Anda di halaman 1dari 17

Tugas Terstruktur

PT. Kereta Api Indonesia

Dosen :
Naiyun U. Utama, SE. MM

Disusun Oleh :
Agus Ariwibowo

1510416059

Magdalena

1510416062

UNIVERSITAS PANCA BHAKTI


PONTIANAK
2016/2017

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Dengan berjalannya waktu dan perkembangan tekhnologi yang semakin meningkat,
membuat masyarakat beralih dari yang biasanya menggunakan jasa transfortasi Kereta Api untuk
sampai ke tempat tujuannya, kini tidak sedikit beralih menggunakan kendaraan umum yang lain
atau bahkan menggunakan kendaraan pribadinya. Sehingga, hal tersebut menurunkan jumlah
pemakai jasa transportasi Kereta Api. Selain itu, banyaknya tuntuttan serta keluhan konsumen
terhadap Kereta Api baik dari segi pelayanan dan kenyamanan konsumen, maupun dari segi
fasilitas yang diberikan PT Kereta Api Indonesia yang masih kurang baik. Dengan banyaknya
tuntutan dari konsumen tersebut, perusahaan mulai melakukan beberapa perubahan sesuai
dengan tuntutan dari konsumen, diantaranya perbaikan fasilitas konsumen, penertiban pedagang
kaki lima didalam kereta, dan sebagainya yang menyangkut kenyamanan konsumen.
Dalam proses perubahan tersebut, tidak selamanya berjalan dengan baik kadang ada
hambatan-hambatan yang membuat proses perubahan tersebut tidak berjalan dengan baik,
hambatan itu baik dari pihak internal seperti karyawan yg tidak mampu menyesuaikan dengan
tuntuttan perubahan yang ada, maupun hambatan eksternal yaitu seperti konsumen yang tidak
begitu faham atas perubahan yang dilakukan perusahaan akibat dari kurangnya sosialisasi
perusahaan, sehingga dapat menyulitkan konsumen.
Berdasarkan uraian diatas, maka kami mencoba mengurainkannya dalam sebuah makalah
yang membahas menganai bagaimana manajemen perubahan dalam PT KAI ini dilihat dari sudut
pandang mahasiswa sebagai pihak akademis yang netral terhadap fenomena yang ada dan dibuat
hanya untuk kepentingan keilmuan.

B.

Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:

1.

Bagaimana Sejarah PT Kereta Api Indonesia ?

2.

Apa Perkembangan PT Kereta Api Indonesia ?

3.

Bagaimanakah proses perubahan yang dilakukan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero)
dalam meningkatkan kualitas pelayanan terhadap konsumen?

4.

Hambatan-hambatan apa saja yang dirasakan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) dalam
meningkatkan kualitas pelayanan terhadap konsumen?

5.

Bagaimanakah pengaruh perubahan yang dilakukan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero)
dalam meningkatkan kualitas pelayanan terhadap konsumen?

C.

Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah :

1.

Mengetahui sejarah PT Kereta Api Indonesia.

2.

Mengetahui Perkembangan PT Kereta Api Indonesia.

3.

Mengetahui proses perubahan yang dilakukan oleh PT Kereta Api Indonesia. (Persero) dalam
meningkatkan kualitas pelayanan terhadap konsumen.

4.

Mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang dirasakan oleh PT Kereta Api Indonesia
(Persero) dalam meningkatkan kualitas pelayanan terhadap konsumen.

5.

Mengetahui pengaruh perubahan yang dilakukan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero)
dalam meningkatkan kualitas pelayanan terhadap konsumen.

