Makalah
Oleh:
Matakuliah
Dosen
Pada perkembangan kereta api, ada fakta unik mengenai jalur kereta, yaitu rel.
Ternyata, rel kereta sudah lebih dulu ada sebelum kereta api diciptakan, teman-
teman. Rel ini terbuat dari kayu dan digunakan sebagai jalur untuk menarik gerobak
yang digunakan pada industri tambang sekitar tahun 1550-an. Penggunaan rel
memudahkan para pekerja tambang untuk membawa hasil tambangnya, seperti batu
bara dengan menggunakan kereta kecil yang digerakkan pada rel. Rel yang terbuat
dari logam mulai diperkenalkan dan digunakan sekitar akhir tahun 1760-an, dengan
memasang besi cor ke atas rel kayu. Pemasangan rel besi ini mulai dilakukan saat
kereta uap banyak digunakan.
James Watt adalah salah satu penemu yang berkontribusi dalam sejarah kereta api.
Perkembangan kereta api dimulai dari mesin uap yang digunakan untuk
menggerakkan kereta. Mesin uap buatan James Watt mampu menggerakkan roda
kereta, karena mesin uap ini bekerja dengan cara bolak-balik dan dikembangkan
pada tahun 1769. Lokomotif uap untuk kereta api dibuat pertama kali tahun 1804
oleh Richard Trevithick untuk menggerakkan mesin menggunakan uap bertekanan
tinggi. 21 Februari 1804 menjadi perjalanan kereta uap pertama kali hasil temuan
Richard Trevithick yang dilakukan di jalur trem miliki pabrik besi Penydarren.
Di tahun 1837, mulai diperkenalkan lokomotif listrik pertama yang dibuat oleh
seorang ahli kimia bernama Robert Davidson dari Skotlandia. Lokomotif listrik ini
digerakkan dengan menggunakan baterai dan disebut sebagai lokomotif listrik
dengan tenaga baterai pertama.
Robert Davidson kemudian membuat lokomotif yang lebih besar mengangkat beban
seberat enam ton dengan kecepatan melaju sekitar enam kilometer per jam untuk
jarak 2,4 kilometerdan diberi nama Galvani.
Setelah menggunakan mesin uap dan baterai, kali ini dibuat desain kereta yang
digerakkan dengan bahan bakar diesel, yang menggunakan minyak bumi.
Rancangan pertama kereta berbahan diesel ini dibuat oleh William Dent Priestman
yang membuat desain pembakaran internal yang digunakan pada kereta api. Tahun
1894, desain mesin William Dent Priestman mulai dibuat menjadi mesin dua poros.
Selanjutnya, tahun 1906 lokomotif bertenaga diesel dibuat oleh Rudolf diesel, Adolf
Klose, dan produsen mesin uap Gebruder Sulzer.Di tahun 1912, lokomotif bertenaga
diesel pertama di dunia mulai beroperasi di jalur kereta api Winterthur di Swiss.
Shinkansen adalah kereta cepat pertama yang diperkenalkan pada 1964 sebagai
kereta dengan tenaga listrik. Pada kali pertama beroperasi di tahun 1964,
Shinkansen melakukan perjalanan dari Tokyo ke Osaka dengan kecepatan
mencapai 300 kilometer per jam. Selain Jepang, Shinkansen juga digunakan di
Spanyol, Italia, Tiongkok, Inggris, Korea Selatan, Belgia, dan Belanda. Adanya
kereta cepat ini menyebabkan penurunan jumlah penerbangan jarak pendek antara
beberapa kota di berbagai negara.
Sejarah Perkeretaapian di Indonesia
Staatssporwegen (SS)
1998-
PT Kereta Api Indonesia (Persero) Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 1998
sekarang
Karakteristik Transportasi Kereta Api dengan Moda lainnya
Keunggulan:
4. Mempunyai kehandalan dalam ketepatan waktu. Hal ini karena kereta api
mempunyai jalur tersendiri sehingga memungkinkan kecepatan relatif konstan
sehingga memudahkan dalam pengaturan waktu perjalanan. Perjalanan tidak
begitu terpengaruh oleh keadaan cuaca.
