Kehadiran kereta api pertama di Indonesia mulai hadir sejak Tanam Paksa hingga saat ini.
Perusahaan yang dinasionalisasikan, Djawatan Kereta Api (DKA) berdiri setelah
kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada tanggal 28 September 1945 atau sekitar sebulan
setelah proklamasi. Di bawah ini adalah sejarah perkeretaapian di Indonesia pada rentang
tahun 1875-1925 dan dalam bentuk sketsa.
Pra-kemerdekaan
Gambaran keadaan kereta api di Indonesia pada masa djaman doeloe perlu dilestarikan,
sehingga generasi mendatang bisa menghayati dan betapa pentingnya pembangunan
kereta api. Memang pada masa itu nama kereta api sudah tepat, karena kereta dijalankan
dengan api dari pembakaran batu bara atau kayu. Sedangkan sekarang sudah memakai
diesel atau listrik, sehingga lebih tepat kalau disebut kereta rel, artinya kereta yang berjalan
di atas rel dengan diesel ataupun listrik. Informasi tersebut sangat langka.
Setelah Tanam Paksa diberlakukan oleh van den Bosch pada tahun 1825-1830, ide
tentang perkeretaapian Indonesia diajukan dengan tujuan untuk mengangkut hasil bumi dari
Sistem Tanam Paksa tersebut. Salah satu alasan yang mendukung adalah tidak optimalnya
lagi penggunaan jalan raya pada masa itu. Akhirnya, pada 1840, Kolonel J.H.R. Carel Van
der Wijck mengajukan proposal pembangunan jalur kereta api di Hindia Belanda.
Kereta api pertama di Indonesia dibangun tahun 1867 di Semarang dengan
rute Samarang - Tanggung yang berjarak 26 km oleh NISM, N.V. (Nederlands-Indische
Spoorweg Maatschappij) dengan lebar jalur 1.435 mm (lebar jalur SS - Staatsspoorwegen
adalah 1.067 mm atau yang sekarang dipakai), atas permintaan Raja Willem I untuk
keperluan militer di Semarang maupun hasil bumi ke Gudang Semarang. Kemudian dalam
melayani kebutuhan akan pengiriman hasil bumi dari Indonesia, maka Pemerintah Kolonial
Belanda sejak tahun 1876 telah membangun berbagai jaringan kereta api, dengan muara
pada pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dan Tanjung Perak Surabaya. Semarang meskipun
strategis, tetapi tidak ada pelabuhannya untuk barang, sehingga barang dikirim ke Batavia
atau Soerabaja.
Pembangunan pertama
Kehadiran kereta api di Indonesia diawali dengan pencangkulan pertama pembangunan
jalan kereta api di desa Kemijen, Jumat tanggal 17 Juni 1864, oleh Gubernur
Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan diprakarsai
oleh "Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij" (NIS) yang dipimpin oleh Ir. J.P de
Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km) dengan lebar sepur 1435 mm. Ruas
jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada hari Sabtu, 10 Agustus 1867.
Kereta listrik pertama beroperasi 1925 menghubungkan Weltevreden dengan
Tandjoengpriok
Keberhasilan swasta, NIS membangun jalan KA antara Stasiun Samarang-Tanggung, yang
kemudian pada tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan
kota Semarang - Surakarta (110 Km), akhirnya mendorong minat investor untuk
membangun jalan KA di daerah lainnya. Tidak mengherankan, kalau pertumbuhan panjang
jalan rel antara 1864 - 1900 tumbuh dengan pesat. Kalau tahun 1867 baru 25 km, tahun
1870 menjadi 110 km, tahun 1880 mencapai 405 km, tahun 1890 menjadi 1.427 km dan
pada tahun 1900 menjadi 3.338 km.
Pendudukan Jepang
Sampai dengan tahun 1939, panjang jalan KA di Indonesia mencapai 6.811 km. Tetapi,
pada tahun 1950 panjangnya berkurang menjadi 5.910 km, kurang lebih 901 km raib, yang
diperkirakan karena dibongkar semasa pendudukan Jepang dan diangkut ke Burma untuk
pembangunan jalan KA di sana.
