CIBATU-GARUT-CIKAJANG
MENUJU TITIK TERTINGGI STASIUN DI INDONESIA
Disusun oleh:
Aditya Dwi Laksana
Gurnito Rakhmat Wijokangko
Aditya Dwi Laksana dan Gurnito Rakhmat Wijokangko adalah insan pencinta kereta api, pemerhati sejarah
perkeretaapian Indonesia dan juga anggota Tim Penyusun Buku “The Beauty of Indonesian Railways”, buku
dokumenter Perkeretaapian Indonesia. Keduanya berkarya di Kereta Anak Bangsa, suatu gerakan kewirausahaan
di bidang karya kreatif dan edukatif bertema perkeretaapian.
Kereta Anak Bangsa@2016 0
Kereta Anak Bangsa@2016 1
Kereta Anak Bangsa@2016 2
Kereta Anak Bangsa@2016 3
Pada masa silam, Garut yang terletak sekitar 60 km dari Kota Bandung,
merupakan sentra perkebunan dan pertanian di kawasan timur Bandung.
Sedemikian mempesonanya alam di daerah ini hingga disebut “Swiss van Java”.
Kereta Anak Bangsa@2016 4
Hingga sekarang, teh dan kina masih menjadi komoditas utama perkebunan di
Garut. Meski demikian, pada saat ini lahan perkebunan telah banyak berganti
menjadi lahan sayur mayur dan hortikultura.
Potensi perkebunan inilah yang menjadikan latar belakang SS saat itu untuk
membangun dan mengelola jalur KA di wilayah Garut. Menurut penuturan mantan
petugas KA yang tinggal di sekitar Stasiun Cikajang, selain untuk pengangkutan
penumpang, KA di jalur Cibatu-Garut-Cikajang semasa beroperasi juga
mengangkut hasil bumi seperti teh, karet, kentang, kayu mala dan kina. Hasil
bumi dimaksud dibawa ke Batavia (Jakarta) (Harian Kompas halaman 16, 14 April
2014).
Kereta Anak Bangsa@2016 5
Stasiun ini juga erat dikaitkan dengan kisah kunjungan dari bintang komedian
Hollywood, Charlie Chaplin yang sempat berkunjung ke Cibatu, Garut hingga
2 kali yaitu pada tahun 1927 dan 1935 (Harian Kompas, halaman 1, tanggal
16 April 2014).
Kereta Anak Bangsa@2016 6
Mantan petugas langsir stasiun ini menuturkan bahwa hingga tahun 1972, masih
terdapat 4 (empat) kali pemberangkatan KA dari stasiun ini. Pada masa
pendudukan militer Jepang dan pergerakan revolusi kemerdekaan, Stasiun
Cikajang juga sempat dibom, meski kemudian diperbaiki kembali. (Harian Kompas
halaman 16, 14 April 2014).
Foto Stasiun Cikajang saat pembukaan jalur Garut-Cikajang pada 31 Juli 1930.
Sumber: Het Indische Spoor In Oorlogstijd_ Jan de Bruin
Fakta sejarah lainnya adalah terkait dengan Stasiun Cisurupan, yang terletak
6 km di utara Cikajang. Pada masa perang mempertahankan kemerdekaan,
suasana Kota Bandung pada tahun 1946 sedemikian genting, sehingga
diputuskan Balai Besar Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI) harus
dipindahkan keluar Kota Bandung. Dinas Administrasi dan Dinas Lalu Lintas
DKARI kemudian dipindahkan dari Bandung ke Cisurupan dan menempati hotel
yang ada di daerah itu (Sejarah Perkeretaapian Indonesia Jilid 2: Telaga Bakti
Nusantara, 1997). Dari Cisurupan, nantinya pada akhir tahun 1946 dipindahkan
ke daerah Gombong, Jawa Tengah guna mendekatkan ke Ibukota Republik
Indonesia di Yogyakarta dan memperkecil kemungkinan dapat dikuasai oleh pihak
Tentara Belanda.