8. Kecepatan perjalanan dapat bervariasi dari yang lambat (kereta api barang)
sampai cepat
2. Elastisitas (Elastic/Resilience)
Elastisitas diperlukan untuk kenyamanan perjalanan kereta api, menjaga
patahnya as roda, meredam kejut, impact, getaran vertikal. Jika struktur jalan rel
terlalu kaku, misalnya dengan pemakaian bantalan beton,maka untuk menjamin
keelastikan struktur dapat menggunakan pelat karet (rubber pads) di bawah kaki rel.
4. Stabilitas
Jalan rel yang stabil dapat mempertahankan struktur jalan pada posisi yang
tetap/semula (vertikal dan horisontal) setelah pembebanan terjadi. Untuk ini
diperlukan balas dengan mutu dan kepadatan yang baik, bantalan dengan penambat
yang selalu terikat dan drainasi yang baik.
Klasifikasi REL
Menurut Lebar Sepur
a. Sepur standar (standard gauge), memiliki lebar sepur 1435 mm
b. Sepur lebar (broad gauge), memiliki lebar sepur > 1435 mm
c. Sepur sempit (narrow gauge), memiliki lebar sepur < 1435 mm
Bentuk Rel
1. Rel berkepala dua (double head rail)
2. Rel berkepala banteng (bull headed rail)
3. Rel berkaki datar (flat footed rail)
1. Apabila jarak antara tepi dalam flens dibuat sama dengan lebar sepur,
maka flens akan menggesek tepi kepala rel. Untuk menghindari terjadi
gesekan maka jarak antara tepi dalam kedua flens dibuat lebih kecil
daripada lebar sepurnya.
2. Rel dipasang dengan klemiringan 1 : 20 atau 1 : 40 disesuaikan
dengan kemiringan bandase tipe roda dan pelat landas yang
digunakan
Kedudukan roda pada saat salah satu flens merapat pada rel.
Sambungan Rel
Sambungan rel adalah konstruksi yang mengikat dua ujung rel , namun
merupakan titik lemah dari kekuatan rel itu sendiri Persyaratan sambungan rel
yang baik :
- Kuat menahan momen ,gaya yang bekerja, maupun sentuhan yang
ditimbulkan roda KA
- Mampu mengakomodasi pemuaian rel
Jenis Sambungan Rel
- Sambungan menumpu (supported joint)
Definisi
Penambat rel adalah pengikat rel ke bantalan rel kereta api. Penambat rel
ada dua jenis, yakni jenis penambat kaku dan jenis penambat elastis. Jenis
penambat kaku biasanya terdiri dari paku rel, mur, baut, atau menggunakan
tirpon (tirefond) yang dipasang menggunakan pelat landas. Umumnya
penambat kaku ini digunakan pada jalur kereta api tua, baik yang masih aktif
maupun tidak aktif. Karakteristik dari penambat kaku, selalu dipasang pada
bantalan kayu/baja. Penambat kaku kini sudah tidak layak digunakan untuk
semua rel kereta api, khususnya dengan beban lalu lintas yang tinggi. Jenis
penambat elastis diciptakan untuk meredam getaran dengan frekuensi tinggi
pada rel yang diakibatkan oleh kereta api ketika bergerak di atasnya.
Persyaratan
- Penambat mampu untuk menyerap gaya-gaya pada rel dengan elastis
kemudian menyalurkannya ke bantalan
- Penambat dapat meredam sebanyak mungkin getaran dan benturan
akibat dari sarana kereta yang lewat diatasnya.
- Penambat mampu menahan lebar jalur rel.
- Penambat mampu untuk menjaga kemiringan rel pada batas tertentu;
- Dapat mengisolasi antara rel dengan bantalan terhadap aliran arus listrik
terutama pada bantalan beton dan besi.
