghasilkan nilai skor potensi masing-masing ruas.
Menentukan prioritas lokasi untuk dikembangkan menjadi wisata kereta api
berdasarkan nilai yang diperoleh.
Memilih lokasi yang tepat untuk mengembangkan wisata kereta api.
Mengkaji kemungkinan pola penyajian wisata kereta api yang dapat diterapkan
di lokasi pilihan.
5. Pemilihan lokasi prioritas pengembangan sumber daya wisata dilakukan dengan
prinsip :
Pengembangan ruas rel kereta api untuk fungsi obyek wisata berdasarkan
urutan prioritas potensi yang dimiliki, sehingga potensi obyek dan daya tarik
wisata yang tinggi mempunyai prioritas untuk dikembangkan lebih lanjut
(Musanef Drs.;1995:183)
19
Latar Belakang
Rel Kereta Api Banjar-Cijulang yang akan Adanya Isu Bahwa Jalur Kereta Api Banjar-
difungsikan sebagai prasarana wisata kereta Pangandaran-Cijulang Mempunyai Prospek
api memerlukan studi pemilihan lokasi Untuk Dikembangkan Sebagai Objek Wisata
Masalah
Bagaimana langkah pengembangan yang harus diambil dan
Dimanakah lokasi yang sebaiknya dimanfaatkan
Survey Data Sekunder Survey Visual Tinjauan Pustaka Perbandingan Wisata Sejenis
Instansi Pemerintah Lapangan di Ambarawa dan Internet
Proses Analisis
Penilaian Ruas Rel dengan Metoda Pembobotan Komponen
Successive Interval (SIM) penilaian dengan Expert Choice
GAMBAR 1.3
KERANGKA PEMIKIRAN
20
Sistematika pembahasan dalam studi ini secara garis besar adalah sebagai berikut :
Bab 1. DASAR-DASAR PENYUSUNAN PENGEMBANGAN WISATA
KERETA API; menguraikan latar belakang studi, rumusan permasalahan,
tujuan dan sasaran studi, ruang lingkup substansi dan wilayah studi,
metodologi dan teknik pendekatan yang akan digunakan, sistematika
pembahasan, tinjauan standar dan parameter pariwisata, asumsi dasar yang
akan dipakai, kerangka teoritis dan kebijaksanaan pengembangan pariwisata
di Kabupaten Ciamis. Kemudian definisi-definisi pariwisata, serta konsep
dan teori pariwisata yang dapat dipergunakan pengembangan wisata
perjalanan dengan menggunakan kereta api.
Bab 2. IDENTIFIKASI SEDIAAN DAN PERMINTAAN PARIWISATA DI
SEKITAR KORIDOR REL KERETA API BANJARCIJULANG
Memberi gambaran kondisi aspek kepariwisataan, Kondisi fasilitas-fasilitas
pendukung sektor pariwisata dan Karakteristik jalur Kereta api serta
perbandingan dengan wisata sejenis.
Bab 3. PEMILIHAN PRIORITAS RUAS REL KERETA API UNTUK
PENGEMBANGAN WISATA KERETA API; Analisa kondisi eksisting
pariwisata di wilayah studi, analisis terhadap aspek kepariwisataan ruas rel
kereta api Banjar-Cijulang. Perbandingan dengan objek wisata perjalanan
lain yang sejenis.
Bab 4. REKOMENDASI PENGEMBANGAN; Pada bagian ini akan
dikemukakan temuan-temuan studi dan rekomendasi terhadap
pengembangan konsep wisata perjalanan dengan menggunakan moda kereta
api di Kabupaten Ciamis melalui ruas rel kereta Banjar-Cijulang,
kelemahan-kelemahan studi serta usulan studi lanjutan.
BAB 2
IDENTIFIKASI SEDIAAN DAN PERMINTAAN PARIWISATA DI SEKITAR
KORIDOR REL KERETA API BANJARCIJULANG
Pada bagian awal bab ini akan dideskripsikan kebijaksanaan dan gambaran
umum wilayah studi yang meliputi penjelasan umum mengenai kecamatan-
kecamatan yang terlewati oleh koridor rel kereta api Banjar-Cijulang di Kabupaten
Ciamis dan penjelasan khusus mengenai koridor rel kereta api Banjar Cijulang
yang merupakan orientasi wilayah studi. Sub Bab selanjutnya mengemukakan
identifikasi sediaan.
Identifikasi kondisi kepariwisataan wilayah studi berdasarkan data dari
observasi visual dan data sekunder, terbagi menjadi dua kategori yaitu kategori data
yang berkenaan secara umum/global dan kategori data yang berkenaan secara
spesifik untuk tiap titik acuan (tiap ruas-ruas rel). Komponen kepariwisataan yang
akan dikaji adalah :
Daya tarik wisata, meliputi obyek alami dan buatan yang berada di sekitar rel
kereta api dan daerah yang terjangkau secara visual. Ditambah daya tarik
pendukung berupa jumlah dan letak obyek wisata yang telah beroperasi.
Aksesibilitas, meliputi kondisi prasarana transportasi (darat, laut dan udara),
jumlah dan jenis sarana transportasi ke wilayah studi. Ditambah frekuensi
transportasi ke titik-titik acuan lokasi studi, jarak lokasi titik acuan dari dan ke
pelabuhan laut, stasiun kereta api (operasional) serta terminal angkutan umum.
Prasarana dan Sarana yang terbagi menjadi dua bagian. Prasarana dan sarana
dasar meliputi jaringan jalan, listrik, air bersih serta sarana pos dan
telekomunikasi. Prasarana dan sarana pariwisata meliputi hotel, penginapan,
tempat makan.
21
22
4. SKW Batukaras, meliputi Objek Wisata : Batu Karas, Cukang Taneuh/ Green
Canyon, Keusik Luhur, Madasari dan Bandara Nusawiru
Adapun arah Pengembangan Satuan Kawasan Wisata (SKW) yang tertuang
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah tahun 2001 ditetapkan beberapa hal yaitu:
1. SKW Pangandaran sebagai pusat pengembangan pariwisata dengan fasilitas
wisata alam tirta/pantai yang berskala nasional dan juga internasional.
2. Prioritas Pengembangan SKW lainnya yaitu:
a. SKW Karangnini, diprioritaskan untuk pengembangan wisata agro dan tirta,
serta pembangunan kepariwisataan terpadu dengan wilayah perbatasan Jawa
Tengah (Cilacap).
b. SKW Parigi diprioritaskan untuk pengembangan wisata Agro dan Tirta
c. SKW Batu Karas diprioritaskan untuk pengembangan Wisata Tirta dan
sebagai Pintu Gerbang melalui Transportasi Udara
Arahan tersebut kemudian dikembangkan menjadi rencana dengan rincian
program dalam TABEL 2.1.
TABEL 2.1
INDIKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN BUDIDAYA SUB
SEKTOR PARIWISATA
Gambaran umum wilayah studi yang akan dikemukakan berikut ini meliputi
kondisi fisik, kondisi sosial ekonomi dan kondisi pariwisata di Kabupaten Ciamis.
2.2.1 Kondisi Fisik Alami Ruas Rel Kereta Api Banjar Cijulang
Ruas rel kereta api ini dalam bentangannya dari Banjar hingga Cijulang
melintasi macam-macam lingkungan perkotaan dan perdesaan, serta bermacam lahan
budidaya. Lintasan rel kereta dari segi ketinggian melintasi daerah dataran berbukit
sampai dataran pantai rendah, dengan panorama, perbukitan dan sungai/kali.
Gambaran ketinggian dataran di sekitar ruas rel wilayah studi secara lebih jelas dapat
dilihat pada TABEL 2.3 dan pada Lampiran Peta A.1 A.10.
TABEL 2.3
KLASIFIKASI KETINGGIAN
DAERAH LINTASAN REL KA BANJAR-CIJULANG
Lintasan kereta api ini melewati lahan budidaya yang meliputi pertanian dan
atau non pertanian yang terdapat di seluruh kecamatan yang dilewatinya. Sedangkan
lahan non budidaya yang terlewati meliputi hutan lindung, konservasi, sungai,
26
7 06' LS
Gambar 2.1 PETA KETINGGIAN WILAYAH
Panjalu Kabupaten Kuningan
Panawangan
Panumbangan
Rajadesa
Kawali
Jatinegara
Rancah
Cihaurbeuti Tambaksari
Sadananya
Cipaku
Sukadana h
ga
en
Cikoneng aT
J aw
ke
Cijeungjing
Ciamis Cisaga
Purwaharja
Langensari
Cimaragas Pataruman
7 28' LS
Banjar
Lakbok
Banjarsari
Langkaplancar
Padaherang
Cigugur
Pangandaran
Kalipucang
Parigi
Cijulang
7 51' LS
Cimerak
SAMUDERA INDONESIA
KABUPATEN CIAMIS
GAMBAR 2.1
LEGENDA :
BATAS PROPINSI JALAN ASPAL PETA KETINGGIAN WILAYAH
GARIS PANTAI
100 - 200 m dpl
danau dan pantai. Hutan Lindung yang dilintasi terdapat di 2 kecamatan yaitu
Kalipucang dan sebagian Kecamatan Pangandaran. Lahan terbangun terlewati
terutama pada ruas sebelum dan sesudah perhentian stasiun. Area Lahan terbangun
secara lebih detail dapat disimak pada Lampiran Peta A, GAMBAR A.1A.10
tentang Lahan Terbangun dan Bentuk Dataran di sekitar ruas KA Banjar Cijulang.
sampai Selatan, dengan jenis objek dan daya tarik wisata yang bervariasi dari objek
Wisata Budaya, Objek Wisata Alam dan Objek Wisata Minat Khusus. Objek-objek
wisata tersebut pada tahun 1998 menyerap pengunjung sejumlah 1.536.391 orang
dengan hasil penjualan karcis sebesar 9,25 miliar rupiah.
Obyek daya tarik wisata yang ada di ruas rel kereta api Banjar Cijulang sisi
kiri kanannya terdiri dari 3 jenis yaitu daya tarik fisik alam, daya tarik buatan,
aktivitas wisata di destinasi wisata yang dapat dicapai oleh kereta api dari perhentian.
1. Daya Tarik Fisik Alam
Ruas rel kereta api Banjar Cijulang memiliki potensi keindahan alam atau
panorama yang beragam sejauh pandangan mata sesuai dengan karakteristik
geomorfologi daerah yang dilewatinya. Namun pada beberapa tempat terutama
pada lahan yang telah terbangun panorama tersebut tak dapat dinikmati, karena
kerap terhalang oleh bangunan-bangunan.
Panorama yang dapat dilihat dengan menelusuri lintasan rel kereta dari
stasiun Banjar hingga stasiun Cijulang akan didapat informasi seperti yang
disajikan pada Lampiran G yang berisi foto-foto view yang terdapat perjalanan
tersebut, sedangkan pengklasifikasian dalam tabel dapat disimak pada TABEL
2.5 dalam tabel tersebut panorama dipilah sesuai dengan pembagian wilayah
administrasi kecamatan.
29
TABEL 2.5
KEINDAHAN ALAM PANORAMA DILIHAT DARI RUAS REL KERETA
BANJAR CIJULANG
Panorama
No. Kecamatan
Kiri Kanan
1. Banjar Pegunungan, lembah sempit, selintas Perkotaan, perbukitan
Sungai Citanduy
2. Pamarican Lembah dengan view latar perbukitan Persawahan, hutan kecil, Pegunungan
3. Banjarsari Dataran, persawahan, Dataran, persawahan, berlatar
belakang perbukitan curam, jalan raya
pangandaran di kejauhan
4. Padaherang Dataran, Persawahan, sungai Citanduy, Latar belakang pegunungan, hutan-
sawah rendam , banjir sungai pada hutan kecil, bersisian 20 m dengan
musimnya, berlatar belakang perbukitan, jalan raya pangandaran
5. Kalipucang Melewati perbukitan, pelabuhan Objek wisata Gua Donan, bersisian 10
Majingklak, melintasi Hutan Jati lindung, dengan jalan raya sepanjang 1 km,
Pegunungan curam, melewati lembah Hutan Jati Lindung, Air terjun kecil,
sempit panorama tertutup , menyusuri pegunungan curam, gunung karang,
pantai selatan , objek wisata karang nini,
muara sungai Citanduy, semenanjung
Pangandaran, muara sungai
Cipanerekean
6. Pangandaran Sungai Cipanerekean, Pantai indah Pegunungan curam, persawahan,
pangandaran di kejauhan,
7. Parigi Sungai dan Muara Sungai, perkebunan Melintasi Hutan-hutan kecil,
kelapa, berlatar belakang laut perkebunan pisang
8. Cijulang Laut selatan, hutan kelapa Pegunungan, hutan-hutan kecil,
perumahan penduduk
Sumber : Survey Visual 2004
Secara umum keadaan alam dapat diteliti pada Lampiran Peta A, gambar A.1 A.10.
2. Buatan
Sediaan obyek wisata buatan (man-made supply) yang dimaksud adalah
obyek wisata hasil buatan manusia. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Hadinoto (1996) unsur obyek wisata buatan terdiri dari budaya, sejarah dan tata
cara hidup bermasyarakat, beserta segala yang dihasilkan dari unsur-unsur
tersebut.
o Budaya dan Tata Cara Kehidupan Bermasyarakat
Seni, budaya dan adat istiadat masyarakat Kabupaten Ciamis secara umum sama
dengan seni dan budaya masyarakat Jawa Barat. Bahasa Ibu yang digunakan
untuk percakapan sehari-hari adalah bahasa daerah Jawa Barat yaitu Sunda.
Ragam budaya berupa kesenian yang terdapat di kabupaten Ciamis tercatat
sebanyak 35 macam yaitu: Degung, calung, Lingkung Seni, Keliningan, Teater
M, sandiwara, Wayang Golek dan Kulit, Orkes Melayu, Kasidah, Ronggeng
Gunung, Ibing Tayub, Reog, Kuda Lumping, Janeng, Pencak Silat, Terbang,
Beluk, Janaka Sunda, Gembyung, Celempungan, Angguk, Tepak Lima,
Karesmen Adat, Manorek, Ketoprak, Pantun, Badud, Buncis, Gotong Singa,
Sintren, Jingkrung, Rudat, Gondang, Gondang Buhun, dan Ketuk Tilu.
Tempat-tempat bersejarah dan legendaris masyarakat yaitu :
1. Hutan Cagar Alam : Sejarahnya merupakan tempat penangkaran banteng.
2. Gua Donan : gua alam yang merupakan tempat menyepi leluhur masyarakat
3. Pantai Pangandaran : pantai dengan legenda Nyi Roro Kidul
Legenda-legenda masyarakat yang dapat dikembangkan untuk kepentingan
pariwisata umumnya yang berkaitan dengan keunikan alam, seperti Legenda
yang paling terkenal adalah mengenai adanya kepercayaan masyarakat terhadap
penguasa Pantai Selatan (Nyi Roro Kidul) di Kecamatan Pangandaran. Beberapa
peristiwa budaya salah satunya adalah peristiwa perkawinan yang dapat
merupakan simbol-simbol keharmonisan seperti Sawer, Huap lingkung dan
Ngeyeuk Seureuh.
o Sejarah Perkereta-apian
Sejarah yang terdapat di wilayah studi adalah bahwa pada masa penjajahan
Belanda jalur rel ini adalah jalur strategis antara pusat pemerintahan (Kota
Ciamis) dengan pangkalan-pangkalan militer di Pantai Selatan. Ruas rel kereta
api Banjar-Cijulang mempunyai sejarah yang dapat dijadikan atraksi pada wisata
kereta api, berikut sejarah perkereta-apian lintasan Banjar-Cijulang.