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Sejarah Perkeretaapian
Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama pembangunan
jalan KA di desa Kemijen, Jum'at tanggal 17 Juni 1864 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda,
Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan diprakarsai oleh Naamlooze Venootschap
Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de
Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km) dengan lebar sepur 1435 mm. Ruas jalan
ini dibuka untuk angkutan umum pada hari Sabtu, 10 Agustus 1867.
Keberhasilan swasta, NV. NISM membangun jalan KA antara Kemijen - Tanggung, yang
kemudian pada tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan kota Semarang - Surakarta (110
Km), akhirnya mendorong minat investor untuk membangun jalan KA di daerah lainnya. Tidak
mengherankan, kalau pertumbuhan panjang jalan rel antara 1864 - 1900 tumbuh de-ngan pesat.
Kalau tahun 1867 baru 25 Km, tahun 1870 menjadi 110 Km, tahun 1880 mencapai 405 Km,
tahun 1890 menjadi 1.427 Km dan pada tahun 1900 menjadi 3.338 Km.
Selain di Jawa, pembangunan jalan KA juga dilakukan di Aceh (1874), Sumatera Utara
(1886), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), bahkan tahun 1922 di Sulawasi juga
telah dibangun jalan KA sepanjang 47 Km antara Makasar-Takalar, yang pengoperasiannya
dilakukan tanggal 1 Juli 1923, sisanya Ujungpandang - Maros belum sempat diselesaikan.
Sedangkan di Kalimantan, meskipun belum sempat dibangun, studi jalan KA Pontianak - Sambas
(220 Km) sudah diselesaikan. Demikian juga di pulau Bali dan Lombok, pernah dilakukan studi
pembangunan jalan KA.
Sampai dengan tahun 1939, panjang jalan KA di Indonesia mencapai 6.811 Km. Tetapi,
pada tahun 1950 panjangnya berkurang menjadi 5.910 km, kurang Iebih 901 Km raib, yang
diperkirakan karena dibongkar semasa pendudukan Jepang dan diangkut ke Burma untuk
pembangunan jalan KA di sana.
Jenis jalan rel KA di Indonesia semula dibedakan dengan lebar sepur 1.067 mm; 750 mm
(di Aceh) dan 600 mm di beberapa lintas cabang dan tram kota. Jalan rel yang dibongkar semasa
pendudukan Jepang (1942 - 1943) sepanjang 473 Km, sedangkan jalan KA yang dibangun
semasa pendudukan Jepang adalah 83 km antara Bayah - Cikara dan 220 Km antara Muaro Pekanbaru. Ironisnya, dengan teknologi yang seadanya, jalan KA Muaro - Pekanbaru

diprogramkan selesai pembangunannya selama 15 bulan yang mempekerjakan 27.500 orang,


25.000 diantaranya adalah Romusha. Jalan yang melintasi rawa-rawa, perbukitan, serta sungai
yang deras arusnya ini, banyak menelan korban yang makamnya bertebaran sepanjang MuaroPekanbaru.
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamir-kan pada tanggal 17 Agustus 1945,
karyawan KA yang tergabung dalam Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA) mengambil alih
kekuasa-an perkeretaapian dari pihak Jepang. Peristiwa bersejarah tersebut terjadi pada tanggal
28 September 1945. Pembacaan pernyataan sikap oleh Ismangil dan sejumlah anggota AMKA
lainnya, menegaskan bahwa mulai tanggal 28 September 1945 kekuasaan perkeretaapian berada
di tangan bangsa Indonesia. Orang Jepang tidak diperbolehkan campur tangan lagi urusan
perkeretaapi-an di Indonesia. Inilah yang melandasi ditetapkannya 28 September 1945 sebagai
Hari Kereta Api di Indonesia, serta dibentuknya Djawatan Kereta Api Republik Indonesia
(DKARI).
B.

Perkembangan Kereta Api Indonesia


Pembangunan perkeretaapian di Indonesia pada mulanya lebih dimaksudkan untuk
kelancaran pengangkutan barang ekspor dari pedalaman ke pelabuhan. Semasa perjuangan
melawan Belanda dan Jepang, kereta api banyak dimanfaatkan untuk kepentingan perjuangan,
tidak hanya sebagai mobilitas para pejuang, tetapi juga untuk meblokade tentara lawan ke daerah
pertahanan pejuang Indonesia.
Pembuatan jalan rel kereta api sendiri dimulai pada masa pemerintahan Gubernur
Jenderal Belanda, Mr. L.A J. BARON SLOET VAN DE BEELE, pada tanggal 17 juni 1864 yang
merupakan awal dari pembangunan dan perkembangan perkertaapian Indonesia. Sejak tanggal
18 Februari 1870, pembangunan rel kereta api terus berkembang sehingga jalur kereta antar kota
bisa direalisasikan seperti pulau Jawa, Sumatera, Aceh, Riau dan sebagainya.
Pada masa perjuangan tahun 1945-an, perkerataapian dikuasai oleh Angatan Muda Kereta
Api (AMKA) yang didukung oleh Angkatan Pejuang Kemerdekaan yang berkedudukan di Jl.
Gereja No.1 (sekarang Jl. Perintis Kemerdekaan No.1) Bandung. Tahun 1950-an, Djawatan
kereta api berdiri dengan kukuhnya SK. Menteri Perhubungan Tenaga dan Pekerjaan Umum
tanggal 6 Januari 1950. Tahun 1963 melalui Peraturan Pemerintah No. 22/1963, Djawatan Kereta
Api (DKA) dirubah menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA). Tahun 1971 melalui