Jenis jalan rel KA di Indonesia dibedakan dengan lebar sepur 1.067 mm; 750 mm (di Aceh)
dan 600 mm di beberapa lintas cabang dan tram kota. Jalan rel yang dibongkar semasa
pendudukan Jepang (1942 - 1943) sepanjang 473 km, sedangkan jalan KA yang dibangun
semasa pendudukan Jepang adalah 83 km antara Bayah - Cikara dan 220 km
antara Muaro - Pekanbaru. Ironisnya, dengan teknologi yang seadanya, jalan KA Muaro -
Pekanbaru diprogramkan selesai pembangunannya selama 15 bulan yang memperkerjakan
27.500 orang, 25.000 diantaranya adalah Romusha. Jalan yang melintasi rawa-rawa,
perbukitan, serta sungai yang deras arusnya ini, banyak menelan korban yang makamnya
bertebaran sepanjang Muaro - Pekanbaru.
Halte Si Loengkang di jalur Solok-Silungkang, ketika baru selesai dibangun.
Jaringan rel
Pengembangan jaringan rel kereta api 1875 - 1925 dalam 4 tahap, yaitu:
• 1875 - 1888,
• 1889 - 1899,
• 1900 - 1913
• 1914 - 1925.
Armada
Berbagai lokomotif uap di Indonesia
Di Indonesia pernah ada lokomotif uap dari berbagai jenis, antara lain:
• Tipe B
• Tipe BB
• Tipe C
• Tipe CC
• Tipe D
• Tipe DD
• Tipe F
Sebagian lokomotif uap yang pernah ada di Indonesia tersebut di atas (seri B, C, BB, CC,
DD, D dan F) telah dipajang di Museum Kereta Api Ambarawa dan Museum Transportasi
Taman Mini Indonesia Indah. Sebagian di antaranya sudah tidak diketahui lagi
keberadaannya karena tersisa fotonya saja.
Jenis kereta 1876-1925
Kereta penumpang adalah sarana untuk mengangkut penumpang, sedangkan untuk
mengangkut barang disebut gerbong sedangkan untuk mengangkut barang cair
disebut ketel. Sejak dahulu, kereta dibuat secara lokal, dengan sasis dan
rangka baja sedangkan bodi dibuat dari kayu. Pada waktu itu belum ada pendingin udara,
sehingga kelas kereta dibedakan jenis kursi dan jumlah kursi per kereta. Kelas 1 terdapat 3
tempat duduk per baris, kelas 2 terdapat 4 tempat duduk per baris dan kelas 3 terdapat 5
tempat duduk per baris. Sehingga tiap kereta kelas 3 terdapat 60-72 tempat duduk,
sedangkan tiap kereta kelas 2 terdapat 24-32 tempat duduk dan kelas 1 terdapat 12 tempat
duduk. Biasanya kelas 1 dan kelas 2 menjadi satu, sedangkan kelas 3 tersendiri. Namun
kelas 1, kelas 2, dan kelas 3 dirangkai dalam satu rangkaian.
Jenis kereta dan lokomotif listrik 1925
Di Jabodetabek, KRL mulai dirintis tahun 1925. Awalnya, kereta tersebut ditarik
oleh lokomotif listrik, salah satunya seperti ESS 3201 yang kini masih terawat dengan baik
karena dilestarikan oleh Unit Heritage KAI sekarang.
Pasca-kemerdekaan
Periode DKARI
Perebutan kekuasaan
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945,
perusahaan-perusahaan yang dahulu dimiliki oleh Belanda tidak serta-merta jatuh ke
tangan Indonesia. Bahkan tersiar kabar bahwa Belanda berkeinginan agar perusahaan
yang kelak disebut Djawatan Kereta Api (DKA) menjadi target pertama yang hendak direbut
Sekutu lalu dikembalikan ke Staatsspoorwegen (SS). Bahkan, Menteri Perhubungan saat
itu, Abikoesno Tjokrosoejoso, justru setuju apabila DKA dikembalikan ke tangan Belanda.
Pada tanggal 2 September 1945, Angkatan Pemoeda Indonesia (API) menyelenggarakan
pertemuan dengan grup revolusioner dari buruh DKA. Pertemuan dilangsungkan di
Gedung Menteng 31, Jakarta. API, organisasi revolusioner Indonesia, dipimpin
oleh Wikana, sedangkan buruh kereta yang hadir dipimpin oleh Legiman Harjono.