Pembangunan kereta api di pulau Jawa pada awalnya dibangun untuk
kepentingan perdagangan yaitu untuk membawa hasil bumi yang akan
diperdagangkan seperti kopi, tebu, tembakau, dan palawija, namun seringkali
lintasan kereta api dibangun karean kepentingan pasifikasi (penguasaan) yaitu
membuka jalan bagi wilayah-wilayah yang sering terjadi pergolakan.
Lintasan kereta api Banjar-Cijulang dibangun dengan tujuan untuk
31
daya tarik buatan yang dapat dikemas bersamaan dengan perjalanan kereta api itu
sendiri untuk dimanfaatkan sebagai atraksi baik utama ataupun tambahan.
Konstruksi dan bangunan kereta api yang dapat dimanfaatkan oleh wisata kereta
api adalah :
1. Bangunan Perhentian Stasiun/ Perhentian Kecil
2. Bangunan pemeliharaan kereta Round house
3. Alat pengisi air ( Menara Air )
4. Bangunan Pos pemeriksaan
5. Konstruksi Jembatan
6. Konstruksi Terowongan
7. Perlintasan kereta
8. Bangunan Alat Pemutar arah lokomotif
Ruas Rel Kereta Banjar-Cijulang memiliki seluruh elemen perkereta-apian
yang dapat dimanfaatkan sebagai atraksi buatan, konstruksi dan bangunan yang
terletak disana mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dari dimensi dan
view yang disajikannya. Perhentian dan konstruksi perkeretaapian yang dimiliki
oleh ruas rel Banjar-Cijulang yang disajikan secara terurut berdasarkan titik letak
bangunan dan konstruksi terhadap rel, dapat disimak pada TABEL 2.6.
Konstruksi jembatan kereta api menyajikan panorama yang berbeda dalam
perjalanan sebuah kereta api, semakin panjang dan tinggi sebuah konstruksi
jembatan, maka secara logis semakin jauh pula jarak pandang penumpang kereta
api, sehingga ruang panorama yang terlihat dapat menjadi lebih luas dan variatif.
Selain itu dari sudut pandang teknologi konstruksi, sebuah konstruksi menjadi
semakin rumit dan unik bila dimensinya semakin besar, dan keunikan adalah
salah satu unsur yang menimbulkan daya tarik wisata, oleh karena itu dimensi
konstruksi perkereta-apian baik langsung ataupun tak langsung dapat menjadi
daya tarik tambahan bagi sebuah perjalanan menggunakan kereta api. Ruas rel
kereta api ini dibantu oleh tak kurang 210 jembatan berukuran pendek hingga
panjang dan 4 terowongan. Dimensi pada konstruksi perkereta-apian yang
terletak pada ruas rel kereta api Banjar-Cijulang dapat disimak pada TABEL 2.7,
konstruksi-konstruksi tersebut adalah konstruksi-konstruksi yang mempunyai
panjang lebih dari 12 meter dan pada Gambar 2.2 dapat disimak letak stasiun,
perhentian kecil dan bangunan kereta api lainnya.
33
TABEL 2.6
KONDISI KONSTRUKSI DAN BANGUNAN PERKERETAAPIAN RUAS
REL KERETA API BANJAR - CIJULANG
7 25' LS
KERETA APILangensari
01
Cimaragas Pataruman
Banjar
Km 5
PRO
02
P IN S
03
7 30' LS
I JA
Km 10 Lakbok
Pamarican
W
04
A TE
Km 15
NGA
05
H
Km 20
06
Km 25
7 35' LS
Banjarsari 08
07
Km 30
Langkaplancar
09
Padaherang Km 35
10
7 40' LS
11
Cigugur Km 40
Pangandaran
Kalipucang 12 Km 45
Parigi
7 45' LS
17 16
18 14 13
Km 55
19 15
20 Km 70 Km 65 Km 60 Km 50
Km 75
Cijulang 21
SAMUDERA SAMUDERA
Km 80 INDONESIA INDONESIA
7 50' LS
KABUPATEN CIAMIS
GAMBAR 2.2
LEGENDA : PETA LETAK PERHENTIAN KERETA API DAN
BATAS PROPINSI JALAN ASPAL JEMBATAN
TABEL 2.7
DIMENSI KONSTRUKSI PERKERETAAPIAN BERURUTAN DARI
BANJAR HINGGA CIJULANG
3. Aktivitas wisata
Destinasi-destinasi wisata kereta api yang telah ada, memanfaatkan seluruh
daya tarik aktivitas wisata yang dapat dikemas bersamaan dengan perjalanan
kereta api itu sendiri untuk dimanfaatkan sebagai atraksi baik utama ataupun
tambahan.
Aktivitas eksisting yang terdapat di sekitar wilayah yang dilintasi rel Kereta
api Banjar-Cijulang adalah:
o Bertamasya (Sight seeing), aktivitas ini dapat dilakukan di berbagai tempat di
wilayah studi seperti : Padaherang, Kalipucang (hutan lindung), pantai
Karapyak, Palatar Agung (Pantai Karang),
o Renang di pantai dan sungai, aktivitas ini dapat dilakukan di daerah: Sungai
Citumang, Pantai Indah Pangandaran (Barat dan Timur), Pantai Batu Karas
36
4. Acara-acara khusus
Wilayah-wilayah yang dilewati ruas rel Banjar-Cijulang mempunyai
beberapa acara khusus yang diselenggarakan secara temporer untuk menarik
minat wisatawan. Antara lain pesta laut di pantai Timur Pangandaran setiap bulan
Muharram menjelang Selasa atau Jumat Kliwon, berupa upacara adat perwujudan
rasa syukur nelayan setempat pada Sang Pencipta dengan harapan kehidupan
nelayan akan semakin baik di kemudian hari. Peristiwa Pariwisata lainnya yang
terdapat di wilayah studi dapat dilihat pada TABEL 2.8.
TABEL 2.8
DATA PERISTIWA PARIWISATA DI WILAYAH STUDI TAHUN 1999/2000
No Nama Event Tanggal/bulan Lokasi Kesenian Tradisional
Pariwisata Penyelenggaraan Penyelenggaraan
1 Pergelaran Kesenian Setiap malam Panggung Terbuka Sintren, Jaipongan, Calung, Reog,
Tradidional Minggu di Pangandaran Wayang Golek, Celempungan
2 Hajat Laut Bulan Mei/ setiap Pangandaran Upacara Adat, wayang Golek
tahun baru Hijriah
3 Festival Layang- Setiap tahun pada Pangandaran Langkong Reong (Cianjur),
Layang bulan Juni/Juli Gotong Singa, Debus/silat
Lengser, Jaipongan (Ciamis)
4 Nyangku Bulan Juli Situ Lengkong -
5 Pergelaran Kesenian Tiap hari raya Objek Wisata Bedug, Pencak Silat, Kasidah
Tradisional pada Hari Idul Fitri Pangandaran,
Idul Fitri Batuhiu,Batukaras
6. Wisata Off Road Tergantung Pangandaran
penyelenggara
7 Pentas seni Tergantung Pangandaran
penyelenggara
Sumber : Dipparbud Kab.Ciamis, 2000
37
2.3.5 Destinasi Wisata Di Sekitar Ruas Rel Kereta Api Banjar Cijulang
Setiap objek wisata seringkali tidak terlepas dari objek wisata lain di
sekitarnya, karena wisatawan cenderung mengunjungi berbagai tujuan wisata yang
berdekatan untuk mendapatkan lebih banyak variasi pengalaman dari suatu
perjalanan (McIntosh,1976:147), hal yang sama berlaku pada wisata kereta api.
Pada beberapa destinasi wisata kereta api yang telah ada, seperti Canadian
Railway Tour (Toronto), objek-objek wisata yang terletak berdekatan dengan ruas
rel kereta bersangkutan dimanfaatkan sebagai atraksi dan aktivitas tambahan, seperti
perjalanan dengan perahu (boat) wisata, perjalanan dengan bus wisata.
Kabupaten Ciamis mempunyai 21 objek wisata, terdiri dari 3 buah obyek daya
tarik wisata (ODTW) budaya, 13 buah ODTW Alam, dan 5 buah ODTW minat
khusus. Dari 19 ODTW tersebut, 13 diantaranya berlokasi di dekat ruas rel Banjar-
Cijulang dapat dicapai dari stasiun kereta api pada ruas rel kereta api, dengan
41
bantuan moda lainnya sebagai sarana akses pendukung. Informasi Destinasi wisata
dan jarak destinasi wisata dari perhentian yang ada dapat dicapai tersebut, dapat
disimak pada TABEL 2.10dan pada GAMBAR 2.3.
Kondisi serta karakteristik detail objek-objek Wisata operasional di sekitar ruas
rel Banjar-Cijulang berturut-turut dari Stasiun Cijulang menuju Banjar adalah
sebagai berikut :
1. Pantai Batu Karas, terletak di desa Batukaras, Kecamatan Cijulang 5 km dari
Stasiun Cijulang, menyajikan perpaduan nuansa alam, pantai dan perbukitan.
Pantainya yang landai, ombak yang bersahabat dan jarak laut dalam yang jauh.
2. Cukang Taneuh (Green Canyon); yang terletak 3 km dari Stasiun Cijulang
adalah aliran Sungai Cijulang yang jernih dan menembus gua yang penuh
stalaktit dan stalakmit, diapit 2 buah bukit batu penuh hutan rimbun, dan air
terjun di muka gua.
TABEL 2.10
JARAK ANTARA OBJEK-OBJEK WISATA KE PERHENTIAN
3. Batu Hiu; Terletak 1,5 km dari Halte Bontos di desa Ciliang Kecamatan Parigi
menyajikan atraksi panorama pantai dan Samudra Indonesia yang biru dengan
ombak besar menggulung dan memutih.
4. Citumang; yang terletak 4,5 km sebelum Halte Cibontos merupakan aliran
sungai dalam hutan jati milik Perhutani, yang airnya jernih menerobos, gua,
karang, air terjun menelusuri hutan melalui beberapa gua.
42
2.4 Pola Penyajian Wisata Kereta Api dari Perbandingan Wisata Sejenis
Ada berbagai ragam penyajian wisata kereta api yang telah dikembangkan di
dunia, dari objek-objek tersebut, atraksi yang disajikan pada umumnya
memaksimalkan objek dan kegiatan wisata yang terlewati oleh rel kereta api itu
sendiri. Aktivitas yang didapatkan, baik yang buatan maupun alami, hampir selalu
dapat terjangkau pandangan atau perjalanan jauh dari lintasan kereta dan atau
perhentiannya.
43
7 06' LS
1
Panumbangan
Rajadesa
Kawali
3 Jatinegara
2 Rancah
Cihaurbeuti Tambaksari
Sadananya
Cipaku
Sukadana h
ga
en
Cikoneng aT
Jaw
ke
Cijeungjing
Ciamis Cisaga
Purwaharja
4
5
Langensari
Cimaragas Pataruman
7 28' LS
Banjar
Lakbok
Banjarsari
Langkaplancar
Padaherang
Cigugur
Pangandaran 12
Kalipucang
Parigi
A
B
D 9 6 C
10 7
Cijulang
8
11
7 51' LS
Cimerak
E
SAMUDERA INDONESIA
KABUPATEN CIAMIS
GAMBAR 2.3
LEGENDA :
BATAS PROPINSI JALAN ASPAL PETA LOKASI OBJEK WISATA
Daya tarik wisata buatan di wisata kereta api yang telah beroperasi di dalam
maupun luar negeri umumnya memanfaatkan budaya, sejarah, serta bangunan
konstruksi yang dipakai oleh kereta api bersangkutan; contohnya sejarah
pembangunan dan perjalanan perkereta-apian, sejarah konstruksi prasarana kereta api
seperti jembatan, terowongan, stasiun dan prasarana pendukung perjalanan kereta api
lainnya, dan terakhir adalah sarana-sarana perkereta-apian seperti lokomotif dan
gerbong-gerbong.
Kunci keberhasilan dari suatu pariwisata adalah dari kombinasi komponen-
komponen pembentuk produk wisata itu sendiri, atraksi-atraksi, fasilitas dan
akomodasi, pelayanan, pemasaran. Begitu pula pada jenis wisata kereta api
kombinasi antara komponen-komponen dikemas secara menyeluruh, untuk
mendapatkan daya tarik yang maksimal. Beberapa objek wisata kereta api yang
sudah ada, mempunyai variasi yang didapat dari perbedaan-perbedaan: atraksi utama
dan pendukung, latar belakang historis, pelayanan, segmentasi (atraksi, harga, paket
& waktu perjalanan), jarak tempuh (dan lama waktu perjalanan), jenis kereta yang
dipakai (lokomotif, kuno, modern, kecepatan, kemampuan) jenis gerbong
(kuno/modern, restorasi, kompartemen, bahan pembuat), kombinasi dengan jenis
wisata lain (museum, wisata dengan moda lainnya, dsb.), melewati dalam atau luar
kota, pemandangan geografis alami yang dilewati, dan tentunya tarif.
Penyelenggara wisata kereta api umumnya menginformasikan kepada
wisatawan melalui alat-alat promosi dengan membuat pilihan paket-paket. Informasi
yang diberikan terutama lama dan jadwal perjalanan untuk wisata yang berbentuk
paket. Berikut ini beberapa gambaran wisata kereta api yang telah beroperasi di
beberapa lokasi di luar maupun dalam negeri.
Vancouver Exciting Tours (Kanada)
Paket perjalanan terjadwal; lama perjalanan 7,5 jam, 12 jam sampai dengan
lebih dari 1 hari; dengan 7 variasi paket perjalanan baik menggunakan kereta api
modern dan kereta api uap; kombinasi tour dengan bus wisata, helikopter, pesawat
kecil dan kapal feri; view pegunungan es abadi, hutan pinus, air terjun, selat kecil,
pantai; pelayanan makan malam/siang di atas kereta, jemputan dari hotel ke stasiun,
pramugari KA; aktivitas individu berbelanja dengan tenggang waktu 2 jam, 3 jam
45
sampai dengan 12 jam (semalam); penetapan tarif per kepala bervariasi menurut
umur dan paket;
Underground Adventure (Kanada)
Perjalanan perorangan/rombongan non paket; lama perjalanan +1 jam dengan
Kereta api (Lori) bawah tanah, kombinasi dengan kegiatan khusus dan museum;
atraksi lori, sejarah, museum pertambangan, bangunan tua, tambang emas, variasi
bebatuan yang tak dapat dilihat dari permukaan; kegiatan mencari emas, sightseeing
museum dan tambang emas dengan lori, pelayanan tour guide, cenderamata khas
(perunggu, tembaga), buku sejarah lokasi;
Kereta Penumpang Cariboo Prospector (Kanada)
Paket perjalanan; lama perjalanan 1 hari sampai dengan 1 minggu, 3 segmen,
atraksi pegunungan, kereta kuno, kereta api modern dan kereta uap, terowongan
terpanjang, air terjun, danau, lembah/ngarai, jembatan kereta api terpanjang.
Untuk lebih jelasnya pada TABEL 2.11 dapat dicermati perbandingan beberapa
contoh produk kereta api wisata yang telah ada dengan gambaran atraksi, jenis
kegiatan, jenis kereta api, jarak dan lama waktu tempuh.