Peraturan Pemerintah No. 6/1971, status perusahaan kembali mengalami perubahan dari
PNKAmenjadiPJKA.
Seiring dengan perjalanan waktu, tahun 1990 melalui Peraturan Pemerintah No. 57/1990 tanggal
1 Oktober 1990, status perusahaan dirubah dari perjan menjadi perum. Pengukuhan status
perusahaan dilaksanakan tanggal 2 Januari 1991. Tanggal 17 Mei 1999, Perumka berubah
menjadi Persero melalui Kepres No. 39 tahun 1999, perubahan status tersebut diresmikan pada
tanggal 4 Juni 1999. Dulu setelah beralih status menjadi PT (persero), perkembangan
perkeretaapian diharapkan akan menjadi lebih baik.
Peningkatan teknologi perkeretaapian di Indonesia ditopang oleh berbagai proyek
pengembangan sarana dan prasarana. Salah satu perkembangan teknologi mutakhir di sub
perkeretaapian adalah sarana dan prasarana pelayanan angkutan intermada. Dalam hal sinyal dan
telekomunikasi, teknologi persinyalan NX (Intrance Exit) terus dikembangkan dari generasi
terbaru dengan Controlized Train Control. Variasi teknologi terus mengalami perkembangan
misalnya teleks, facsimile, TOKA (Telepon Otomatis Kereta Api). Disamping itu, telah
dikembangkan suatu sistem informasi manajemen yang memadukan teknologi komunikasi
dengan teknologi computer yang lbih dikenal dengan sebutan KANOKA.
Sistem informasi perkantoran KANOKA dapat memperlancar arus informasi,
memberikan dampak positif dalam usaha peningkatan kualitas pelayanan kepada pengguna jasa
kereta api, seperti penjualan dan pemesanan tiket dengan sistem komputer, dan makin
terkendalinya keterlambatan perjalanan kereta api. Seiring dengan perkembangan perkeretaapian
nasianal maka usaha mengembangkan teknologi juga diikuti dengan meningkatnya
profesionalismean kreativitas sumber daya manusia melalui berbagai bentuk pendidikan dan
pelatihan. Namun sekarang, perkeretaapian Indonesia seakan berada pada titik terendah dalam
perkembangannya seiring dengan perubahan-perubahan status yang dialaminya. Hal tersebut
tentunya membawa dampak dalam perkembangan khususnya dalam kinerja pegawai terutama
dalam segi pelayanan yang dirasa terus menurun, hal yang merupakan akibat dari kinerja tidak
maksimal.
Batu-baru ini PT. KA (persero) dengan alasan untuk lebih meningkatkan pelayanan pengguna
jasa kereta api telah meminta dan sudah disahkan Departemen Perhubungan untuk menaikan tarif
kereta. Walaupun kenaikan tarif tersebut tidak otomatis mamapu meningkatkan pelayanan
angkutan kereta. PT Kereta Api (Persero) hanya mampu mempertahankan pelayanan minimal

karena kenaikan tersebut dianggap belum dapat menyeimbangkan pendapatan dan biaya yang
telah naik tajam selama 2 tahun belakangan ini.
PT KA. (persero) sekarang ini berada dalam posisi serba salah atau bisa dibilang
dilematis dalam perkembangannya, ibaratnya maju kena mundur juga kena, contohya dalam
masalah pertarifan. Disatu sisi PT KA ingin menaikan tarif agar bisa meningkatkan pelayanan
pada masyarakat, tetapi pemerintah menghendaki diberlakukannya tarif yang terjangkau oleh
masyarakat kelas bawah untuk bisa sekedar memperoleh layanan kels ekonomi, padahal
masukan dari kereta ekonomi sangan tidak menguntungkan atau bisa disebut beban. Ironis sekali
dari 195 juta penumpang (menurut data) tiap tahunya, kelas ekonomi mencapai 91,50% atau
sekitar 179 juta penumpang dari 195 juta.
Perkertaapian di Indonesia merupakan institusi yang sudah sangat tua, sehingga tak heran
apabila belakangan ini mengalami kemunduran yang luar biasa. Permasalahannya yang dihadapi
bukan hanya kemunduran yang bersifat pengelolanya.
Kemunduran tersebut meliputi kondisi terk yang sudah buruk, armada lokomotif yang
sudah sangat tua, tingat kerusakan sarana serta prasarana yang sangat tinggi, operasional kereta
api yang lambat dan tidak bisa diandalkan lagi, sampai terjadinya penurunan pada basisi grafik,
pelayanan seadanya, standar keselamatan yang jauh dibawah batas normal, serta yang lenih
parah lagi adanya penurunan dalam posisi financial perusahaan. Hal tersebut merupakan factorfaktor yang mengakibatkan banyak reaksi masyarakat yang mengkritik kinerja direksi PT. KA
(Persero) beserta jajarannya.
Contoh lain yang yang kini dialami perusahaan ini antara lain adalah menyangkut
pegawai yang berlebihan, disiplin pegawai yang sangat rendah dikarenakan kesejahteraan dan
pensiunan yang tidak memadai, defisit dana pensiunan yang sangat besar, juga restrukturisasi
perusahaan dan implementasi proyek fisik bantuan Bank Dunia bermasalah yang stagnan alias
tidak berkembang, semua ini diperparah lagi dengan birokrasi yang terkotak-kotak,
penegambilan keputusan masih terkonsentrasi di tangan direksi serta budaya manajemen yang
resisten terhadap perkeretaapian. Akibatnya adalah rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap
perkeretaapian yang dikelola oleh PT. KA (Persero), sehingga tidak heran apabila terjadi
penurunan volume penumpang kereta api yang merupakan sebuah indikasi akan rendahnya
kualitas pelayanan kereta api, baik hal yang menyangkut keamanan, ketepatan waktu,
kemudahan, keandalan, terlebih lagi tingkat keselamatannya kurang sekali. Padahal sangat