Kesepakatannya adalah merebut DKA. Untuk melaksanakan hal tersebut, tenaga
revolusioner dari API diperbantukan di DKA untuk menyiapkan aksi perebutan. Pada pukul
23.00, pertemuan lanjutan dilakukan di rumah dinas kepala Stasiun Manggarai dan
menghadirkan pegawai-pegawai DKA. Kesepakatannya adalah merebut stasiun DKA dari
tangan Jepang.
Keesokan harinya, pada 3 September 1945 pada pukul 09.30 hingga 12.00 kaum buruh
DKA melakukan aksi perebutan tersebut. Perebutan dilakukan di stasiun-stasiun di Jakarta.
Pada akhirnya, stasiun Jatinegara dan Manggarai berhasil direbut oleh kaum buruh,
menyusul kemudian Gambir, Tanjung Priok, Pasar Senen, Jakarta Kota, dan lain-lain.
Kantor DKA, bengkel, dan dipo lokomotif berhasil direbut. Di Stasiun Jakarta Kota, sempat
terjadi aksi bentrok dengan tentara Jepang. Begitu selesai melakukan aksi, kaum buruh
membentuk "Dewan Buruh" di perusahaan dan membentuk "Serikat Buruh Kereta Api
(SBKA).
Sementara itu, karyawan KA yang tergabung dalam "Angkatan Moeda Kereta Api" (AMKA)
juga mengambil alih kekuasaan perkeretaapian dari pihak Jepang. Pada tanggal 14
Oktober hingga 19 Oktober meletuslah pertempuran di Kota Semarang. Perang ini
sebenarnya meletus pada 15 Oktober, namun pada 14 Oktober situasi sudah memanas.
Salah satu tujuannya adalah merebut Hoofdkantoor van de Nederlands-Indische Spoorweg
Maatschappij (Lawang Sewu). Banyak tokoh AMKA yang gugur dalam pertempuran ini.
Keberhasilan kaum buruh dan pemuda segera diikuti oleh perusahaan lainnya. Kaum buruh
pun membentuk beberapa serikat-serikat buruh.
Peristiwa bersejarah yang terjadi pada tanggal 28 September 1945, pembacaan pernyataan
sikap oleh Ismangil dan sejumlah anggota AMKA lainnya, menegaskan bahwa mulai tanggal
28 September 1945 kekuasaan perkeretaapian berada ditangan bangsa Indonesia. Orang
Jepang tidak diperkenankan lagi campur tangan dengan urusan perkeretaapian di
Indonesia. Inilah yang melandasi ditetapkannya 28 September 1945 sebagai Hari Kereta
Api di Indonesia, serta dibentuknya "Djawatan Kereta Api Republik Indonesia" (DKARI).
Kecuali DKARI ada pula operator lain yang terpisah, Kereta Api Soematra Oetara Negara
Repoeblik Indonesia dan Kereta Api Negara Repoeblik Indonesia, yang kesemuanya
beroperasi di Sumatra. Selain itu, ada pula Verenigde Spoorwegbedrijf (VS) yang
merupakan gabungan dua belas operator kereta api swasta pada masa Hindia
Belanda. Pada akhirnya, DKARI dan Staatsspoorwegen en Verenigde
Spoorwegbedrijf (SS/VS) digabung menjadi satu sebagai Djawatan Kereta Api (DKA).
Menjadi Perum
Pada tanggal 1 Agustus 1990, PJKA berubah menjadi Perusahaan Umum Kereta
Api (Perumka). Pada masa ini, kerugian-kerugian seperti yang dialami PJKA pada beberapa
tahun yang lalu dapat ditekan. Seluruh pegawainya masih berstatus PNS yang diatur
tersendiri dan diperbolehkan mencari laba.
KRL Rheostatik dan KRL Holec. KRL yang di sebelah kiri dicat hijau putih
KA Bisnis Sawunggalih melintas Jembatan Sakalibel dengan cat putih-kuning.