TABEL 2.11
PERBANDINGAN OBYEK WISATA SEJENIS
Ambarawa Railway
Alberta Prairie Ah Muhn Duch Kettle Valley Puffing Billy Napa Valley
Mountain Tour
Canada Fintown, Ireland British Columbia, Canada Melbourne VC, Australia California, USA Ambarawa, Indonesia
2,5 jam-5,5 jam 3 mil/11 km 16 km/2jam 24,5 km 36 Mil (70 km) 2 jam (10 km)
1.Kereta Uap Antik Kereta Tua berumur 100 Kereta Uap Kereta Uap Diessel Kereta Uap;
th
2.Kereta Diesel Diessel
Makan Siang (buffet) makanan kecil giftshop di stasiun giftshop di stasiun Kafe Kafe
Bar souvenir Galeri Seni Guide Tour
Restoran Toko Anggur Souvenir
Katering untuk rombongan musik live on board
gift shop
Studio Foto
Kereta Tua Kereta Tua perjalanan pemandangan pemandangan, kereta maka Lokomotif dengan Roda Gigi
1.Restoran Berjalan 1.Museum guide yg menceritakan 1.sejarah 1.sejarah Gerbong Tua 1911
2.Drama Pembajakan 2.Guide yg sejarah 2.Museum
menceritakan sejarah Museum Kereta Api
Pedesaan Museum jembatan tua (238 ft) pegunungan lembah kebun anggur Pesawahan
Taman Nasional Sisi Sungai air terjun pelabuhan pedesaan Pepohonan Renggang
Padang Jerami Danau kebun anggur Danau kota pedesaan Perumahan
Pegunungan lembah sempit Hutan (taman Nasional) Danau (Untuk perjalanan Lori)
Padang rumput kebun buah-buahan Jembatan
lembah luas Kota Kecil
Tema Berubah setiap 2 Tema Spesial per pemberhentian bbrapa pemberhentian, menu Makan di Stasiun Bedono
musim Variatif tahun jam untuk berjalan2, makanan lengkap
berenang dan bersantai bervariasi, event tahunan
Tarif menyesuaikan Tarif paket dan indvidu non profit Booking, tarif bervariasi booking only, tarif variatif Tarif per perjalanan;
dengan paket menurut umur dewasa ditambah dgn diskon sesuai paket
perjalanan yang dipilih atau anak-anak booking
konsumen
Ada Tarif Spesial Booking First
Terjadwal Rutin Terjadwal terjadwal per minggu terjadwal per tanggal, tak terjadwal;
tarif Spesial paket perjalanan fleksibel paket sewa per 1 kali
setiap hari perjalanan
koordinasi dengan moda koordinasi dengan bus koordinasi dengan biro
transport dan paket perjalanan wisata, penitipan Travel dan Dinas Pariwisata
perjalanan lain mobil Daerah
gerbong restoran gerbong open air fasilitas bagi orang cacat gerbong view semi open Lori kecil
Wisata kereta api sangat bergantung pada panorama untuk daya tariknya
karena perjalanan wisata termasuk wisata touring. Beberapa Wisata kereta api yang
telah beroperasi di dalam dan luar negeri memanfaatkan sumber daya alamnya
sebagai daya tarik utama atau sekaligus tema perjalanannya, contoh: Steeping
Railway Mountain Tour di Ambarawa, Jawa Tengah, Scenic Railway Tour di Kettle
Valley BC, Canada dan Puffing Billy, Australia. Walaupun beberapa obyek wisata
kereta api yang ditinjau lainnya tidak menjadikan sumber daya keindahan alam
sebagai atraksi utamanya. Namun sumber daya keindahan alam tetap merupakan
atraksi yang mutlak keberadaannya. Oleh sebab itu railway tour kerap disebut pula
sebagai scenic railway tour atau wisata pemandangan memakai kereta api.
BAB 3
PEMILIHAN PRIORITAS RUAS REL KERETA API UNTUK
PENGEMBANGAN WISATA KERETA API
47
48
mengenai wisata kereta api sehingga tak ada suatu citra wisata yang dapat dijadikan
sebagai acuan untuk pengembangan.
Ketentuan normatif yang dikaji dari komponen sediaan pariwisata ditentukan
sebagai berikut :
1. Aksesibilitas
2. Prasarana dan Sarana
3. Daya Tarik Wisata
Komponen sediaan yang akan dikaji berjumlah 3 buah dari keseluruhan 6
komponen sediaan pariwisata yang diidentifikasi pada bab 1. Hal ini disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu bahwa : produk wisata yang belum beroperasi atau masih dalam
tahap pengembangan belum mempunyai jasa pelayanan wisata, promosi dan sistem
pemasaran lainnya (Gunn;1988).
Sementara komponen keramahtamahan masyarakat (hospitality) tidak
disertakan dalam penilaian karena wilayah studi yang berupa bentangan rel kereta api
yang memanjang, seluruhnya terletak di Kabupaten Ciamis Selatan yang mempunyai
karakteristik masyarakat yang merata dalam perilaku penerimaan terhadap
wisatawan, hal ini dikarenakan masyarakat sudah terbiasa dengan kegiatan
pariwisata yang merupakan sektor kegiatan daerah terbesar kedua setelah sektor
pertanian (Diparbud Kab. Ciamis : 2001). Dengan kata lain komponen pariwisata
hospitality tidak akan memberi perbedaan nilai pada tiap ruas rel kereta api yang
akan dikaji sebagai acuan penilaian, karena mempunyai karakteristik wisata yang
sama atau homogen.
Studi ini menggunakan variabel pariwisata sebagai kriteria penilaian yang relatif
Seluruh kriteria penilaian adalah kriteria yang tidak mutlak atau kriteria relatif.
Dalam arti, ruas rel kereta yang tidak memenuhi salah satu kriteria (komponen) yang
ditentukan, tidak menjadikan ruas rel yang bersangkutan menjadi tidak layak untuk
dikembangkan, namun hanya akan mengurangi nilai tambah ruas rel tersebut pada
penilaian potensi wisatanya.
R. Jembatan
S. Terowongan
T. Bangunan Kereta Api lainnya
Nilai (skor) sebuah Ruas Rel, merupakan penjumlahan dari total nilai
variabel yang berpengaruh pada dua buah Perhentian (ujung dan pangkal) dengan
total nilai variabel-variabel penilaian pada Ruas Rel yang menghubungkan dua
perhentian tersebut.
TABEL 3.1
VARIABEL TERPILIH YANG BERPENGARUH PADA RUAS REL
TABEL 3.2
VARIABEL TERPILIH YANG BERPENGARUH PADA PERHENTIAN
Ruas-ruas rel dinilai menurut komponen wisata melalui variabel yang dimiliki
oleh masing-masing wisata tersebut. Komponen aksesibilitas, prasarana serta sarana
dan daya tarik mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap wisata. Pada
pengembangan lokasi wisata, komponen-komponen umum wisata tersebut tak dapat
terpisahkan dan saling membutuhkan, namun setiap komponen wisata tersebut
mempunyai prioritas dalam pengembangan wisata sesuai dengan jenis wisata yang
akan disajikan. Sebagai contoh wisata taman hiburan (theme park) mempunyai
kecenderungan untuk terlebih dahulu membangun prasarana dan akses secara besar-
54
besaran agar taman hiburan memperoleh tingkat daya tarik yang cukup sehingga
dapat menimbulkan niat kunjungan dari calon pengunjung, hal ini disebabkan karena
jenis wisata taman hiburan nyaris tidak mempunyai daya tarik alami sehingga
bergantung pada pembangunan prasarana yang ditujukan sebagai daya tarik buatan;
sedangkan wisata alam seperti wisata agro atau wisata bumi perkemahan cenderung
untuk mencari setidaknya satu daya tarik alami yang cukup menjadi ciri khas daya
tarik yang mampu menimbulkan keinginan untuk berkunjung, selain itu wisata jenis
ini cenderung melakukan pembangunan prasarana yang tidak begitu besar demi
memperkecil efek pembangunan terhadap lingkungan yang dijadikan daya tarik
tersebut.
Wisata kereta api dengan berbagai komponen prasarana wisata dan kereta api
yang harus dibangun, serta daya tarik alami dari variasi pemandangan dan akses
terhadap stasiun kereta itu sendiri, mempunyai kondisi prioritas tersendiri dalam
pengembangannya yang perlu diidentifikasi, maka perlu dilakukan penelitian khusus
untuk mengetahui prioritas tersebut. Penelitian tersebut diarahkan pada pengkajian
tingkat kepentingan antar komponen-komponen wisata tersebut dalam langkah awal
identifikasi lokasi pengembangan wisata kereta api. Apakah yang paling penting
dalam langkah awal pengembangan kereta api? apakah daya tarik yang yang indah
ataukah prasarana yang terlengkap, atau akses yang terbaik?, hal apa yang terpenting
dan paling mempengaruhi penilaian ruas rel.
Metoda yang diambil untuk mengetahui tingkat kepentingan ini adalah dengan
mengkaji pendapat para ahli yang bergerak dalam bidang wisata, metode ini disebut
dengan metode Expert Choice, yang merupakan salah satu tahapan metode proses
analisis hirarki (AHP), dalam penelitian dengan metode ini dipilih beberapa ahli
yang terkait dalam bidang wisata sebagai responden untuk diminta menentukan
tingkat kepentingan menurut persepsi mereka. Hasil pertanyaan tersebut kemudian
dianalisis secara kuantitatif hingga menghasilkan nilai bobot kuantitatif. Secara lebih
lengkap tahapan penentuan bobot dengan metode Expert Choice dapat dilihat pada
lampiran E.
55
Para ahli dan praktisi yang terkait dengan pariwisata dan atau terkait dengan
pengembangan wisata kereta api di Kabupaten Ciamis yang terpilih menjadi
responden berjumlah 8 orang responden, diambil dari berbagai bidang ilmu dan
praktisi, berikut ini rincian karakteristik Responden:
Lama
No. Responden
Pengalaman
1 Peneliti Ahli 1 12 tahun
2 Peneliti Ahli 2 8 tahun
3 Peneliti Ahli 3 5 tahun
4 Pengarang Buku 21 tahun
5 Praktisi Perencanaan 7 tahun
6 Dosen 7 tahun
7 Pejabat Pemerintah 10 tahun
8 Praktisi Usaha Jasa Perjalanan 5 tahun
Sumber : Kuesioner 2005
Hasil perhitungan bobot secara statistik perlu diuji secara statistik untuk
mengetahui keabsahan nilai bobot untuk digunakan dalam proses perhitungan
statistik lainnya (dalam studi ini perhitungan statistik dengan SIM). Uji Statistik
dalam software perhitungan dengan metode Expert Choice, adalah uji statistik
konsistensi dengan cara mencari nilai Consistency Ratio atau Rasio Kekonsistenan.
56
TABEL 3.4
BOBOT KOMPONEN PENILAIAN WISATA KERETA API
Berbagai variabel penilaian dari komponen wisata pada Tabel 3.1 dan 3.2
memiliki dimensi yang berbeda-beda. Pengukuran nilai memerlukan parameter
(skala pengukuran) yang jelas sesuai data yang tersedia untuk menghasilkan nilai
kuantitatif untuk pembanding antar ruas rel. Maka dilakukan penentuan parameter
dan kode parameter berdasarkan jenis dimensi masing-masing. Parameter tersebut
membantu signifikansi dalam penilaian variabel melalui penambahan parameter
pembanding, lebih banyak parameter yang dinilai maka perbedaan nilai menjadi
lebih signifikan. Penjelasan tentang ketentuan parameter pada variabel penilaian,
secara lebih jelasnya dapat disimak pada TABEL 3.5 sampai dengan TABEL 3.7.
57
TABEL 3.5
VARIABEL DAN PARAMETER PENILAIAN UNTUK KOMPONEN
AKSESIBILITAS
TABEL 3.6
VARIABEL DAN PARAMETER PENILAIAN UNTUK KOMPONEN
DAYA TARIK
TABEL 3.7
VARIABEL DAN PARAMETER PENILAIAN UNTUK KOMPONEN
PRASARANA DAN SARANA
Skala pengukuran yang diinginkan adalah skala interval yaitu skala yang selain
membedakan dan mempunyai tingkatan, juga diasumsikan mempunyai jarak,
sehingga dapat memberikan jarak nilai pada tiap-tiap ruas rel kereta api yang dikenai
penilaian variabel wisata.
59
Alat bantu analisis membantu untuk mengolah data kualitatif dengan cara
generalisasi data sehingga data kualitatif dapat dikuantifikasikan dan terukur. Salah
satu cara mengkuantifikasi data adalah melalui pengkuantifikasian data kualitatif
ordinal, dimana skor nilai yang dihasilkan dapat digunakan untuk mengolah data
baik melalui pendekatan analisis statistika deskriptif maupun konfirmatif. Salah satu
metode yang dapat digunakan adalah Successive Interval Method (SIM). Metode ini
akan menaikkan skala data dari kualitatif menjadi kuantitatif berskala ordinal.
Metode ini memerlukan data yang berskala ordinal pula (Siterpu&Burhan:1990).
Tingkatan skala ordinal adalah tingkatan yang bertujuan untuk membedakan
antara kategori-kategori dalam satu variabel dengan asumsi bahwa ada urutan atau
tingkatan skala. Angka-angka ordinal lebih menunjukkan urutan peringkat. Angka-
angka tersebut tidak menunjukkan kuantitas absolut, tidak pula memberikan petunjuk
bahwa interval-interval antar setiap dua angka itu sama. Misalnya, aksesibilitas
stasiun terhadap prasarana transportasi angkutan darat, pemberhentian kereta api
(stasiun atau stoplas) mempunyai 3 kemungkinan yaitu terlayani langsung atau dekat
dengan pemberhentian tersebut, kemudian terlayani secara tidak langsung atau jauh
dari pemberhentian tersebut, dan belum terlayani sama sekali atau tak ada jalan.
Dalam pemberian kode masing-masing mendapat kode sebagai berikut : terlayani
langsung = 1; terlayani secara tak langsung = 2; belum terlayani = 3; Dalam asumsi
skala ordinal, tidak dapat secara pasti dikatakan bahwa nilai pemberhentian kereta
api dalam yang terlayani langsung oleh prasarana angkutan darat lain adalah 2 kali
yang terlayani secara tak langsung.
Tahapan SIM adalah sebagai berikut (Siterpu&Burhan:1990):
60
2
dimana = 3,14 dan e = 2,7183
7. Hitung nilai scale-value untuk setiap kategori melalui rumus :
f ( z i ) f ( z i +1 )
SVi =
Fi Fi 1
dengan i menyatakan peubah ke-i
8. Terakhir, hitung nilai skor kuantifikasi dari setiapa peubah melalui rumus :
Skori = SVi + 1 min(SVi )
Contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran C mengenai Contoh Perhitungan
Successive Interval Method.
Urutan langkah pengerjaan analisis skoring secara rinci adalah sebagai berikut :
1. Pemberian kode
Pemberian kode pada setiap komponen pariwisata yang dinilai, variabel penilaian
dan parameter yang digunakan, untuk mewakili tiap parameter penilaian dari
setiap variabel penilaian wisata (selengkapnya dapat dilihat pada TABEL 3.5
61
TABEL 3.8
RANKING RUAS REL MENURUT PENILAIAN WISATA TERHADAP
PERHENTIAN
No. Nilai Rata-rata
Ruas Rel
Perhentian Perhentian
1 ke 2 Banjar ke Batulawang 5,552
2 ke 3 Batulawang ke GunungCupu 4,196
3 ke 4 GunungCupu ke Cikotok 2,913
4 ke 5 Cikotok ke Sukajadi 2,450
5 ke 6 Sukajadi ke Banjarsari 3,335
6 ke 7 Banjarsari ke Cangkring 3,270
7 ke 8 Cangkring ke Cicapar 2,528
8 ke 9 Cicapar ke Padaherang 3,834
9 ke 10 Padaherang ke Ciganjeng 3,792
10 ke 11 Ciganjeng ke Tunggilis 2,921
11 ke 12 Tunggilis ke Kalipucang 5,081
12 ke 13 Kalipucang ke Sumber 5,878
13 ke 14 Sumber ke Putrapinggan 5,258
14 ke 15 Putrapinggan ke Pangandaran 6,037
15 ke 16 Pangandaran ke Cikembulan 6,026
16 ke 17 Cikembulan ke Cikalong 4,114
17 ke 18 Cikalong ke Cibenda 2,618
18 ke 19 Cibenda ke Cibontos 3,289
19 ke 20 Cibontos ke Parigi 4,701
20 ke 21 Parigi ke Cijulang 5,879
Sumber : Hasil Perhitungan , Lampiran D-15
1. Pangandaran
Pangandaran (hasil penilaian urutan 1 dan 2) memiliki sarana dan prasarana
penunjang pariwisata yang sangat baik sebagai salah satu kawasan pariwisata
terbesar di Jawa Barat. Perkembangan pariwisata di Pangandaran menimbulkan
peluang kerja yang mengakibatkan pembangunan permukiman dan usaha sejalan
dengan pertumbuhan penduduk, kegiatan di Pangandaran berpengaruh pula pada
daerah sekitarnya yaitu, Putrapinggan (hasil penilaian urutan ke 1 dan 6),
Cikembulan (urutan 2 dan 10) hingga kecamatan Kalipucang dan Parigi. Pendapatan
pajak yang besar dari Pangandaran membuat pemerintah Kabupaten Ciamis
memprioritaskan Pangandaran dalam pembangunan prasarana dan aksesibilitas.