Lokomotif yang banyak digunakan di jalur ini adalah lokomotif pegunungan tipe
mallet seri CC-50 dan seri CC-10. Lokomotif mallet adalah lokomotif yang
dirancang mampu melintasi jalur pegunungan yang berupa tanjakan, turunan,
tikungan tajam maupun tikungan besar, oleh karena itu susunan roda lokomotif
mallet berbeda dengan lokomotif lainnya, yaitu roda penggerak belakang tetap
pada tubuh lokomotif sedangkan roda penggerak depan bisa berbelok sesuai
tikungan rel.
Kereta Anak Bangsa@2016 7
Lokomotif CC 10 saat masih beroperasi (foto kiri) dan gambar teknis lokomotif CC 10 (foto kanan).
Sumber : http://www.world‐railways.co.uk dan De Stoomtractie op Java en Sumatra_JJG Oegema
Lokomotif CC 50 saat masih beroperasi (foto atas) dan gambar teknis lokomotif CC 50 (foto bawah).
Sumber : http://www.world‐railways.co.uk dan De Stoomtractie op Java en Sumatra_JJG Oegema
Merujuk pada tabel Jadwal Perjalanan KA tahun 1931, yang diambil dari Officieele
Reisgids der Spoor en Tramwegen en Aansluitende Automobieldiensten op Java en
Madoera, tampak bahwa kereta penumpang yang digunakan untuk jalur Cibatu-
Cikajang adalah rangkaian kereta penumpang kelas 1, 2, 3 dan kelas 3 untuk
warga pribumi serta ada pula yang hanya kelas 2, 3 dan kelas 3 pribumi.
Dari tabel itu juga tergambarkan bahwa perjalanan yang ada adalah perjalanan
Cibatu-Garut dan Cibatu-Cikajang. Dalam satu hari, terdapat 5 kali perjalanan
Cibatu-Garut, dengan waktu tempuh rata-rata hampir 1 jam dan 5 kali perjalanan
Cibatu-Cikajang, dengan waktu tempuh 1,5 jam hingga 2 jam. Terdapat pula
perjalanan sebagian rute Garut-Cikajang.
Kereta Anak Bangsa@2016 8
Kereta Anak Bangsa@2016 9
Cibatu-Garut
Kereta Anak Bangsa@2016 10
Emplasemen Stasiun Cibatu saat beroperasi lokomotif uap tahun 1980 (kiri) dan kondisi pada tahun 2014
(kanan). Sumber: Degahk Photo (https://www.flickr.com) dan foto dokumentasi Gurnito – Kereta Anak Bangsa
Dipo lokomotif Cibatu tahun saat masih dihuni lokomotif uap (kiri) dan kondisi pada tahun 2014 (kanan).
Sumber: https://www.flickr.com/photos/steam_locos/7959518760 dan foto dokumentasi Kereta Anak Bangsa
Kereta Anak Bangsa@2016 11
Turntable Stasiun Cibatu (kiri) dan potongan lokomotif uap CC 5030 di dipo lokomotif uap Cibatu (kanan) pada
tahun 2006. Sumber: foto dokumentasi Kereta Anak Bangsa
Di sekitar area Stasiun Cibatu masih banyak dijumpai pula bangunan rumah-
rumah dinas. Salah satu rumah dinas tersebut digunakan sebagai kantor polisi.
Kereta Anak Bangsa@2016 12
Di sisi timur Stasiun Cibatu, potongan rel ke arah Garut masih tampak terlihat di
dekat perlintasan jalan raya.
Selepas Stasiun Cibatu, terdapat bekas jembatan kereta api. Warga sekitar
menyebutnya dengan nama Jembatan Cigembreng atau Jembatan Cikoang.
Jembatan rangka baja tersebut kini masih digunakan oleh masyarakat sekitar
sebagai jalan penghubung dengan menambahkan papan kayu di tengahnya
sebagai lintasan pejalan kaki.