diyakini bahwa sebagian besar masyarakat menganggap perkeretaapian mutlak dibutuhkan,


apakah secara ekonomis dapat di justifikasi atau tidak sebab masyarakat beranggapan bahwa
pelayanan perkeretaapian merupakan Hak Dasar seperti halnya pendidikan dan kesehatan.
Untuk meningkatkan pelayanan membutuhkan ongkos yang besar, hal pertama yang
sifatnya mutlak adalah sarana dan prasarana haruslah ditambah. Contohnya saat ini, kereta yang
beroperasi untuk melayani angkutan Jabotabek saja hanya berjumlah 65 rangkaian atau 260
kereta padahal untuk menjadikan penumpang tidak berjubel di dalam gerbong dibutuhkan kereta
sekitar 250 buah.
Kondisi seperti itu banyak terjadi pada kereta api, maka hal seperti itulah yang membuat
pengoperasian kereta api menjafi dilematis, sedangkan tuntutan masyarakat konsumen jelas dan
dapat dimengerti bahwa mereka membutuhkan angkutan yang aman dan nyaman. Disisi lain
pengelolaan kereta api selalu mengalami krisis anggaran sedangkan apabila mengharapkan
subsidi dari pemerintah sudah tidak mungkin lagi karena pemerintah saat ini sangat kekurangan
dana sehingga hanya memberikan pada sektor yang menjadi skala prioritas. Satu-satunya cara
PT. KA (Persero) melakukan berbagai pemeriksaan guna mengoptimalisasikan pendapatan,
afisiensi dari perawatan, dan jangan terlalu bergantung pada PSO dan IMO karena kan
menghambat kemampuan manajemen dalam mengelola usaha perusahaan.
Selama ini PT. KA (Persero) menjadikan selisih PSO ditambah infrastructure
Maintenance Operation (IMO) dikurangi Track acces Charge (TAC) sebagai cara dalam
menghitung keuntungan.
Jika direksi PT. KA (Persero) cukup pintar, untuk memperoleh data yang paling murah
adalah menaikan tarif angkutan kereta api batu bara di Sumatera Selatan karena selama ini
ongkos angkutan ini masih dibawah standar yang harusnya di kisaran 5,7 US$ sekarang yang
diterapkan hanya 2,5 % saja
C.
1.

Proses Perubahan di PT Kereta Api Indonesia (Persero)


Pengertian Manajemen Perubahan
Pengertian Manajemen Perubahan menurut beberapa para ahli :
Menurut Prof. Dr. J. Winardi, manajemen perubahan adalah : upaya yang ditempuh
manajer untuk memanajemen perubahan secara efektif, dimana diperlukan pemahaman tentang
persoalan motivasi,kepemimpinan, kelompok, konflik, dan komunikasi.

Menurut Wibowo, dalam bukunya Manajemen Perubahan, Manajemen perubahan adalah


suatu proses secara sistematis dalam menerapkan pengetahuan, sarana dan sumber daya yang
diperlukan untuk mempengaruhi perubahan pada orang yang akan terkena dampak dari proses
tersebut.
Menurut E. Rochyadi (2008), dalam modulnya yang berjudul manajemen perubahan,
mengartikan bahwa : Secara umum perubahan sering diartikan sebagai kondisi yang berbeda
dari kondisi sebelumnya. Artinya bahwa perubahan itu terjadi sebagai akibat yang timbul dari
suatu proses yang terjadi kemudian dan menggambarkan antara sebelum dan sesudah peristiwa
tersebut baik itu berkaitan dengan perubahan fisik, ide atau gagasan, yang hasilnya mungkin
positif (growth), mungkin negatif (stagnation), atau mundur (collaps).
Sedangkan penulis sendiri mengartikan bahwa manajemen perubahan merupakan suatu
usaha yang dilakukan oleh pimpinan organisasi atau perusahaan untuk membina serta
mengarahkan orang-orang yang terkena dampak perubahan, dan mengelola akibat perubahanperubahan yang terjadi, agar setiap perubahan dapat menghasilkan hasil yang baik sesuai dengan
apa yang diharapkan.
2.