- Penambat rel elastis harus mampu menahan gaya tahan rel pada
bantalan.
- Penambat rel harus mampu bertahan lama meskipun mengalami
pelonggoran dan keausan pada jepitan pada waktu tertentu pemakaian.
Jenis Penambat
Penambat rel kereta api terdapat 2 (dua) jenis penambat. Yaitu penambat
elastis dan penambat kaku.
A. Penambat Elastis
Sistem penambat elastis, merupakan salah satu komponen utama yang ikut
memengaruhi kualitas struktur jalan rel, terbuat dari bahan baja yang elastis,
sehingga memungkinkan untuk mengabsorbsi getaran yang terjadi pada saat
kereta lewat di atasnya ataupun mengakomodasi pemuaian rel akibat
perbedaan suhu rel.
- Penambat e
Disebut juga sebagai e clip karena bentuknya seperti huruf e kecil dan
berbentuk seperti klip kertas sehingga disebut sebagai klip. Digunakan
di Indonesia sejak penggunaan bantalan rel beton. Merupakan penambat
yang pertama sekali dikembangkan oleh Pandrol sehingga disebut juga
sebagai Pandrol Clip. Salah satu kelemahan dari sistem ini mudah untuk
dicuri, cukup dengan menggunakan palu sudah bisa mencabut klip ini,
untuk menghindari permasalahan ini dipasang suatu anti vandalisme.
Beberapa keunggulan dari Penambat e.
a) Komponen sedikit dan sederhana
b) Elastis sehingga tetap mencengkeram rel walaupun bergetar
c) Tahan lama
d) Tingkat keselamatan dan keamanan yang tinggi
e) Bisa digunakan pada berbagai bantalan maupun trak tanpa balas
f) Bisa digunakan di Wesel atau persilangan
g) Dapat dilengkapi dengan mekanisme anti vandal, untuk menghindari
pencurian/pencopotan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab
h) Dapat dengan mudah diterapkan di segala bentuk bantalan
i) Bebas perawatan
j) Penggunaan mudah seperti pada waktu pergantian rel
- Penambat F
Penambat rel Tipe F bila dilihat sekilas tampak sederhana dan bentuknya
mirip dengan Penambat Clip, namun komponen penambatnya relatif
banyak sehingga membutuhkan ketelitian dalam pemasangan dan
pemeliharaan. Kuat jepit yang dihasilkan dapat mencapai 500 kgf, dan
penambat ini dianggap tidak cepat longgar karena mampu meredam
getaran. Penambat ini banyak digunakan di Jepang.
- KA Klip
Dikembangkan oleh PT Kereta Api Indonesia, yang mudah dipasang
ataupun dibongkar dengan alat yang diciptakan khusus untuk itu.
Penambat ini merupakan pengembangan dari F Type dan dibuat oleh
PT Pindad.
Beberapa Keunggulan KA Klip:
a) Komponen sedikit dan sederhana
b) Pemasangannya yang mudah
c) Efektif untuk penggunaan kembali bila sedang ada penggantian rel
d) Hampir tidak membutuhkan perawatan
e) Gaya jepit 750 sampai dengan 1300 Kgf (sesuai dengan standar:
SNI 11-3677-1995)
f) Dapat mereda getaran karena klip yang elastis
g) Dapat menahan beban membujur dan sisi
h) Dapat menahan beban dari muatan sumbu
i) Dapat mengunci sendiri (anti vandal)
j) Dapat digunakan pada trak lurus, lengkung, persilangan maupun
sambungan
k) Dapat digunakan pada bermacam-macam tipe rel
l) Dilengkapi dengan insulator listrik untuk melindungi system sinyal &
pelacakan.
m) Dapat digunakan untuk upgrading rel tanpa mengganti bantalan.
- Penambat Kupu-Kupu
Merupakan penambat yang disebut juga sebagai fastclip, merupakan
perkembangan dari e clip berbentuk seperti kupu-kupu yang waktu
pemasangan cepat, mudah dirawat, dan harga murah. Penambat seperti
ini baru digunakan di jalur LRT dan slab track terowongan Ijo Baru.