Zaman Perumka biasa disebut "zaman merah biru" karena semua cat lokomotif yang
dioperasikan secara komersial diubah menjadi merah dan biru dengan logo Perumka putih
di depan dan belakangnya, serta di bawah kaca kabin masinis tepat di atas plat nomornya.
Selain itu, cat livery semua kelas kereta juga diubah, yakni untuk eksekutif dicat biru muda-
biru tua, bisnis dicat hijau tua-biru tua, ekonomi dicat merah tua-biru tua, serta kereta
pembangkit dan kereta bagasi dicat biru tua polos. Semua kereta memiliki garis putih
dengan logo Perumka merah. Pada masa ini, lokomotif diesel elektrik merajai
perkeretaapian Indonesia mulai dari kereta api eksekutif, bisnis, ekonomi jarak jauh bahkan
kereta barang sekalipun. sedangkan lokomotif diesel hidraulik perlahan mulai tergeser dan
menjadi penarik kereta api ekonomi jarak menengah, lokal/dekat, barang maupun
tugas langsir semenjak tenaga diesel hidraulik sudah tidak lagi cukup kuat menarik kereta
api jarak jauh dikarenakan faktor suku cadang.
Persero
Pada tanggal 24 Juli 1995 Perumka secara resmi berubah menjadi PT Kereta Api
(Persero (PT KA). Pada awal 1990-an dan 2000-an, PT KA tetap mempertahankan cat
merah-biru pada lokomotif-lokomotifnya, kecuali untuk CC 203.
Pada tahun 1995 lahir kereta api eksekutif argo buatan PT Inka Madiun, yang diberi
nama Argo Bromo dan Argo Gede. Semua kereta eksekutif argo terbaru tersebut dicat putih
abu-abu dengan garis biru-biru tua dengan logo PT KAI di kiri dan Departemen
Perhubungan di kanan. Selain itu, diimpor pula lokomotif CC 203 dari pabriknya, GE
Transportation langsung. Lokomotif ini memiliki desain yang aerodinamis.
Akibat hadirnya kereta argo ini, terjadi perubahan skema warna, dengan kereta kelas
eksekutif dan bisnis dicat dengan pola yang sama dengan kelas Argo namun dengan warna
krem-putih. Pada tahun 1997 muncul kereta api Argo Bromo Anggrek yang dicat warna
pink-putih. Sementara itu, kereta ekonomi sebenarnya dicat dengan warna putih-hijau
toska, namun pada akhirnya hanya KRL Rheostatik kelas ekonomi dan sebagian KRD yang
dicat dengan skema warna tersebut, sementara kereta ekonomi lainnya masih nyaman
dengan skema warna merah-biru dari sebelum tahun 1995. Livery yang sudah disebutkan
sebelumnya juga ditambah dengan dua garis, salah satunya berwarna biru muda dan satu
lagi berwarna biru tua.
Pada tahun 2006 ke atas, CC 201 dan sebagian besar lokomotif lainnya kemudian berganti
cat seperti CC 203, yakni putih bergaris biru muda-biru tua. Sementara itu terjadi perubahan
pada seluruh rangkaian kereta penumpang mulai dari eksekutif, bisnis, maupun ekonomi,
menjadi seperti yang dapat dilihat saat ini. Untuk lokomotif heritage
menggunakan livery PJKA.
Pada masa ini, PT KA memperkenalkan sistem PSO (public service obligation), terutama
untuk kereta api ekonomi. PSO ini menggantikan sistem subsidi yang sebelumnya
dilaksanakan. Pada tahun 2007 disahkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 yang
menghapus monopoli yang dilakukan oleh PT KA.
Transformasi dan digitalisasi
Era digitalisasi perkeretaapian Indonesia sudah muncul sejak 1980-an. Digitalisasi mulai
dirintis saat diluncurkannya lokomotif BB204 pada tahun 1980-an di Sumatra Barat.
Selanjutnya CC 204 dimodifikasi dari CC201 dengan menambahkan komputer BrightStar
Sirius sehingga dapat memitigasi kerusakan 45 menit sebelum kerusakan itu terjadi. Selain
itu, pada tahun 2006 hingga 2011, dibuatlah lokomotif dengan mendasarkan pada desain
CC203 dengan menambahkan komputer BrightStar Sirius di PT Inka sehingga terciptalah
CC204 batch II.