Proses Perubahan di PT Kereta Api Indonesia (Persero)


Pada tahun 2000 perusahaan sudah berbentuk PT Persero, tetapi perusahaan tidak pernah
untung akibat pengelolaan perusahaan yang kurang tertata dengan baik, mengingat PT memiliki
tujuan untuk mendapatkan profit tetapi pada waktu itu tetap merugi. Setelah dilakukannya
pergantian Direksi pada tahun 2009, memicu terjadinya berbagai perubahan. Selain itu, peran
pemerintah sangatlah penting, karena PT KAI menupakan perusahaan milik negara, sehingga
pemerintah sebagai regulator atau yg mengatur Perusahaan PT KAI, sedangkan PT KAI yang
menjalankan perusahaan tersebut.
Dalam proses perubahan tersebut, setiap karyawan dapat mengusulkan ide-ide perubahan,
baik dari level tertinggi sampai level terrendah. Tetapi, setiap ide harus di negosiasikan terlebih
dahulu, ketika ide tersebut bersifat membangun perusahaan, maka ide itu akan disampaikan
kepada Pimpinan perusahaan untuk dipertimbangkan melalui Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS). Meskipun dalam melakukan proses perubahan dilakukan secara negosiasi, akan tetapi
peran pimpinan sangatlah penting dalam memutuskan perubahan. Maka dalam hal ini Strategi
Direktif juga lakukan.

Ada beberapa perubahan perubahan yang dilakukan PT Kereta Api Indonesia (Persero),
yaitu diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Perubahan dalam Struktur Organisasi
Perubahan struktur organisasi di PT KAI terlihat dari bentuk struktur organisasi yang
konvensional menjadi lebih modern, atau dari yang tidak banyak pembagian-pembagian menjadi
lebih banyak pembagian, bisa dikatakan bentuk struktur organisasinya lebih gemuk.
b.

Perubahan Infrastruktur
Perubahan infrastruktur ditujukan untuk menunjang kenyamanan penumpang, mengingat
sebelumnya infrastruktur tidak terawat dengan baik sehingga kondisinya kumuh dan tidak layak
pakai, perubahan ini meliputi a). Perbaikan WC di stasiun kereta api, b). Tempat atau ruang
tunggu kereta api, serta c). Perbaikan stasiun kereta api.

c. Perubahan pelayanan dan Kenyaman Penumpang


Melihat sebelum dilakukannya perubahan, pelayanan dan kenyamanan penumpang
terbilang masih kurang, hal ini terlihat dari masih kurang tertatanya dalam proses pelayanan dan
kenyamanan penumpang, diantaranya sebagai berikut :
-

Pelayanan
Pelayanan dalam pembelian tiket kereta api masih terjadi antrian panjang yang kadang dapat
menghambat proses pembelian tiket. Sehingga banyak praktik percaloan yang menjual tiket
kereta api, serta penumpang dapat naik kereta api tanpa menggunakan tiket tetapi langsung
membayar di dalam kereta api kepada kondektur, sehingga banyak terjadi kebocoran terhadap
pendapatan PT KAI.

Kenyamanan
Dalam memelihara kenyamanan pelanggan juga masih kurang, terlihat dari masih banyaknya
yang berjualan di dalam kereta api, banyaknya penumpang gelap, penumpang melebihi
kapasitas, merokok di dalam kereta, dan lain sebagainya, itulah sebagian keluhan penumpang
yang membuat mereka tidak nyaman di dalam kereta.
Maka perusahaan melakukan berbagai perubahan mengenai pelayanan dan kenyamanan
penumpang, diantaranya adalah sebagai berikut :

Pelayanan
Perusahaan melakukan perubahan pelayanan berupa pelayanan pembelian tiket kerata api,
pembelian tiket kereta api sekarang lebih mudah dan menghindari berbagai antrian panjang, tiket

dapat dibeli tanpa harus ke stasiun kereta api, tetapi sudah tersedia di indomart, menggunakan
ponsel Black Berry, menghilangkan calo dalam pembelian tiket, sehingga tidak ada penumpang
gelap dan jumlah penumpang sesuai kapasitas. Selain pelayanan dalam pembelian tiket,
perusahaan juga melayani penumpang sesuai dengan kebutuhan penumpang.
-

Kenyamanan
Perubahan dalam menunjang kenyamanan penumpang, perusahaan merubah berbagai keluhankeluhan yang dirasakan penumpang yaitu dengan menertibkan Pedagang Kaki Lima (PKL) di
dalam kereta, menertibkan penumpang gelap, membatasi penumpang sesuai kapasitas sehingga
penumpang jarak jauh dilarang berdiri, serta menertibkan atau memberikan larangan merokok di
dalam kereta.

d.