- Penambat Klip DE
Merupakan penambat elastis yang dikembangkan di Belanda dan di
Indonesia dibuat juga oleh PT Pindad dan digunakan secara luas pada
jaringan jalan kereta api, khususnya diwilayah pulau Jawa. Beberapa
keunggulan dari penambat klip DE.
a) Komponen sedikit dan sederhana
b) Mudah saat pemasangan dan penggantian di trak/lintas
c) Sangat handal dapat digunakan kembali pada penggantian Rel
d) Hampir tidak membutuhkan perawatan
e) Gaya jepit antara 750 sampai dengan 1300 Kgf (sesuai SNI: 11-
3677-1995)
f) Mudah dipasang pada berbagai jenis bantalan dan ukuran rel
g) Dapat digunakan untuk upgrading rel tanpa mengganti bantalan
h) Tidak mudah dirusak dan tidak memerlukan perawatan khusus
i) Dapat digunakan pada trak lurus, lengkung, persilangan maupun
sambungan
j) Dilengkapi dengan insulator listrik untuk melindungi sistem sinyal &
pelacakan
k) Ketahanan tinggi
l) Resistensi dari seksi balas, memberikan stabilitas penuh terhadap
rel
m) Mampu mengunci dengan sendiri
B. Penambat Kaku
Penambat kaku digunakan pada awal perkembangan kereta api. Penambat
kaku terdiri dari penambat paku, tirpon dan mur-baut. Penambat kaku sering
mengalami terdesak akibat benturan sarana yang lewat, kendor dan terlepas.
mengakibatkan lebar jalur semakin melebar dan bantalan mengalami patah
pada dudukan rel.
- Paku Ulir
Merupakan penambat yang digunakan pada bantalan kayu, yang berupa
paku ulir yang disekrup di atas plat baja kedalam bantalan kayu sehingga
mengikat rel ke bantalan.
- Tirpon
Penambat tirpon merupakan perkembangan dari paku ulir, karena
penambat paku sering kendor dan lepas maka digunakan tirpon.
- Mur dan Baut
Penambat yang biasa digunakan pada bantalan kayu atau baja. penambat
mur dan baut ini memiliki kekuatan jepitnya pada klem plat yang kaku.
Namun pada saat ini seiring dengan dengan kemajuan transportasi kereta
api dari segi beban kereta yang lewat semakin berat dan kecepatan yang
digunakan semakin tinggi, penambat kaku mulai tidak digunakan di
Indonesia, kecuali untuk pembangunan kelas jalan IV dan V.
Pada rel kereta api adalah jenis bantalan yang terbuat dari kayu yang
ditempatkan di atas bantalan tanah. Bantalan kayu digunakan pada rel
kereta api yang lebih ringan seperti rel kereta api regional atau lokal.
Bantalan kayu dapat memberikan stabilitas pada rel dan juga mampu
menyerap guncangan yang terjadi pada rel.
Meskipun bantalan kayu pada rel kereta api umum digunakan, namun
bantalan ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu:
Kelebihan bantalan kayu pada rel kereta api:
o Bantalan Beton
Bantalan beton pada rel kereta api adalah jenis bantalan yang terbuat
dari beton dan digunakan sebagai pengganti bantalan kayu pada rel
kereta api. Bantalan beton memiliki beberapa kelebihan dibandingkan
dengan bantalan kayu, seperti lebih tahan lama, lebih efektif dalam
meredam getaran, dan lebih mudah dirawat.
Bantalan slap track pada rel kereta api adalah jenis bantalan yang
digunakan untuk mengurangi kebisingan dan meredam getaran pada
rel kereta api. Bantalan slap track merupakan solusi modern yang
dikembangkan untuk menggantikan bantalan kayu dan beton yang
lebih tradisional. Bantalan slap track terdiri dari dua lapisan bahan
karet yang dijepit di antara dua plat baja, sehingga mampu meredam
suara dan getaran dengan baik.