Jembatan Cigembreng atau Jembatan Cikoang saat masih beroperasi di tahun 1971.
Sumber: Sumber : Lokomotif Uap_ A.E.Durrant
Kereta Anak Bangsa@2016 13
Objek peninggalan selanjutnya yang masih dijumpai adalah Halte Pasir Jengkol.
Bekas Halte Pasir Jengkol masih cukup terawat, tulisan “Pasir Djengkol” masih
dapat dilihat di dinding bangunan halte. Bangunan bekas Halte Pasir Jengkol kini
dibiarkan dan tidak ditempati oleh warga sebagai tempat tinggal, karena pintu dan
jendela bekas Halte Pasir Jengkol sudah ditutup dengan tembok bata.
Kereta Anak Bangsa@2016 14
Halte Pasir Jengkol semasa beroperasi (kiri) dan kondisi pada tahun 2016 (kanan).
Sumber: Brian Dunn dan foto dokumentasi Gurnito – Kereta Anak Bangsa
Selepas Halte Pasir Jengkol, jejak peninggalan yang dapat dijumpai selanjutnya
adalah sebuah jembatan rangka baja melintasi kali Citameng, warga menyebutnya
dengan jembatan KA Citameng.
Kereta Anak Bangsa@2016 15
Kereta Anak Bangsa@2016 16
Menurut salah seorang warga sekitar dahulunya Stasiun Wanaraja memiliki dua
jalur. Bekas emplasemen Stasiun Wanaraja masih ditemukan jejaknya yaitu
berupa gundukan yang terbuat dari susunan pondasi batu bata.
Di sebelah timur laut Stasiun Wanaraja terdapat sebuah bangunan kecil yang
dahulunya digunakan sebagai tempat penyimpanan bahan bakar untuk lokomotif
uap.
Kereta Anak Bangsa@2016 17
Selain itu Stasiun Wanaraja juga memiliki gudang yang menyatu dengan
bangunan stasiun. Hal itu terlihat dengan pintu geser yang terdapat di Stasiun
Wanaraja yang merupakan ciri khas bangunan gudang.
Memasuki Kota Garut, jejak peninggalan yang dapat dijumpai yaitu sebuah pintu
perlintasan yang saat ini terletak di Jalan Guntur. Pintu perlintasan ini berbentuk
portal yang terbuat dari besi yang berjumlah empat buah. Di dekat palang pintu
perlintasan ini masih dapat dijumpai bekas pos jaga pintu perlintasan.
Kereta Anak Bangsa@2016 18
Di dekat pos perlintasan juga terdapat sebuah bekas sinyal mekanik. Bekas sinyal
mekanik itu kini kondisinya sudah penuh dengan karat.
Menjelang Stasiun Garut, masih dapat dijumpai bekas sinyal masuk mekanik yang
berbentuk unik. Sinyal mekanik berjenis sinyal tebeng ini kondisinya masih tegak
berdiri walaupun beberapa bagian sudah dipenuhi karat.
Kereta Anak Bangsa@2016 19
Bekas sinyal masuk Stasiun Garut saat KA masih beroperasi (kiri) dan kondisi terkini tahun 2016 (kanan).
Sumber: Degahk Photo (https://www.flickr.com) dan foto dokumentasi Gurnito – Kereta Anak Bangsa
Stasiun Garut
Jejak peninggalan di Kota Garut yang masih dapat dijumpai adalah Stasiun Kereta
Api Garut, yang kini area stasiun tersebut menjadi bagian dari kompleks pasar
Garut. Bangunan bekas stasiun kini digunakan sebagai markas sebuah organisasi
kemasyarakatan. Bangunan stasiun saat ini adalah bangunan dari tahun 1949,
perubahan dari bangunan awal pada tahun 1889.