2. Banjar
Banjar (urutan ke 5) yang terletak di kota administratif Banjar, baru ditetapkan
64
3. Kalipucang
Kalipucang (urutan ke 4 dan 7) adalah kota kecamatan yang terbangun karena
beberapa pengaruh kegiatan yaitu : kegiatan transportasi penyeberangan sungai dan
selat hingga Cilacap (Jawa Tengah) di Pelabuhan Majingklak, kegiatan di beberapa
objek pariwisata air dan hutan (Gua Donan, Palatar Agung, Karapyak, Karang Nini
dan perkebunan Hutan Jati) serta permukiman penduduk.
4. Cijulang
Cijulang (urutan ke 3) adalah kota kecamatan yang terbangun prasarana dan sarana
wisatanya juga karena berbagai kegiatan, terutama kegiatan pariwisata di berbagai
lokasi pariwisata air (Green Canyon, Cukang Taneuh, Batu Karas). Selain itu
Cijulang memiliki pelabuhan sungai dan sempat menjadi satu-satunya wilayah di
wilayah studi yang mempunyai bandar udara (Nusawiru).
Penilaian menurut perhentian terlihat menghasilkan nilai terbesar pada ruas-ruas rel
yang sebagian besar terletak di pesisir selatan Kabupaten Ciamis. Pesatnya
perkembangan pariwisata membuat pesisir selatan lebih unggul dalam prasarana
wisata, aksesibilitas dan pelayanan wisata. Ruas rel Banjar Cijulang menyusuri
berbagai daerah yang telah menjadi tujuan wisata umum, yaitu Kalipucang,
Pangandaran (termasuk Putrapinggan), Parigi dan Cijulang.
Hasil penilaian wisata terhadap ruas rel berdasarkan variabel yang berpengaruh
pada ruas rel, berurutan dari nilai yang besar ke kecil menurut ruas rel yang terkait,
dan dipilih 10 ruas rel dengan nilai terbesar, dapat disimak pada TABEL 3.9.
65
Jumlah nilai terbesar menurut penilaian wisata terhadap ruas rel, ada pada ruas
rel Kalipucang hingga Sumber. Seluruh variabel-variabel penilaian yang berkenaan
pada ruas rel berasal dari komponen daya tarik wisata, yang sejalan dengan itu akan
menghasilkan nilai yang lebih besar pada wilayah yang lebih mempunyai daya tarik.
Penilaian ruas rel menurut variabel wisata kereta api yang berpengaruh pada
ruas rel, menghasilkan nilai yang besar pada daerah pesisir selatan yang telah dikenal
sebagai daerah tujuan wisata yang telah terkenal atau telah diperkenalkan kepada
wisatawan domestik maupun internasional.
TABEL 3.9
NILAI RUAS REL MENURUT PENILAIAN WISATA TERHADAP RUAS
REL
No. Nilai Ruas
Ruas Rel
Perhentian Rel
1 ke 2 Banjar ke Batulawang 12,440
2 ke 3 Batulawang ke GunungCupu 13,368
3 ke 4 GunungCupu ke Cikotok 11,525
4 ke 5 Cikotok ke Sukajadi 12,967
5 ke 6 Sukajadi ke Banjarsari 15,883
6 ke 7 Banjarsari ke Cangkring 11,539
7 ke 8 Cangkring ke Cicapar 10,776
8 ke 9 Cicapar ke Padaherang 13,834
9 ke 10 Padaherang ke Ciganjeng 17,260
10 ke 11 Ciganjeng ke Tunggilis 18,024
11 ke 12 Tunggilis ke Kalipucang 16,732
12 ke 13 Kalipucang ke Sumber 27,637
13 ke 14 Sumber ke Putrapinggan 22,800
14 ke 15 Putrapinggan ke Pangandaran 16,959
15 ke 16 Pangandaran ke Cikembulan 14,843
16 ke 17 Cikembulan ke Cikalong 14,540
17 ke 18 Cikalong ke Cibenda 12,703
18 ke 19 Cibenda ke Cibontos 10,976
19 ke 20 Cibontos ke Parigi 13,389
20 ke 21 Parigi ke Cijulang 10,279
Sumber : Perhitungan Lampiran D-13, 2006
Adanya perbedaan nilai yang jauh antara ruas rel Kalipucang Sumber dengan
ruas rel lainnya disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
Daya tarik alami yang tidak dimiliki daerah lain seperti air terjun (yang terlihat
dari ruas rel), dan kombinasi panorama dari berbagai variabel daya tarik seperti
pantai, sungai, gunung, bukit dan tebing.
66
Memiliki jumlah bangunan kereta api dengan keistimewaan nilai sejarah dan
kontruksi yang lebih banyak dari ruas-ruas rel lainnya.
Ruas rel yang berhubungan dengan perhentian kecil Tunggilis memiliki
kelebihan dalam panorama yang istimewa (luas variatif dan tak terhalang). Ruas rel
lainnya memiliki nilai tambah dari variabel daya tarik pantai.
Hasil penilaian pariwisata yang menunjukkan 20 ruas rel dengan jumlah nilai
wisata keseluruhan dapat disimak pada TABEL 3.10. Hasil penilaian wisata
menunjukkan ruas rel dengan nilai keseluruhan (total) terbesar ada pada ruas rel
stasiun Kalipucang ke perhentian kecil Sumber.
Perhitungan nilai wisata keseluruhan yang merupakan gabungan dari penilaian
terhadap ruas-ruas rel antara dan perhentian, menggambarkan nilai tiap ruas yang
menjadi acuan pengukuran secara keseluruhan.
TABEL 3.10
RANKING RUAS REL MENURUT PENILAIAN WISATA KESELURUHAN
No. Nilai
Ruas Rel Ranking
Perhentian Keseluruhan
1 ke 2 Banjar ke Batulawang 17,992 10
2 ke 3 Batulawang ke GunungCupu 17,564 13
3 ke 4 GunungCupu ke Cikotok 14,437 18
4 ke 5 Cikotok ke Sukajadi 15,417 15
5 ke 6 Sukajadi ke Banjarsari 19,217 7
6 ke 7 Banjarsari ke Cangkring 14,809 17
7 ke 8 Cangkring ke Cicapar 13,304 20
8 ke 9 Cicapar ke Padaherang 17,667 12
9 ke 10 Padaherang ke Ciganjeng 17,762 11
10 ke 11 Ciganjeng ke Tunggilis 20,945 5
11 ke 12 Tunggilis ke Kalipucang 21,813 4
12 ke 13 Kalipucang ke Sumber 33,514 1
13 ke 14 Sumber ke Putrapinggan 28,058 2
14 ke 15 Putrapinggan ke Pangandaran 22,996 3
15 ke 16 Pangandaran ke Cikembulan 20,869 6
16 ke 17 Cikembulan ke Cikalong 18,654 8
17 ke 18 Cikalong ke Cibenda 15,321 16
18 ke 19 Cibenda ke Cibontos 14,265 19
19 ke 20 Cibontos ke Parigi 18,090 9
20 ke 21 Parigi ke Cijulang 16,158 14
Sumber : Hasil Perhitungan, Lampiran D-16
BAB 4
PRIORITAS PENGEMBANGAN RUAS REL KERETA API UNTUK
WISATA KERETA API
Bab ini berisi kesimpulan dan berbagai rekomendasi pengembangan ruas rel
untuk pengembangan wisata kereta api di wilayah studi rel Banjar Cijulang.
4.1 Kesimpulan
67
68
M. Bukit
N. Tebing
O. Persawahan
P. Kombinasi pemandangan panorama
Q. Akses ke objek wisata Lain
R. Jembatan
S. Terowongan
T. Bangunan kereta api lainnya
U. Daya tarik khusus lainnya
TABEL 4.1
PRIORITAS PENGEMBANGAN RUAS REL KERETA API DI RUAS REL
BANJAR CIJULANG UNTUK WISATA KERETA API
No. Nilai
Ruas Rel Ranking
Perhentian Keseluruhan
1 ke 2 Banjar ke Batulawang 17,992 10
2 ke 3 Batulawang ke GunungCupu 17,564 13
3 ke 4 GunungCupu ke Cikotok 14,437 18
4 ke 5 Cikotok ke Sukajadi 15,417 15
5 ke 6 Sukajadi ke Banjarsari 19,217 7
6 ke 7 Banjarsari ke Cangkring 14,809 17
7 ke 8 Cangkring ke Cicapar 13,304 20
8 ke 9 Cicapar ke Padaherang 17,667 12
9 ke 10 Padaherang ke Ciganjeng 17,762 11
10 ke 11 Ciganjeng ke Tunggilis 20,945 5
11 ke 12 Tunggilis ke Kalipucang 21,813 4
12 ke 13 Kalipucang ke Sumber 33,514 1
13 ke 14 Sumber ke Putrapinggan 28,058 2
14 ke 15 Putrapinggan ke Pangandaran 22,996 3
15 ke 16 Pangandaran ke Cikembulan 20,869 6
16 ke 17 Cikembulan ke Cikalong 18,654 8
17 ke 18 Cikalong ke Cibenda 15,321 16
18 ke 19 Cibenda ke Cibontos 14,265 19
19 ke 20 Cibontos ke Parigi 18,090 9
20 ke 21 Parigi ke Cijulang 16,158 14
Sumber : Hasil Perhitungan Lampiran D-16, 2006
3. Ruas rel Kalipucang Sumber adalah ruas rel prioritas utama pada penilaian
wisata terhadap ruas rel bagi pengembangan wisata kereta api dan juga untuk
penilaian wisata terhadap ruas rel secara keseluruhan, sedangkan ruas rel dari
stasiun Putrapinggan ke stasiun Pangandaran adalah ruas rel prioritas untuk
penilaian wisata yang berpengaruh pada perhentian.
69
Gambar 4.1
Peta Kesimpulan Prioritas Pengembangan Ruas Rel secara Keseluruhan
70
4.2 Rekomendasi
No.
Prioritas Ruas Rel Keunggulan Kelemahan Pengembangan
Perhentian
-angkutan lokal -daya tarik -Pemanfaatan dan Peningkatan daya tarik bangunan perkereta
- bus umum apian di Banjar
-jaringan jalan -Peningkatan akses dari perhentian Batulawang
-toko - Pembangunan rel kereta api
1 ke 2 10 Banjar ke Batulawang
- restoran -Peningkatan bangunan perhentian
-bangunan - Peningkatan sarana wisata di sekitar Batulawang
perkereta-apian -Peningkatan angkutan umum menuju perhentian Batulawang
-daya tarik dan sarana -Pengadaan dan Peningkatan daya tarik buatan
wisata untuk kedua - Pembukaan akses dari perhentian Cikotok
perhentian - Peningkatan akses menuju perhentian Sukajadi
- Pembangunan rel kereta api
4 ke 5 15 Cikotok ke Sukajadi
- Renovasi bangunan perhentian
- Pengadaan sarana wisata di dekat Sukajadi
-Peningkatan angkutan umum menuju perhentian atau stasiun
72
Lanjutan TABEL 4.2
daya tarik dan sarana -Penataan daerah milik rel perkotaan Banjarsari dan Cangkring
wisata - Peningkatan daya tarik
-Peningkatan akses dari perhentian Cangkring
'- Pembangunan rel kereta api
- Renovasi bangunan Stasiun
6 ke 7 17 Banjarsari ke Cangkring - Pembangunan ulang perhentian Cangkring
- Pembuatan sarana wisata di dekat perhentian Cangkring
-Peningkatan angkutan umum menuju perhentian Cangkring
daya tarik dan sarana -Penataan daerah milik rel didaerah perkotaan Cicapar dan
wisata penginapan Padaherang
-Peningkatan daya tarik
8 ke 9 12 Cicapar ke Padaherang -Peningkatan akses dari perhentian Cicapar'
- Pembangunan rel kereta api
- Renovasi bangunan stasiun dan perhentian
-Peningkatan angkutan umum menuju perhentian Cicapar
73
Lanjutan TABEL 4.2
-danau daya tarik dan akses -Pemanfaatan dan Peningkatan daya tarik alami dan buatan
-pesawahan kedua perhentian - Pembukaan akses dari perhentian Tunggilis
-kombinasi - Peningkatan akses dari perhentian Ciganjeng
panorama - Pembangunan rel kereta api
10 ke 11 5 Ciganjeng ke Tunggilis - Renovasi bangunan perhentian
- Pembuatan sarana wisata di dekat perhentian Tunggilis dan
Ciganjeng
-Peningkatan angkutan umum kedua menuju perhentian
-gunung akses dan sarana -Pemanfaatan dan peningkatan daya tarik alami dan buatan
-pesawahan wisata -Pembukaan akses dari perhentian Tunggilis'
-kombinasi - Pembangunan rel kereta api
panorama - Renovasi bangunan stasiun Kalipucang
11 ke 12 4 Tunggilis ke Kalipucang -Pembangunan ulang bangunan perhentian Tunggilis
- Peningkatan sarana wisata di dekat Stasiun Kalipucang
-Pengadaan sarana wisata di dekat perhentian Tunggilis
-Pengadaan angkutan umum menuju perhentian Tunggilis
-pantai sarana wisata dan -Pemanfaatan dan peningkatan daya tarik alami dan buatan,
-sungai akses ke perhentian terutama air terjun
-air terjun Sumber -Pembukaan akses jalan untuk mobil ke perhentian Sumber'
-gunung ,bukit - Renovasi bangunan Stasiun Kalipucang -Pembangunan ulang
12 ke 13 1 Kalipucang ke Sumber - tebing perhentian Sumber
-kombinasi - Pembangunan rel kereta api
-jembatan - Peningkatan sarana wisata di dekat Stasiun Kalipucang dan
- bangunan perhentian Sumber
-daya tarik khusus -Pengadaan angkutan umum menuju perhentian Sumber
74
Lanjutan TABEL 4.2
-pantai sarana wisata dan -Pemanfaatan dan peningkatan daya tarik alami dan buatan
-gunung akses ke perhentian -Pembukaan akses ke perhentian Sumber
-bukit Sumber - Renovasi bangunan Stasiun Kalipucang
-kombinasi -Pembangunan kembali perhentian Sumber
panorama -Peningkatan sarana wisata di kedua perhentian dan Stasiun
13 ke 14 2 Sumber ke Putrapinggan
-jembatan - Pembangunan rel kereta api
-terowongan - Penataan daerah milik rel di daerah perkotaan
-Peningkatan angkutan umum menuju stasiun Putrapinggan
-Pengadaan angkutan umum menuju perhentian Sumber
-angkutan lokal daya tarik yang -Penataan daerah milik rel di daerah perkotaan Pangandaran
-jaringan jalan terhalangi -Pemanfaatan daya tarik alami dan peningkatan daya tarik
-hotel permukiman buatan
-toko -Peningkatan akses terhadap Stasiun Putrapinggan
14 ke 15 3 Putrapinggan ke Pangandaran
-restoran - Pembangunan rel kereta api
- Renovasi bangunan stasiun dan perhentian
-Peningkatan angkutan umum menuju stasiun Putarpinggan
-akses ke wisata daya tarik yang -Pemanfaatan dan Peningkatan daya tarik buatan dan alami
lain terhalangi -Pemanfaatan objek wisata lain sebagai daya tarik tambahan
-toko permukiman -Peningkatan akses dari perhentian Cikembulan'
- restoran - Pembangunan rel kereta api
15 ke 16 6 Pangandaran ke Cikembulan
- Renovasi bangunan stasiun
-Pembangunan ulang perhentian Cikembulan
-Peningkatan angkutan umum menuju perhentian Cikembulan
daya tarik, -Pengadaan dan peningkatan daya tarik alami dan buatan
aksesibilitas ke -Peningkatan akses dari kedua perhentian - Pembangunan rel
16 ke 17 8 Cikembulan ke Cikalong perhentian Cikalong kereta api
dan sarana wisata di - Pembangunan ulang kedua bangunan perhentian
Cikalong - Peningkatan angkutan umum menuju kedua perhentian
75
Lanjutan TABEL 4.2
76
77
Dalam studi penentuan prioritas pengembangan ruas rel untuk wisata kereta api
ini, terdapat beberapa kelemahan yakni :
1. Tidak disertakan analisis dari sisi pembiayaan yang membahas antara lain
perhitungan kemampuan pembiayaan pembangunan dari pemerintah daerah
Kabupaten Ciamis, perhitungan biaya rekonstruksi fisik rel kereta dan bangunan
pendukungnya.