Perubahan Budaya Organisasi


Perubahan ini seperti perilaku karyawan perusahan PT Kereta Api Indonesia harus bersikap
disiplin, karyawan dituntut berpola pikir sebagai seorang pengusaha, sehingga dengan pola pikir
tersebut konsumen merupakan prioritas layanan utama perusahaan.

e.

Penertiban Aset Perusahaan


Dalam hal ini perusahan melakukan gebrakan terhadap penertiban aset perusahaan, tidak sedikit
masyarakat yang menentang terhadap gebrakan perusahaan dalam menertibkan aset PT Kereta
Api Indonesia tersebut, mengingat aset kereta api merupakan aset negara yang waktu itu banyak
ditempati oleh orang luar. Seperti, rumah dinas, lahan-lahan kereta api yang ditempati oleh warga
tanpak izin. Semua itu ditertibkan kembali kepada semula apabila aset tersebut merupakan aset
perusahaan.

f.

Perubahan dari Segi Bisnis atau Usaha Perusahaan


Seiring bertambah banyaknya persaingan di dunia bisnis terutama jasa transportasi, perusahan
PT Kereta Api Indonesia (Persero) mulai mengembangkan usahanya dengan mendirikan
berbagai anak perusahaan serta bekerja sama dengan perusahaan lain. Perusahaan perusahaan
tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :

g.

Reska Multi Usaha


PT Reska Multi Usaha adalah anak perusahaan PT Kereta Api Indonesia bergerak dalam bidang
usaha Restorasi KA, Service On Train (SOT), Jasa Boga (Catering), Resto & Cafe, Parkir,
Housekeeping, On Trip Cleaning (OTC), Cuci Kereta, RES-TV dan Pendukung Kenyamanan.
Perusahaan ini berkantor pusat di Bandung.

h.

PT KAI Commuter Jabodetabek


PT KAI Commuter Jabodetabek adalah salah satu anak perusahaan di lingkungan PT Kereta Api
Indonesia yang mengelola KA Commuter Jabodetabek. Tugas pokok perusahaan yang baru ini
adalah menyelenggarakan pengusahaan pelayanan jasa angkutan kereta api komuter dengan
menggunakan sarana Kereta Rel Listrik di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang (Serpong)
dan Bekasi (Jabodetabek) serta pengusahaan di bidang usaha non angkutan penumpang.

i.

PT KA Pariwisata
PT KA Pariwisata adalah anak perusahaan PT Kereta Api Indonesia bertujuan untuk
menyediakan barang atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat di pasar dalam
wilayah Indonesia di bidang pariwisata kereta api, dan kegiatan usaha yang mendukung
pariwisata kereta api dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas. Perusahaan ini
berkantor pusat di Jakarta, di Gedung Jakarta Railway Center.

j.

PT Railink
PT Railink merupakan perusahaan hasil kerjasama antara PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
dengan PT. Angkasa Pura II (Persero) dengan komposisi kepemilikan saham 60% PT KAI dan
40% PT AP II. Kegiatan usaha yang dijalaninya yakni pengoperasian, pengelolaan dan
pengusahaan kereta api bandara, pengembangan dan pengelolaan stasiun kereta api di bandara
dan di pusat kota, pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana kereta api, pembangunan
prasarana kereta api, konsultasi dan desain sistem perkeretaapian, pengusahaan jasa lainnya yang
menunjang usaha-usaha pokok. PT Railink mengoperasikan Bandara Kuala Namu Medan.
Perusahaan ini berkantor pusat di Jakarta dan sedang mengembangkan pembangunan KA
Bandara Soekarno Hatta Tangerang yang direncanakan rampung akhir 2015.

k.

PT Kereta Api Logistik (KALOG)


PT Kereta Api Logistik adalah anak perusahaan PT Kereta Api Indonesia yang memiliki usaha di
bidang layanan distribusi logistik berbasis kereta api. Fungsi dan peran kontributif KALOG
terhadap jasa layanan yang telah disediakan oleh induknya adalah sebagai pencipta nilai tambah
(value creator) sepanjang rantai nilai (value chain) layanan distribusi logistik, termasuk layanan
yang telah disediakan oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero), seperti angkutan barang dan
pergudangan. Perusahaan ini berkantor pusat di Jakarta.

l.

KA Property Management

PT KA Property Management memiliki usaha di bidang pengelolaan aset/properti perkeretaapian


milik PT. Kereta Api Indonesia (Persero) maupun pihak lainnya dengan tujuan mengoptimalkan
pemanfaatan serta memberikan nilai tambah aset/properti tersebut guna memenuhi standar mutu
terbaik dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas. Perusahaan ini berkantor pusat di
Jakarta.
D.