Bantalan besi pada rel kereta api adalah salah satu jenis bantalan
yang digunakan untuk mendukung rel kereta api. Bantalan ini
terbuat dari besi cor atau baja yang ditempatkan di antara rel dan
crosstie, yang berfungsi untuk menopang beban dan memperkuat
rel agar dapat menahan beban kereta api dengan baik.
Syarat Kekuatan
o Bantalan Besi Bagian Tengah dan Bawah harus mampu
menahan momen 650 kg-m.
o Tegangan ijin bantalan besi 1600 kg/cm2 sehingga momen
tahanan bantalan besi minimal 40,6 cm
Pemilihan Bantalan
Pemilihan bantalan rel kereta api harus memperhatikan beberapa faktor,
antara lain:
1. Beban kereta api: Bantalan rel yang dipilih harus mampu menopang
beban kereta api dengan baik agar tidak merusak rel dan
memperpanjang umur rel.
2. Kecepatan kereta api: Kecepatan kereta api juga harus diperhatikan
karena bantalan rel yang digunakan harus mampu menahan getaran
dan kecepatan kereta api.
3. Kondisi lingkungan: Kondisi lingkungan tempat rel berada seperti
iklim, suhu, kelembaban, dan kondisi cuaca juga harus diperhatikan
karena hal ini dapat mempengaruhi umur pemakaian bantalan rel.
4. Kebutuhan perawatan: Beberapa jenis bantalan rel memerlukan
perawatan dan pemeliharaan yang lebih intensif dibandingkan
dengan jenis bantalan lainnya.
5. Biaya: Biaya pembuatan, pemasangan, dan perawatan bantalan rel
juga harus diperhatikan karena biaya yang lebih mahal tidak selalu
menghasilkan kualitas yang lebih baik.
6. Faktor lingkungan: Bantalan rel yang dipilih harus memperhatikan
faktor lingkungan sekitar. Sebagai contoh, bantalan yang
menghasilkan kebisingan yang tinggi tidak cocok digunakan di
lingkungan yang sensitif terhadap kebisingan.
7. Faktor teknis: Ada juga faktor teknis yang perlu dipertimbangkan,
seperti bentuk dan konstruksi rel, jarak antara crosstie, sudut
lengkung rel, dan sebagainya.
Balas kereta api adalah lapisan bahan pengisi di bawah rel yang
berfungsi untuk menopang rel, menyebar beban kereta api, dan menjaga
posisi rel agar tetap stabil. Struktur balas kereta api yang baik sangat
penting untuk menjaga stabilitas dan keamanan rel kereta api.
Keberhasilan balas kereta api tergantung pada pemilihan bahan yang
tepat, pemasangan yang benar, serta pemeliharaan dan perawatan yang
teratur.
Lapisan balas terletak diatas tanah dasar:
Balast pada rel kereta api memiliki beberapa fungsi penting, antara lain:
1. Menopang rel: Balast berfungsi sebagai lapisan penopang rel agar rel tidak
langsung bersentuhan dengan subgrade atau lapisan tanah asli di bawahnya.
Balast yang baik harus mampu menopang beban kereta api, menjaga posisi
rel agar tetap stabil, dan menyebar beban kereta api secara merata.
2. Menyerap getaran: Balast dapat menyerap getaran yang ditimbulkan oleh
kereta api, sehingga mengurangi kebisingan dan meningkatkan kenyamanan
bagi penumpang.
3. Memperkuat struktur rel: Balast yang terpasang dengan baik dapat
memperkuat struktur rel dan mencegah terjadinya sinkronisasi atau
pergeseran rel.
4. Menjaga drainase: Balast dapat berfungsi sebagai filter yang menjaga
drainase di sekitar rel. Balast yang baik harus dapat memungkinkan air
mengalir dengan baik tanpa menyebabkan erosi atau pencampuran antara
tanah asli dengan balast.