2. Kurang adanya data yang memadai tentang kondisi eksisting pada beberapa
variabel penilaian, sehingga perhitungan variabel tersebut didasarkan pada
asumsi dan bukan berdasarkan fakta.
3. Lingkup materi prasarana dan sarana wisata tidak mencakup jaringan listrik dan
telekomunikasi serta jaringan air bersih. Padahal variabel ini termasuk
kebutuhan yang mendasar bagi penyelenggaraan pariwisata.
4. Tidak adanya proyeksi kebutuhan wisatawan untuk mengetahui seberapa besar
kebutuhan pembangunan prasarana dan sarana wisata bagi wisata kereta api.
5. Tidak mempertimbangkan kenyataan bahwa jembatan adalah konstruksi kereta
api yang memerlukan biaya terbesar dalam rekonstruksinya. Padahal, ruas rel
kereta api Banjar Cijulang memiliki lebih dari 100 konstruksi jembatan yang
sebagian besar memerlukan rekonstruksi dan pengoperasian kembali ruas rel
Banjar Cijulang ini merupakan suatu hal yang tidak mungkin dilakukan bila
jembatan tidak direkonstruksi.
Studi lanjutan yang dapat langsung dilakukan setelah studi ini, untuk bidang
Perencanaan Wilayah dan Kota dapat ditujukan pada :
a. Studi Ulang Manajemen sumber daya wisata dengan data yang lebih akurat,
terperinci dan aktual.
b. Sisi Permintaan (Demand), arahan pengembangan sarana dan prasarana
berdasarkan kebutuhan masyarakat wisata dan wisatawan di sekitar wilayah
Banjar Cijulang.
c. Sisi Pembiayaan, Perhitungan pembiayaan pembangunan prasarana rel kereta
api; prasarana stasiun; prasarana wisata; pengadaan sarana kereta api;
78
DAFTAR PUSTAKA
Glen L.,and Hauser, John R.1980. Design and Marketing of New Product; New
Jersey; Prentice-Hall Inc.
Gunn, Clare A. 1988. Tourism Planning (Second Edition), New York, Taylor &
Francis.
Mathieson, Allister, & Wall G. 1982 Tourism : Economic, Physical and Social
Impact; New York, Longman.
McIntosh, Robert W.; Charles R. Goeldner; J.R. Brent Richie. 1995 Tourism
Principles, Practices, Philosophies; New York. John Wiley & Sons,Inc.
Siterpu, Nirwana & Burhan, Safrida. 1990. Metoda Sampling, Fakultas Pasca
Sarjana Universitas Padjadjaran.
Yoeti, Oka A. Drs, MBA. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata; Angkasa, Bandung.
80
Djeni, Aom. Kompas, Jumat, 29 April 2005 Kejayaan Kereta Api, antara
Ambarawa-Kedungjati
Djeni, Aom. Kompas, Senin, 08 Maret 2004 Angkutan Perahu Kalipucang- Cilacap
Terancam Punah
Bappeda Ciamis. 2001. , Buku Rencana Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Ciamis.
Bappeda Ciamis. 2001., Buku Kompilasi Data, Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Ciamis.
Bappeda Ciamis, 2001. Buku Analisis Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Ciamis.
Ashwani Lohani Wisata Gaya Baru Turisme Kereta Api Uap, Foto: Phal S. Girota
Penulis adalah seorang Pejabat Tinggi Perusahaan Kereya Api India.
http://www.indoindians.com/info_on_india/wisata_gaya_baru.htm. diakses
April 2004.
14. Terminal Bis, yaitu jarak prasarana transportasi terminal atau perhentian Bus
yang dapat digunakan sebagai akses ke wilayah studi wisata.
A. Fasilitas
B. Infrastruktur
A. Fisik Alami
23. Alam, yang dimaksud dengan sumber daya dan atraksi dari sisi alam adalah
kondisi alam secara makro (global) di lingkungan eksternal wilayah studi.
Kabupaten Ciamis merupakan wilayah eksternal wilayah studi, dengan kondisi
alam yang sama dan sejenis sepanjang wilayah studi (tanpa keunikan di daerah
A-4
tertentu) maka kriteria ini tidak berpengaruh spesifik terhadap titik acuan
perhentian kereta api dalam analisa pemilihan lokasi studi, sehingga kriteria ini
tak dibahas.
24. Iklim, yang dimaksud iklim sebagai sumber daya dan atraksi adalah kondisi
iklim di wilayah studi, kriteria ini pun tak dibahas dikarenakan iklim pada tiap
perhentian kereta api sebagai parameter studi ini, mempunyai karakteristik dan
akan bernilai sama atau homogen terhadap seluruh wilayah studi.
25. Bentuk Dataran, dalam kriteria ini tiap perhentian dinilai dari tiap bentuk
dataran yang ada di wilayah studi, menurut data kondisi dataran di wilayah
studi adalah datar dan perbukitan kecil.
26. Flora dan Fauna, kriteria ini tidak dibahas karena flora dan fauna di wilayah
studi berjenis relatif sama atau homogen tanpa adanya keunikan yang dapat
dijadikan nilai lebih.
B. Keindahan Alami,
Kriteria ini dilakukan skoring terhadap view keindahan alami dari perjalanan
kereta api terhadap suatu objek daya tarik alami dari titik ruas rel kereta di wilayah
studi, kriteria ini dinilai berdasar pada terlihat atau tidak terlihatnya setiap atribut,
penilaian suatu ruas dibatasi oleh dua perhentian di ujung dan pangkalnya.
Komponen Keindahan alami adalah :
27. Pantai, yaitu pantai yang dapat dinikmati dari ruas rel yang dibatasi oleh dua
perhentian diujung dan pangkalnya.
28. Danau, kriteria ini dinilai berdasarkan view danau yang dapat dinikmati dari
ruas rel yang dibatasi oleh dua perhentian diujung dan pangkalnya.
29. Sungai, kriteria ini dinilai berdasarkan sungai yang dapat dinikmati dari ruas rel
yang dibatasi oleh dua perhentian diujung dan pangkalnya.
30. Air Terjun, kriteria ini dinilai berdasarkan view air terjun yang dapat dinikmati
dari titik rel yang dibatasi oleh dua perhentian diujung dan pangkalnya.
31. Gunung, kriteria ini dinilai berdasarkan view gunung yang dapat dinikmati dari
ruas rel yang dibatasi oleh dua perhentian diujung dan pangkalnya.
Adapun kriteria yang ditiadakan adalah :
32. Gua, kriteria ini dinilai berdasarkan view gua yang tidak dapat dinikmati dari
ruas rel yang dibatasi oleh dua perhentian diujung dan pangkalnya.
A-5
33. Biota Laut, kriteria ini tidak dinilai karena biota laut tidak terlihat secara
langsung atau bukan merupakan atraksi yang dapat mempengaruhi nilai titik
acuan penilaian.
C. Keindahan Buatan
Dalam kriteria ini dilakukan analisa terhadap ada atau tidak adanya keindahan
buatan di dekat titik acuan perhentian kereta api di wilayah studi, kriteria ini dinilai
dengan parameter keberadaannya dengan deskripsi jumlah secara interval. Kriteria-
kriteria pemilihan dari Komponen Wisata Keindahan Buatan yang dianalisa
dengan cara diatas adalah view objek daya tarik wisata :
34. Bangunan Bersejarah, yaitu bangunan bersejarah yang ada di ruas rel kereta
api Banjar-Cijulang dan tempat-tempat yang dilaluinya, yang berarti sejarah
yang berkaitan dengan bangunan-bangunan perkereta-apian tersebut berupa
bangunan jembatan, stasiun/stoplas, terowongan, depot kereta api, Menara Air,
dsb.
D. Budaya
Dalam kriteria ini dilakukan analisa terhadap faktor budaya terhadap wilayah
studi. Kriteria-kriteria pemilihan dari Komponen Wisata Keindahan Buatan yang
dianalisa adalah view daya tarik wisata :
35. Kesenian; tari, musik, drama, rupa, kriteria ini tidak dibahas karena wilayah
studi Kabupaten Ciamis mempunyai kebudayaan sama dan merata (homogen)
di seluruh daerah walaupun Pangandaran yang mempunyai berbagai event
tahunan namun tak dapat dijadikan nilai lebih karena tak dapat dinikmati dari
atas kereta.
36. Sejarah, yaitu sejarah pelayanan perkereta-apian di wilayah studi ruas rel
kereta api Banjar-Cijulang dan tempat-tempat yang dilaluinya. Sejarah ini
bersifat umum yang berkaitan dengan perkereta-apian di seluruh wilayah
pelayanan kereta api Ciamis Selatan, Sejarah ini berlaku sama dan merata pada
setiap perhentian, sehingga kriteria ini tidak memberikan pengaruh atau nilai
lebih pada suatu perhentian tertentu secara khusus, sehingga kriteria ini dapat
tidak dibahas
37. Cenderamata, Makanan Khas, Minuman Khas, tidak dibahas karena wilayah
studi mempunyai karakteristik cenderamata, makanan dan minuman khas yang
A-6
A. Variabel Diabaikan
3. Pesawat Udara
4. Kereta Api
5. Jarak ke sumber pengunjung
6. Frekuensi Perjalanan
7. Stasiun Kereta
8. Bandar Udara
o Komponen Modal /Kapital
o Fasilitas
9. Pusat Informasi
10. Musium
11. Halte
12. Infrastruktur
o Komponen Sumber Daya dan Atraksi
13. Fisik Alami
14. Alam
15. Iklim
16. Flora dan Fauna
17. Keindahan Alami
18. Biota Laut
o Keindahan Buatan
19. Budaya
20. Kesenian; tari, musik, drama, rupa
21. Cenderamata, Makanan Khas, Minuman Khas
22. Situs Kedaerahan
23. Hospitality (Perilaku Pelayanan Penduduk)
B. Variabel Dibahas
laut,:
5. Komponen Modal /Kapital
6. Fasilitas
7. Restoran/rumah makan
o Komponen Sumber Daya dan Atraksi Keindahan Alami,
8. Keindahan Buatan
9. Budaya
10. Sejarah
C. Variabel Penilaian
18. Gua
o Komponen Keindahan Khusus dan Buatan
19. Jembatan
20. Terowongan
21. Bangunan Bersejarah
o Komponen Kondisi Prasarana Kereta Api
22. Kondisi Jalan Rel
23. Kondisi Jembatan
0
LAMPIRAN B
FOTO-FOTO PANORAMA DAN PETA WILAYAH STUDI
1
Gambar B.1
Orientasi Pengambilan Gambar
1
LAMPIRAN C
CONTOH PERHITUNGAN SUCCESSIVE INTERVAL METHOD
C-1
Sebuah pertanyaan dengan 4 kategori jawaban (setuju, kurang setuju, ragu-ragu dan
tidak setuju) ditanyakan kepada 50 .responden. Tentukan skor dari masin-masing kategori
jawaban apabila diketahui banyaknya responden yang menjawab kategori setuju, kurnga
setuju, ragu-ragu dan tidak setuju berturut-turut 9, 20, 3 dan 18 orang.
Petunjuk :
i. Gunakan metode Successive Interval
ii. Diketahui skor nilai terbesar yang diharapkan adalah untuk jawaban setuju dan
terkecil untuuk jawaban tidak setuju. Urutan selengkapnya dari skor nilai
adalah :
Setuju > Kurang Setuju > Ragu-ragu > Tidak Setuju
Jawab :
Tahap 1.
Diketahui sebuah pertanyaan terdiri dari 4 kategori jawaban yakni setuju, kurang
seetuju, ragu-ragu dan tidak setuju. Berdasarkan jenis pertanyaan yang diajukan, misalkan
skor tertinggi diberikan apabila responden memberikan jawaban setuju dan skor terendah
diberikan pada jawaban tidak setuju. Selengkapnya urutan pengaruh adalah sebagai
berikut (lihat petunjuk soal)
Setuju > Kurang Setuju > Ragu-ragu > Tidak Setuju
Oleh karena jawaban setuju akan diberikan skor terbesar, maka dalam tabel SIM
(hal.2) tempatkan jawaban setuju disebelah kanan jawaban kategori lainnya karena akan
diberi skor terkecil.Dan jawaban tidak setuju simpan disebelah kiri kategori lainnya karena
diberi skor terkecil.
Tahap 2.
Diketahui nsetuju = 9, nragu-ragu = 3, ntidak setuju = 18 sehingga total semua responden, N =
50. Selengkapnya lihat tabel SIM di halaman berikutnya.
Tahap 3.
Dengan menggunakan rumusan peluang berikut
C-2
n( X )
P( X ) =
N
diperoleh Psetuju = 0.18, Pkurang_setuju = 0.40, Pragu-ragu = 0.06, dan Ptidak_setuju = 18
sehingga total semua responden, N = 50. Selengkapnya lihat tabel
Tahap 4.
Kumulatifkan nilai peluang menjadi :
Fsetuju = 1, Fkurang setuju = 20, Fragu-ragu = 0.42, dan Ftidak_seuju = 0.36
Tahap 5.
Dengan menggunakan rumusan berikut ini.
P(Z z ) = nilai _ kumulatif
tentukan nilai z melalui tabel distribusi normal baku (tabel Z), berdasarkan kasus
diatas diperoleh nilai z sbb:
zsetuju = , zkurang_setuju = 0.915, zragu-ragu = -0.202, dan ztidak_setuju = -0.358.
Selengkapnya lihat tabel di halaman belakang.
Tahap 6.
Hitung nilai densitas dari setiap nilai z-skor (simbol : f(z)) melalui rumsan berikut ini
dan simpan hasil perhitungannya pada kolom di sebelah kanan kategori tersebut.
1 2
1 z
f ( z )= e 2
2
dari hasil perhitungan, nilai f(z)tidak setuju = 0.374 tetapi hasilnya disimpan untuk nilai
f(z)ragu-ragu. Akibatnya nilai f(z)tidak setuju = 0. Demikian seterusnya. Selngkapnya lihat tabel.