Hambatan-Hambatan dalam Proses Perubahan di PT Kereta Api Indonesia (Persero)


Dalam proses perubahan di PT Kereta Api Indonesia (Persero), terjadi pertentangan baik
pertentangan dari pihak internal maupun dari pihak eksternal, hal tersebut merupakan hambatan
tersendiri dalam proses perubahan di PT KAI (Persero).

1.

Pihak Internal
Pihak internal merupakan orang-orang yang berada didalam organisasi atau perusahaan
yang berhubungan langsung dengan organisasi atau perusahaan. Pihak internal di PT KAI sendiri
seperti karyawan perusahaan, tidak sedikit melakukan penolakan, karena menurut mereka
perubahan tersebut akan berdampak bagi mereka, baik berdampak terhadap tingkat kesulitan
kerja, waktu kerja, dan lain-lain. Waktu perubahan yang relatif cepat, sehingga karyawan tidak
mampu atau tidak bisa mengimbangi perubahan yang sudah ditetapkan oleh pimpinan, sehingga
tidak sedikit karyawan perusahaan yang tidak bisa mengikuti perubahan, akibatnya mereka
tersingkirkan dengan pensiun dini atau bahkan dipecat oleh perusahaan apabila karyawan
tersebut menghambat proses perubahan, tentunya pemecatan tersebut secara proporsional atau
pemecatan dilakukan ketika sudah memenuhi syarat karyawan tersebut harus dikeluarkan.

2.

Pihak eksternal
Pihak eksternal merupakan orang-orang yang berada di luar organisasi. Pihak eksternal
tersebut seperti masyarakat, masyarakat belum cukup tau bahwa perusahaan sedang melakukan
perubahan, sehingga perusahaan butuh waktu panjang untuk mengsosialisasikan kepada
masyarakat tentang perubahan yang dilakukan perusahaan PT KAI.

3.

Pengaruh Perubahan Bagi PT Kereta Api Indonesia (Persero)


Perubahan sangatlah penting bagi PT Kerata Api Indonesia. Karena, perubahan itu
menyangkut finansial, menyangkut pengelolaan perusahaan, struktur organisasi, termasuk
perubahan perilaku serta budaya seluruh karyawan, karena pada dasarnya PT Kerata Api
Indonesia ini merupakan perusahaan milik negara, sehingga pola pikir karyawan masih berpikir

birokrat karena karyawan menganggap dirinya sebagai pegawai pemerintah, tetapi setelah
dilakukannya perubahan ini, karyawan sudah tidak berpikir birokrat lagi tetapi mulai berpikir
sebagai seorang pengusaha, yang artinya ketika karyawan masih berpikir birokrat, karyawan atau
pegawai meminta dirinya untuk dilayani atau kurang memperhatikan terhadap konsumen,
berbeda ketika karyawan sudah berpolapikir sebagai seorang pengusaha, mereka menerapkan
sistim jemput bola, yang artinya konsumen merupakan prioritas layanan utama perusahaan.
Sehingga, ketika terjadi kekeliruan dalam pelayanan perusahaan, misalnya pelayanan pegawai
kurang baik, layanan infrastruktur kurang memadai, maka pegawai akan dikenakan sanksi oleh
perusahaan, berbeda dengan sebelumnya, sanksi tersebut tidak berlaku dan mengabaikan
keluhan-keluhan yang dirasakan konsumen akibat masih berpikir birokrat tersebut dan
menganggap bahwa perusahaan tersebut merupakan milik pemerintah, sehingga semua keluhan
yang dirasakan konsumen kembali lagi kepada pemerintah tanpa adanya tanggapan dari
karyawan perusahaan. Dalam hal ini, pola pikir karyawan sebagai seorang pengusaha,
merupakan modal dasar perusahaan untuk melakukan suatu perubahan yang baik.
Perubahan perubahan yang dilakukan PT KAI memberikan dampak yang cukup baik,
berikut merupakan beberapa bagian yang terkena dampak atau hasil dari perubahan yang selama
ini di lakukan perusahaan PT KAI, diantaranya adalah sebagai berikut :
a.

Finansial
Dari segi finansial perusahaan mengalami peningkatan pendapatan, pendapatan yang paling
besar pada jasa transportasi terutama angkutan penumpang. Selain dari jasa transportasi yang
merupakan bisnis utama PT KAI, perusahaan juga mendapatkan keuntungan dari anak
perusahaannya. Dapat kita lihat peningkatan laba dari tahun 2009 sebesar Rp 154,8 M, 2010 Rp
216 M, 2011 Rp 201 M, 2012 Rp 425 M, dan 2013 Rp 560 M, ini menunjukan bahwa perubahan
yang dilakukan PT KAI cukup berhasil.

b.

Budaya Organisasi
Perubahan tersebut berdampak pada budaya organisasi, salah satunya karyawan harus bersikap
disiplin. Karena, menurut perusahaan sikap disiplin sangatlah sulit diterapkan, sehingga dengan
dilakukannya perubahan, karyawan dituntut untuk disiplin.

c.