5. Mencegah erosi: Balast dapat mencegah erosi atau longsoran pada subgrade
atau tanah di bawahnya.
Dengan fungsi-fungsi tersebut, balast menjadi komponen yang sangat penting
dalam struktur rel kereta api. Oleh karena itu, pemilihan bahan balast yang
baik, pemasangan yang benar, serta perawatan dan pemeliharaan yang
teratur sangat diperlukan untuk menjaga keamanan dan keandalan sistem rel
kereta api.
Dalam distribusi beban pada balast, terdapat tiga jenis beban utama yang
harus dipertimbangkan, yaitu beban vertikal, beban horizontal, dan beban
lateral.
1. Beban vertikal: Beban vertikal dihasilkan oleh berat kereta api dan muatan
yang diangkut. Beban vertikal didistribusikan secara merata ke seluruh balast
di sekitar rel agar beban tersebut tidak terkonsentrasi pada satu titik tertentu.
Distribusi beban vertikal yang merata pada balast dapat diatur dengan cara
mengatur kedalaman dan lebar balast yang digunakan.
2. Beban horizontal: Beban horizontal dihasilkan oleh gerakan lateral kereta api,
seperti saat kereta api berbelok atau saat terjadi rem mendadak. Beban
horizontal didistribusikan ke seluruh balast melalui crosstie atau sleeper.
Crosstie harus ditempatkan pada jarak yang sesuai agar beban horizontal
dapat didistribusikan secara merata.
3. Beban lateral: Beban lateral dihasilkan oleh gaya sentrifugal saat kereta api
melaju di rel dengan kecepatan tinggi atau saat kereta api berbelok. Beban
lateral didistribusikan ke seluruh balast melalui rel dan crosstie. Rel yang
terpasang dengan baik dan crosstie yang teratur dapat memperkuat distribusi
beban lateral pada balast.
Dalam praktiknya, distribusi beban pada balast kereta api harus diukur dan
dianalisis secara teratur untuk memastikan keamanan dan keandalan sistem
rel kereta api. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat pengukur
tekanan yang ditempatkan pada permukaan balast untuk mengukur tekanan
yang dihasilkan oleh beban kereta api. Hasil pengukuran tersebut dapat
digunakan untuk mengatur kedalaman dan lebar balast, serta memperbaiki
atau mengganti komponen yang rusak agar distribusi beban pada balast
selalu optimal.
Setiap lapisan pada balast kereta api memiliki fungsi yang penting untuk menjaga
kestabilan dan keselamatan rel dan kereta api. Lapisan pada ballast ada 2 yaitu
ballast atas dan ballast bawah.
Balast atas mendapatka tekanan yang besar dari bantalan dan sangat
berpengaruh pada elastisitas untuk kenyamanan penumpang.
Karena demikian bahan balast atas harus memenuhi beberapa persyaratan teknis
agar dapat menjaga kestabilan dan kinerja keseluruhan struktur rel kereta api.
Berikut adalah beberapa persyaratan yang umumnya harus dipenuhi oleh bahan
balast atas:
Batu pecah: keras, tidak mudah pecah
Tahan lama: tidak cepat aus, tahan cuaca
Bersudut/angular
Bergradasi tertentu: sifat saling mengunci, saling gesek, permeabilitas
tinggi
Persyaratan kualifikasi bahan balast atas sebagai berikut:
Bahan lunak/mudah pecah < 3%
Bahan lolos #200 < 1%
Gumpalan lempung < 0,5%
Keausan uji Los Angeles < 40%
Partikel tipis/Panjang < 5%
Gradasi Lapisan Balast Atas
Cat:
a) Jalan kelas I-II digunakan ukuran min 2,5”-0,75”
b) Jalan kelas III digunakan ukuran min 2”-1”
Pemadatan
Pemadatan harus dilakukan secara baik, benar dan merata sehingga dapat
diperoleh kepadatan lapangan yang disyaratkan yaitu 100 % kepadatan kering
maksimum menurut standart ASTMD 698. Untuk mencapai kepadatan lapangan
yang homogen maka pemadatan agregat bahan balas harus dilakukan lapis demi
lapis dan ketebalan tiap lapis setelah dipadatkan tidak boleh lebih dari 15 cm
Permasalahan pada balas
Balast adalah bahan berbutir kasar yang diletakkan di bawah rel kereta api untuk
menahan beban rel dan kereta api serta memastikan kinerja keseluruhan struktur
rel. Namun, ada beberapa permasalahan yang dapat terjadi pada balast, di
antaranya:
PenentuanUkuranRuangBebas
Bergeraknya kendaraan jalan rel (Lokomotive, Kereta dan Gerbong)
kekanan dan ke kiri akibat adanya kelonggaran antara flens roda dan
kepala rel maupun cacat sepure.