Tahap 7.
Nilai scala-value untuk setiap kategori dengan memisalkan F0 = 0 dan f(z)4 = 0
adalah sebagai berikut.
f ( z )tidak _ setuju f ( z )ragu ragu 0 0.374
SVtidak _ setuju = = = 1.039
Ftidak _ setuju F0 0.360 0
f ( z )setuju f ( z )4 0.262 0
SV setuju = = = 1.458
Fsetuju Fkurang _ setuju 1 0.820
Tahap 8.
Dengan memilih nilai terkecil = -1.039 maka skor untuk setiap kategori dapat
dihitung sbb.
Skorsetuju = SVsetuju + 1 min(SV1 ) = 1.458 + 1 1.039 = 3.497
= 0.321 + 1 1.039
= 2.360
Dan seterusnya, selengkapnya lihat Tabel SIM berikut ini:
Keterangan Tidak setuju Ragu-ragu Kurang setuju Setuju
(1) (2) (3) (4)
N 18 3 20 9
P 0.360 0.060 0.400 0.180
F 0.360 0.420 0.820 1.000
Z -0.358 -0.202 0.912 ~
F(z) 0.000 0.374 0.391 0.262
CV -1.039 -0.280 0.321 1.458
Skor 1.000 1.759 2.360 3.497
0
LAMPIRAN D
TABEL-TABEL PERHITUNGAN DALAM ANALISIS
D-1
TABEL D. 1
INPUT DATA MENTAH UNTUK PENILAIAN WISATA MENURUT PENGARUH PADA RUAS REL
No. Nama III III
Perhent Perhentian H I J K L M N O P R S T
ian iv iii ii i iv iii ii i iv iii ii i iv iii ii i iv iii ii i iv iii ii i iv iii ii i iv iii ii i iv iii ii i iii ii i iii ii i iii ii i
1 Banjar
1 - 2 Batulawang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 - 3 GunungCupu 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 - 4 Cikotok 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 - 5 Sukajadi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 - 6 Banjarsari 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 - 7 Cangkring 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
7 - 8 Cicapar 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 - 9 Padaherang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 - 10 Ciganjeng 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
10 - 11 Tunggilis 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
11 - 12 Kalipucang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
12 - 13 Sumber 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 - 14 Putrapinggan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14 - 15 Pangandaran 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1
15 - 16 Cikembulan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
16 - 17 Cikalong 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
17 - 18 Cibenda 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
18 - 19 Cibontos 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
19 - 20 Parigi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
20 - 21 Cijulang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Frekuensi 12 5 1 2 18 0 2 0 13 3 3 1 19 1 0 0 3 6 7 4 5 7 5 3 17 1 1 1 8 9 1 2 5 9 2 4 9 8 3 17 1 2 10 8 2
Komponen Keindahan Alami Keindahan Khusus dan Buatan
Penilaian
Not Komp III III
Variabel Pantai Danau Sungai Air Terjun Gunung Bukit tebing Persawahan Kombinasi Jembatan Terowonga Bangunan
Penilaian Panorama n lain
Not Var H I J K L M N O P R S T
Not Param iv iii ii i iv iii ii i iv iii ii i iv iii ii i iv iii ii i iv iii ii i iv iii ii i iv iii ii i iv iii ii i iii ii i iii ii i iii ii i
D-1
D-2
TABEL D. 2
INPUT DATA MENTAH UNTUK PENILAIAN WISATA MENURUT PENGARUH PADA PERHENTIAN
I II III
No Perhentian A B C D E F G Q U
iii ii i iii ii i iii ii i iii ii i iii ii i iii ii i iii ii i iii ii i v iv iii ii i
1 Banjar 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 Batulawang 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 GunungCupu 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 Cikotok 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 Sukajadi 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 Banjarsari 1 1 1 1 1 1 1 1 1
7 Cangkring 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 Cicapar 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 Padaherang 1 1 1 1 1 1 1 1 1
10 Ciganjeng 1 1 1 1 1 1 1 1 1
11 Tunggilis 1 1 1 1 1 1 1 1 1
12 Kalipucang 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 Sumber 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14 Putrapinggan 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15 Pangandaran 1 1 1 1 1 1 1 1 1
16 Cikembulan 1 1 1 1 1 1 1 1 1
17 Cikalong 1 1 1 1 1 1 1 1 1
18 Cibenda 1 1 1 1 1 1 1 1 1
19 Cibontos 1 1 1 1 1 1 1 1 1
20 Parigi 1 1 1 1 1 1 1 1 1
21 Cijulang 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Frekuensi 9 3 9 11 3 7 0 12 9 5 6 10 12 4 5 2 9 10 4 10 7 12 4 5 10 8 2 1 0
Komponen Aksesibilitas Prasarana Wisata Keindahan Khusus dan Buatan
Penilaian
Not Komp I II III
Variabel Penilaian angkutan lokal bus umum jaringan jalan Penginapan hotel toko resto/rumah Akses ke Daya Tarik Buatan
makan Objek Wisata lainnya
Not Var A B C D E F G U T
Not Param iii ii i iii ii i iii ii i iii ii i iii ii i iii ii i iii ii i iii ii i v iv iii ii i
D-2
D-3
TABEL D. 3
PERHITUNGAN NILAI DENGAN METODA SUCCESSIVE INTERVAL MENURUT PENGARUH TERHADAP RUAS REL
III
Komponen & Variabel
H I J
Jawaban iv iii ii i iv iii ii i iv iii ii i
Frekuensi 12 5 1 2 18 0 2 0 13 3 3 1
Perhitungan :
Input Frek (n) 12 5 1 2 18 2 13 3 3 1
Persentase (%) 0,60 0,25 0,05 0,10 0,90 0,10 0,65 0,15 0,15 0,05
F (% Kumulatif) 0,60 0,85 0,90 1,00 0,90 1,00 0,65 0,80 0,95 1,00
Nilai Z 0,25 1,04 1,28 1,28 0,39 0,84 1,64
f(z) 0 0,38644055 0,23321802 0,17554301 0 0,17554301 0 0,370492842 0,280032876 0,103161899
SV -0,64406759 0,61289012 1,1535003 1,75543007 -0,19504779 1,75543007 -0,569988987 0,603066439 1,179139844 2,063237986
Skor 1 2,257 2,798 3,399 1 2,950 1 2,173 2,749 3,633
Sum (n) 20 20 20
Sum % 1 1 1
SV Terkecil (SVmin) -0,64406759 -0,19504779 -0,569988987
Harga Mutlak SVmin 0,64406759 0,19504779 0,569988987
III
Komponen & Variabel
K L M
Jawaban iv iii ii i i ii iii iv i ii iii iv
Frekuensi 19 1 0 0 3 6 7 4 5 7 5 3
Perhitungan :
Input Frek (n) 19 1 3 6 7 4 5 7 5 3
Persentase (%) 0,95 0,05 0,15 0,30 0,35 0,20 0,25 0,35 0,25 0,15
F (% Kumulatif) 0,95 1 0,15 0,45 0,80 1,00 0,25 0,60 0,85 1,00
Nilai Z 1,64 -1,04 -0,13 0,84 -0,67 0,25 1,04
f(z) 0 0,1031619 0 0,23321802 0,39590524 0,28003288 0 0,317857021 0,386440553 0,233218022
SV -0,10859147 2,06323799 -1,55478682 -0,54229072 0,33106389 1,40016438 -1,271428084 -0,195952947 0,612890121 1,554786815
Skor 1 3,172 1 2,012 2,886 3,955 1 2,075 2,884 3,826
Sum (n) 20 20 20
Sum % 1 1 1
SV Terkecil (SVmin) -0,10859147 -1,55478682 -1,271428084
Harga Mutlak SVmin 0,10859147 1,55478682 1,271428084
D-3
D-4
Sambungan TABEL D. 3
III
Komponen & Variabel
N O P
Jawaban iv iii ii i iv iii ii i iv iii ii i
Frek 17 1 1 1 8 9 1 2 5 9 2 4
Perhitungan :
Input Frek (n) 17 1 1 1 8 9 1 2 5 9 2 4
Persentase (%) 0,85 0,05 0,05 0,05 0,40 0,45 0,05 0,10 0,25 0,45 0,10 0,20
F (% Kumulatif) 0,85 0,90 0,95 1,00 0,40 0,85 0,90 1,00 0,25 0,70 0,80 1,00
Nilai Z 1,04 1,28 1,64 -0,25 1,04 1,28 -0,67 0,52 0,84
f(z) 0 0,23321802 0,17554301 0,1031619 0 0,38644055 0,23321802 0,17554301 0 0,317857021 0,347780691 0,280032876
SV -0,27437414 1,1535003 1,44762216 2,06323799 -0,96610138 0,34049451 1,1535003 1,75543007 -1,271428084 -0,066497045 0,677478152 1,400164379
Skor 1 2,428 2,722 3,338 1 2,307 3,120 3,722 1 2,205 2,949 3,672
Sum (n) 20 20 20
Sum % 1 1 1
SV Terkecil (SVmin) -0,27437414 -0,96610138 -1,271428084
Harga Mutlak SVmin 0,27437414 0,96610138 1,271428084
IV
Komponen & Variabel
R S T
Jawaban iii ii i iii ii i iii ii i
Frekuensi 9 8 3 17 1 2 10 8 2
Perhitungan :
Input Frek (n) 9 8 3 17 1 2 10 8 2
Persentase (%) 0,45 0,40 0,15 0,85 0,05 0,1 0,5 0,4 0,1
F (% Kumulatif) 0,45 0,85 1,00 0,85 0,9 1 0,5 0,9 1
Nilai Z -0,13 1,04 1,04 1,28 0,00 1,28
f(z) 0 0,39590524 0,23321802 0 0,23321802 0,17554301 0 0,39904344 0,175543007
SV -0,87978942 0,40671804 1,55478682 -0,27437414 1,1535003 1,75543007 -0,79808688 0,55875109 1,755430074
Skor 1 2,287 3,435 1 2,428 3,030 1 2,357 3,554
Sum (n) 20 20 20
Sum % 1 1 1
SV Terkecil (SVmin) -0,87978942 -0,27437414 -0,798086884
Harga Mutlak SVmin 0,87978942 0,27437414 0,798086884
D-4
D-5
TABEL D. 4
PERHITUNGAN DENGAN METODA SUCCESSIVE INTERVAL UNTUK PERHENTIAN
I
Komponen & Variabel
A B C
Jawaban i ii iii i ii iii i ii iii
Frek 9 3 9 11 3 7 0 12 9
Perhitungan :
Input Frek (n) 9 3 9 11 3 7 0 12 9
Persentase (%) 0,429 0,143 0,429 0,524 0,143 0,333 0,571 0,429
F (% Kumulatif) 0,429 0,571 1 0,524 0,667 1 0,571 1
Nilai Z -0,18 0,18 0,06 0,43 0,18
f(z) 0 0,39263019 0,39263019 0 0,398332548 0,363691928 0 0,39263019
SV -0,916137109 0 0,916137109 -0,760453046 0,242484338 1,091075784 -0,687102832 0,916137109
Skor 1 1,916 2,832 1 2,003 2,852 1 2,603
Sum (n) 21 21 21
Sum % 1 1 1
SV Terkecil (SVmin) -0,916137109 -0,760453046 -0,687102832
Harga Mutlak SVmin 0,916137109 0,760453046 0,687102832
II
Komponen & Variabel
D E F
Jawaban i ii iii i ii iii i ii iii
Frek 5 6 10 12 4 5 2 9 10
Perhitungan :
Input Frek (n) 5 6 10 12 4 5 2 9 10
Persentase (%) 0,238 0,286 0,476 0,571 0,190 0,238 0,095 0,429 0,476
F (% Kumulatif) 0,238 0,524 1 0,571 0,762 1 0,095 0,524 1
Nilai Z -0,71 0,06 0,18 0,71 -1,31 0,06
f(z) 0 0,309600378 0,398332548 0 0,39263019 0,309600378 0 0,169373178 0,398332548
SV -1,300321586 -0,310562595 0,83649835 -0,687102832 0,435906513 1,300321586 -1,778418364 -0,53423853 0,83649835
Skor 1 1,990 3,137 1 2,123 2,987 1 2,244 3,615
Sum (n) 21 21 21
Sum % 1 1 1
SV Terkecil (SVmin) -1,300321586 -0,687102832 -1,778418364
Harga Mutlak SVmin 1,300321586 0,687102832 1,778418364
D-5
D-6
Sambungan TABEL D. 4
II III
Komponen & Variabel
G Q
Jawaban i ii iii i ii iii
Frek 4 10 7 12 4 5
Perhitungan :
Input Frek (n) 4 10 7 12 4 5
Persentase (%) 0,190 0,476 0,333 0,571 0,190 0,238
F (% Kumulatif) 0,190 0,667 1 0,571 0,762 1
Nilai Z -0,88 0,43 0,18 0,71
f(z) 0 0,271851659 0,363691928 0 0,39263019 0,309600378
SV -1,427221208 -0,192864566 1,091075784 -0,687102832 0,435906513 1,300321586
Skor 1 2,234 3,518 1 2,123 2,987
Sum (n) 21 21
Sum % 1 1
SV Terkecil (SVmin) -1,427221208 -0,687102832
Harga Mutlak SVmin 1,427221208 0,687102832
III
Komponen & Variabel
U
Jawaban i ii iii iv v
Frek 10 8 2 1 0
Perhitungan :
Input Frek (n) 10 8 2 1
Persentase (%) 0,48 0,38 0,10 0,05
F (% Kumulatif) 0,48 0,86 0,95 1
Nilai Z -0,06 1,07 1,67
f(z) 0 0,398332548 0,225702565 0,099216714
SV -0,83649835 0,453153706 1,328101433 2,08355099
Skor 1 2,290 3,165 3,920
Sum (n) 21
Sum % 1
SV Terkecil (SVmin) -0,83649835
Harga Mutlak SVmin 0,83649835
D-6
D-7
TABEL D. 5
HASIL PERHITUNGAN NILAI DENGAN S.I.M. UNTUK RUAS REL MENURUT VARIABEL YANG BERPENGARUH PADA
RUAS REL
No. Nama III
Prhntian Perhentian H I J K L M
iv iii ii i iv iii ii i iv iii ii i iv iii ii i iv iii ii i iv iii ii i
1 Banjar
1 - 2 Batulawang 1 1 2,749 1 1 2,075
2 - 3 Gunungcupu 1 1 1 1 2,012 2,884
3 - 4 Cikotok 1 1 1 1 2,886 2,075
4 - 5 Sukajadi 1 1 1 1 2,886 2,884