Pada dekade 2010-an telah banyak terjadi transformasi pada PT KA, lebih-lebih saat
dipimpin oleh Ignasius Jonan. Pada tahun 2010 nama PT KA berubah menjadi PT Kereta
Api Indonesia (Persero) (PT KAI). Keluhan masyarakat dengan tidak adanya AC pada
kereta ekonomi, maka pada tahun 2010 muncul kereta api ekonomi AC non-PSO dengan
hadirnya kereta api Bogowonto sebagai perintisnya.
Pada tanggal 28 September 2011, logo PT KAI berganti. Transformasi lain yang terletak
pada sistem pertiketan. Tiket yang semula hanya bisa dipesan di stasiun keberangkatan,
kini sudah dipesan di minimarket dan agen-agen tiket. Yang lebih hebatnya lagi, muncul
sistem boarding pass yang mengharuskan penumpang membawa bukti identitas diri. Selain
itu, pengelolaan stasiun kini sangat bagus. Semua kereta api jarak menengah maupun jauh
telah dipasangi AC. Digitalisasi lokomotif di Indonesia terus maju
sejak CC205 dan CC206 diimpor untuk memperkuat armada PT KAI saat ini.
Peringatan 75 tahun terbentuknya perusahaan
Dalam memperingati hari ulang tahun yang ke-75 pada 28 September 2020, PT KAI
meresmikan logo baru dengan bentuk tiga huruf "K", "A", dan "I" yang dibuat dengan tulisan
miring (menggambarkan karakter perusahaan yang progresif, terbuka, dan terpercaya).
Aksen bentuk rel kereta api pada huruf "A" melambangkan "harapan untuk memajukan
perusahaan sebagai ekosistem transportasi yang terbaik dan bersinergi" dan penggunaan
dua warna yang memiliki makna berbeda dari logo sebelumnya, yaitu gabungan kedua
warna ini mencermnikan "hubungan harmonis antara KAI dan seluruh pemangku
kepentingan sektor perkeretaapian", dengan warna biru (pada huruf "K" dan "I")
melambangkan "stabilitas, profesionalisme, amanah, dan kepercayaan diri dari
perusahaan", dan warna oranye (pada huruf "A") melambangkan "antusiasme, kreativitas,
dan tekad perusahaan".
Perkembangan dan Pemeliharaan
Sebagai salah satu model transportasi massal yang dipakai oleh jutaan masyarakat,
perkembangan perkeretaapian di Indonesia tak lepas dari sorotan dan kelemahan. Faktor
yang sering menjadi perhatian saat ini adalah tingkat kecelakaan yang masih relatif
tinggi baik gerbong yang anjlok, tabrakan antara kereta api dengan kereta api, tabrakan
antara kereta api dengan kendaraan lain, adanya banjir/longsor dan masalah lain yang
sering dihadapi oleh pengguna Kereta Api. Penyebab utama dari problematika ini dapat
dilihat pada sarana dan pemeliharaan rel yang tidak merata sehingga mengakibatkan
berbagai masalah. Pada tahun 2009, tercatat 255 orang menjadi korban kecelakaan kereta
api baik luka ataupun tewas. Sekitar 60 % kecelakaan kereta api terjadi di perlintasan kereta
api, yang umumnya tak memiliki palang pintu bahkan tak berpenjaga. Sebanyak 2.923
palang pintu perlintasan kereta api yang tersebar di pulau Jawa, tercatat sekitar 1.192 tidak
dijaga petugas. Artinya 40% perlintasan luput dari pengawasan pihak PT KAI yang
bertanggung jawab penuh menjamin keamanan dan keselamatan lalu lintas sebagaimana
tercantum dalam UU Nomor 23 Tahun 2007 pasal 31, pasal 32, pasal 33, pasal 34 dan
pasal 124 yang telah disahkan oleh legislatif.