Stasiun Garut yang dibangun pada tahun 1889. Sumber : Spoorwegstation op Java_ M.V.B de Jong
Kereta Anak Bangsa@2016 20
Bangunan Stasiun Garut sejak tahun 1949. Sumber : Spoorwegstation op Java_ M.V.B de Jong
Tampak depan bekas Stasiun Garut tahun 2016. Foto: dokumentasi Gurnito – Kereta Anak Bangsa
Bekas emplasemen Stasiun Garut yang luas pun kini telah berubah menjadi area
Pasar Garut.
Bekas emplasemen Stasiun Garut saat KA masih beroperasi pada tahun 1980 (kiri) dan kondisi terkini tahun 2016
(kanan). Sumber: Degahk Photo (https://www.flickr.com) dan foto dokumentasi Gurnito – Kereta Anak Bangsa
Kereta Anak Bangsa@2016 21
Selain itu, di dekat Stasiun Garut masih dijumpai ubin lantai yang menjadi ciri
khas lantai bangunan stasiun lama.
Di seberang Stasiun Garut, masih berdiri sebuah bangunan bekas gudang yang
menyatu dengan bangunan ruko di sekitar Pasar Garut. Sepotong rel ditemukan di
sekitar gudang.
Beranjak ke sebelah barat Stasiun Garut masih dijumpai bangunan menara air
yang terletak tidak jauh dengan sumur air.
Kereta Anak Bangsa@2016 22
Bekas menara air Stasiun Garut yang tidak jauh dari sumber airnya (sumur).
Foto: dokumentasi Gurnito – Kereta Anak Bangsa
Tidak jauh dari area Stasiun Garut masih dijumpai bekas rel yang bercabang
menjadi wesel, bantalan rel yang terbuat dari besi dan beberapa patok rel.
Kereta Anak Bangsa@2016 23
Masih di area Stasiun Garut, objek peninggalan selanjutnya adalah rumah dinas.
Rumah dinas yang saat ini masih bisa dijumpai di sekitar Stasiun Garut
berjumlah tiga buah dengan bentuk yang sama persis.
Garut-Bayongbong
Selepas Stasiun Garut, bekas jalan rel akan melintasi Sungai Cimanuk. Jembatan
rangka baja yang melintas di atas sungai tersebut masih dapat dijumpai.
Jembatan KA Cimanuk saat KA masih beroperasi tahun 1971 (kiri) dan kondisi terkini tahun 2016 (kanan).
Sumber: Lokomotif Uap_ A.E.Durrant dan foto dokumentasi Gurnito – Kereta Anak Bangsa
Bangunan bekas perhentian Cireungit saat ini kondisinya tidak terawat. Atap
stasiun pun sudah tidak ada.
Kereta Anak Bangsa@2016 24
Perhentian ini memiliki emplasemen yang cukup lebar antara jalur satu dengan
bangunan utama stasiun. Sepotong rel juga ditemukan di area perhentian
Cireungit ini.
Bekas emplasemen Cireungit yang luas (kiri) dan sepotong rel di Cireungit (kanan).
Foto: dokumentasi Gurnito – Kereta Anak Bangsa
Kereta Anak Bangsa@2016 25
Lain halnya dengan peninggalan selanjutnya yaitu bekas Halte Kamojang atau
Samarang. Bangunan halte masih utuh dan terawat, saat ini digunakan sebagai
rumah tinggal warga.
Kereta Anak Bangsa@2016 26
Pada sisi stasiun masih dijumpai ciri khas sebuah stasiun yaitu sirip kayu dan
nama stasiun/halte “Kamojang” lengkap dengan ketinggian stasiun, yaitu 922 m di
atas permukaan laut. Selain itu, terdapat pula bekas peron yang terbuat dari batu-
batu.
Bekas sisi Halte Kamojang (foto kiri) dan emplasemen Halte Kamojang (foto kanan).
Foto: dokumentasi Gurnito – Kereta Anak Bangsa
Kereta Anak Bangsa@2016 27
Hal yang menarik adalah masih adanya bangunan gudang yang menyatu dengan
stasiun.
Selain itu di area emplasemen masih ditemukan jejak bekas rel yang sudah tidak
ada bantalan rel nya.