5 - 6 Banjarsari 1 1 1 1 3,955 3,826
6 - 7 Cangkring 1 1 1 1 2,886 2,075
7 - 8 Cicapar 1 1 1 1 2,886 1
8 - 9 Padaherang 1 1 1 1 2,886 2,075
9 - 10 Ciganjeng 1 1 1 1 2,886 1
10 - 11 Tunggilis 1 2,950 2,749 1 2,886 2,075
11 - 12 Kalipucang 1 1 1 1 3,955 2,884
12 - 13 Sumber 3,399 2,950 3,633 3,172 3,955 3,826
13 - 14 Putrapinggan 3,399 1 2,749 1 3,955 3,826
14 - 15 Pangandaran 2,257 1 2,173 1 2,012 2,884
15 - 16 Cikembulan 2,798 1 2,173 1 2,012 2,075
16 - 17 Cikalong 2,257 1 1 1 2,012 2,075
17 - 18 Cibenda 2,257 1 1 1 2,012 1
18 - 19 Cibontos 2,257 1 1 1 2,012 1
19 - 20 Parigi 2,257 1 2,173 1 1 2,884
20 - 21 Cijulang 1 1 1 1 1 1
Skor 1 2,257 2,798 3,399 1 0 2,95 0 1 2,173 2,749 3,633 1 3,172 0 0 1 2,012 2,886 3,955 1 2,075 2,884 3,826
D-7
D-8
Sambungan TABEL D. 5
No. Nama III
Stasiun Perhentian N O P R S T
iv iii ii i iv iii ii i iv iii ii i iii ii i iii ii i iii ii i
1 Banjar
1 - 2 Batulawang 1 1 1 2,287 2,428 1
2 - 3 Gunungcupu 1 2,307 1 2,287 1 2,357
3 - 4 Cikotok 1 1 1 2,287 1 1
4 - 5 Sukajadi 1 2,307 2,205 1 1 1
5 - 6 Banjarsari 1 3,120 2,205 2,287 1 1
6 - 7 Cangkring 1 2,307 1 1 1 1
7 - 8 Cicapar 1 2,307 1 1 1 1
8 - 9 Padaherang 1 2,307 2,949 2,287 1 1
9 - 10 Ciganjeng 1 2,307 2,949 1 1 3,554
10 - 11 Tunggilis 1 3,722 3,672 1 1 2,357
11 - 12 Kalipucang 1 3,722 3,672 1 1 2,357
12 - 13 Sumber 3,338 1 3,672 3,435 3,030 3,554
13 - 14 Putrapinggan 2,722 1 3,672 3,435 3,030 2,357
14 - 15 Pangandaran 2,428 2,307 2,205 2,287 1 2,357
15 - 16 Cikembulan 1 2,307 2,205 1 1 2,357
16 - 17 Cikalong 1 2,307 2,205 2,287 1 2,357
17 - 18 Cibenda 1 1 2,205 3,435 1 1
18 - 19 Cibontos 1 1 2,205 1 1 1
19 - 20 Parigi 1 1 2,205 1 1 2,357
20 - 21 Cijulang 1 1 2,205 2,287 1 1
Nilai 1 2,428 2,722 3,338 1 2,307 3,12 3,722 1 2,205 2,949 3,672 1 2,287 3,435 1 2,43 3,03 1 2,357 3,55
D-8
D-9
TABEL D. 6
HASIL PERHITUNGAN NILAI DENGAN S.I.M. UNTUK RUAS REL MENURUT VARIABEL YANG BERPENGARUH PADA
PERHENTIAN
I II II III
No Perhentian A B C D E F G Q U
iii ii i iii ii i iii ii i iii ii i iii ii i iii ii i iii ii i iii ii i v iv iii ii i
1 Banjar 2,832 2,85 2,603 3,137 2,987 3,615 3,52 1 3,92
2 Batulawang 2,832 2,85 2,603 1,99 2,123 3,615 3,52 1 2,29
3 GunungCupu 1,916 1 1 1 1 1 1 1 2,29
4 Cikotok 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 Sukajadi 1 1 1 1,99 1 2,244 2,23 1 1
6 Banjarsari 2,832 2,85 2,603 3,137 2,987 3,615 3,52 1 1
7 Cangkring 1 1 1 1 1 2,244 1 1 1
8 Cicapar 1,916 1 1 1 1 2,244 1 1 1
9 Padaherang 2,832 2,85 2,603 3,137 2,987 3,615 3,52 1 2,29
10 Ciganjeng 1 1 1 1,99 1 2,244 2,23 1 1
11 Tunggilis 1 1 1 1 1 2,244 2,23 2,123 1
12 Kalipucang 2,832 2,85 2,603 3,137 1 3,615 2,23 2,99 3,165
13 Sumber 1 1 1 1,99 1 2,244 2,23 2,123 3,165
14 Putrapinggan 2,832 2,003 2,603 3,137 2,987 3,615 3,52 2,123 2,29
15 Pangandaran 2,832 2,85 2,603 3,137 2,987 3,615 3,52 2,99 2,29
16 Cikembulan 1,916 2,003 1 3,137 2,123 3,615 3,52 2,99 2,29
17 Cikalong 1 1 1 3,137 1 2,244 2,23 1 1
18 Cibenda 1 1 1 1,99 2,123 2,244 2,23 1 1
19 Cibontos 1 1 1 1,99 1 2,244 2,23 2,99 1
20 Parigi 2,832 2,003 2,603 3,137 1 3,615 2,23 2,123 2,29
21 Cijulang 2,832 2,85 2,603 3,137 2,123 3,615 2,23 2,99 2,29
Skor 1 1,92 2,83 1 2 2,85 0 1 2,6 1 1,99 3,14 1 2,12 2,99 1 2,24 3,61 1 2,23 3,52 1 2,12 2,99 1 2,29 3,16 3,92 0
Komponen Aksesibilitas Prasarana Wisata Keindahan Khusus dan Buatan
Penilaian
Not Komp I II III
Variabel angkutan lokal bus umum jaringan jalan Penginapan hotel toko resto/rumah Akses ke Objek Daya Tarik Buatan lainnya
Penilaian makan Wisata Lain
Not Var A B C D E F G U T
Not Param iii ii i iii ii i iii ii i iii ii i iii ii i iii ii i iii ii i iii ii i v iv iii ii i
D-9
D-10
Sambungan TABEL D. 6
TABEL D. 7
NILAI WISATA UNTUK RUAS REL MENURUT VARIABEL YANG BERPENGARUH PADA RUAS REL
D-10
D-11
TABEL D. 8
NILAI WISATA UNTUK RUAS REL MENURUT VARIABEL YANG BERPENGARUH PADA RUAS REL
D-11
D-12
TABEL D.9
HASIL PENERAPAN BOBOT KOMPONEN PADA HASIL PERHITUNGAN NILAI WISATA MENURUT VARIABEL YANG
BERPENGARUH PADA RUAS REL
No. III Total
Prhntian Perhentian H I J K L M N O P R S T Skor
1 Banjar
1 ke 2 Batulawang 0,709 0,709 1,950 0,709 0,709 1,472 0,709 0,709 0,709 1,622 1,722 0,709 12,440
2 ke 3 GunungCupu 0,709 0,709 0,709 0,709 1,427 2,046 0,709 1,636 0,709 1,622 0,709 1,672 13,368
3 ke 4 Cikotok 0,709 0,709 0,709 0,709 2,047 1,472 0,709 0,709 0,709 1,622 0,709 0,709 11,525
4 ke 5 Sukajadi 0,709 0,709 0,709 0,709 2,047 2,046 0,709 1,636 1,564 0,709 0,709 0,709 12,967
5 ke 6 Banjarsari 0,709 0,709 0,709 0,709 2,805 2,714 0,709 2,213 1,564 1,622 0,709 0,709 15,883
6 ke 7 Cangkring 0,709 0,709 0,709 0,709 2,047 1,472 0,709 1,636 0,709 0,709 0,709 0,709 11,539
7 ke 8 Cicapar 0,709 0,709 0,709 0,709 2,047 0,709 0,709 1,636 0,709 0,709 0,709 0,709 10,776
8 ke 9 Padaherang 0,709 0,709 0,709 0,709 2,047 1,472 0,709 1,636 2,092 1,622 0,709 0,709 13,834
9 ke 10 Ciganjeng 0,709 0,709 0,709 0,709 2,047 0,709 0,709 1,636 2,092 0,709 0,709 2,520 13,969
10 ke 11 Tunggilis 0,709 2,093 1,950 0,709 2,047 1,472 0,709 2,640 2,604 0,709 0,709 1,672 18,024
11 ke 12 Kalipucang 0,709 0,709 0,709 0,709 2,805 2,046 0,709 2,640 2,604 0,709 0,709 1,672 16,732
12 ke 13 Sumber 2,411 2,093 2,577 2,250 2,805 2,714 2,367 0,709 2,604 2,436 2,149 2,520 27,637
13 ke 14 Putrapinggan 2,411 0,709 1,950 0,709 2,805 2,714 1,931 0,709 2,604 2,436 2,149 1,672 22,800
14 ke 15 Pangandaran 1,601 0,709 1,541 0,709 1,427 2,046 1,722 1,636 1,564 1,622 0,709 1,672 16,959
15 ke 16 Cikembulan 1,984 0,709 1,541 0,709 1,427 1,472 0,709 1,636 1,564 0,709 0,709 1,672 14,843
16 ke 17 Cikalong 1,601 0,709 0,709 0,709 1,427 1,472 0,709 1,636 1,564 1,622 0,709 1,672 14,540
17 ke 18 Cibenda 1,601 0,709 0,709 0,709 1,427 0,709 0,709 0,709 1,564 2,436 0,709 0,709 12,703
18 ke 19 Cibontos 1,601 0,709 0,709 0,709 1,427 0,709 0,709 0,709 1,564 0,709 0,709 0,709 10,976
19 ke 20 Parigi 1,601 0,709 1,541 0,709 0,709 2,046 0,709 0,709 1,564 0,709 0,709 1,672 13,389
20 ke 21 Cijulang 0,709 0,709 0,709 0,709 0,709 0,709 0,709 0,709 1,564 1,622 0,709 0,709 10,279
ID Faktor/ Komponen BOBOT /eq
III Daya Tarik 0,709
D-12
D-13
TABEL D. 10
HASIL PENERAPAN BOBOT KOMPONEN PADA HASIL PERHITUNGAN NILAI WISATA MENURUT VARIABEL YANG
BERPENGARUH PADA PERHENTIAN
I II III
No Perhentian Nilai
A B C D E F G Q U
1 Banjar 0,658 0,663 0,605 0,183 0,174 0,211 0,205 0,709 2,780 6,189
2 Batulawang 0,658 0,663 0,605 0,116 0,124 0,211 0,205 0,709 1,624 4,915
3 GunungCupu 0,445 0,232 0,232 0,058 0,058 0,058 0,058 0,709 1,624 3,477
4 Cikotok 0,232 0,232 0,232 0,058 0,058 0,058 0,058 0,709 0,709 2,349
5 Sukajadi 0,232 0,232 0,232 0,116 0,058 0,131 0,130 0,709 0,709 2,552
6 Banjarsari 0,658 0,663 0,605 0,183 0,174 0,211 0,205 0,709 0,709 4,118
7 Cangkring 0,232 0,232 0,232 0,058 0,058 0,131 0,058 0,709 0,709 2,422
8 Cicapar 0,445 0,232 0,232 0,058 0,058 0,131 0,058 0,709 0,709 2,635
9 Padaherang 0,658 0,663 0,605 0,183 0,174 0,211 0,205 0,709 1,624 5,033
10 Ciganjeng 0,232 0,232 0,232 0,116 0,058 0,131 0,130 0,709 0,709 2,552
11 Tunggilis 0,232 0,232 0,232 0,058 0,058 0,131 0,130 1,506 0,709 3,290
12 Kalipucang 0,658 0,663 0,605 0,183 0,058 0,211 0,130 2,119 2,245 6,872
13 Sumber 0,232 0,232 0,232 0,116 0,058 0,131 0,130 1,506 2,245 4,883
14 Putrapinggan 0,658 0,465 0,605 0,183 0,174 0,211 0,205 1,506 1,624 5,632
15 Pangandaran 0,658 0,663 0,605 0,183 0,174 0,211 0,205 2,119 1,624 6,442
16 Cikembulan 0,445 0,465 0,232 0,183 0,124 0,211 0,205 2,119 1,624 5,609
17 Cikalong 0,232 0,232 0,232 0,183 0,058 0,131 0,130 0,709 0,709 2,618
18 Cibenda 0,232 0,232 0,232 0,116 0,124 0,131 0,130 0,709 0,709 2,617
19 Cibontos 0,232 0,232 0,232 0,116 0,058 0,131 0,130 2,119 0,709 3,961
20 Parigi 0,658 0,465 0,605 0,183 0,058 0,211 0,130 1,506 1,624 5,441
21 Cijulang 0,658 0,663 0,605 0,183 0,124 0,211 0,130 2,119 1,624 6,317
ID Faktor/Komponen Bobot /eg ID Faktor/Komponen Bobot /eg
I Akses 0,232 II Prasarana 0,058
III Daya Tarik 0,709
D-13
D-14
TABEL D. 11
PERHITUNGAN NILAI RATA-RATA PERHENTIAN MENURUT TIAP RUAS REL
No. Nilai No. Nilai
Perhentian Potongan Ruas Rel
Prhntian Perhentian Prhntian Rata-rata
1 Banjar 6,189 1 ke 2 Banjar ke Batulawang 5,552
2 Batulawang 4,915 2 ke 3 Batulawang ke GunungCupu 4,196
3 GunungCupu 3,477 3 ke 4 GunungCupu ke Cikotok 2,913
4 Cikotok 2,349 4 ke 5 Cikotok ke Sukajadi 2,450
5 Sukajadi 2,552 5 ke 6 Sukajadi ke Banjarsari 3,335
6 Banjarsari 4,118 6 ke 7 Banjarsari ke Cangkring 3,270
7 Cangkring 2,422 7 ke 8 Cangkring ke Cicapar 2,528
8 Cicapar 2,635 8 ke 9 Cicapar ke Padaherang 3,834
9 Padaherang 5,033 9 ke 10 Padaherang ke Ciganjeng 3,792
10 Ciganjeng 2,552 10 ke 11 Ciganjeng ke Tunggilis 2,921
11 Tunggilis 3,290 11 ke 12 Tunggilis ke Kalipucang 5,081
12 Kalipucang 6,872 12 ke 13 Kalipucang ke Sumber 5,878
13 Sumber 4,883 13 ke 14 Sumber ke Putrapinggan 5,258
14 Putrapinggan 5,632 14 ke 15 Putrapinggan ke Pangandaran 6,037
15 Pangandaran 6,442 15 ke 16 Pangandaran ke Cikembulan 6,026
16 Cikembulan 5,609 16 ke 17 Cikembulan ke Cikalong 4,114
17 Cikalong 2,618 17 ke 18 Cikalong ke Cibenda 2,618
18 Cibenda 2,617 18 ke 19 Cibenda ke Cibontos 3,289
19 Cibontos 3,961 19 ke 20 Cibontos ke Parigi 4,701
20 Parigi 5,441 20 ke 21 Parigi ke Cijulang 5,879
21 Cijulang 6,317
D-14
D-15
TABEL D.12
HASIL AKHIR PENILAIAN WISATA TERHADAP RUAS REL MENURUT VARIABEL YANG BERPENGARUH PADA RUAS
REL DAN PERHENTIAN DI WILAYAH STUDI
D-15
D-16
TABEL D.13
PERHITUNGAN NILAI TOTAL RUAS REL MENURUT KESELURUHAN VARIABEL
Nilai rata-
No. Nilai Ruas
Potongan Ruas Rel rata Nilai Total
Prhntian Rel
perhntian
1 ke 2 Banjar ke Batulawang 12,440 5,552 17,992
2 ke 3 Batulawang ke GunungCupu 13,368 4,196 17,564
3 ke 4 GunungCupu ke Cikotok 11,525 2,913 14,437
4 ke 5 Cikotok ke Sukajadi 12,967 2,450 15,417
5 ke 6 Sukajadi ke Banjarsari 15,883 3,335 19,217
6 ke 7 Banjarsari ke Cangkring 11,539 3,270 14,809
7 ke 8 Cangkring ke Cicapar 10,776 2,528 13,304
8 ke 9 Cicapar ke Padaherang 13,834 3,834 17,667
9 ke 10 Padaherang ke Ciganjeng 13,969 3,792 17,762
10 ke 11 Ciganjeng ke Tunggilis 18,024 2,921 20,945
11 ke 12 Tunggilis ke Kalipucang 16,732 5,081 21,813
12 ke 13 Kalipucang ke Sumber 27,637 5,878 33,514
13 ke 14 Sumber ke Putrapinggan 22,800 5,258 28,058
14 ke 15 Putrapinggan ke Pangandaran 16,959 6,037 22,996
15 ke 16 Pangandaran ke Cikembulan 14,843 6,026 20,869
16 ke 17 Cikembulan ke Cikalong 14,540 4,114 18,654
17 ke 18 Cikalong ke Cibenda 12,703 2,618 15,321
18 ke 19 Cibenda ke Cibontos 10,976 3,289 14,265
19 ke 20 Cibontos ke Parigi 13,389 4,701 18,090
20 ke 21 Parigi ke Cijulang 10,279 5,879 16,158
D-16
D-17
TABEL D.14
URUTAN RUAS REL DARI NILAI TERBESAR SAMPAI TERKECIL DARI TIAP PENILAIAN
Grand
No.