Kesejahteraan Perusahaan dan Karyawan

1) Dari Sisi Pemerintah

Perusahaan BUMN PT Kereta Api Indonesia (PERSERO), diatur oleh pemerintah dan RUPS
( Rapata Umum Pemegang Saham ), pada dasarnya perusahaan yang diatur oleh pemerintah
memiliki klasifikasi, diantaranya a). Perusahaan sehat dan b). Perusahaan tidak sehat. Dalam hal
ini PT Kereta Api Indonesia merupakan perusahaan yang sehat, hal tersebut tidak terlepas dari
usaha-usaha perusahaan dengan gencar melakukan berbagai perubahan.
2) Dari Sisi Kesejahteraan Karyawan
Perubahan yang dilakukan perusahaan PT KAI, tidak hanya memberikan dampak yang baik bagi
perusahaan, tentunya hal ini juga berdampak terhadap kesejahteraan karyawan. Dalam hal ini
kesejahteraan karyawan lebih baik dibandingkan sebelumnya, meskipun pada kenyataannya
kesejahteraan karyawan itu bersifat relatif, tetapi setidaknya lebih baik dibandingkan
sebelumnya.
3) Kebijakan Perusahaan
Dengan ditetapkannya berbagai perubahan-perubahan, perusahaan menetapkan kebijakan kepada
karyawan untuk menunjang tercapainya perubahan yang diharapkan perusahaan. Yaitu
diantaranya : a) Pegawai harus menguasai tugas pokok dan fungsinya. b) Harus kompetensi pada
bidangnya masing-masing. d) Disiplin. e) Integritas, karena tanpa adanya integritas perusahaan
sulit maju atau berkembang karena mementingkan kerja sendiri.

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Pada dasarnya perubahan dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kualitas perusahaan
untuk jangka panjang. Tentunya dalam proses perubahan akan dihadapkan dengan berbagai
hambatan baik dari internal maupun eksternal. Perubahan sekecil apapun akan berdampak
terhadap perusahaan, baik berdampak positif maupun sebaliknya, tergantung usaha-usaha yang
dapat menunjang perubahan-perubahan yang ditetapkan perusahaan.
Perubahan perubahan yang dilakukan perusahaan PT Kereta Api Indonesia (Persero)
pada dasarnya mengalami perubahan yang cukup baik, boleh dikatakan perusahaan mengalami
trasformasi. Seperti kita lihat perubahan-perubahan di PT KAI yang cukup bagus ini terlihat dari
kepercayaan masyarakat yang masih menggunakan jasa transfortasi kereta api sampai saat ini,
melihat pada saat ini persaingan di bidang jasa transfortasi cukup tinggi. Selain itu, PT KAI
mampu menata ulang perusahaan, baik dari segi pelayanan, manajerial perusahaan, kenyamanan
penumpang, penertiban didalam kereta, dan lain sebagainya. Sehingga boleh dikatakan
perubahan yang dilakukan PT KAI terbilang berhasil, serta keberhasilan PT KAI tdk terlepas
dari sosok Direktur Utama PT KAI Ignasius Jonan yang selalu memberikan pembinaan
mengenai tata kelola perusahaan kepada para pejabat internal perusahaan, selain itu Ignasius
Jonan berani melakukan gebrakan-gebrakan untuk meningkatkan kualitas perusahaan.

B.

Saran
Adapun saran dari penulis untuk PT Kereta Api Indonesia (Persero) adalah perusahaan
harus memberikan berbagai pelatihan kepada karyawan perusahaan agar karyawan dapat
menyesuaikan terhadap perubahan yang dilakukan perusahaan, serta sosialisasi perubahan harus
ditingkatkan baik kepada pihak internal maupun pihak eksternal agar tidak terjadi
kesalahfahaman yang dapat menghambat proses perubahan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_anak_perusahaan_Kereta_Api_Indonesia, Diakses tanggal 18


Oktober 2016.
http://sipil-gresik.blogspot.co.id/2009/03/sejarah-perkembangan-pt-kereta-api.html, Diakses
tanggal 18 Oktober 2016.
http://vim3nvent.blogspot.com/2013/10/pmp-silabus-7-manajemen perubahan.html, Diakses
tanggal 18 Oktober 2016.
https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_perkeretaapian_di_Indonesia, Diakses tanggal 18 Oktober
2016.
https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_perkeretaapian_di_Indonesiahttps://id.wikipedia.org/wiki/S
ejarah_perkeretaapian_di_Indonesia, Diakses tanggal 18 Oktober 2016.
https://www.kereta-api.co.id/, Diakses tanggal 18 Oktober 2016.

Anda mungkin juga menyukai