Selepas Kamojang rel menyeberangi jalan raya, bekas rel nya masih dapat
dijumpai hingga kemudian melewati jembatan KA. Warga sekitar menyebutnya
dengan Jembatan Rancamidin.
Kereta Anak Bangsa@2016 28
Sepotong rel melintasi jalan raya (foto kiri) dan Bekas Jembatan Rancamidin (foto kanan).
Foto: dokumentasi Gurnito – Kereta Anak Bangsa
Tidak jauh dari bekas perhentian Ciloyod terdapat dengan bekas bangunan rumah
dinas yang masih tampak terawat.
Kereta Anak Bangsa@2016 29
Bekas Jembatan Ciroyom (kiri) dan pipa besi pada pondasi jembatan (kanan).
Foto: dokumentasi Gurnito – Kereta Anak Bangsa
Kereta Anak Bangsa@2016 30
Selepas jembatan, bekas rel dan bantalan yang terbuat dari besi masih ditemukan
jejak nya.
Kereta Anak Bangsa@2016 31
Stasiun Bayongbong masih dapat ditemukan. Kondisi bangunan masih utuh. Atap
stasiun juga masih ada, namun sudah menempel dengan banyak bangunan lain di
sekitarnya.
Kereta Anak Bangsa@2016 32
Cisurupan-Cikajang
Bekas bangunan Stasiun Cisurupan dari sisi samping tampak nama stasiun.
Foto: dokumentasi Gurnito – Kereta Anak Bangsa
Kereta Anak Bangsa@2016 33
Di emplasemen stasiun masih ada bekas rel yang sudah ditimbun untuk menjadi
jalan.
Bekas rel di area emplasemen Stasiun Cisurupan. Foto: dokumentasi Gurnito – Kereta Anak Bangsa
Tidak jauh dari bekas stasiun, tepatnya di sebelah barat stasiun terdapat rumah
dinas yang kini menjadi rumah tinggal.
Selepas stasiun, sebelum sinyal masuk Stasiun Cisurupan dari arah Cikajang
terdapat jembatan rangka baja dengan bentuk yang melengkung. Warga
menyebutnya dengan Jembatan Cisurupan. Bekas sinyal masuk pun kini masih
berdiri tegak.
Kereta Anak Bangsa@2016 34
Jembatan KA Cisurupan saat KA masih beroperasi tahun 1980. Sumber: Degahk Photo (https://www.flickr.com).
Bekas jembatan KA Cisurupan (kiri) dan bekas sinyal masuk Stasiun Cisurupan (kanan).
Foto: dokumentasi Gurnito – Kereta Anak Bangsa
Stasiun Cikajang saat masih beroperasi tahun 1980 (kiri) dan kondisi terkini tahun 2016 (kanan)
Sumber: http://www.world‐railways.co.uk dan foto dokumentasi Gurnito – Kereta Anak Bangsa
Kereta Anak Bangsa@2016 35
Bekas Tulisan Cikajang di dinding stasiun. Foto: dokumentasi Gurnito – Kereta Anak Bangsa
=========================
Kereta Anak Bangsa@2016 36
Selanjutnya bila ditilik dari Peta Rencana Jaringan KA di Pulau Jawa yang
bersumber dari Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNAS) 2030, terlihat
bahwa jalur KA Cibatu-Garut-Cikajang menjadi jalur yang akan direaktivasi oleh
Pemerintah hingga 2030, dan bahkan setelah tahun 2030, Pemerintah
merencanakan untuk membangun jalur baru KA di wilayah selatan Jawa Barat
yang terhubung dengan jalur KA lintas-lintas cabang yang telah direaktivasi.
Sehingga tidaklah berlebihan jika masyarakat menanti-nantikan kehadiran suatu
jaringan KA poros selatan Jawa Barat yang akan membuat mobilitas mereka lebih
efektif dan efisien.
Kereta Anak Bangsa@2016 37
DAFTAR PUSTAKA
Kereta Anak Bangsa@2016 38