No. Nilai Ruas No. Nilai Rata-rata Potongan Ruas Rel Total per
Rank Potongan Ruas Rel Potongan Ruas Rel Stasiun
Prhntian Rel Prhntian Prhntian Potongan
1 12 ke 13 Kalipucang ke Sumber 27,637 14 ke 15 Putrapinggan ke Pangandaran 6,037 12 ke 13 Kalipucang ke Sumber 33,514
2 13 ke 14 Sumber ke Putrapinggan 22,800 15 ke 16 Pangandaran ke Cikembulan 6,026 13 ke 14 Sumber ke Putrapinggan 28,058
3 10 ke 11 Ciganjeng ke Tunggilis 18,024 20 ke 21 Parigi ke Cijulang 5,879 14 ke 15 Putrapinggan ke Pangandaran 22,996
4 14 ke 15 Putrapinggan ke Pangandaran 16,959 12 ke 13 Kalipucang ke Sumber 5,878 11 ke 12 Tunggilis ke Kalipucang 21,813
5 11 ke 12 Tunggilis ke Kalipucang 16,732 1 ke 2 Banjar ke Batulawang 5,552 10 ke 11 Ciganjeng ke Tunggilis 20,945
6 5 ke 6 Sukajadi ke Banjarsari 15,883 13 ke 14 Sumber ke Putrapinggan 5,258 15 ke 16 Pangandaran ke Cikembulan 20,869
7 15 ke 16 Pangandaran ke Cikembulan 14,843 11 ke 12 Tunggilis ke Kalipucang 5,081 5 ke 6 Sukajadi ke Banjarsari 19,217
8 16 ke 17 Cikembulan ke Cikalong 14,540 19 ke 20 Cibontos ke Parigi 4,701 16 ke 17 Cikembulan ke Cikalong 18,654
9 9 ke 10 Padaherang ke Ciganjeng 13,969 2 ke 3 Batulawang ke GunungCupu 4,196 19 ke 20 Cibontos ke Parigi 18,090
10 8 ke 9 Cicapar ke Padaherang 13,834 16 ke 17 Cikembulan ke Cikalong 4,114 1 ke 2 Banjar ke Batulawang 17,992
11 19 ke 20 Cibontos ke Parigi 13,389 8 ke 9 Cicapar ke Padaherang 3,834 9 ke 10 Padaherang ke Ciganjeng 17,762
12 2 ke 3 Batulawang ke GunungCupu 13,368 9 ke 10 Padaherang ke Ciganjeng 3,792 8 ke 9 Cicapar ke Padaherang 17,667
13 4 ke 5 Cikotok ke Sukajadi 12,967 5 ke 6 Sukajadi ke Banjarsari 3,335 2 ke 3 Batulawang ke GunungCupu 17,564
14 17 ke 18 Cikalong ke Cibenda 12,703 18 ke 19 Cibenda ke Cibontos 3,289 20 ke 21 Parigi ke Cijulang 16,158
15 1 ke 2 Banjar ke Batulawang 12,440 6 ke 7 Banjarsari ke Cangkring 3,270 4 ke 5 Cikotok ke Sukajadi 15,417
16 6 ke 7 Banjarsari ke Cangkring 11,539 10 ke 11 Ciganjeng ke Tunggilis 2,921 17 ke 18 Cikalong ke Cibenda 15,321
17 3 ke 4 GunungCupu ke Cikotok 11,525 3 ke 4 GunungCupu ke Cikotok 2,913 6 ke 7 Banjarsari ke Cangkring 14,809
18 18 ke 19 Cibenda ke Cibontos 10,976 17 ke 18 Cikalong ke Cibenda 2,618 3 ke 4 GunungCupu ke Cikotok 14,437
19 7 ke 8 Cangkring ke Cicapar 10,776 7 ke 8 Cangkring ke Cicapar 2,528 18 ke 19 Cibenda ke Cibontos 14,265
20 20 ke 21 Parigi ke Cijulang 10,279 4 ke 5 Cikotok ke Sukajadi 2,450 7 ke 8 Cangkring ke Cicapar 13,304
D-17
E-2
LAMPIRAN E
PERHITUNGAN BOBOT FAKTOR WISATA
E-2
Penjelasan cara perhitungan bobot faktor wisata dengan metode Expert Choice sesuai
dengan buku pengambilan keputusan (bagi para pemimpin)dari Thomas L. Saaty
(1993).Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program aplikasi Expert Choice
dari The Decision Support Software Company. Dalam tahapan ini dilakukan perhitungan
eigen value sebagai bobot prioritas relatif.
G = n X1.X2.X3. . . . .Xn
G = rata-rata geometrik
Xn = penilaian ke 1,2,3,n
n = jumlah penilaian
1. Pengisian Matriks
Hasil rata-rata atau nilai G tersebut di atas untuk tiap-tiap subfaktor, dimasukkan ke
dalam matriks perbandingan berpasangan. Berikut ini dikemukakan suatu contoh
perhitungan manual dari faktor Inducement seperti tersaji dalam Tabel E.1 di bawah.
Perhitungan lainnya dilakukan dengan bantuan Program Expert Choice.
E-3
TABEL E.1.
MATRIKS PERBANDINGAN BERPASANGAN YANG TELAH DIRATA-
RATAKAN
FAKTOR
Akses Prasarana Daya tarik
WISATA
Akses 1.0 7
Prasarana 1.0
Daya tarik 7 9 1.0
Nilai bobot yang terdapat dalam kotak matriks menggambarkan perbandingan tingkat
kepentingan antar faktor. Misalnya perbandingan faktor Akses dengan faktor Prasarana
menunjukkan nilai 7, yang berarti faktor Input memiliki bobot kepentingan 7 kali
dibandingkan faktor Prasarana, atau faktor Akses 7 kali lebih penting dibandingkan faktor
Prasarana.
2. Pelengkapan Matriks
Pengisian nilai bobot pada matriks di atas hanya dapat dilakukan pada kotak-kotak di
atas kotak-kotak diagonal utama. Nilai bobot yang terdapat di bawah kotak-kotak diagonal
utama adalah hasil dari perhitungan dengan persamaan
1
bobot diatas kotak diagonal utama
Contoh: Bobot perbandingan faktor Akses terhadap faktor Prasarana adalah 7, (kotak
kanan atas) sehingga bobot perbandingan faktor Prasarana terhadap faktor Akses adalah
1/7 = 0.143 (kotak kiri bawah, bertanda lingkaran). Demikian seterusnya, sehingga seluruh
kotak yang berada di bawah kotak-kotak diagonal berwarna latar putih terisi lengkap.
TABEL E.2.
MATRIKS PELENGKAPAN
FAKTOR
Akses Prasarana Daya tarik
WISATA
Akses 1. 7 0,143
Prasarana 0,143 1 0,111
Daya tarik 7 9 1
E-4
3. Penjumlahan
Setelah seluruh kotak terisi lengkap, dilakukan penjumlahan bobot per kolom. Bobot
kolom yang dilambangkan dengan Sij adalah penjumlahan seluruh bobot (aij = nilai bobot
faktor baris ke-i, kolom ke-j) pada kolom ke-j. Jumlahkan bobot setiap kolom j menjadi
total kolom yang dilambangkan dengan (Sij), dimana:
n
Sij = aij
i=1
Keterangan:
Sij = nilai total penjumlahan bobot perkolom
aij = nilai bobot sub faktor baris ke-i kolom ke-j
Pada contoh Tabel E.3. di bawah, bobot kolom Akses (= 6,183) adalah penjumlahan
seluruh bobot pada kolom Akses, yaitu yang berada di kolom Akses (= 1), Proses
(=0,163), dan Daya Tarik (=5,020).
TABEL E.3.
MATRIKS PENJUMLAHAN
FAKTOR
Akses Prasarana Daya tarik
WISATA
Akses 1 6,127 0,199
Prasarana 0,163 1 0,113
Daya tarik 5,020 8,850 1
Jumlah 6,183 15,977 1,312
a ij
V ij =
Sj
Vij = hasil pembagian bobot baris ke-i pada kolom ke-j dengan jumlah bobot kolom ke-j
aij = bobot perbandingan baris ke-i kolom ke-j
Sj = jumlah bobot perbandingan kolom ke-j
E-5
Contoh: Proporsi faktor daya tarik terhadap faktor Akses adalah 0.159, terhadap
faktor Prasarana adalah 0.086, proporsi terhadap faktor Daya Tarik adalah 0.762, dengan
jumlah total = 1.
5. Penentuan Prioritas Relatif
Penentuan Prioritas Relatif dilambangkan dengan Pij- dilakukan dengan merata-
ratakan bobot yang sudah dinormalisasi dari setiap baris, atau dengan persamaan:
n V ij
Pij =
i =1 n
Pij = Nilai Prioritas Relatif dari hasil perata-rataan bobot normalisasi
Vij = jumlah bobot normalisasi pada baris ke-i kolom ke-j
n = jumlah criterion
Contoh perhitungan tersaji pada tabel di bawah, dengan EV atau Eigen Value, atau
Nilai Eigen, yaitu suatu nilai yang menunjukkan bobot perbandingan dalam metoda
Analytic Hierarchy Process, atau AHP. Dari tabel di bawah terbaca bahwa Nilai Eigen
atau EV dari faktor Akses adalah 0.233, EV faktor Prasarana adalah 0.058, dan EV faktor
Daya Tarik adalah 0.709.
TABEL E.5.
MATRIKS PENENTUAN PRIORITAS RELATIF
FAKTOR
Akses Prasarana Daya tarik Jml Ev
WISATA
Akses 0,162 0,383 0,152 0.697 0,233
Prasarana 0,026 0,063 0,086 0.175 0,058
Daya Tarik 0,812 0,554 0,762 2.128 0,709
E-6
Hasil perkalian di atas dimasukkan ke dalam tabel. Misal bobot perbandingan Akses
terhadap Daya Tarik (=0.152) yang dikalikan dengan Nilai Eigen Daya Tarik (=0.709),
sehingga diperoleh hasil 0.141 (lihat Tabel E.7 di bawah). Hasil perkalian tersebut di atas
kemudian dijumlahkan, untuk tiap-tiap baris, sehingga diperoleh nilai untuk tiap faktor.
Misal jumlah nilai untuk Akses adalah 0.731, untuk Prasarana adalah 0.176, dan
seterusnya.
TABEL E.7.
MATRIKS HASIL PERHITUNGAN RASIO KONSISTENSI
FAKTOR
Akses Prasarana Daya Tarik Jumlah
WISATA
Akses 0,232 0,358 0,141 0,731
Prasarana 0,038 0,058 0,080 0,176
Daya tarik 1,166 0,517 0,709 2,392
n b
maks = i
i =1 Pi
maks = Nilai Eigen Maksimum
bi = Jumlah tiap baris ke-i dari nilai matriks perbandingan awal yang telah dikalikan
dengan nilai eigen
Pi = Nilai Prioritas Relatif (Nilai Eigen)
TABEL E.8.
MATRIKS NILAI EIGEN MAKSIMUM
n bi Pi bi / Pi
1 0,731 0,232 3,147
2 0,176 0,058 3,023
3 2,392 0,709 3,373
bi / Pi 9,543
9.543
maks = = 3.181
3
3.181 3
CI = = 0.09
3 1
E-8
E-8
E-9
Responden 1
9 7 5 3 1 3 5 7 9 Faktor Akses Prasarana Daya Tarik
Ak 1 Dy Trik Akses 1 7 0,143 PENJELASAN CARA
Ak 1 Sr Prasn Prasarana 0,143 1 0,111 x 1 PERHITUNGAN HASIL
Sr Prasn 1 Dy Trik Daya Tarik 7 9 1
KUESIONER UNTUK
Responden 2
9 7 5 3 1 3 5 7 9 Faktor Akses Prasarana Daya Tarik PEMBOBOTAN
Ak 1 1 Dy Trik Akses 1 7 4,000 DENGAN SOFTWARE
Ak 1 Sr Prasn Prasarana 0,143 1 0,125 x 2
E-9
E-10
E-10
11
LAMPIRAN F
CONTOH KUESIONER PEMBOBOTAN
F-1
KATA PENGANTAR
Dengan Hormat,
Tujuan dari kuesioner ini adalah untuk mendapatkan suatu nilai bobot yang nantinya akan menjadi dasar
untuk menentukan faktor-faktor yang berkepentingan terhadap komponen pariwisata untuk pengembangan
jenis pariwisata khusus.
Hasil dari pengolahan data akan berbentuk urutan proritas yang akan berguna bagi pihak peneliti sebagai
pedoman untuk dapat memberikan masukan kepada penelitian lanjutan mengenai tingkat kepentingan yang
harus didahulukan.
Sebelumnya Peneliti mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan Bapak/Ibu, semoga bantuan
Bapak/Ibu terhadap penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua, amien.
Arrahmanza Amilius
F-1
F-2
PENDAHULUAN
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan PRIORITAS PENGEMBANGAN ruas rel kereta api untuk WISATA KERETA
API. Penentuan lokasi pengembangan dilakukan dengan cara menilai lokasi-lokasi alternatif menurut komponen dan variabel
wisata umum yang berkaitan dengan wisata kereta api.
III. Faktor Sumber Daya Tarik Wisata, dengan variabel : :Pantai, Danau, Sungai, Air Terjun, Gunung, Bukit, Tebing, Persawahan, Kombinasi
Pemandangan Panorama, Terowongan, Jembatan, Bangunan Kereta Api dan Daya tarik khusus lainnya
Dalam pengisian kuesioner ini, Bapak/Ibu sebagai responden, diharapkan untuk memilih dan menentukan tingkat
kepentingan komponen-komponen tersebut dibandingkan dengan sesama komponen lainnya, berdasarkan sudut pandang
pariwisata secara umum dan atau secara khusus sesuai dengan jenis wisata kereta api.
Sistem pengisian dalam Kuesioner ini disusun agar sesuai dengan metoda pengolahan data yang akan dipergunakan
yaitu metoda Analytic Hierarchy Process (AHP).
F-2
F-3
1. Bapak/Ibu dengan hormat diminta untuk melingkari ( ) angka pada kolom tingkat kepentingan .
2. Pilihan angka 1 ( ) melambangkan bahwa Bapak/Ibu berpendapat bahwa kedua faktor yang sebaris memiliki tingkat
kepentingan yang sama (lihat contoh)
3. Pilihan angka selain 1 berarti : salah satu faktor lebih penting dari faktor lainnya, besarnya angka (3, 5, 7, atau 9)
menunjukkan besar tingkat kepentingan satu faktor dibandingkan dengan yang lainnya
(ex: menunjukkan Faktor Daya Tarik lebih penting sebesar 5 dibandingkan dengan faktor Aksesibilitas; sedangkan
menunjukkan aksesibilitas lebih penting sebesar 9 dari daya tarik)
4. Bila Bapak/Ibu memilih salah satu dari angka 3, 5, 7, 9 yang ada di sebelah kiri angka 1 berarti Bapak/Ibu lebih
mementingkan faktor yang ada pada kolom kiri, demikian pula sebaliknya
F-3
F-4
F-4