Penambahan jalur baru
Sejak tahun 2015, pemerintah berencana untuk meningkatkan infrastruktur perkeretaapian
di Indonesia dengan menambah jalur baru, reaktifasi jalur nonaktif dan juga membuat jalur
ganda, tidak hanya di koridor pulau Jawa, tapi juga di koridor-koridor lainnya seperti Pulau
Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Papua
Berikut ini, pembangunan jaringan kereta di luar Jawa dari Program Strategis
Perkeretaapian 2015-2019:
Koridor Pulau Sumatra
Pembangunan Kereta Api Antar Kota/Trans Sumatra:
• Jalur KA baru Bireun-Lhokseumawe-Langsa-Besitang
• Jalur KA baru Rantauprapat-Duri-Dumai
• Jalur KA baru Duri-Pekanbaru
• Jalur KA baru Pekanbaru-Muaro
• Jalur KA baru Pekabaru-Jambi-Palembang
• Jalur KA baru Simpang-Tanjung Api-Api
• Jalur ganda KA Prabumulih-Kertapati
• Jalur ganda KA Baturaja-Martapura
• Jalur ganda KA Muara Enim-Lahat
• Jalur ganda KA Cempaka -Tanjung Karang
• Jalur ganda KA Sukamenanti-Tarahan
• Jalur KA baru Rejosari/KM3-Bakauheni
Reaktivasi Jalur KA:
• Binjai-Besitang
• Padang Panjang-Bukit Tinggi-Payakumbuh
• Pariaman-Naras-Sungai Limau
• Muaro Kalaban-Muaro
Pembangunan Kereta Api Perkotaan/Jalur Ganda/Elektrifikasi/Jalur Baru Akses ke
Pusat Kegiatan:
• Perkotaan Medan (Jalur Ganda KA Medan-Araskabu-Kualanamu)
• Perkotaan Padang (Padang-BIM dan Padang-Pariaman)
• Perkotaan Batam (Batam Center-Bandara Hang Nadim)
• Perkotaan Palembang (Monorel)
Pembangunan Kereta Api Akses Bandara:
• Bandara Kualanamu, Medan (peningkatan kapasitas)
• Bandara Internasional Minangkabau, Padang
• Bandara Hang Nadim, Batam
• Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II
Pembangunan Kereta Api Akses Pelabuhan:
• Pelabuhan Lhokseumawe
• Pelabuhan Belawan
• Pelabuhan Kualatanjung
• Pelabuhan Dumai
• Pelabuhan Tanjung Api-Api
• Pelabuhan Panjang
• Pelabuhan Bakauheni
Koridor Pulau Kalimantan
Pembangunan KA Khusus/Batubara/Akses Pelabuhan (Skema KPS):
• Muara Wahau-Muara Bengalon
• Murung raya-Kutai Barat-Paser-Panajam Paser Utara-Balikpapan
• Puruk Cahu-Mangkatib
Pembangunan Kereta Api Antar Kota/Trans Kalimantan:
• Jalur KA baru Tanjung-Paringin-Barabai-Rantau-Martapura-Banjarmasin
• Jalur KA baru Balikpapan-Samarinda
• Jalur KA baru Tanjung-Balikpapan
• Jalur KA baru Banjarmasin-Palangkaraya
• Jalur KA baru Palangkaraya -Sangau-Pontianak-Batas Negara
• Jalur KA baru Samarinda-Sangata-Tanjung Redep-Batas Negara
Pembangunan Kereta Api Akses Bandara:
• Bandara Syamsuddin Noor
Koridor Pulau Sulawesi
Pembangunan Kereta Api Antar Kota/Trans Sulawesi:
• Jalur KA baru Manado-Bitung
• Jalur KA baru Bitung-Gorontalo-Isimu
• Jalur KA baru Pare Pare-Mamuju
• Jalur KA baru Makassar-Pare Pare
• Jalur KA baru Makassar-Sungguhminasa-Takalar-Bulukumba-Watampone
• Jalur KA baru Mamuju-Palu-Isimu
Pembangunan Kereta Api Perkotaan:
• Perkotaan Makassar dan sekitarnya
• Perkotaan Manado
Pembangunan Kereta Api Akses Bandara/Pelabuhan:
• Bandara Sultan Hasanuddin
• Pelabuhan Garonggong, Pelabuhan New Makassar
• Pelabuhan Bitung
Koridor Pulau Papua
• Pembangunan Jalur KA baru di Papua baru direncanakan satu, yaitu untuk jalur Sorong-
Manokwari.