Anda di halaman 1dari 5

TUGAS JALAN KERETA API

OLEH :

KELOMPOK 4 :

Desi Syahfitri 208110053


Mawatda Safina 208110039
Yoel Christian 208110025
Ardyansa Giawa 208110029
Alexius Awalludin Hulu 198110176
Pramudia Bagaskara 198110065

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MEDAN AREA

MEDAN
2023
• SEJARAH KERETA API

Sejarah perkeretaapian di Indonesia dimulai dibangunnya jalan rel sepanjang 26 km pada lintas
Kemijen-Tanggung yang dibangun oleh NV. Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij
(NIS). Pembangunan jalan rel tersebut dimulai dengan penyangkulan pertama pembangunan
badan jalan rel oleh Gubernur Jenderal Belanda Mr. L.A.J. Baron Sloet Van De Beele pada hari
Jum’at tanggal 17 Juni 1864. Pembangunan dilaksanakan oleh perusahaan swasta Naamlooze
Venootschap Nederlansch Indische Spoorweg Maatschappij (NV. NISM) menggunakan lebar
sepur 1435 mm. ). Jalur kereta api lintas Kemijen-Tanggung mulai dibuka untuk umum pada hari
Sabtu, 10 Agustus 1867. Sementara itu, pemerintah Hindia Belanda membangun jalur kereta api
negara melalui Staatssporwegen (SS) pada tanggal 8 April 1875. Rute pertama SS meliputi
Surabaya-Pasuruan-Malang. Keberhasilan NISM dan SS mendorong investor swasta membangun
jalur kereta api seperti Semarang Joana Stoomtram Maatschappij (SJS), Semarang Cheribon
Stoomtram Maatschappij (SCS), Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS), Oost Java
Stoomtram Maatschappij (OJS), Pasoeroean Stoomtram Maatschappij (Ps.SM), Kediri Stoomtram
Maatschappij (KSM), Probolinggo Stoomtram Maatschappij (Pb.SM), Modjokerto Stoomtram
Maatschappij (MSM), Malang Stoomtram Maatschappij (MS), Madoera Stoomtram Maatschappij
(Mad.SM), Deli Spoorweg Maatschappij (DSM). Landasan de-jure pembangunan jalan rel di Jawa
ialah disetujuinya undang-undang pembangunan jalan rel oleh pemerintah Hindia Belanda tanggal
6 April 1875.
Dengan telah adanya undang-undang pembangunan jalan rel yang dikeluarkan oleh pemerintah
Hindia Belanda dan dengan berhasilnya operasi kereta api lintas Kemijen-Temanggung (yang
kemudian pembangunannya diteruskan hingga ke Solo), pembangunan jalan rel dilakukan di
beberapa tempat bahkan hingga di luar Jawa, yaitu di Sumatera dan Sulawesi.
Namun sejarah jalan rel di Indonesia mencatat adanya masa yang memprihatinkan yaitu setelah
Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, beberapa hari
kemudian dilakukan pengambil-alihan stasiun dan kantor pusat kereta api yang dikuasai Jepang.
Puncaknya adalah pengambil alihan Kantor Pusat Kereta Api Bandung tanggal 28 September 1945
(kini diperingati sebagai Hari Kereta Api Indonesia). Beberapa jalan rel di Pulau Sumatera dan
pulau Sulawesi serta sebagian lintas cabang di Pulau Jawa dibongkar untuk diangkut dan dipasang
di Burma (Myanmar). Bahkan pemindahan jalan rel ini juga disertai dengan dialihkannya sejumlah
tenaga kereta api Indonesia ke Myanmar. Akibat tindakan Jepang tersebut ialah berkurangnya
jaringan jalan rel di Indonesia. Data tahun 1999 memberikan informasi bahwa panjang jalan rel di
Indonesia ialah 4615,918 km, terdiri atas Lintas Raya 4292,322 km dan Lintas Cabang 323,596
km.
Dalam masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia peran kereta api sangatlah besar.
Sejarah mencatat peran kereta api dalam distribusi logistik untuk keperluan perjuangan dari
Ciporoyom (Bandung) ke pedalaman Jawa Tengah, mobilisasi prajurit pejuang di wilayah
Jogjakarta-Magelang-Ambarawa. Hijrahnya pemerintahan republik Indonesia dari Jakarta ke
Jogjakarta tahun 1946 tidak lepas pula dari peran kereta api. Tanggal 3 Januari 1946 rombongan
Presiden Soekarno berhasil meninggalkan Jakarta menggunakan kereta api, tiba di Jogjakarta
tanggal 4 Januari 1946 pukul 09.00 disambut oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Sejarah perjuangan Bangsa Indonesia mencatapengambilalihan kekuasaan perkereta-apian dari
pihak Jepang oleh Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA) pada peristiwa bersejarah tanggal 28
September 1945. Pengelolaan kereta api di Indonesia telah ditangani oleh institusi yang dalam
sejarahnya telah mengalami beberapa kali perubahan. Institusi pengelolaan dimulai dengan
nasionalisasi seluruh perkereta-apian oleh Djawatan Kereta Api Indonesia (DKARI), yang
kemudian namanya dipersingkat dengan Djawatan Kereta Api (DKA), hingga tahun 1950.
Institusi tersebut berubah menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) pada tahun 1963
dengan PP. No. 22 Tahun 1963, kemudian dengan PP. No. 61 Tahun 1971 berubah menjadi
Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA). Perubahan kembali terjadi pada tahun 1990 dengan PP.
No. 57 Tahun 1990 status perusahaan jawatan diubah menjadi perusahaan umum sehingga PJKA
berubah menjadi Perusahaan Umum Kerata Api (Perumka). Perubahan besar terjadi pada tahun
1998, yaitu perubahan status dari Perusahaan Umum Kereta Api menjadi PT Kereta Api (persero),
berdasarkan PP. No. 19 Tahun 1998.
Perkembangan dalam dunia kereta api di Indonesia terus berlangsung, begitu pula dengan
teknologinya. Tanggal 31 Juli 1995 diluncurkan KA Argo Bromo (dikenal juga sebagai KA JS
950) Jakarta-Surabaya dan KA Argo Gede (JB 250) JakartaBandung. Peluncuran kedua kereta api
tersebut mendandai apresiasi perkembangan teknologi kereta api di Indonesia dan sekaligus
banyak dikenal sebagai embrio teknologi nasional. Saat ini selain kedua KA “Argo” tersebut di
atas, telah beroperasi pula KA Argo Lawu, KA Argo Dwipangga, KA Argo Wilis, KA Argo Muria.
Kemampuan dalam teknologi perkereta-apian di Indonesia juga terus berkembang baik dalam
prasarana jalan rel maupun sarana kereta apinya. Dalam rancang bangun, peningkatan dan
perawatan kereta api, perkembangan kemampuan tersebut dapat dilihat di PT Industri kereta
Api(INKA) di Madiun dan Balai Yasa yang terdapat di beberapa daerah.
• PERMENHUB NO. 31 TAHUN 2011 TENTANG PERIZINAN PENYELENGGARA
PRASARANA PERKERETAAPIAN