Pelebaran ruang yang diperlukan sewaktu kereta api melewati
tikungan/lengkungan.
Ukuran gerbong peti kemas standar ISO Penyediaan ruang bebas
untuk memasang saluran- saluran kawat listrik beserta tiang
pendukungnya.
Tinggi peron(ruang tunggu), baik barang maupun untuk penumpang
Ruang bangun
Ruang bangun adalah ruang disisi sepur yang senantiasa harus bebas dari
segala bangunan tetap seperti antara lain tiang semboyan, tiang listrik
dan pagar. Ketetapan Jarak horizontal ruang bangun :
Pada lintas bebas:
2,35 m – 2,53 m dikiri dan kanan sumbu sepur pada
emplasemen:
1,95 m – 2,53 m dikiri dan kanan sumbu sepur pada jembatan:
2,15 m dikiri dan kanan sumbu sepur
Beban Gandar
Beban gandar adalah beban yang diterima oleh jalan
rel dari suatu gandar yang menopang kereta api.
Besaran nilai beban gandar dibedakan atas lebar
jalan rel yang direncanakan.
Ruang bebas adalah ruang di atas jalan rel yang senantiasa harus bebas dari
segala
rintangan dan benda penghalang. Ruang bebas ini dialokasikan untuk lalu
lintas
rangkaian kereta api. Dimensi ruang bebas ini dibedakan atas jenis jalur (jalur
tunggal
dan jalur ganda), posisi jalur (pada bagian lintas yang lurus dan melengkung,
serta
jenis lintas (lintas elektrifikasi dan non elektrifikasi)
Lengkung Vertikal
Lengkung vertikal adalah proyeksi sumbu jalan rel pada bidang
vertical yang melalui sumbu jalan rel.
Kriteria lengkung vertikal dalam bentuk indikator jari-jari minimum
Lengkung vertikal bergantung pada:
▪ Kecepatan rencana yang akan diterapkan pada suatu rencana
jalan rel.
Lengkung Horizontal
Lengkung yang berbentuk lingkaran yang menghubungkan dua bagian
lurus, dengan atau tanpa lengkung peralihan.
Kriteria lengkung horizontal berupa jari-jari minimum lengkung
horizontal untuk berbagai kriteria kecepatan rencana.
o Lengkung peralihan:
▪ Lengkung dengan jari-jari yang berubah beraturan yang berfungsi
sebagai peralihan antara bagian yang lurus dan bagian lingkaran,
dan sebagai peralihan antara dua jari-jari lingkaran yang berbeda.
▪ Panjang minimum dari suatu lengkung peralihan dapat diestimasi
dengan menggunakan persamaan:
Lengkung Horizontal
Pelebaran Jalan Rel
Di lakukan agar roda kendaraan jalan rel dapat melewati lengkung
tanpa mengalami hambatan.
Pelebaran jalan rel dilakukan dengan cara menggeser rel dalam ke
arah kedalam.
Besar perlebaran jalan rel baik untuk lebar jalan rel 1067 mm dan
1435 mm berdasarkan jari-jari tikungan.