Regulasi ini menjelaskan tentang standar dan tata cara pemeriksaan prasaana
perkeretaapian. Standar diantaranya adalah tidak adanya hal menghalangi area jalur
kereta api agar aren bisa di manfaatkan untuk tujuan tertentu, konstruksi jalur kereta api
terdiri dari baja, beton atau bahan konstruksi lain baik itu di jalan rel, jembatan ataupun
terowongan, kereta api harus berhenti di stasiun, kereta api tidak di bolehkan melewati
jalur rel baja yg rusak, tenaga pemeriksa prasana perkeretaapian harus memenuhi
kualifikasi kompetensi, tanggung jawab perkeretaapian adalah tanggung jawab Direktur
Jenderal, penyelenggara prasarana wajib memeriksa prasananaya sebelum di
operasikanoperasikan baik itu jalur kereta api, stasiun kereta api, maupun fasilitas
penunjang pengoperasian kereta api.

Dari standar" diatas dapat disempurnakan dengan tata cara yang mumpuni dan sesuai
dengan ketentuan, yaitu pemeriksaan berkala yang harus dilakukan untuk menjamin
kelayakan prasarana perkeretaapian sebelum di operasikan walapun pemeriksaan tidak
dilakukan secara terjadwal karena faktor-faktor tertentu seperti faktor alam yg meliputi
cuaca maupun bencana, walaupun begitu tetap saja harus ada pemeriksaan harian yang
tenaga pemeriksa harus memastikan jalur kereta api aman dan bisa dioperasikan,
pemeriksaan harian itu di antaranya:

1. Pemeriksaan Geometri
2. Pemeriksaan Komponen jalan rel
3. Pemeriksaan Badan jalan
4. Pemeriksaan Drainase
5. Pemeriksaan Konstruksi jembatan
6. Pemeriksaan Terowongan

Selain pemeriksaan prasarana-prasarana diatas, pemeriksaan ataupun menjaga kondisi


bangunan/gedung stasiun juga harus dilakukan secara berkala atau terjadwal guna guna
dan aman aman di operasikan secara berkelanjutan sesuai fungsinya contohnya instalasi
listrik, air dan pemadam kebakaran, peralatan persinyalan, peralatan telekominkasi dll.

Pedoman pemeriksaan- pemeriksaan ini harus dilengkapi dengan formulir pemeriksaan


yang sudah ditentukan oleh pemerintah atau badan yang mengurus moda perkeretapian
ini. Kemudian penyelenggara prasana wajib memberikan laporan pemeriksaan
prasarana perkeretapian kepada Direktur Jenderal Perkeretapian sekurang-kurangnya 1
tahun sekali guna sebagai data dukung dalam memberikan sertifikat uji berkala.
Daftar Pustaka

Mohtar, Omar 2014 Peranan Rel Kereta Diesel Kuda Putih Bagi Kehidupan Sosial-Ekonomi
Masyarakat YogyakartaSurakarta 1963-1980. Skripsi. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan
Budaya Universitas Indonesia

Morlok, Edward K. 1984. Pengantar Teknik dan Perencanaan


Transportasi. Erlangga: Jakarta

Perkembangan Transportasi di Indonesia Dari Masa Ke Masa.


Jakarta: Tanpa Penerbit

Republik indonesia. 2011. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tentang Perizinan


Sarana Perkeretaapian Umum. Menteri Perhubungan. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai