SKRIPSI
Disusun Oleh :
SKRIPSI
Disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan Spesialisasi Ilmu Komunikasi
Disusun oleh:
Nama : Adityawan Eka Yulianto
NIM
: 05/189703/SP/21232
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi Ini Telah Dipertahankan dan Disahkan di Depan Tim Penguji Jurusan Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.
Pada,
Hari
: Selasa
Tanggal
: 23 Maret 2010
Pukul
: 13.00 WIB
Tempat
Tim Penguji
__________________
__________________
3. Syafrizal, S.I.P
Penguji Samping II
__________________
iii
SURAT PERNYATAAN
Judul skripsi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi saya tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi
dan juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh pihak lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah itu dan
disebutkan dalam daftar pustaka.
Pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab dan saya bersedia
menerima sangsi apabila kemudian hari diketahui tidak benar.
iv
DISCLAIMER
Hak Cipta 2010 Adityawan Eka Yulianto
Eka_Adityawan@Yahoo.Com
Hak Cipta 2010 dipegang oleh Penulis yang tercantum diatas berdasarkan lisensi
dari the Creative Commons Attribution Attribution-NonCommercial- NoDerivs V2.5,
(http://creativecommons.org).
Dokumen ini - baik sebagian maupun keseluruhan - dapat digunakan, dimodifikasi
dan disebarluaskan secara bebas, melalui semua bentuk media, untuk tujuan bukan
komersial (non-profit) dengan syarat tidak menghapus atau mengubah atribut penulis
dan pernyataan hak cipta yang disertakan dalam dokumen ini.
KOMUNIKASI PEMASARAN
SOSIAL SISTEM OPERASI
KOMPUTER GNU/LINUX
vi
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
22:15:51
vii
PRIVATE
OBJURGATION
nyusul skripsi? Kuuga, semoga gak dapet mas mu lah. Hehe. Masnya Kuuga (beruang
grizzy), tHX atas Fucking Stupid-nya. LOE GAK USAH BANYAK BACOT!
Sekarang kita sama2 sarjana dengan gelar S.I.P!!! To mega suc*mawati, I am not a
puppet on a string, coz I know I have to do my things!!! Nak2 SMA 6 di
Komunikasi05 (aji, wulek, haru, acni n wiwid) although aku anak IPA, aku lulus
duluan yeee. Hidup IPA!!! Hahaha. Nak2 laen yang belum lulus, cepetan lulus. Yang
lum sempet kesebut, sory halamanye kebates. Kalo kalian aku tulis smua, aku tekor.
Anak 6C (GNB) & Nak X-PENIZT. Plaza EtNIZT uda pada bubar yeee. Patrick yg
namanya dijadikan simbol PK oleh ak n gim. Beta & Ceret yg dah lulus tp ga makan2.
Alm Nanda moga2 tenang disana, sory gak ikut nglayat kamu (g dikabari). Gimbal,
semoga bisa belajar untuk lebih dewasa menghadapi masalah. Wita n guya, kita jadi
lulusan bareng nieee. Agus Lukman, tunggu kesuksesanku cepp. Its my promise.
Anak2 Kom dibawah ankt05. Septin W (06),what a lovely girl. Jadi pengen selalu
deket kamu. Hehe. Kenapa baru deket setelah ampir lulus yee, shit!! Akt 07 n 08
sory sering ganggu kuliah kalian. Fafu (08), my last advise, hidup akan selalu
memberi kita pilihan. Kita yang menentukan kemana arah hidup dan pilihan kita.
Tidak ada kebenaran dan kesalahan. Semua adalah pilihan. Cepetan insyaf lahh. hehe.
Akt 09, aku sering dianggap akt 09 waktu ikut kuliah kalian (pada buta apa y!!)
Perempuan yang pernah melintas. Utami (KU05), heee uda jadi dokter lom?? Ari
(PBI05), hmm kog kayaknye tambah sombong yeee. Nopi (Slg05), kaget liat
penampilanmu semenjak di SMP (dulu liar, sekarang aku no comment). Met berumah
tangga nop. Afee (Manjemen UII05), since high school, long time no seee. Dari umur
4 taun sampe sekarang kog tinggimu gak nambah2 y??? Hahaha. Veronika NinNa (HI
08), hmmm jika kita emank bisa bersama, kita akan bertemu lagi lain kali. You are
cutest angel that I ever found in FISIP. Riza Puput Putri (AN06), si prega di essere
morto poi andare all'inferno ardente!!! ( then go to the burning hell !!!)
The Last One Perempuan Paling Cantik di Negeriku Indonesia. The woman that Ive
been falling in love within this whole 8 years, Swasti D. Paramita (KG05). Makasih
telah menjadi someone that very important to me di saat tertawa, tersenyum, marah n
menangis. Kata iklan Sampoerna Hijau, Gak Ada Loe Gak Rame. Hopefully well
always together. Walau kadang bosen sieh. Hehehe.
You are the Saint of My Life and the Best I Ever Had...
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
ii
HALAMAN PENGESAHAN
iii
SURAT PERNYATAAN iv
DISCLAIMER v
RANGKAIAN KATA
vi
PRIVATE OBJURGATION
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
xv
ABSTRACT
xvi
BAB I - PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
. 1
B. Rumusan Masalah
. 4
C. Tujuan Penelitian
. 4
D. Kerangka Pemikiran
. 4
.. 7
.. 19
.... 24
.... 26
..... 27
1. Tipe Penelitian
2. Objek Penelitian
... 27
.... 28
3. Pengumpulan Data
... 28
4. Metode Penelitian
... 29
.. 32
.... 32
... 34
... 37
... 41
.... 46
46
.... 49
.... 52
55
.... 58
...... 60
.. 61
.... 63
64
.. 65
67
... 70
70
2. Lokasi Yayasan
. 71
. 74
. 74
5. Komitmen
. 75
B. Operasionalisasi YPLI
76
.. 76
.. 78
78
... 81
... 81
... 82
D. Bagian Pemasaran
84
85
xi
92
.. 92
.. 94
97
. 99
.. 101
... 102
103
105
105
110
.. 120
129
BAB V - PENUTUP
A. Kesimpulan
. 141
B. Saran .. 143
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
. 145
155
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
. 14
Gambar 1.2
Gambar 1.3
Gambar 2.1
: Tux
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Gambar 2.7
Gambar 3.1
: Logo YPLI
Gambar 3.2
Gambar 3.3
Gambar 3.4
Gambar 3.5
Gambar 3.6
Gambar 3.7
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gambar 4.6
Gambar 4.7
.. 107
Gambar 4.8
.. 109
Gambar 4.9
Gambar 4.10
Gambar 4.11
Gambar 4.12
Gambar 4.13
Gambar 4.14
Gambar 4.15
21
. 39
.. 55
.... 57
57
60
.... 74
... 77
.. 79
80
. 81
... 82
.. 85
. 92
94
.. 99
106
. 111
112
.. 113
. 115
... 116
.. 119
... 120
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
... 9
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 4.1
Tabel 4.2
.. 80
82
.. 97
. 131
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Interview Guide
. 155
Lampiran 2
.. 158
Lampiran 3
.. 159
Lampiran 4
.. 160
Lampiran 5
.. 161
Lampiran 6
.. 163
Lampiran 7
... 164
xiv
ABSTRAKSI
Saat ini komputer dan piranti pendukungnya telah masuk dalam setiap aspek
kehidupan dan pekerjaan manusia. Perkembangan komputer cukup pesat dan terbukti
telah memudahkan hidup manusia. Namun di balik kemudahan tersebut, terdapat
sejumlah masalah seperti persoalan dominasi, ketergantungan pada salah satu
perusahaan software besar dan hancurnya perusahaan-perusahaan software yang lain.
Selain itu, pengetahuan tentang komputer yang pada mulanya terbuka dan menjadi
milik semua orang pada akhirnya dikuasai dan dijadikan komoditi ekonomi oleh
segelintir orang.
Keadaan ini memicu munculnya gerakan perlawanan dari komunitas Free and
Open Source Software yang bertujuan untuk melepaskan diri dari dominasi
perusahaan proprietary software dan mempertahankan pengetahuan komputer agar
tetap menjadi milik bersama. Dalam menghadapi hegemoni perusahaan proprietary
software, komunitas FOSS berupaya memasarkan ideologi bebas dan terbuka sebagai
sebuah gagasan sosial pada masyarakat. Kerangka pemasaran tersebut dibingkai
melalui pendekatan pemasaran sosial. Penelitian ini memfokuskan pada pertanyaan:
Bagaimana pengembangan komunikasi pemasaran sosial produk perangkat lunak
bebas dan terbuka BlankOn Linux oleh Yayasan Pengerak Linux Indonesia?
Penelitian ini memanfaatkan data hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh pihak lain yang terkait dengan gerakan FOSS dan pemasaran sosial. Jenis data
yang dipakai adalah data sekunder baik berupa wawancara yang telah dilakukan oleh
pihak lain, penelitian terdahulu, informasi, statistic, kebijakan pemerintah dan jenis
data sekunder lain yang mendukung proses penelitian ini. Penelitian ini juga
menggunakan wawancara tidak berstruktur dengan pihak dari Yayasan Penggerak
Linux Indonesia, Tim Pengembang BlankOn dan archive atau dokumentasi diskusi
mailing list untuk tema tertentu. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus.
Penelitian ini menemukan beberapa poin menarik seperti penggunaan media
periklanan tak berbayar, fungsionalisasi humas dan publisitas yang besar dan
pemanfaatan media komunikasi pemasaran sosial berupa komunitas BlankOn.
Walaupun berbasis pada pemasaran sosial, penelitian ini menemukan pemanfaatan
metode market centric yang berbasiskan pemasaran komersil. Namun, permasalahan
tetap menjangkiti pengembangan komunikasi pemasaran sosial BlankOn. Pihak
pemasar belum memiliki keberanian untuk menentukan segmen audience yang jelas
dalam berkomunikasi dengan pengguna proprietary software.
Kata Kunci: Perangkat Lunak Bebas dan Terbuka, Komunikasi Pemasaran Sosial,
Sistem Operasi GNU/Linux
xv
ABSTRACT
Nowadays, human cant be separated from computer and its supporting
system. Its innovation has proved to be useful to help mans life. Computers
innovations are beyond mans imagination. Nevertheless, there are several problem
lies behind its usefulness of computer and its supporting system. Domination,
dependency, or monopoly of knowledge and economic are some of the problems.
Knowledge that once free and open turn to be closed and controlled by few people.
This situation has triggered struggle against the domination by commercial
software vendor. The struggle was aimed to keep the knowledge as common goods.
The struggle, the Free and open source movement, has spread and become global
social movement. Against the proprietary software hegemony, FOSS communities
deliver free and open ideology as social idea through Indonesia society. This
marketing strategy framed within social marketing paradigm. This researchs question
is: How is the social marketing communications development of free and open source
software BlankOn Linux by Indonesian Linux Movement Foundation?
This research is using data from research that has been done by other people
about FOSS. I collect data from mailing list archive, government policy paper,
interviews, statistic etc. I use secondary data analysis to reconstruct and
reinterpretation the data that have been collected. And then, I was collecting data from
interview with Indonesian Linux Movement Foundation board, BlankOn Developer
Team, and mailing list archive for some themes.
I found some interesting things. First one is utilizing non paid advertising
media. Second, the marketer keeps rely on public relations and publicity. Its using
social marketing communications media such as BlankOn community. Although
based on social marketing, this research found the application of market centric
method which is based on commercial marketing. However, some problems still
contains within BlankOn social marketing communication development. Marketer
hasnt put courage on targeting the selective audience to communicate with
proprietary software user. The marketer has been playing safe to aim the GNU/Linux
user rather than proprietary software audience.
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Microsoft Windows merupakan sistem operasi yang paling populer di dunia,
setidaknya untuk pengguna komputer desktop1 (Thomas, 2009: xi). Karena sangat
populer maka tidak banyak orang yang mengetahui keberadaan sistem operasi lain
seperti FreeBSD, UNIX, MINIX, OS/2, NetWare, AIX, Solaris dan Linux. Sistem
operasi adalah program yang mengelola seluruh sumberdaya pada sistem komputer
dan menyediakan sekumpulan layanan (sistem calls) ke pemakai sehingga
memudahkan penggunaan serta pemanfaatan sumberdaya sistem komputer tersebut.
Fungsi sistem operasi ialah (1) mengontrol dan memonitor aktivitas sistem
(manajemen proses); (2) mengalokasikan dan menandai sumberdaya sistem
(manajemen memori); (3) menjalankan operasi (manajemen Input/Output); (4) User
Interface (Mulyanto, 2008: 54-56). Pesatnya perkembangan sistem operasi
GNU/Linux2 di seluruh dunia telah menggerogoti keperkasaan Microsoft Windows
(tekno.kompas.com,
2009:
http://tekno.kompas.com/read/xml/2009/08/05/10513588/
Untuk.Pertama.Kalinya..Microsoft.Akui.Linux.Sebagai.Pesaing).
Salah satu model kemasan komputer yang sengaja dirancang untuk ditempatkan di atas meja kerja.
Sistem operasi yang dikembangkan secara bersama oleh komunitas diseluruh dunia.
3
Komputer di Internet atau di jaringan lainnya yang menyimpan file dan membuat file tersebut
tersedia untuk diambil jika dibutuhkan.
4
Gerakan yang dimotori oleh Stallman (4 Freedoms) dan Raymond (10 Open Source Definitions).
5
Konsep perangkat lunak berpemilik dimana pengguna diharuskan menyetujui lisensi untuk tidak
menyebarkan software dan membatasi pemakaian dengan tidak menyediakan kode sumbernya.
2
Afrika Selatan, terdapat proyek African Virtual Open Initiatives and Resources
(AVOIR) yang bertujuan memastikan konsep ekologi mampu mengembangkan sistem
FOSS demi pembangunan ekonomi Afrika (Hoe, 2006: 20). Hal ini menunjukkan
FOSS dan model pengembangannya menarik perhatian negara berkembang untuk
menjadikannya sebagai solusi meningkatkan infrastruktur IT. FOSS memberi
kesempatan mendapat software6 berkualitas dengan biaya rendah sekaligus
menghargai HAKI (Escher, 2004: 11). FOSS punya nilai politik penting melawan
monopoli, kapitalisme dan pembajakan software.
Pada 2008, tingkat pembajakan software di seluruh dunia naik selama dua
tahun berturut-turut dari 38% menjadi 41%. Negara dengan tingkat pembajakan
software tertinggi adalah Georgia (95%), Bangladesh (92%), Armenia (92%) dan
Zimbabwe (92%). Persoalan lainnya adalah besarnya jumlah kerugian finansial bagi
industri software global dari pembajakan software PC tumbuh sebesar 11% menjadi
$53 miliar. Hal ini pulalah yang terjadi di Indonesia. Setelah dua tahun mengalami
penurunan, tingkat pembajakan software PC di Indonesia naik 1 poin menjadi 85%
dan menempati peringkat 12 dunia negara dengan kasus pembajakan software terbesar
pada tahun 2008 (Business Software Alliance, 2009: 1-6).
Semenjak pengesahan UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, Linux
menjadi sistem operasi yang banyak dipakai di Indonesia. Bagi organisasi berbadan
hukum serta individu, menggunakan sistem operasi Microsoft Windows secara ilegal
tentu dapat dituntut. Namun mengingat harga sistem operasi keluaran Microsoft
tersebut terlalu tinggi, sehingga banyak beredar produk Windows bajakan. Pada 30
Juni 2004, Indonesia mencanangkan program Indonesia Go Open Source!.
Semenjak inilah perkembangan Linux di Indonesia semakin pesat.
Beberapa produk Linux dikembangkan oleh perusahaan komersil (RedHat)
(Kumar, Gordon & Srinivasan, 2009: 2) dan yang lainnya dibangun oleh Komunitas
Linux diseluruh dunia sebagai organisasi non-profit (Debian) (OMahony, 2005: 401).
Terdapat pula Linux Ubuntu yang menggabungkan kedua konsep tersebut, dalam
artian Linux Ubuntu dibangun perusahaan (Canonical.Ltd) dan mendapat dukungan
penuh dari komunitas Linux diseluruh dunia (Thomas, 2009: xiii). Indonesia
mengembangkan varian produk BlankOn yang merupakan turunan dari Linux Ubuntu
6
Software (perangkat lunak) adalah seluruh perintah yang digunakan untuk memproses informasi.
walaupun dimulai semenjak versi BlankOn 2.0 (Konde). BlankOn merupakan distro
Linux7 yang dibangun oleh Yayasan Penggerak Linux Indonesia (YPLI) bersama
Komunitas Ubuntu Indonesia secara terbuka dan gotong royong. Situs8 resmi untuk
BlankOn Linux adalah http://www.blankonlinux.or.id.
Pada dasarnya YPLI merupakan yayasan yang bersifat non-profit, sehingga
dalam pemasaran BlankOn memerlukan strategi altenatif. Kotler (1982) melalui
bukunya Marketing For Nonprofit Organization merangkum konsep social
marketing (pemasaran sosial). Kotler (1982: 490) merumuskan definisi pemasaran
sosial, social marketing is the design, implementation and control of program
seeking to increase the acceptability of a social idea or cause in a target group(s).
Berbagai perkembangan terhadap definisi ini muncul hingga melihat pemasaran sosial
sebagai wujud penggunaan marketing tools untuk mengubah perilaku.
YPLI kemudian menambahkan metode market-centric untuk mendukung
pemasaran sosialnya. Sebagai organisasi market-centered artinya YPLI berfokus pada
kebutuhan pasar yang lebih spesifik dan mengkoordinasi pada perencanaan serta
menghasilkan produk yang dibutuhkan pada tiap segmen dan mayoritas konsumen
(Kotler, 2000: 694). Untuk meraih pasar sistem operasi, maka keduanya tersebut harus
memperhatikan arus informasi antara produsen dengan konsumennya. Dengan
demikian organisasi memanfaatkan komunikasi pemasaran sosial.
Komunikasi pemasaran didefinisikan sebagai (1) proses memberikan
seperangkat stimuli yang terpadu kepada target pasar dengan tujuan menimbulkan
berbagai respon dari target pasar dan (2) membentuk saluran untuk menerima,
mengintepretasikan dan mengambil tindakan terhadap pesan yang datang dari pasar
dan mengidentifikasi peluang komunikasi yang baru (Stidsen & Schutte, 1972: 23).
Konsep tersebut kemudian diadopsi dalam pemasaran sosial hingga menjadi
komunikasi pemasaran sosial dimana produknya berupa ide sosial dan perilaku.
Microsoft selama ini mendominasi pasar software hingga >90% tiap tahunnya.
Hal tersebut mengundang reaksi keras dari berbagai pihak termasuk industri FOSS. Di
sini nampak persaingan ekonomi-politik antara 2 industri software, proprietary dan
Software dapat termasuk program atau prosedur.
7
Singkatan dari distribution yaitu kumpulan dari perangkat sistem operasi Linux dan beberapa
software Open Source (dan close source) yang dipaket dan disebarkan bersama-sama.
8
Sebuah komputer yang terhubung oleh Internet, dan menyajikan informasi atau layanan, seperti
newsgroups, e-mail, atau halaman web.
FOSS. Untuk melihat peta persaingan pasar software tersebut, peneliti menganalisa
pengembangan komunikasi pemasaran sosial yang dilakukan YPLI untuk menghadapi
monopoli pasar sistem operasi oleh Microsoft. Diharapkan penelitian ini memberikan
kontribusi signifikan terhadap kajian ilmu komunikasi khususnya komunikasi
pemasaran sosial dan perkembangan industri FOSS di Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana pengembangan komunikasi pemasaran sosial produk perangkat
lunak bebas dan terbuka BlankOn Linux yang dilakukan oleh Yayasan Penggerak
Linux Indonesia?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui pengembangan komunikasi pemasaran sosial produk perangkat
lunak bebas dan terbuka BlankOn Linux yang dilakukan oleh Yayasan
Penggerak Linux Indonesia.
2. Mengetahui penerapan organisasi market centric dalam pemasaran sosial
BlankOn Linux.
D. KERANGKA PEMIKIRAN
1. Perekonomian Free and Open Source Software Melawan Proprietary Software
Kebanyakan software yang digunakan saat ini adalah proprietary, yang berarti
bahwa software tersebut merupakan hak milik (property) dari perusahan atau orang
tertentu. Jika ingin menggunakan software tersebut harus membayar dan hanya
mendapat software dalam bentuk binary9 (executeable) yang membuat komputer bisa
menggunakannya. Konsekuensinya ialah pengguna tidak mampu melihat source
code10 untuk modifikasi sesuai kebutuhan. Mengutip definisi source code dari Berry:
Source code is text in a certain programming language for the operation
and control of computers. The code is built on a highly abstracted
language with a formalized syntax and English words. In combination with
symbols and punctuation, structured syntactical programs are written
made up of statements, loops and conditionals. For a computer to execute
this program, the source code has to be translated by a compiler into
executable binary code. In comparison to the source code, this binary code
is nearly impossible to understand. (Nieuwenhof, 2008: 1)
9
Sistem penomoran yang digunakan komputer, hanya terdiri dari dua digit, yaitu 1 dan 0.
Teks yang ditulis dengan bahasa komputer untuk mendeskripsikan perintah yg dilakukan program.
10
pernyataan
Valloppillil
(1998:
(FOSS) is software in which both source and binaries are distributed or accessible for
a given product, usually for free (bebas). FOSS sering disalahartikan sebagai
shareware14 atau freeware15, padahal terdapat perbedaan signifikan dalam model
lisensi dan proses produknya. Shareware bukanlah Free software bahkan bukan semifree. Pada sebagian besar shareware, source code tidak tersedia dan tidak hadir
dengan ijin untuk menyalin dan memasangnya (install) tanpa biaya lisensi. Termasuk
bagi individu yang terikat pada aktifitas non-profit. Freeware maupun shareware jauh
lebih dekat dengan konsep industri proprietary software dibanding FOSS.
Free and Open Source Software pada dasarnya merupakan program yang
didistribusikan bersama dengan source code-nya dan hak berupa kebebasan untuk
memodifikasi, menggunakan dan menyebarluaskan. Dalam beberapa tahun, respon
terhadap proyek FOSS menjadi luar biasa hingga mengancam vendor besar seperti
Microsoft dalam industri server namun sekarang masuk kedalam pasar komputer
desktop. Bagi orang kebanyakan, dengan melihat fenomena FOSS sulit untuk percaya
11
Baca Guh-New, merupakan akronim dari GNUs Not Unix. Program komputer yang dikembangkan
Richard M. Stallman sebagai realisasi gerakan Free Software.
12
Metode yang digunakan Stallman untuk memastikan software tetap dapat diakses source code-nya,
dapat melakukan distribusi ulang, modifikasi dan hasilnya masih berupa Free Software.
13
Hukum Hak Cipta yang befungsi untuk memprivatisasi software.
14
Software yang hadir dengan ijin untuk mendistribusikan salinannya tetapi jika ingin
menggunakannya lebih lanjut harus membayar biaya lisensi.
15
Software yang paketnya dapat didistribusikan ulang tetapi tidak mengijinkan modifikasi maupun
tidak menyediakan source code.
mengapa fenomena ini dapat muncul. Dalam industri software, ambiguitas kata free
menyebabkan pebisnis memandang sebelah mata konsep Free Software. Mengutip
pernyataan Raymond,
If you walk in to an executive's office and say Free Software, you'll get
is something like: hmm, hmm, Free Software, must be cheap, shoddy,
worthless; Free associated with Free of charge, they thought they
couldn't make money or couldn't sell.. (Moore, 2002: 00:46:13)
Pendekatan
yang
diajukan
oleh
Green
(2002:
(pemasalahan bukan pada uang namun pada barang dan jasa); (2) Its about Markets
(permintaan dan penawaran dalam barang dan jasa); (3) Discursion into Gift
Economies (FOSS memberikan konsep selain penawaran ekonomi pasar bebas).
Perens (2005: http://perens.com/Articles/Economic.html) dan Hughes (2008: 3)
mengatakan terdapat 4 paradigma ekonomi dalam pengembangan software yaitu (1)
Retail; (2) In-House and Contract; (3). Efforts At Collaboration Without Open Source
Licensing; (4) Open Source. Dalam paradigma Open Source melibatkan berbagai
entitas (individu, company, institusi akademis dan lainnya) untuk mengembangkan
produk software. Software dibuka pada komunitas pengembang setelah mendapat
pondasi yang berguna.
Kelebihan dari paradigma ini adalah biaya untuk pengembangan minim serta
konsep open-source marketing. Hughes (2008: 3) melihat konsep pemasaran Open
Source dan saluran distribusi menggunakan dasar yang sama dengan pengembangan
Open Source. Tantangan terbesar dan alasan utama proyek Open Source gagal adalah
kurang mendapat perhatian dari perhatian customer dan community (Perens, 2005:
http://perens.com/Articles/Economic.html). Kesuksesan dan hidup proyek Open Source
berperan sebagai agen sosial yang menawarkan ide sosial dan perubahan perilaku
kedalam tatanan masyarakat.
Pemasar tidak lantas mengabaikan peranan metode pemasaran komersil dalam
pemasaran sosialnya. Pemasar perlu mengembangkan pemasaran sosial yang
berbasiskan pada kebutuhan pasar. Pendekatan ini tidak dimaksudkan bahwa
pelanggan selalu benar. Tidak juga memaksudkan bahwa FOSS harus dibuat menjadi
idiot-tulen seperti Windows dengan memuat semua pekerjaan yang dipikirkan.
Sasaran, tujuan dan keseluruhan sikap pengembang FOSS harus mengetahui apa yang
dibutuhkan pelanggan (pengguna). Sasarannya adalah bagi para pelanggan, yaitu para
pengguna biasa, agar bisa menggunakan software tersebut untuk keperluan bisnis,
kehidupan, pendidikan dan apapun.
2. Ruang Lingkup Pemasaran Sosial
Nasution (1988: 169) mengatakan pemasaran yang diterapkan dalam bidang
sosial disebut sebagai social marketing (pemasaran sosial), dimana merupakan suatu
cara yang didesain untuk memotivasi masyarakat agar dapat mengubah perilaku (yang
dianggap kurang menguntungkan bagi diri sendiri, masyarakat dan lingkungan)
menuju kehidupan yang lebih baik dengan tetap didasarkan pada penggunaan bauran
pemasaran. Pemasaran sosial pada dasarnya merupakan perpanjangan konsep
pemasaran, setidaknya dalam lingkup isu sosial. Kotler dan Levy (1969: 10)
mengatakan bahwa pemasaran merupakan aktivitas sosial yang persuasif sehingga
dapat digunakan selain pada organisasi komersial.
Wacana pemasaran sosial pertama kali diperkenalkan oleh Philip Kotler dan
Gerald Zaltman pada tahun 1971 untuk menjabarkan penggunaan prinsip dan teknik
pemasaran dan pengembangan kasus, ide atau perilaku sosial. Pertanyaan yang
mendasari pemasaran sosial seperti diungkapkan G. D. Wiebe (1952) adalah Why
you cant sell brotherhood like you sell soap ? (Kotler & Zaltman, 1971: 3; Rogers,
1983: 75). Pernyataan ini mengindikasikan bahwa penjualan komoditi seperti sabun
lebih efektif dibanding menjual perubahan sosial. Kotler & Zaltman mendefinisikan
pemasaran sosial sebagai berikut:
menawarkan
perubahan
perilaku.
Pada
tahun
1994,
Andreasen
penggunaan
prinsip-prinsip
dan
teknik-teknik
pemasaran
dalam
mempengaruhi target audience agar secara suka rela menerima (accept), menolak
(reject), mengubah (modify) dan meninggalkan (abandon) sebuah perilaku demi
keuntungan individu, kelompok serta masyarakat sebagai sebuah kesatuan. Pemasaran
sosial berusaha untuk mempengaruhi orang untuk meninggalkan perilaku yang
mencandu (berhenti merokok), untuk melawan tekanan pasangan (menunda hubungan
sex) dan mengadopsi perilaku yang baru (berolahraga setiap hari) bahkan menerima
pengalaman yang tidak menyenangkan (memeriksa payudara ataupun darah) (Knibbs
& Knibbs, 2008: 1).
Seperti pemasaran komersial, pemasaran sosial juga mengadopsi customer
orientation serta menggunakan integrasi analisis pasar, segmentasi dan strategi bauran
8
meningkatkan
pengertian
target
mampu
perubahan
dan
ditujukan
pada
audience
http://www.cdc.gov/pcd/issues/2005/apr/04_0139.htm).
(Franks
Namun
Kotler
et.al.
2005:
menegaskan
Kriteria
Social marketing
Commercial Marketing
Produk
Perubahan Perilaku
Tujuan
Peningkatan finansial
Segmentasi
Kompetitor
ide tersebut betul-betul baru atau tidak jika diukur dengan selang waktu sejak
digunakannya atau diketemukannya pertama kali.
Dalam pendekatan pemasaran sosial, sasaran difusi inovasi ialah menyebarkan
keuntungan sosial dari gagasan yang tidak dapat dijual melalui pemasaran komersil.
Aplikasi utama dari pemasaran sosial ialah untuk mengubah perilaku kearah yang
diharapkan oleh individu yang terlibat namun tampak terhalangi oleh berbagai sebab
(Rogers, 1983: 75). Fox dan Kotler menyimpulkan the most social marketing will be
more formidable than the typical marketing problem facing commercial marketers.
(Rogers, 1983: 76). Untuk memecahkan masalah tersebut pemasar perlu melakukan
perencanaan dan analisa seksama terhadap tiap elemen pemasaran yang dimilikinya.
Perencanaan pemasaran sosial dapat dilakukan dengan pemilihan segmen dan
penetapan sasaran serta kompetitor pemasaran sosial. Dalam prinsip pemasaran sosial,
segmen merupakan audience that devided into smaller group who might require
unique and similar strategy in order to change behavior (Kotler, et.al, 2002: 116).
Oleh Kotler tahapan menentukan target audience adalah (1) Segmentasi pasar
(identitas dan profil segmen); (2) Market targeting (mengukur ketertarikan segmen &
memilih target); dan (3) market positioning (mengembangkan positioning dan
marketing mix untuk tiap segmen) (Kotler, Armstrong, Saunders & Wong, 1999: 379).
Kriteria segmentasi bergantung pada dasar pemasaran yang dipakai. Dalam
pemasaran barang konsumsi, sebaiknya menggunakan variabel demografi dan sosioekonomi sederhana, personalitas dan gaya hidup atau kondisi yang spesifik (seperti
intensitas, brand loyalty dan sikap) sebagai dasar segmentasi. Dalam pemasaran
industrial, segmentasi diperoleh dari pembentukan segmen pengguna akhir, segmen
produk, segmen geografis, segmen faktor pelanggan dan segmen besarnya pelanggan
(Jain, 2000: 120). Sedangkan target segmen pemasaran sosial dilakukan melalui 2 tipe
yaitu (1) variabel tradisional dan (2) transtheorical model (Kotler,et.al, 2002: 117).
Variabel tradisional menggunakan pendekatan segmen yang biasa digunakan
dalam pemasaran komersil. Target segmen pada pemasaran diklasifikasikan berdasar
geografis, demografis, (usia, gender), psikografis, (perilaku, sikap, penggunaan dan
respon). Kotler & Armstong (1999: 186-194) menjelaskan sebagai berikut:
Segmentasi Psikografis; dalam hal ini segmentasi pasar yang digunakan adalah
berdasar atas ciri-ciri kepribadiannya. Segmentasinya dapat berdasar gaya
hidup, kepribadian, perilaku.
11
Mengacu pada definisi Andreasen (1994: 110) dan Kotler (et.al, 2002: 5)
terlihat bahwa pemasaran sosial menggunakan metode pemasaran komersil untuk
mempromosikan perilaku sosial. Menggunakan riset yang untuk memahami target
audience (kelompok orang yang menjadi sasaran program), program pemasaran sosial
juga mengambil konsep produk (perilaku yang diadopsi, misal minum susu rendah
lemak), harga (biaya untuk adopsi perilaku), tempat (mempermudah akses dalam
adopsi perilaku) serta melakukan promosi (merancang pesan dan memilih media
untuk mengkomunikasikan pesan).
1. Product
Produk pemasaran biasanya dibayangkan sebagai sesuatu yang nyata, dimana
merupakan barang fisik yang dapat dipertukarkan pada target pasar melalui harga dan
dapat dimanipulasi melalui beberapa karakteristik seperti kemasan, nama, atribut fisik,
positioning (MacFadyen et.al, 1999: 5). Bahkan konsep pemasaran memperluas
konsep produk tidak hanya sebagai barang fisik, pemasar memformulasikan strategi
produk menjadi less tangible seperti layanan. Mengutip pendapat Kotler (2000:6)
Product is any offering that can satisfy a need or want, such as one
of the 10 basic offerings of goods, services, experiences, events,
persons, places, properties, organizations, information, and ideas
Dalam pemasaran sosial konsep produk jauh lebih luas dari sekedar benda
nyata, namun hingga ide dan perubahan perilaku. Kotler (et.al, 2002: 195)
mengatakan bahwa dalam pemasaran sosial, product is what we are selling, the
desire behaviour and the associated benefits of that behavior. Terdapat 5 jenis
produk dalam pemasaran sosial yaitu (1) Ide (kepercayaan, sikap dan nilai);
(MacFadyen, et.al, 1999: 6) (2) Perilaku (tindakan tunggal dan berkelanjutan); (3)
objek nyata (barang fisik); (4) layanan dan (5) Keuntungan (Kotler, et.al, 2002: 195).
Mengutip pernyataan Kotler (2000: 141) Dont just sell a product, sell an
experience. Bahwa pemasar tidak hanya menjual perilaku semata, namun juga
dapat menawarkan pengalaman, gaya hidup, membawanya pada suatu komunitas,
12
Augmented Product
Objek nyata dan layanan untuk
mendukung perubahan perilaku
Actual Product
Perilaku yang diharapkan
Core Product
Keuntungan dari
perilaku
2. Price
Setelah actual product dan augmented product ditetapkan, pemasar harus
mengetahui biaya yang diperlukan agar konsumen membayar produk tersebut. Dapat
berarti biaya sebenarnya untuk membeli augmented product atau mengarah pada
waktu dan tenaga untuk membuat perubahan. Kotler (et.al, 2002: 217) mengatakan
bahwa harga dalam produk pemasaran sosial adalah biaya yang harus dikeluarkan
oleh target audience untuk mengadopsi perilaku yang baru. Definisi tersebut tidak
berbeda jauh dengan definisi harga pada pemasaran komersil dimana harga
merupakan sejumlah uang yang dibayar untuk produk dan layanan, atau sejumlah nilai
yang harus ditukarkan konsumen untuk keuntungan memiliki atau menggunakan
produk dan layanan (Kotler, et.al, 1999: 681).
Kotler dalam Neel (2004: 21) melihat biaya dalam pemasaran sosial dapat
berupa monetar ataupun non-moneter. Biaya moneter biasanya dipakai untuk
mendapatkan augmented product dalam mengadopsi perilaku yang baru. Sedangkan
biaya non-moneter merupakan biaya yang tidak nampak tapi terasa nyata bagi target
audience. Biaya ini temasuk waktu, upaya, tenaga untuk menjalankan perilaku dapat
pula berupa resiko serta ketidaknyamanan psikologis yang mungkin dialami. Tujuan
harga pada pemasaran sosial dapat dijelaskan melalui exchange theory. Dimana Kotler
& Andreasen mengatakan apa yang didapatkan target audience akan sama besar atau
lebih besar dibanding apa yang mereka berikan (Kotler, et.al, 2002: 217). Pertukaran
14
dapat terjadi pada beberapa level: orang dapat diancam untuk pertukaran, mereka
dapat dibujuk untuk pertukan, dapat diperintahkan untuk pertukaran atau mereka
dapat memilih pertukaran secara suka rela (Lefebvre & Flora, 1988: 303).
3. Place
Dalam pemasaran komersil, tempat dideskripsikan sebagai saluran distribusi
(Swastha, 1981: 190). Dalam konsep pemasaran komersil, Kotler mengatakan the
marketer uses distribution channels to display or deliver the physical product or
service(s) to the buyer or user (Kotler, 2000: 8). Ngadiman (2008: 303)
mendefinisikan distribusi sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar
dan mempermudah penyampaian barang dan jasa (augmented product) dari produsen
kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan (jenis,
jumlah, harga, tempat, dan saat dibutuhkan). Sorell (2005: 43) mengatakan dalam
pemasaran sosial tempat biasanya mengacu pada lokasi dimana perilaku yang baru
dapat dilakukan serta dimana mereka bisa mendapatkan augmented product.
Kotler (et.al, 2002: 244-253) memberikan beberapa strategi tempat yang dapat
digunakan dalam pemasaran sosial yaitu melalui (1) mendekatkan lokasi distribusi: (2)
memperpanjang waktu layanan; (3) membuat lokasi lebih menarik; (4) gunakan
tempat publik; (5) buat perilaku adopsi lebih baik dibanding perilaku kompetitor.
Proses distribusi merupakan aktivitas pemasaran yang mampu (Ngadiman, 2008: 303;
Coughlan & Stern dalam Kotler, et.al, 2002: 252-253):
15
4. Promotion
Swastha (1981: 237) mengatakan bahwa promosi merupakan arus informasi
atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi
kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran. Karena promosi
merupakan kegiatan pemasaran yang mudah terlihat, elemen ini seringkali dianggap
sebagai seluruh bagian dalam pemasaran padahal hanya merupakan satu bagian dalam
pemasaran
(Swastha,
1981:
234;
Weinreich,
2006:
http://www.social-
yaitu: menciptakan pesan dan memilih saluran media (Kotler; et.al, 2002: 264)
a. Menciptakan Pesan
Siegen & Doner (dalam Kotler, et.al, 2002: 264) mendeskripsikan
menciptakan pesan sebagai
a complex art. The final message a target audience member receives is a
commbination of communication strategy, how the message is executed in
the materials, and how it is processed by the sender.
tentang
audiens
sasarannya.
Biasanya
target
audience
dapat
membantu
menyimpulkan
pengetahuan
audience
sebelumnya,
16
tradisional (koran, pers, radio, telepon, televisi) dan juga bentuk media yang lebih
baru (komputer, mesin faks, telepon genggam, dan pager). Perkembangan teknologi
baru tersebut menurunkan biaya telekomunikasi sehingga semakin banyak organisasi
beralih dari komunikasi massal ke komunikasi yang lebih terarah dan dialog satusatu. Marshall McLuhan menyatakan bahwa Media itulah pesannya, artinya media
komunikasi yang dipakai mempengaruhi isi pesan. Untuk mewujudkan komunikasi
melalui media, organisasi dapat menggunakan bauran komunikasi pemasaran (juga
disebut dengan bauran promosi) terdiri dari lima cara berkomunikasi utama:
a) Periklanan; Iklan merupakan salah satu bentuk promosi yang paling
banyak digunakan perusahaan dalam mempromosikan produknya. Iklan
merupakan bentuk penyajian nonpersonal dan promosi ide, barang atau jasa
yang dibayar oleh sponsor tertentu. Iklan adalah bentuk komunikasi tidak
langsung, yang didasari pada informasi tentang keunggulan atau keuntungan
suatu produk, yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa
menyenangkan yang akan mengubah pikiran seseorang untuk melakukan
perubahan perilaku dalam pemasaran sosial.
b) Hubungan masyarakat dan publisitas; Publisitas adalah bentuk penyajian
dan penyebaran ide, barang dan jasa secara non personal, yang mana orang
atau organisasi yang diuntungkan tidak membayar untuk itu. Publisitas
merupakan pemanfaatan nilai-nilai berita yang terkandung dalam suatu produk
untuk membentuk citra produk yang bersangkutan. Dibandingkan dengan
iklan, publisitas mempunyai kredibilitas yang lebih baik, karena pembenaran
dilakukan oleh pihak lain selain pemilik iklan.
Public relations merupakan upaya komunikasi menyeluruh dari suatu
organisasi untuk mempengaruhi persepsi, opini, keyakinan, dan sikap berbagai
17
19
komunikasi
pemasaran
sosial.
Komunikasi
pemasaran
sosial
21
dengan penentuan tujuan, pesan dan pemilihan media. Merujuk pada perangkat
komunikasi pemasaran oleh Kotler (2000: 272) maka implementasi program
komunikasi pemasaran sosial dapat dibagi sebagai berikut:
Gambar 1.3 Perangkat Komunikasi secara Umum
23
Dalam konsep ini maka organisasi tidak lagi berpikir tentang bagaimana
produk bisa dipasarkan namun mampu melihat potensi kebutuhan pasar dan konsumen
untuk menawarkan produk yang tepat. Sehingga pendekatan yang dianut organisasi
adalah mengubah pengelolaan berbasis produk menjadi berbasis segmen pasar.
Banyak organisasi yang mulai menyadari bahwa mereka tidak digerakkan oleh pasar
dan target segmennya namun digerakkan produk dan penjualan.
Beberapa studi telah menetapkan value dari market center. Slater dan Narver
menciptakan pengukuran market orientation dan menganalisanya pada efek
keuntungan bisnis. Mereka menemukan efek positif yang substansial oleh market
orientation pada bisnis barang dan non-barang (Kotler, 2000: 688). Mengutip
pernyataan Slater dan Narver (1990: 20):
market orientation is the organization culture and climate that most
effectively and efficiently creates the necessary behaviors for the creation of
superior value for buyers and, thus, continuous superior performance for the
business.
24
Competitor
Orientation
artinya
organisasi
memahami
kekuatan
dan
kelemahan dalam jangka pendek serta kemampuan dan strategi dari efek
market orientation yang menjadi kunci potensial untuk kompetitor.
Interfunctional
Coordination
merupakan
pemanfaatan
sumber
daya
Long Term Focus. Banyak literasi menyatakan bahwa fokus jangka panjang
dalam market oriented adalah profit dan implementasi komponen lainnya.
Poin utama market orientation yang berfokus pada organisasi ialah (1)
pengumpulan informasi tentang kebutuhan target dan kemampuan kompetitor secara
terus menerus dan (2) menggunakan informasi ini untuk menciptakan nilai pelanggan
yang superior secara konsisten melalui komponen didalamnya (Slater & Narver 1995:
25
63). Berdasar komponen tersebut, terlihat bahwa dalam strategi market centric
memerlukan (1) satu atau lebih divisi yang menangani pengembangan dan memahami
kebutuhan
pelanggan
sebelumnya,
yang
akan
datang
serta
faktor
yang
mempengaruhinya, (2) saling berbagi pemahaman antar divisi dan (3) berbagai divisi
terlibat dalam aktivitas untuk menemukan kebutuhan pelanggan. Dengan kata lain,
market centric mengarah pada lingkup luas organisasi, penyebaran dan responsiveness
sebagai bentuk market intelligence. Market intelligence lebih luas dari pernyataan
lisan tentang kebutuhan dan pilihan pelanggan namun meliputi analisis faktor yang
mempengaruhinya (Kohli & Jaworski, 1990: 3).
E. KERANGKA KONSEP
Komunikasi pemasaran sosial merupakan pola, perencanaan, kebijakan, serta
tujuan dari suatu organisasi berbadan hukum dalam melakukan penawaran dan
pertukaran gagasan sosial dengan mempergunakan perangkat komunikasi yang
dilaksanakan melalui proses sosial sehingga seorang individu dan kelompok mampu
perilaku yang menjadi sasaran pemasaran sosial. Setelah menjalankan komunikasi
pemasaran sosial organisasi harus mengevaluasi kegiatannya.
Selanjutnya pengembangan komunikasi pemasaran sosial pada organisasi non
profit berfokus pada perubahan tingkah laku dan ideologi melalui pemasaran sosial.
Pengembangan komunikasi pemasaran sosial merupakan penggunaan metode
komunikasi pemasaran berupa bauran promosi dalam mempengaruhi individu atau
sekelompok orang yang dipandang memiliki perilaku tidak baik untuk mengadopsi
perilaku baru dan ideologi yang diharapkan oleh pemasar. Pengembangan komunikasi
pemasaran sosial dilakukan melalui konsep perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Selain itu, pemasar FOSS dapat menggunakan metode khusus dalam
memasarkan produk FOSS, ideologi dan perilaku. Pengembang dapat menjadi
organisasi market centric dimana berfokus pada kebutuhan dan pilihan dari target
audiencenya secara lebih spesifik. Dalam artian, untuk memasarkan ide sosial maupun
perilaku, pemasar dapat mengembangkan beberapa level produk yang disesuaikan
dengan kebutuhan pasar. Untuk memahami konsep diatas, maka kerangka ini dapat
dioperasionalkan sebagai berikut:
26
dengan
berbasis
customer,
kompetitor,
interfunctional
F. METODE
1. Tipe Penelitian
Penelitian ini dikategorikan sebagai sebuah penelitian deskriptif-eksplanatif.
Deskriptif merupakan tipe penelitian yang meraih ranah status kelompok manusia,
objek, suatu seting kondisi dengan mengedepankan sebuah sistem pemikiran ataupun
kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk
27
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis faktual dan akurat
mengenai fakta, sifat dan hubungan antara fenomena yang diselidiki (Nazir, 1998: 63).
Penelitian ini berusaha memberikan gambaran sistematis terhadap strategi yang
digunakan Yayasan Penggerak Linux Indonesia dalam komunikasi pemasaran sosial.
Penelitian dilanjutkan dengan menganalisa pengembangan komunikasi pemasaran
sosial yang dilakukan. Penggunaan tipe eksplanatif dalam penelitian ini memaparkan
proses dan situasi yang melingkupi objek sehingga diharapan agar peneliti mampu
lebih mendalami fenomena beserta tindakan yang menjadi objek dari penelitian.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah Yayasan Penggerak Linux Indonesia. Yayasan
Penggerak Linux Indonesia (YPLI) adalah organisasi non-profit yang bergerak dalam
bidang pengembangan software dan sumber daya manusia di bidang Linux dan Free
and Open Source Software (FOSS) lainnya di Indonesia, termasuk penyelenggaraan
sertifikasi profesi. Kegiatan YPLI lainnya adalah memberikan advokasi, menyediakan
pembicara seminar, dan menyusun dokumen dalam bahasa Indonesia tentang
Linux/FOSS. Penelitian juga mengambil data dari Tim Pengembang BlankOn karena
merupakan bagian pengelolaan produk BlankOn Linux, termasuk pemasaran. Dalam
paradigma FOSS, komunitas dan organisasi yang sejalan berada dalam satu kesatuan.
3. Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan beberapa macam teknik untuk mendapatkan data
yang dianggap relevan. Pengumpulan data yang dilakukan berdasarkan pada tiga
kategori yaitu Studi Pustaka, Observasi dan Wawancara.
1. Studi Pustaka; merupakan teknik pengumpulan data dan teori ataupun
pemikiran para ahli yang tertulis mengenai informasi yang berkaitan dan
relevan dengan penelitian. Sumber yang digunakan dalam penelitian ini seperti
buku, jurnal dan dokumentasi internet yang sesuai dengan objek penelitian.
2. Observasi; merupakan kegiatan penelitian untuk mengamati secara langsung
kedalam lapangan tanpa adanya keterlibatan langsung peneliti dalam kegiatan
yang diteliti (Non partisipan). Oleh karena itu observasi untuk mendapatkan
data detil peneliti berada dan masuk kedalam lokasi penelitian tanpa
mengganggu proses yang ada dan hanya bertindak sebagai pengamat.
28
4. Metode Penelitian
Metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini dimasukkan sebagai
metode studi kasus. Studi kasus adalah jenis penelitian terhadap suatu gambaran yang
mendetail mengenai latar belakang serta sifat-sifat khas dari suatu kasus ataupun
peristiwa (Nazir, 1998: 6). Kasus ataupun peristiwa yang menjadi objek penelitian
merupakan peristiwa yang kontemporer, dimana peristiwa tersebut tidak dapat
dikontrol (Yin, 2002: 1). Ruang lingkup studi kasus mencakup seluruh siklus
perkembangan objek, tetapi dapat pula membatasi pada objek-objek spesifik. Studi
kasus juga lebih bersifat penjelajahan sehingga kesimpulannya bersifat deskriptif.
Tujuan dari penelitian studi kasus adalah untuk mempelajari secara intensif
tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit sosial
baik berupa individu, kelompok, lembaga atau masyarakat. Metode ini berbeda
dengan metode survey yang memiliki sedikit variabel sedangkan pada studi kasus
memiliki banyak variabel dan banyak kondisi pada sampel yang kecil (Narbuko &
Achadi, 1997: 46). Inti dari studi kasus seperti yang diungkapkan oleh Schramm dan
29
dikutip oleh Yin (2002: 17) adalah mencoba menjelaskan keputusan tentang mengapa
studi tersebut dipilih, bagaimana mengimplementasikannya, dan apa hasilnya. Studi
kasus digunakan untuk menjawab pertanyaan how dan why terhadap peristiwa yang
menjadi objek kajian.
Studi kasus yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
cross sectional. Muhadjir mengungkapkan bahwa studi Cross Sectional digunakan
sebagai upaya mempersingkat waktu observasi dengan cara melakukan observasi pada
beberapa tahap atau tingkat perkembangan tertentu dengan harapan dari sejumlah
tingkat tersebut akan dibuat kesimpulan yang sama dengan observasi yang berjalan
secara terus menerus (longitudinal) (Muhadjir, 1998: 38).
Berdasarkan pada pembagian studi kasus Horton dan Hund seperti dikutip
Muhadjir (1998: 39) maka penelitian ini termasuk dalam studi kasus genetik. Studi
kasus prospektif (genetik) digunakan untuk keperluan penelitian, mencari kesimpulan
dan diharapkan dapat diketemukan pola, kecenderungan, arah dan lainnya sehingga
dapat dimanfaatkan untuk perkiraan-perkiraan perkembangan masa depan. Jumlah
subjek yang digunakan dalam unit analisinya terdiri lebih dari satu orang bahkan dapat
mencapai puluhan orang. Studi ini digunakan untuk memahami perkembangan
pribadi, kelompok, lembaga untuk mengetahui perkembangan masalah. Tujuan studi
kasus generik adalah memahami keseluruhan kasus yang mungkin terjadi secara
pribadi, satuan sosial, masa lampau dan perkembangannya. Alasan penggunaan studi
kasus genetik dalam penelitian ini ialah studi tersebut bersifat prospektif, lebih melihat
ke depan, melihat kepentingan perkembangan masa depan.
30
BAB II
GNU/LINUX DAN GERAKAN FREE AND OPEN SOURCE SOFTWARE
Pemakaian Free and Open Source Software sebagai wujud kebebasan dan
keterbukaan menggunakan sofware merupakan implikasi ekonomi-politik FOSS
melawan kapitalisme berlabel Copyright (Lakhani & Wolf, 2005: 19; Glass, 2005:
86). Konsep copyleft telah menjadikan Linux berkembang pesat semenjak diciptakan
kernel16 Linux pada tahun 1991 oleh Linus Torvalds. Pemikiran ini berawal dari etika
hacker yang direalisasikan dalam proyek Free Sofware (GNU) oleh Richard Stallman
bersama Free Software Foundation (FSF) pada tahun 80-an. Kedua proyek inilah
yang kemudian menghasilkan GNU/Linux17 (Konovalov, 2002: 9).
Istilah copyleft yang diusung oleh GNU/Linux merupakan salah satu dasar
dibentuknya proyek Open Source oleh Bruce Perens dan Eric Steven Raymond
melalui Open Source Initiative (OSI). Open Source mengusung kebebasan dan
keterbukaan terhadap setiap program yang dibuat dan disebarkan. Ide itu terwujud
dengan disertakannya source code (kode sumber) dan hak mengakses maupun
memodifikasinya. Secara politis, FOSS melihat software merupakan barang publik
dan tidak ada yang berhak mengakui kepemilikan source codenya (Escher, 2004: 10).
Stallman melalui gerakan Free Software-nya melihat bahwa copyright telah
membatasi kebebasan pengguna software sehingga diperlukan gerakan untuk saling
berbagi software demi solidaritas masyarakat. Free Sofware Foundation melihat 4
bentuk kebebasan, (1) bebas menjalankan program bagi tujuan apapun; (2)
mempelajari
kinerja
program
dan
memodifikasinya
sesuai
kebutuhan;
(3)
Program yang menjadi jantung dari setiap sistem operasi dan memiliki peran fundamen seperti
menjembatani hardware berkomunikasi dengan software.
17
Istilah yang dipakai Stallman karena sistem operasi Linux merupakan gabungan GNU software dan
kenel Linux.
18
Orang yang menulis program untuk komputer.
31
atraktif dalam bisnis dengan menekankan keterbukaan terhadap source code (open
menggantikan ambiguitas free) disertai berbagai ide lain melalui Open Source. Kedua
gagasan tersebut (FOSS) hadir untuk melawan dominasi proprietary software yang
digawangi oleh Microsoft.
Proprietary software dianggap telah menyalahgunakan hukum copyright untuk
keuntungan finansial semata. Sehingga FOSS berfungsi lebih dari sekedar menguasai
pasar demi keuntungan ekonomi tetapi merupakan implementasi atas perlawanan
hegemoni proprietary software. Perlawanan tidak hanya berada dalam bisnis software
namun pada pertempuran ideologi antara pengembang FOSS dengan perusahaan
proprietary software. Benturan keras terjadi dalam beberapa konsep seperti intepretasi
Intelectual Property yang berbeda (Copyleft vs Copyright) serta fungsionalitas dari
source code software (Open Source vs Close Source) yang berperan lebih dari sekedar
susunan bahasa pemrograman dalam membentuk program. Berbagai elemen gerakan
FOSS mencerminkan sikap perlawanan terhadap dominasi proprietary software.
Orang yang dianggap piawai dalam bidang pemrograman komputer. Dalam media massa istilah ini
seringkali disamaartikan dengan cracker, vandals, carder atau orang dengan aktifitas negatif lainnya.
32
pengetahuannya. Hacker adalah orang yang bisa memaksimalkan potensi bakat dan
keahliannya di networking dan programming. Hacker berprinsip kemandirian dan
tidak ketergantungan. Kevin Mitnick (2000: v) menyebutkan bahwa hacker yang
merusak dan berbuat kriminal, disebut juga crackers atau vandals dan mereka yang
hanya men-download tools untuk masuk ke sistem komputer hanyalah Script Kiddies.
Bagi
Raymond
(2000a:
www.catb.org/~esr/writings/cathedral-bazaar/hacker-history/)
hacker adalah someone who loves to program and enjoys being clever about it.
Istilah hacker dapat ditemukan dalam berbagai ruang lingkup. Hacker tidak harus
diasosiasikan dengan komputer. Seseorang dapat melakukan aktifitas hacking dalam
bidang filosofi, fisika, mengemudi bahkan dalam makanan (Janussen, 2004: 2).
Budaya yang dianut para hacker disebut dengan hacker culture. Ada pula yang
menyebutnya Hacker Ethic. Levy (1984: 7) mengatakan etika hacker merupakan
filosofi tentang berbagi, keterbukaan, penyebaran dan menggunakan komputer untuk
peningkatan sistem serta dunia. Etika hacker inilah yang memberi culture gift pada
orang mengenai nilai sosial bahkan untuk mereka yang tidak tertarik dalam komputer.
Janussen (2004: 2) menjelaskan etika hacker sebagai kepercayaan berbagi informasi
merupakan hal positif. Adanya tugas moral bagi hacker untuk berbagi keahlian
melalui penulisan kode open source serta memfasilitasi akses untuk informasi dan
sumber dayanya. Steven Levy dalam bukunya Hackers: Heroes of The Computer
Revolution memformulasikan kode etik hacker sebagai (Levy, 1984: 19-23) :
lunak dengan konsep perangkat lunak berpemilik (proprietary). Acuan awal konflik
ini dibuat oleh William H. Gates III (Bill Gates), dalam pernyataan terkenalnya An
Open Letter to Hobbyists yang ditujukan pada Homebrew computer club di Sillicon
33
Valley. Dalam surat tertanggal 3 Februari 1976 itu, ia mencemooh budaya berbagi
(sharing) perangkat lunak yang telah umum berlaku. Surat ini pula yang merangsang
mulainya industri proprietary software. Mengutip pernyataan Bill Gates tersebut
(Gates, 1976: http://blinkenlights.com/classiccmp/gateswhine.html):
To me, the most critical thing in the hobby market right now is the lack of
good software courses, books and software itself. Without good software
and an owner who understands programming, a hobby computer is wasted.
Will quality software be written for the hobby market ?
versi
tersebut
dengan
ijin
untuk
mendistribusikan
ulang
atau
34
sebuah
perusahaan
bernama
Symbolics
http://www.glennmcc.org/foss/brief-open-source-history.html).
(Rash,
Symbolics
2000:
lalu
mengambil kode-kode yang tersedia secara bebas (bahasa pemrograman LISP) dan
menjadikannya proprietary. An Open Letter to Hobbyists Bill Gates semakin
mendorong perkembangan proprietary software. Melalui suratnya pula Bill Gates
menyatakan bahwa apa yang disebut hacker sebagai berbagi/sharing adalah
pencurian/stealing. Perhatikan surat Bill Gates:
Why is this? As the majority of hobbyists must be aware, most of you steal
your software. Hardware must be paid for, but software is something to
share. Who cares if the people who worked on it get paid? Is this fair? One
thing you don't do by stealing software is get back at MITS for some
problem
you
may
have
had...
(Gates,
1976:
http://blinkenlights.com/classiccmp/gateswhine.html)
Ide adanya gerakan Free Software berawal dari printer Xerox yang digunakan
oleh Stallman tidak dapat bekerja karena adanya kertas yang terjepit didalamnya.
Stallman tidak dapat memperbaiki printer tersebut karena tidak memiliki ijin
mengakses source code yang sudah diproprietary. Padahal ketika MIT AI Lab
menggunakan printer lama, Stallman mampu mengatasi masalah yang sama dengan
membuka software program pada printer yang menggunakan mesin PDP-11. Stallman
tidak menghilangkan kesalahan akibat kertas yang macet secara mekanik. Ia
memasukkan perintah yang meminta PDP-11 untuk melakukan cek pada printer
secara periodik dan mengirimkan laporannya pada PDP-10 yang berfungsi sebagai
komputer pusat.
Untuk memastikan kecerobohan pengguna tidak menghentikan seluruh kerja
mencetak, Stallman juga menambahkan perintah yang menginstruksikan PDP-10
untuk mengingatkan user untuk menunggu jika printer macet. Pesannya sangat
35
sederhana yaitu The printer is jammed, please fix it (Williams, 2002: 34). Perintah
yang dimasukkan oleh Stallman kedalam software ini disebut patch20.
Komersialisasi UNIX merupakan hal utama yang menekan Stallman untuk
menciptakan sebuah sistem operasi baru. Anggapan pentingnya ketersediaan source
code yang bebas untuk modifikasi dan distribusi ulang (dibuktikan kerusakan printer)
memperkuat keinginan Stallman. Tahun 1984, Stallman mengundurkan diri dari
proyek MIT untuk kemudian mendirikan Free Software Foundation dan Proyek GNU
(www.gnu.org). Stallman (Gay, 2002: 20) menganggap bahwa ia perlu meninggalkan
MIT agar MIT tidak dapat menghalangi distribusi GNU sebagai Free Software. Jika
Stallman tetap menjadi staff, MIT dapat mengklaim hasil kerjanya dan memaksakan
kedalam konsep distribusi MIT bahkan menjadikannya proprietary software.
Stallman menganggap GNU (baca: Guh-New) merupakan sebuah hack berupa
akronim berulang yang mengarah pada GNUs Not UNIX (Gay, 2002: 33).
Mengutip pernyataan Stallman mengenai arti GNU, Saya mengembangkan sebuah
sistem yang mirip dengan sistem operasi UNIX21, tapi bukan sistem operasi UNIX. Ini
adalah sebuah sistem operasi yang berbeda. Kami harus menulisnya secara total dari
nol karena UNIX berlisensi (Moore, 2002: 00:12:01).
Sebagai proyek utama Free Software Foundation, GNU bertujuan untuk
menulis ulang seluruh sistem operasi UNIX yang dapat didistribusikan secara bebas.
Dari proyek ini, Stallman berharap tersedia software bebas selain proprietary software
sehingga pengguna mendapat kebebasan memilih menggunakan software mana. Tony
Travis mengatakan prinsip penting yang membawa popularitas dan kesuksesan UNIX
adalah filosofi membangung kerja bersama. Filosofi ini berasal dari ketersediaan
source code yang dapat dimodifikasi, diteliti dan digunakan dalam software baru
(Oreilly, 2000: http://Oreilly.com/catalog/opensources/book/appa.html).
Setiap program disebut sistem operasi jika terdapat command processors,
assemblers, compilers, interpreters, debuggers, text editors, dan lainnya. Maka GNU
membutuhkan software tersebut untuk membangun sistem operasi. Proyek GNU tidak
lantas mengembangkan sistem tersebut dari nol, tetapi menggabungkan berbagai
20
Perbaikan pada satu atau lebih pernyataan pemrograman untuk memperbaiki kesalahan (bugs) atau
meningkatkan kemampuan program.
21
UNIX merupakan sistem operasi ciptaan Ken Thompson dan Dennis Ritchie yang didistribusikan
pada tahun 1969 oleh Bell Labs (AT&T).
36
macam Free Software kedalamnya. Tapi cara ini tidak berjalan dengan baik hingga
akhirnya Stallman memutuskan untuk menciptakan compiler22 sendiri yang dikenal
sebagai GCC (GNU Compiler Collections). Pada September 1984, Stallman memulai
proyek GNU Emacs (editor) dan awal tahun 1985 dapat berjalan dengan baik. Selain
GCC, GNU juga menghasilkan C library (glibc)23, shell24 (Bourne Again Shell/BASH)
dan GDB (debugger)25.
Tahun 1990 sistem GNU hampir lengkap, hanya kekurangan 1 komponen
yaitu kernel. Kernel merupakan sebuah program yang menjadi jantung dari setiap
sistem operasi dan memiliki peran fundamen seperti menjembatani hardware
berkomunikasi dengan software (Thomas, 2009: xii). Stallman memutuskan untuk
menggunakan koleksi pemproses layanan yang dimiliki Mach. Mach adalah
mikrokernel26 yang dikembangkan di Carnegie Mellon University dan University of
Utah. Mach akhirnya menghasilkan GNU Hurd. GNU Hurd adalah koleksi layanan
(herd of gnus) yang berjalan pada Mach serta mengerjakan berbagai macam perintah
dalam kernel UNIX. Hingga tahun 1991, GNU belum dapat mengandalkan GNU
Hurd. Baru pada tahun 2001 GNU Hurd berkerja dengan baik, tapi masih jauh dari
kebutuhan orang secara umum.
Program yang dipakai untuk menterjemahkan source code menjadi bahasa mesin dan membuatnya
dapat dieksekusi (dijalankan).
23
Paket yang menyimpan library (pustaka) agar bisa digunakan oleh berbagai program dalam sistem.
24
Program yang mem-provide interface antar user dan sistem operasi.
25
Program yang berfungsi melakukan pencarian dan pembetulan kesalahan penulisan program,
sehingga program tersebut dapat kembali dijalankan seperti yang diharapkan.
26
Sistem operasi dimana manajemen memory dan file berjalan sebagai proses yang terpisah diluar
kernel.
27
Memory komputer yang dapat ditulis, dihapus dan dibaca berulang namun hilang saat komputer
mati.
28
Kondisi saat komputer dihidupkan.
37
berguna jika tidak ada program lain yang mendukungnya seperti C compiler,
debugger ataupun text editor. Kernel merupakan fasilitas kunci untuk segala sesuatu
dalam sistem dan menentukan banyak karakteristik software diatasnya. Karena itu,
sering kali istilah sistem operasi dianggap sebagai sinonim dari kernel (Bovet &
Casati, 2002: 12).
Hampir tidak disengaja, seorang mahasiswa di Universitas Helsinki bernama
Linus Benedict Torvalds menghasilkan solusi bagi kekurangan kernel GNU. Torvalds
adalah salah pengguna Minix29. Walaupun cukup bagus, ia belum menganggap Minix
memadai. Kemudian ia membuat sistem operasi yang merupakan tiruan UNIX. Pada
tahun 1991, Torvalds memulai proyek pribadinya untuk menciptakan kernel.
Torvalds menyebut kernelnya dengan nama Freax yang berasal dari kata
Free+Unix (Ronnlid, 2001). Torvalds menambahkan huruf X dibelakang seperti
umumnya penamaan di lingkungan UNIX. Karena itu selama enam bulan pertama,
Torvalds masih sempat menyimpan karyanya di folder bernama Freax. Walaupun
nama Linux pernah terlintas dalam pikirannya, tapi kata itu tidak pernah dilontarkan
karena ia beranggapan hal itu terlalu egosentris. Saat melakukan upload30 kernel ke
FTP31, Ari Lemmke (penanggung jawab server) ternyata tidak suka dengan nama
Freax dan tanpa banyak diskusi langsung memberi nama Linux. Pada akhirnya,
orang mengenal kernel Torvalds sebagai Linux (gabungan Linus+Unix) (Thomas,
2009: xiii). Seperti halnya Minix, Linux tidak menggunakan kode apa pun dari vendor
UNIX komersial. Dengan ini Torvalds dapat mendistribusikan Linux di internet secara
bebas dan gratis.
Linux bahkan memiliki maskotnya sendiri. Torvalds menjelaskan maskot
Linux sebagai seekor penguin menggemaskan dan ramah, yang kekenyangan setelah
makan banyak ikan hering. Torvalds menganggap simbol penguin memenuhi
persyaratan itu. Larry Ewing merupakan orang yang membuat desain simbol Linux
dan digunakan secara luas untuk semua urusan yang terkait dengan Linux. James
Hughes mengusulkan nama Tux yang konon merupakan turunan kata Torvalds UniX.
29
Minix adalah sistem operasi mirip UNIX (UNIX-like) yang bekerja pada PC.
Proses mentransfer informasi dari sebuah komputer ke komputer lain/server melalui Internet.
31
File Transfer Protocol ialah Program yang memungkinkan untuk memindahkan data di antara dua
komputer yang berjauhan letaknya.
30
38
39
Tanenbaum
dalam
milis
comp.os.minix
(Oreilly,
2000:
http://Oreilly.com/catalog/opensources/book/appa.html ):
MINIX is a microkernel-based system. The file system and memory
management are separate processes, running outside the kernel. The I/O
drivers are also separate processes (in the kernel, but only because the
brain-dead nature of the Intel CPUs makes that difficult to do otherwise).
LINUX is a monolithic style system. This is a giant step back into the
1970s.That is like taking an existing, working C program and rewriting it in
BASIC. To me, writing a monolithic system in 1991 is a truly poor idea. I
still maintain the point that designing a monolithic kernel in 1991 is a
fundamental error. Be thankful you are not my student. You would not get a
high grade for such a design :-)
Torvalds memilih untuk merilis kernelnya sebagai Free Software dan mengajak
siapapun yang tertarik untuk membantunya. Pada akhir tahun 1991, sekitar 100 orang
diseluruh dunia terlibat dalam newsgroup Linux. Kebanyakan dari mereka merupakan
pengembang aktif yang berkontribusi dalam perbaikan bugs33, peningkatan kode dan
fitur baru. Melalui tahun 1992 dan 1993, komunitas pengembang Linux tumbuh pesat
sebagai komunitas software. Pada era tersebut sistem operasi berbasis Unix mulai
menghilang dan kebangkitan dari dominasi Microsoft (Weber, 2000: 9). Linux bukan
lagi proyek pribadi antara Torvalds dan rekannya, ribuan orang diseluruh dunia turut
berpartisipasi. Semakin lama, proyek Linux menjadi semakin penting dan mengalami
peningkatan dalam desain maupun penampilan. Linux yang pada tahun 1991 berisi
sekitar 12.000 baris kode, mengalami perkembangan signifikan dalam beberapa tahun.
Saat Linux 1.0 diluncurkan pada 1994, kernel ini telah cukup stabil dan
memiliki
banyak
fitur,
seperti
preemptive
multitasking34
dan
symmetric
multiprocessing35. Pada 1996, tim pengembangan Linux yang ada diseluruh dunia
mulai memberikan hasilnya. Tahun itu mereka telah membuat versi Linux untuk
sejumlah hardware, dari Atari ST sampai Macintosh. Saat ini, kernel Linux telah
mendapat dukungan dari perusahaan besar termasuk IBM. Torvalds tetap mengawasi
32
Seluruh sistem hanya berupa single file yang berjalan dalam kernel mode.
Kelemahan pada program yang menyebabkan program berjalan kurang baik.
34
Kemampuan untuk membagi sumber daya CPU untuk banyak aplikasi.
35
Kemampuan untuk membagi tugas di antara banyak CPU.
33
40
dan berkontribusi pada proyek kernel Linux hingga sekarang. Dia bahkan menyebut
dirinya sebagai benign dictator/diktator yang ramah.
Karena kernel merupakan aspek penting dari sebuah sistem operasi, orang
mulai merujuk kombinasi GNU/Linux menjadi Linux. Stallman bahkan menyatakan
kekecewaannya karena media hanya menyebut Linux saja dan akhirnya menyebar di
masyarakat. Berdasar fakta yang ada, GNU-lah yang terlebih dahulu ada sebelum
Linux. Karenanya setiap kali orang menyebut Linux, Stallman akan bertanya Apa?
Saya tidak mengenal Linux, yang saya kenal GNU/Linux! (GuhNew slash Linux)
(InfoLinux, 2003/01: 55). Menurut Stallman penyebutan GNU/Linux menjadi penting
karena dengan demikian orang akan mengetahui sejarah sistem, filosofi dan tujuan
dari sistem GNU/Linux tersebut (Gay, 2002: 59). Semua software dalam GNU/Linux
adalah Free Software walaupun tidak memiliki hubungan langsung dengan GNU atau
Richard Stallman. Bagaimana pun juga, hadiah terbesar Stallman pada dunia bukanlah
GNU software, tetapi konsep Free Software (Thomas, 2009: xiii).
Perens
(2000:
http://oreilly.com/catalog/opensources/book/perens.html),
everyone who wants to is allowed to sell an Open Source program, so prices will be
low and development to reach new markets will be rapid. Bahkan Stallman
menyatakan free software is a matter of freedom (liberty), not price; A matter of the
41
users' freedom to run, copy, distribute, study, change and improve the software (Gay,
2002: 43). Open Source sendiri merupakan representasi dari software yang bebas
digunakan untuk tujuan apapun dan dimodifikasi oleh siapapun.
Awal definisi Open Source berasal dari konsep yang terangkum dalam Debian
Social Contract, sebuah pernyataan dimana sebuah software seharusnya bebas lisensi
termasuk distro Debian Linux. Pernyataan ini kemudian dikembangkan oleh Bruce
Perens (pimpinan proyek Debian Linux kala itu) bersama komunitas Debian hingga
menghasilkan Debian Free Software Guidelines. Perens mengembangkan proyek
Open Source dengan mendirikan korporasi untuk Debian yang diberi nama Software
in the Public Interest. Pada bulan Februari 1998, Bruce Perens dan Eric Steven
Raymond akhirnya bergabung dan membentuk The Open Source Initiative (OSI)
sebagai sebuah organisasi yang secara ekseklusif mengelola kampanye Open Source
dan sertifikasinya (Perens, 2000: http://oreilly.com/catalog/opensources/book/perens.html).
OSI menggunakan konsep Open Source untuk menetapkan suatu software
dapat dikategorikan sebagai Open Source atau tidak. Konsep Open Source tidak hanya
berarti akses pada source code (kode sumber yang membentuk software). Konsep
distribusi Open Source Software juga harus memenuhi beberapa kriteria lisensi yaitu
(Open Source Initiative, 2007: http://opensource.org/docs/osd):
1. Free Redistribution; Lisensi tidak boleh membatasi suatu pihak untuk menjual
ataupun membagikan software sebagai komponen dalam kesepakatan
distribusi software yang berasal dari berbagai sumber. Lisensi tidak
membutuhkan royalti ataupun biaya lain seperti penjualan. Dalam artian
software Open Source bebas untuk didistribusikan ulang oleh siapapun tanpa
ada biaya lisensi.
2. Source code; Program harus menyertakan source code dan harus
memperbolehkan distribusi kode sumbernya seperti program yang sudah
dicompile (disusun). Source code harus disajikan dalam bentuk yang memberi
kesempatan seorang programmer untuk memodifikasinya. Pengacakan kode
sumber dengan sengaja tidak diperbolehkan. Bentuk intermediate seperti
output preprocessor (assembly dan biner) tidak diperbolehkan.
3. Derived Works; Lisensi harus memperkenankan untuk modifikasi dan
menghasilkan pekerjaan turunan. Sehingga lisensi mengijinkan modifikator
untuk redistribusi dibawah konsep lisensi software original.
42
menunjuk pada software yang distribusinya dibawah lisensi sebagai Free Software
(FSF) dan Open Source Software (OSI) (Hoe, 2006: 4). Dari konsep ini, banyak
programmer bersatu menghasilkan FOSS. Programmer tersebut merasa nyaman
berkontribusi pada FOSS karena percaya pada beberapa hak yaitu: (1) Hak membuat
copy program dan mendistribusikan copy program tersebut; (2) Hak untuk mengakses
source code, sebelum mengubahnya; (3) Hak untuk membuat peningkatan pada
program (Perens, 2000: http://oreilly.com/catalog/opensources/book/perens.html).
Pada tahun 1998, Netscape secara resmi mengumumkan menggunakan model
Open Source dengan meluncurkan Netscape Navigator 5.0. Navigator merupakan
produk Open Source pertamanya. Tetapi karena Navigator merupakan produk
trademark bagi Netscape maka belum mampu mendukung model Open Source secara
penuh. Dalam lisensi yang disandang Navigator (Netscape Public Lisence/NPL)
memiliki fitur hak istimewa yang hanya dimiliki oleh Netscape. Hak ini membuat
Netscape dapat melakukan re-licensing (lisensi ulang) terhadap modifikasi pada
produk
Netscape
untuk
menjadikannya
milik
http://oreilly.com/catalog/opensources/book/perens.html).
mereka
Mereka
(Perens,
dapat
2000:
mengambil
(Hamerly,
Paquin
http://Oreilly.com/catalog/opensources/book/netrev.html).
&
Walton,
Netscape
2000:
mengembangkan
44
License)36 menetapkan bahwa ketika GPL diaplikasikan pada source code suatu
software, maka kode lain bersama kode original harus berada pada lisensi GPL (GPL
viral effect). Aspek ini membuat GPL tidak dapat bertahan bagi pengembang software
komersil. Perusahaan software komersil sulit menerapkan lisensi GPL dalam bisnis.
Lisensi lain GPL yaitu GNU LGPL (Lesser General Public License)37 sedikit
lebih terbuka dibanding GPL, namun tetap memiliki celah yang menyulitkan
pengembang software. Beberapa orang ada yang menyebut lisensi klasik perangkat
lunak bebas seperti GPL dan LGPL sebagai sangat ketat. GPL dan LGPL
mendefinisikan batasan yang ketat dalam mencegah supaya perangkat lunak bisa
bebas dan turunannya tetap bebas. Bagi FSF batasan ini memang prasyarat membuat
lingkungan yang baik untuk perangkat lunak bebas. Kebutuhan pengembang software
akan lisensi yang lebih terbuka mendorong hadirnya gerakan Open Source oleh Eric
S. Raymond, Bruce Perens dan Tim Oreilly melalui Open Source Movement.
Eric Raymond menemukan bahwa terdapat masalah dengan penyebutan Free
Software. Orang menangkap istilah Free dan mengasosiasikannya dengan Gratis.
Kalangan bisnis berpikir mereka tidak dapat menghasilkan uang atau menjualnya. Hal
itu menjadikan Free Software sebagai sebuah konsep yang salah. Pengembang Open
Source ingin berbagi ide tentang software yang terbuka dan ketersediaan source
codenya merupakan bagian kecil namun sangat penting (Moore, 2002: 00:46:59).
Open Source Movement memiliki tujuan berbeda dengan gerakan Free
Software. OSM memiliki tujuan yang bersifat pragmatis yaitu efisiensi pengembangan
software sehingga memudahkan pengaplikasiannya dalam bisnis. Sedangkan Free
Software memiliki tujuan politis yaitu melawan dominasi kapitalis proprietary
software dan memperjuangkan akses terhadap kebebasan dalam mempergunakan
teknologi informasi. Dalam artikelnya Why Open Source misses the point of Free
Software Stallman (2007: http://www.gnu.org/philosophy/open-source-misses-thepoint.html) mengklaim Open Source is a development methodology; free software is
a social movement. Sistem FOSS yang menggunakan source code serta komunitas
sebagai medium interaksi dan mengembangkan software menjadi poin utama dalam
memerangi proprietary software.
36
Lisensi yang ditetapkan oleh Free Software Foundation untuk mengakomodir 4 kebebasan software.
45
GNU/Linux
Free Software
Foundation
Richard M.
Stallman
4 Freedoms
(run,study,copy,improve)
Internet
masyarakat
secara
keseluruhan
(Klang,
2005:
http://www.firstmonday.org/issues/issue10_3/klang/index.html).
46
Free Software. Prinsip yang digunakan hampir sama dengan copyright. Jika
proprietary software menggunakan copyright untuk melindungi dari pembajakan,
maka FSF merancang copyleft untuk memastikan software tetap dapat diakses source
code-nya, dapat melakukan distribusi ulang, modifikasi dan hasilnya masih berupa
Free Software. Bahkan Ciffolilli (2004: 5) percaya hanya dengan menggunakan
copyleft-lah pembajakan dapat dihindari.
Copyleft mencegah uncooperative people (istilah yang dipakai Stallman)
mengubah perangkat lunak bebas menjadi proprietary software. Copyright biasanya
befungsi untuk memprivatisasi software sedangkan copyleft dapat dipakai untuk
menjaga agar perangkat lunak tetap bebas menjadi milik masyarakat. Stallman
mengatakan dengan lisensi copyleft,
Software ini merupakan hak cipta dan kami para pembuatnya memberi anda
izin untuk mendistribusikan kopiannya, kami memberi izin untuk
mengubahnya, kami memberikan izin menambahkannya. Tapi ketika anda
mendistribusikannya, ia harus berada dalam kondisi ini (Free Software), tidak
lebih dan tidak kurang (Moore, 2003: 00:17:37).
Konsep Copyleft tidak seperti jika software masuk public domain, yang
mengizinkan orang untuk berbagi software dan peningkatannya namun juga
memberikan kebebasan untuk melakukan privatisasi. Public domain memungkinkan
untuk melakukan perubahan dan mendistribusikan hasil modifikasi sebagai
proprietary software. Orang yang menerima program modifikasi tersebut tidak
memiliki kebebasan yang diberikan oleh penulis program original (Gay, 2002: 91).
Pada dasarnya pemegang copyleft tetap mengikat secara hukum. Bila karya copyleft
dipakai dan dilanggar maka yang melanggar melakukan sebuah tindakan ilegal.
Berbeda dengan copyleft, copyright telah memberikan banyak batasan kepada
pengguna. Hukum copyright harusnya memproteksi pengekspresian ide, tidak
memproteksi ide itu sendiri. Barlow menganalogikan bahwa seharusnya copyright
melindungi botol (pengeskpresian ide) bukan wine dalam botol (ide) (Nieuwenhof,
2008: 5). Ketika komputer berkembang pesat dan software terpisah sebagai komoditi
sendiri, proprietary software memaksakan copyright. Perusahaan proprietary hanya
mendistribusikan software dalam bentuk executeable program (file eksekusi) dan
melindunginya dengan copyright. Artinya perusahaan proprietary menggunakan
perlindungan ini tanpa harus berbagi ide dan prinsip (prosedur, algoritma, arsitektur)
temuannya melalui source code (Jullien & Zimmermann, 2005: 2).
47
sistem
yang
menguntungkan
publik
(Stallman,
2008:
(Stallman,
2008:
http://www.gnu.org/philosophy/freedom-or-
48
dasarnya copyleft merupakan prinsip idealisme yang secara kuat terhubung pada etika
hacker, dimana terdapat sekumpulan nilai yang membentuk motivasi kerja seperti
pengembang software dalam komunitas Free and Open Source Software
(Nieuwenhof, 2008: 7). Tidak semua FOSS berlisensi copyleft. Beberapa software
FOSS
mengijinkan
pengguna
memodifikasi
source
code
tanpa
harus
satu
komponen
mengontrol
komponen
lainnya
sehingga
membutuhkan proteksi terhadap komponen tersebut melalui lisensi (Aigrain, 2002: 3).
Orang terkadang salah mengintepretasikan bahwa FOSS selalu bermasalah dengan
hukum interllectual property. Bertentangan dengan kepercayaan tersebut, seluruh
pengembang FOSS beroperasi di bawah hak interllectual property. Tidak seperti hak
milik (property) dalam proprietary software, hak milik dalam FOSS berbentuk hak
untuk mendistribusikan, bukan hak untuk membatasi (baca Nieuwenhof, 2008 yang
banyak membahas etika lisensi dalam FOSS).
Lisensi dalam gerakan FOSS menempati peran pokok sebagai salah satu
mekanisme berjalannya gerakan ini. Lisensi FOSS merupakan salah satu bentuk
kontrak antara pembuat perangkat lunak dan pengguna. Lisensi adalah bentuk
pernyataan pembuat perangkat lunak mengenai hak cipta pada karya yang dibuatnya
untuk digunakan, digandakan, dimodifikasi dan disebarluaskan (Indrayanto et.al,
2007: 45). Ada beberapa jenis Lisensi dalam pengembangan FOSS seperti General
Public License (GPL). Selain itu, Open Source Initiative mengeluarkan lisensi Open
Source. Berbagai macam lisensi FOSS telah memperluas kemungkinan penggabungan
public property dan property rights.
39
49
proprietarisation
not
allowed
(Viral/Copyleft);
Tidak
51
mencapai tumpuan tertinggi dengan menyertakan esensi filosofi dan politis dari
pembuat program.
Open Source Initiative membidik poin ini dengan menciptakan lisensi yang
lebih pragmatis bagi kepentingan bisnis melalui pengembangan Open Source.
Dibanding menekankan free yang sering menjadi momok dalam bisnis (Free as
Free Beer). Open Source menekankan lisensinya pada keterbukaan. Bruce Perens
mengatakan perbedaan keduanya ialah Ricard M. Stallman menganggap setiap
software harus free sedangkan Open Source melihat Free Software dan non-Free
Software dapat hidup berdampingan (Moore, 2002: 00:49:41). Kelemahan lisensi GPL
dalam perspektif Open Source adalah GPL mengikat pengembang untuk tidak
memasarkan programnya dalam lisensi lain.
Masih perlu pengkajiam validitas lisensi copyleft dalam FOSS secara lebih
mendalam. Berbagai kasus terjadi dalam kaitannya mempergunakan lisensi berbasis
copyleft. Seperti kasus yang terjadi pada Maret 2003 ketika SCO Group melayangkan
gugatan kepada IBM terkait pelanggaran intellectual property terhadap kernel UNIX
(Galli, 2003: http://www.eweek.com/article2/0,3959,922913,00.asp). SCO mengklaim
bahwa mereka memiliki sebagian kode AIX (sistem operasi turunan UNIX) serta
sebagian kode kernel UNIX yang digunakan untuk menjalankan berbagai distro linux.
Lebih jauh, SCO mengancam setiap perusahaan yang menggunakan Linux dalam
pelanggaran copyright dan mengklaim bahwa setiap pengguna Linux harus membayar
lisensi dari mereka. Walaupun kasus tersebut tidak terbukti, namun terlihat bugs
dalam lisensi FOSS terkait dengan pelanggaran intellectual property.
Eric Steven Raymond melalui tulisannya The Cathedral and The Bazaar
menjelaskan beberapa kemungkinan bisnis dalam Free and Open Source Software.
Pada paper tersebut, Raymond membuat sesuatu yang kontras antara dua model
pengembangan yang berbeda dan berlawanan. Pertama adalah model konvensional,
model pengembangan tertutup (close source). Raymond menyebutnya sebagai model
Cathedral. Pada model ini pengembang memiliki spesifikasi sasaran ketat
kelompok proyek kecil dan dijalankan dengan cara hirarkis yang cukup otoriter. Serta
memiliki interval rilis yang lama. Pada sisi lain, Raymond mengidentifikasi apa yang
terjadi di dunia Linux. Model ini lebih banyak desentralisasi peer to peer yang disebut
model pasar (bazaar). Model Bazaar memiliki interval rilis singkat dengan
pengumpulan feedback teratur dari orang yang secara formal berada di luar dari
proyek tersebut. Yang mengejutkan bahwa dengan model ini terlihat tukar-menukar
semua manfaat yang tidak terdapat pada pengembangan konvensional tertutup
(Raymond, 2000b: http://catb.org/~esr/writings/cathedral-bazaar/cathedral-bazaar/).
Terdapat berbagai model bisnis dan perusahaan untuk produk FOSS. Salah
satu perusahaan yang paling menonjol ialah Red Hat. Red Hat tidak secara langsung
menjual source code karena setiap orang dapat mendownloadnya dari Internet secara
gratis namun lebih pada penjualan support dan services. Model ekonomi ini telah
membentuk model bisnis dalam FOSS. Hingga saat ini, model bisnis yang sudah ada
dan diterapkan antara lain (Indrayanto et.al, 2007: 36; baca Krishnamurthy, 2005
untuk melihat model lain).
53
Perangkat
Lunak
dengan
Nilai
Lebih;
Jika
software
perangkat
keras
yang
dilengkapi
program
FOSS
untuk
Motif Ekonomi:
a. Perspektif Individual
b. Perspektif Organisasi/Komunitas
a. Perspektif Individu
Gambar 2.5 Motif Personal dalam Kontribusi FOSS (Escher, 2004: 40)
b. Perspektif Organisasi/Komunitas.
Gambar 2.6 Motif Organisasi/Komunitas dalam Kontribusi FOSS (Escher, 2004: 50)
57
strategi perusahaan ini terhadap gerakan FOSS. Ini disebabkan karena respon yang
diberikan oleh Microsoft pada awal kemunculan gerakan ini sangat buruk.
Sebelumnya dalam berbagai kesempatan, beberapa petinggi Microsoft mengeluarkan
pernyataan atau cap negatif pada model pengembangan FOSS. Namun sekarang,
Microsoft merangkul komunitas dengan shared sourcenya untuk menghadapi FOSS.
59
Sistem operasi telah berkembang melalui jalan yang panjang. Dari yang paling
sederhana sampai yang paling modern. Masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan terutama sehubungan dengan fungsi yang dimilikinya. Microsoft
Windows merupakan sistem operasi desktop yang paling populer (Thomas, 2009: xi).
Microsoft memang sangat populer tetapi bukan berarti tidak ada sistem operasi selain
Windows. Lihat pada market share diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2003
UNIX (bersama turunannya) menguasai pasar sistem operasi (35%) sedangkan
Windows hanya 30%. Yang paling menarik ialah sistem operasi GNU/Linux yang
mengalami perkembangan hingga 90%. Hal tersebut menunjukkan besarnya potensi
GNU/Linux untuk mengerogoti dominasi sistem operasi milik Microsoft.
GNU/Linux merupakan sistem operasi yang dikembangkan lebih dari ribuan
orang diseluruh dunia (LeBlanc & Blum, 2007: 9). GNU/Linux sangat mirip dengan
sistem UNIX. Hal ini dikarenakan kompatibilitas dengan UNIX merupakan tujuan
utama dari proyek GNU/Linux. Perkembangan GNU/Linux dimulai pada tahun 1991,
ketika mahasiswa Finlandia bernama Linus Torvalds menulis Linux, sebuah kernel
untuk prosesor 80386, prosesor 32-bit pertama dalam kumpulan CPU intel yang cocok
untuk PC (MDGR, 2006: 92). Kernel Linux merupakan inti dari proyek Linux, tetapi
komponen lainlah yang membentuk secara komplit sistem operasi GNU/Linux. Kernel
Linux terdiri dari kode-kode yang dibuat khusus untuk proyek Linux. Kebanyakan
perangkat lunak pendukungnya tidak eksklusif terhadap GNU/Linux, melainkan biasa
dipakai dalam beberapa sistem operasi yang mirip UNIX. Contohnya, sistem operasi
BSD (Berkeley), X Window System (MIT), dan GNU (FSF) (Mulyanto, 2008: 67).
60
61
Debian GNU/Linux; Salah satu distro tertua dan terkenal dengan kemampuan
teknis yang andal. Debian digunakan untuk membentuk beberapa distro
turunan seperti: Knoppix, Ubuntu, Xandros dan Linspire (dulu bernama
Lindows). Debian, Knoppix dan Ubuntu tersedia gratis, sedangkan Xandros
dan Linspire merupakan distro komersil yang dibentuk untuk orang yang
terbiasa menggunakan Windows. Walaupun komersil keduanya memiliki versi
gratis yang dapat dicoba.
Red Hat dan Fedora; Red Hat mengklaim harga untuk kesuksesan pemasaran
massal sistem operasi GNU/Linux. Red Hat mengesahkan GNU/Linux dengan
memaket perangkat GNU dan Linux dalam metode distribusi familiar (shrinkwrapped) dan menyertakan nilai tambah pada produknya seperti dukungan
telepon, pelatihan dan layanan konsultasi. Versi komersil dari distro ini ialah
Red Hat Enterprise Linux sedang versi gratisnya adalah Fedora.
Slackware; Dari semua distro Linux yang dikenal luas, Slackware termasuk
yang paling lama bertahan. Faktanya, tampilan instalasi Slackware belum
banyak berubah. Slackware memiliki pengikut yang sangat loyal tetapi belum
dikenal baik diluar komunitas Linux. Distro ini juga gratis.
Novel dan SuSE (dibaca soo-za); distribusi ini berasal dari Jerman dan
memiliki pengikut yang loyal. Novell, Inc membeli SuSE sebagai bagian
perusahaan yang befokus pada Linux. Novell menawarkan distro Linux
komersil melalui SuSE Enterprise Linux dan versi gratis dengan openSuSE.
menggunakan,
berbagi
dan
memodifikasi
Ubuntu
termasuk
Creative Commons licenses menetapkan beberapa pilihan lisensi untuk Open content.
Penerbitan konten yang menggunakan lisensi Creative Commons tidak berarti
pembuat (author) tidak menyertakan copyright pada pekerjaannya. Tujuan utama
Creative Commons ialah menyediakan mekanisme sederhana yang memungkinkan
pembuat mengubah hukum copyright secara kreatif berdasar keinginan fleksibilitas
mereka (Ciffolilli, 2004: 14). Hak ditawarkan pada pengguna dalam beberapa kondisi
dibawah (Tong, 2004: 24).
dengan pendiri Romi Satrio Wahono. Romi meluncurkan situs e-learning gratis
IlmuKomputer.com (sekarang situs e-learning ini beralamat IlmuKomputer.org) pada
tahun 2003. Situs ini berisi pengetahuan seputar komputer dan teknologi informasi
dalam bahasa Indonesia. IKC menyediakan materi teknologi informasi dan komputer
yang dapat didownload gratis dengan lisensi Open Content. Perhatikan lisensi IKC:
Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi dan
disebarkan secara bebas untuk tujuan bukan komersial (non-profit), dengan
syarat tidak menghapus atau mengubah atribut penulis dan pernyataan
copyright yang disertakan dalam dokumen. Tidak diperbolehkan melakukan
penulisan ulang, kecuali mendapatkan ijin terlebih dahulu dari IKC.
Selain IKC situs lain yang merupakan konsep nyata pengaruh perkembangan
open content di Indonesia ialah Wikipedia Indonesia (www.id.wikipedia.org/wiki/).
Wikipedia merupakan proyek distribusi pengetahuan melalui jalur internet dengan
membuat sebuah ensiklopedia online bebas. Melalui model open content, proses
pengembangan isi memungkinkan keterlibatan seluruh pembaca. Salah satu
keunggulan model Open Source adalah kontrol yang dilakukan secara sukarela oleh
komunitas FOSS.
66
tahun
2002,
Pemerintah
Indonesia
mengeluarkan
UU
terkait
perlindungan Hak Cipta yaitu UU No. 19 Tahun 2002. Sejak keluarnya UU No. 19
tahun 2002 ini, masyarakat dan pebisnis memandang pemerintah lebih serius
melakukan perlindungan terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI).
Pemerintah mulai melaksanakan pemberantasan pembajakan dengan melakukan
sweeping pada sejumlah pusat bisnis, warnet dan game center. Pada tahun 2003
berdasar survey IDC, tingkat pembajakan hanya turun 1% dibanding tahun 2001
menjadi 87% (Bussiness Software Alliance, 2009: 7). Posisi ini dianggap menganggu
citra bangsa Indonesia dalam pergaulan Internasional. Akibat masih tingginya angka
pembajakan tersebut, akhirnya Indonesia masuk dalam priority watch list.
Melihat fakta tersebut, pemerintah Indonesia menggagas pengembangan
software berbasis FOSS sebagai pengganti proprietary software. Kemudian pada 30
Juni 2004, Indonesia mencanangkan program Indonesia Go Open Source! (IGOS)
yang ditanda tangani oleh Menristek, Depkominfo, Depkumham, Depdiknas dan
Kementerian
Negara
Pendayagunaan
Aparatur
Negara.
Tantangan
banyak
uangnya mencapai Rp 377 miliar dan sudah harus dibayarkan paling lambat 30
Juni
2007
(Mathari,
2008:
opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/IGOS%2C_Gates_dan_Surat_itu).
dibatalkan
(Computers-IT.com,
2008:
it.blogspot.com/2008/06/mou-pemerintah-ri-microsoft-tidak.html).
http://computers-
Disini terlihat
Pendanaan. Pemerintah hanya mengalokasikan dana 500 juta pada tahun 2006
untuk proyek IGOS. Dana ini sangat minim untuk melakukan berbagai
program pendukung terlaksananya IGOS seperti buku panduan, seminar,
pengenalan source code hingga ke daerah. Dana ini tidak seimbang dibanding
jika membeli produk Microsoft sebagai realisasi MoU RI- Microsoft.
Indonesia.
Mereka
melakukan
berbagai
upaya
untuk
68
BAB III
GAMBARAN UMUM YAYASAN PENGGERAK LINUX
INDONESIA
Pada akhir tahun 80-an, berbagai perguruan tinggi di Indonesia berkutat
dengan sistem operasi UNIX. Saat itu sistem operasi UNIX cukup populer di
Indonesia. Dibuktikan dengan terbentuknya komunitas pengguna UNIX seperti
INDONIX. Hingga hadir MINIX sebagai salah satu sistem operasi yang source codenya dapat digunakan untuk kepentingan pendidikan. Pada tahun 1992, datanglah distro
Linux pertama di Indonesia yaitu distro SoftLanding System (SLS) dalam beberapa
keping disket. Setelah kernel Linux 1.0 dirilis pada tahun 1994, hadir distro Slackware
dan menjadi distro Linux yang paling populer di Indonesia kala itu.
Tahun 1994 merupakan tahun penuh berkah. Tiga penyelenggara Internet
sekaligus mulai beroperasi: IPTEKnet, INDOnet dan RADnet. Pada tahun berikutnya
(1995), telah tercatat beberapa institusi/ organisasi mulai mengoperasikan GNU/Linux
sebagai
production
(kakitiga.indo.net.id),
system,
seperti
Sustainable
BPPT (mimo.bppt.go.id),
Development
Network
IndoInternet
(www.sdn.or.id
dan
dikembangkan organisasi seperti Distro Nusantara (LIPI), IGOS Berdikari (PT Pasifik
Satelit Nusantara), 3D OS (PCLinux3D) dan BlankOn Linux (YPLI).
70
2. Lokasi Yayasan
Saat ini YPLI beralamat di LP3T-NF, Jl. Mampang Prapatan Raya 17A,
Jakarta. Namun alamat ini hanya berfungsi sebagai kelengkapan data. Terkadang
alamat ini digunakan YPLI untuk mengadakan pelatihan, misal pelatihan membuat
paket program untuk BlankOn Linux. Sistem tanpa kantor juga banyak dianut oleh
Komunitas Pengguna Linux Indonesia (KPLI). Umumnya bentuk organisasi KPLI
adalah organisasi tanpa bentuk, maksudnya tidak ada keharusan punya AD/ART,
Akte Notaris, NPWP, dan lain-lain yg terkait legal formal. Sedangkan YPLI
merupakan organisasi yang berbadan hukum. Konsep ini pada dasarnya tidak terlalu
berbeda jauh dengan penggunaan alamat pada Canonical Ltd (perusahaan yang
mensponsori Linux Ubuntu) yang menggunakan alamat di The Isle of man, Afrika
Selatan sebagai formalitas.
71
YPLI menerapkan e-office, tidak ada kantor khusus, karena semua bekerja di
kantor
atau
rumah
masing-masing.
Alamat
utama
YPLI
ialah
situs
fasilitasnya baik berupa email, chat maupun milis. Alasan yang dipegang oleh para
pengurus dalam penggunaan sistem e-office ini ialah internet merupakan basis utama
bagi mereka untuk saling berhubungan dengan staff yang tidak berada di Jakarta.
Selain itu dengan penggunaan Internet, biaya yang dikeluarkan oleh organisasi jauh
lebih kecil jika dibandingkan dengan organisasi non e-office. Hingga 5 tahun sejak
berdirinya YPLI, belum ada kendala yang signifikan dalam menerapkan sistem eoffice tersebut. Termasuk kendala dalam melakukan rencana kerja bagi tiap divisi.
Perhatikan penelusuran domain YPLI melalui Whois.net & DomainTools.com:
WHOIS information for ypli.org :
[Querying whois.publicinterestregistry.net]
[whois.publicinterestregistry.net]
NOTICE: Access to .ORG WHOIS information is
provided to assist persons in
determining the contents of a domain name
registration record in the Public Interest
Registry
registry database. The data in this record is
provided by Public Interest Registry
for informational purposes only, and Public
Interest Registry does not guarantee its
accuracy. This service is intended only for
query-based access. You agree
that you will use this data only for lawful
purposes and that, under no
circumstances will you use this data to: (a)
allow, enable, or otherwise
support the transmission by e-mail, telephone,
or facsimile of mass
unsolicited, commercial advertising or
solicitations to entities other than
the data recipient's own existing customers; or
(b) enable high volume,
automated, electronic processes that send
queries or data to the systems of
Registry Operator or any ICANN-Accredited
Registrar, except as reasonably
necessary to register domain names or modify
existing registrations. All
rights reserved. Public Interest Registry
reserves the right to modify these terms at
any
time. By submitting this query, you agree to
abide by this policy.
Domain ID:D104961534-LROR
Domain Name:YPLI.ORG
Created On:04-Oct-2004 14:37:27 UTC
Last Updated On:14-Nov-2009 16:05:23 UTC
Expiration Date:04-Oct-2010 14:37:27 UTC
Sponsoring Registrar:Tucows Inc. (R11-LROR)
Status:HOLD
Status:AUTORENEWPERIOD
Status:PENDING DELETE RESTORABLE
Registrant ID:tuG2kUKGy3m261ju
Registrant Name:Rusmanto M
Registrant Organization:Indonesia Linux
Mover Foundation
Registrant Street1:Mampang Prapatan X No.4
Registrant Street2:
Registrant Street3:
Registrant City:Jakarta
Registrant State/Province:DKI Jakarta
Registrant Postal Code:12790
Registrant Country:ID
Registrant Phone:+62.2156999172
Registrant Phone Ext.:
Registrant FAX:+62.2156999167
Registrant FAX Ext.:
Registrant Email:ase@landak.com
Admin ID:tuG2kUKGy3m261ju
Admin Name:Rusmanto M
Admin Organization:Indonesia Linux Mover
Foundation
Admin Street1:Mampang Prapatan X No.4
Admin Street2:
Admin Street3:
Admin City:Jakarta
Admin State/Province:DKI Jakarta
72
Domain Information
Domain Name : ypli.or.id
Type : Organization
Organization : ypli.or.id
Registrant type : Yayasan
Registrant Address :
Registrantagent : client.org
Registration Date : 13 October, 2004
Date End : 30 September, 2010
Date Update : 07 September, 2009
Status Domain : Registered
Administrative Contact
Name :
NIC Handle : asela1
Organization :
Billing Contact
Name : Rusmanto Maryanto
NIC Handle : rm13
Organization : LP3T Nurul Fikri
Registrant Contact
Name :
NIC Handle : asela1
Organization :
Technical Contact
Name : Rusmanto Maryanto
NIC Handle : rm13
Organization : LP3T Nurul Fikri
Name Server
Name Server : dns3.client.org
Name Server : dns4.client.org
Name Server : dns1.client.org
Name Server : dns2.client.org
YPLI memiliki 2 domain yang berbeda yang pertama adalah YPLI.org dan
YPLI.or.id. Pada tahun 2008 situs tersebut masih aktif. Namun YPLI.org saat
ini sedang berada dalam status Hold (belum diperpanjang). Akses kedalam
YPLI.org belum bisa dilakukan. Berbagai macam kegiatan dan informasi
dialihkan kedalam YPLI.or.id melalui email (info@ypli.or.id).
YPLI.org dan YPLI.or.id aktif sejak tahun 2004. YPLI.org dibuat pada tanggal
4 Oktober 2004 dan YPLI.or.id dibuat tanggal 13 Oktober 2004. Keduanya
didaftarkan sebagai milik Indonesia Linux Mover Foundation (Yayasan
Penggerak Linux Indonesia) oleh Rusmanto Maryanto.
73
BlankOn Linux sebagai salah satu software yang berbasis FOSS melalui penerapan
lisensi GNU GPL atau sesuai lisensi program yang disertakan. YPLI dengan BlankOn
Linux-nya dijadikan studi kasus oleh badan dunia UNDP (United Nation Development
Program) dan UNESCO sebagai contoh sukses pemanfaatan FOSS di berbagai
belahan dunia. File PDF (Potrable Document Format) lengkap buku berjudul
Breaking Barriers, The Potential of Free and Open Source Software for Sustainable
Human Development: A Compilation of Case Studies from Across the World itu
tersedia di http://www.apdip.net/publications/ict4d/BreakingBarriers.pdf, dan versi web
khusus tentang BlankOn tersedia di http://www.iosn.net/asean-3/countries/indonesia/casestudies/blankon/.
Rusmanto (via email, 2009/11/11) menyatakan logo YPLI adalah YPLI. Tidak
ada makna khusus terhadap logo YPLI. YPLI menganggap bahwa saat ini mereka
74
belum memerlukan makna dan filosofi tertentu sebagai landasan organisasinya. Yang
paling penting adalah kinerja nyata YPLI dalam mendukung perkembangan FOSS
serta GNU/Linux di Indonesia. Dengan adanya kesederhanaan ini diharapkan YPLI
mampu lebih merakyat dan terlepas dari kepentingan ekonomi dan politik tertentu.
YPLI, sesuai namanya, lebih sebagai penggerak (activator=kompor) agar
GNU/Linux dan komunitasnya (users dan developers) berkembang di Indonesia.
Misalnya YPLI mendekati dan menekan (positif) pemerintah dari pusat hingga
pelosok nusantara, termasuk KPPU, DPR, lembaga pendidikan, UKM dan Koperasi,
dll. YPLI berperan serta dalam pengembangan FOSS (dalam arti luas), seperti
BlankOn Linux, kegiatan terkait IGOS, AGOS (ASEAN Goes Open Source), AAOSS
(Asia-Africa OSS).
Dalam ILC (Indonesia Linux Conference), YPLI bersedia menerima mandat
mengkoordinir kegiatan bersama antar komunitas, dan memonitor semua gerakan
FOSS di Indonesia, termasuk KPLI (Komunitas Pengguna Linux Indonesia). YPLI
berfungsi sebagai penggerak (activator), bukan penguasa. Sehingga visi/misi
pendirian YPLI tidak sampai sejauh memberi wewenang pendirian suatu KPLI atau
komunitas Linux lainnya. Itulah latar belakang mengapa bernama YPLI bukan YLI.
5. Komitmen
Sebagai organisasi non profit, YPLI memiliki komitmen yang bersifat sosial.
Komitmen tersebut ialah
seperti yang pernah dilakukan adalah bertemu salah satu komisi di DPR,
KPPU,
departemen-departemen,
pemda-pemda,
perusahaan-perusahaan
Menyusun buku dan bentuk dokumen lainnya, cetak dan online, tentang
Linux/FOSS dalam bahasa Indonesia.
Sebut
saja
(http://indoglobal.com),
UNESCO
RimbaLinux
(http://infolinux.co.id),
Dian
(http://www.unesco.or.id),
Indoglobal
(http://rimbalinux.web.id),
InfoLinux
(http://dianrakyat.co.id),
Linuxindo
Rakyat
B. OPERASIONALISASI YPLI
1. Struktur Organisasi dan Alur Koordinasi
Tidak berbeda jauh dengan operasionalisasi Kelompok Pengguna Linux
Indonesia
(KPLI),
YPLI
memiliki
struktur
organisasi
yang
sederhana.
76
Badan Pembina:
Bertugas untuk menentukan arah organisasi namun tidak sampai pada
pengambilan
keputusan
dalam
organisasi.
Anggotanya
ialah
Mario
Badan Pengawas:
Bertugas mengawasi & menganalisa jalannya organisasi dan perkembangan
FOSS di Indonesia pada khususnya. Pengawas mirip komisaris di PT.
Anggotanya ialah M. Zen Muttaqien, Ahmad Sofyan, Mohammad DAMT.
Badan Pengurus:
Bertugas untuk mengurusi segala kegiatan, hubungan antar badan maupun
hubungan dengan pihak luar Yayasan. Pengurus mirip direksi di PT.
Anggotanya ialah Rusmanto Maryanto (Ketua), Resza Ciptadi (Sekretaris),
Effendy Kho (Bendahara).
masing-masing
badan,
walaupun
tidak
menutup
kemungkinan
untuk
78
BlankOn Linux pertama kali dikembangkan oleh YPLI pada tahun 2004
dengan nama kode Bianglala. Pada saat itu, BlankOn merupakan turunan dari distro
Fedora Core 3. Namun, rilis BlankOn pada saat itu berakhir sampai versi 1.1 dan
akhirnya mati suri. Adalah Mohammad DAMT, developer sekaligus mantan
koordinator proyek BlankOn 1.0 yang melemparkan umpan ke komunitas Ubuntu
Indonesia di milis id-ubuntu. Isi umpannya adalah menawarkan pada komunitas
Ubuntu Indonesia untuk melanjutkan proyek distro BlankOn yang terhenti itu. Umpan
yang dilemparnya tampaknya bukan main-main. Selain di milis umpan tersebut
dijabarkan oleh Mohammad DAMT juga dalam artikel bertopik proyek Distro Baru
yang ditulis di wiki ubuntu-id.
) yang
Pada bulan November 2008, BlankOn Linux 4.0 dirilis dengan nama kode
Meuligoe. Ciri khas yang digunakan pada versi ini adalah Aceh, dengan warna
dominan hijau. Pada rilis ini, Logo BlankOn diganti sehingga lebih modern. Versi ini
dibuat berbasis Ubuntu versi 8.10 (Interpid Ibex). Rilis terakhir (2009) adalah
BlankOn Linux 5.0 dengan nama kode Nanggar. Nama Nanggar berasal dari bahasa
Batak yang berarti palu. Nanggar didasarkan Ubuntu 9.04 (Jaunty Jackalope).
Kelebihannya menyediakan aksara tradisional Batak (Batak Toba fonts
Terdapat pula fitur Desktop berkonteks di mana layar komputer akan berubah sejalan
dengan perubahan konteks di luar komputer.
Tabel 3.1 Daftar Produk BlankOn Linux
No
Nama/Kode
Arti Kode
Rilis
Turunan
Fitur
1.
BlankOn 1.0
(Bianglala)
Pelangi.
10/02/2005
Fedora Core 3
2.
BlankOn 2.0
(Konde)
Jepit rambut
khas Jawa.
15/11/2007
Ubuntu 7.10
(Gutsy Gibbon)
3.
BlankOn 3.0
(Lontara)
Aksara khas
Bugis.
27/04/2008
Ubuntu 8.04
(Hardy Heron)
4.
BlankOn 4.0
(Meuligoe)
Rumah Adat
di Aceh.
15/11/2008
Ubuntu 8.10
(Intrepid Ibex)
5.
BlankOn 5.0
(Nanggar)
Palu dalam
bahasa Batak.
16/06/2009
Ubuntu 9.04
(Jaunty
Jackalope)
80
81
Nama Tim
Tugas
Anggota
Tim Infrastruktur
timut (koordinator)
mdamt; somat; udienz
mdamt (koordinator);
somat; wirama
Tim Rilis
somat (Koordinator);
udienz;
MuhammadTakdir;
Muhidin; Vladislas;
princeofgiri; Aftian;
invaleed
Tim Pemaket
82
Tim Kesenian
Princeofgiri; TJ Style
mht (koordinator);
Aftian; Olanuxer;
Sakrasemangat;
Muhidin; enda; rotyyu
AinulHakim
(koordinator);
wirama; ArmanSatari;
smuet_item; alza
Tim Pemasaran
Mengumpulkan,
mempromosikan,
menghubungkan, dan menyebarluaskan semua
informasi manfaat dan kebaikan BlankOn
Utian (koordinator);
AinulHakim; Yoza;
Saatul Ihsan;
Sakrasemangat; Dedy
Hariyadi; aftian;
Andrias (iyas)
Wejick (koordinator);
Azoy
Tim Dokumentasi
Pengembang BlankOn berbeda pada setiap rilis sehingga posisi serta tugas
dapat berganti-ganti. Para pengembang memperoleh berbagai pengalaman dalam
mengembangkan BlankOn Linux. Akhmad Safrudin (nick: somat) dalam Konferensi
BlankOn pertama pada di Universitas Pakuan Bogor, tanggal 20-21 Juni 2009 berbagi
cerita tentang suka-duka Pengembang BlankOn.
Suka :
Dalam pengembangan BlankOn, tentunya akan mendapatkan berbagai
pengalaman, ilmu dan pengetahuan seputar pengembangan suatu distro Linux.
Selain itu, juga bisa mengenal Linux lebih dalam. Melalui pengembangan
BlankOn, kita bisa mendapatkan teman yang banyak dalam dunia Linux. Bisa
belajar untuk bekerja secara tim. Ada kepuasan tersendiri dalam
pengembangan suatu proyek.
Duka :
Karena pengembangan BlankOn ini dituntut Deadline, maka waktu
pengerjaannya cukup ketat. Oleh karena itu, pekerjaan dalam pengembangan
BlankOn dituntut oleh waktu. Kadangkala harus merangkap tugas karena ada
salah satu atau beberapa tim yang tidak pernah aktif. Kita harus bisa membagi
waktu antara mengembangkan BlankOn dengan pekerjaan lainnya, terutama
bagi yang sudah bekerja.
Seperti pada pola pengembangan Free and Open Source Software yang lain,
pengembang BlankOn membuka diri dan mengajak siapapun untuk menjadi bagian
pengembang BlankOn. Pengguna dapat menjadi pengembang BlankOn Linux dengan
83
membuat
akun
baru
di
situs
pengembangan
BlankOn
Linux
yaitu
D. BAGIAN PEMASARAN
Pemasaran merupakan strategi esensial untuk menjaga kelangsungan hidup
suatu produk. Tidak peduli apakah produk tersebut tergolong produk komersil
maupun non-komersil (dapat berarti perilaku beserta produk pendukungnya).
Pemasaran ialah jalur yang harus selalu dilalui. Namun tidak mudah untuk
menentukankan sistem pemasaran yang relevan untuk setiap produk. Karater
organisasi, segmen pasar serta karakter produk mempengaruhi jalannya sistem
pemasaran. Bahkan turut mempengaruhi divisi (pihak) yang menangani masalah
pemasaran itu sendiri.
Tiap organisasi tentu menciptakan struktur keorganisasian pemasaran yang
tidak selalu sama. Dalam struktur organisasi pemasaran produk FOSS, memiliki ciri
tersendiri. Dimana dikatakan oleh Eric S. Raymond sebagai sistem pengembangan
FOSS sebuah Bazaar (pasar). Sistem pemasaran FOSS mengadopsi konsep yang
sama, dalam artian sistem pemasaran FOSS dilakukan secara bersama-sama. Baik
oleh anggota komunitas pengembang ataupun organisasi yang memegang trademark
suatu produk FOSS.
YPLI sebagai pemegang trademark BlankOn tidak bekerja sendiri dalam sistem
pemasaran BlankOn. Badan Pengurus merupakan divisi yang menjadi pusat dalam
sistem pemasaran BlankOn. YPLI banyak dibantu oleh tim pengembang BlankOn,
komunitas Ubuntu dan lainnya. Fungsi utama YPLI seperti diungkapkan Rusmanto
84
YPLI
Tim Pengembang
85
Mengutip pernyataan (Ihsan & Aftian, 2009: 9), pemasaran sosial BlankOn
didefinisikan sebagai bentuk pemasaran terhadap ideologi yang dipegang BlankOn
Linux yaitu merdeka dan terbuka dengan memanfaatkan jargon-jargon serta perangkat
pemasaran komersil. Dari sini terlihat bahwa barang yang dijual dalam pemasaran
sosial BlankOn Linux bukan hanya barang atau jasa tetapi lebih kepada penjualan
ideologi yang berakibat pada perubahan perilaku. Ideologi BlankOn menjadi landasan
utama dalam pemasaran karena pemasar BlankOn melihat adanya permasalahan sosial
yang membebani masyarakat Indonesia.
a. Produk
Produk pemasaran biasanya merupakan sesuatu yang nyata dimana terdapat
barang fisik yang dapat dipertukarkan pada target pasar melalui harga. Perkembangan
konsep pemasaran kemudian menganggap produk tidak hanya barang fisik. Pemasar
harus memformulasikan produk menjadi less tangible seperti layanan. Dalam
pemasaran sosial, konsep produk juga mencakup ide, perubahan perilaku dan
keuntungannya. Untuk mempermudah konsep produk, pemasaran tradisional
mengenal 3 level produk yaitu Core, Actual dan Augmented Products.
1. Core Products
Core products merupakan level produk dimana tersedia keuntungan yang akan
didapat ketika menjalankan perilaku. Keuntungan pemasaran sosial BlankOn tidak
hanya meliputi keuntungan individu pada kelompok sasaran namun juga masyarakat
secara tidak langsung. Keuntungan tersebut meliputi
a) Keuntungan Teknis: Aman dari virus, handal, didukung berbagai vendor,
kompatible, fleksibel, multiuser, handal, sesuai kebutuhan pengguna.
b) Keuntungan Source Code: Pengguna dapat memodifikasi software sesuai
kebutuhan dan memempelajari kinerja serta kode yang membentuk software.
c) Keuntungan
Sosial-Ekonomi:
bebas
ketergantungan
vendor
tertentu,
ini merupakan langkah awal produk pemasaran sosial BlankOn. Kelompok sasaran
yang menerima ide ini kemudian melanjutkan pada perilaku (kognitif menuju act).
Sedangkan perilaku yang menjadi produk pemasaran sosial BlankOn ialah
menggunakan BlankOn atau FOSS untuk software komputer. Aplikasi FOSS yang
digunakan tidak harus selalu berupa sistem operasi. Dapat berupa aplikasi pendukung
dalam sistem operasi proprietary seperti office.
3. Augmented Products
Level ini merujuk pada produk pendukung berupa objek nyata serta layanan
yang dipromosikan bersamaan dengan perilaku adopsi. Augmented products berfungsi
untuk mempermudah jalannya perilaku. Seringkali augmented products merupakan
objek yang sangat dibutuhkan untuk mempetahankan perilaku. Augmented products
dalam pemasaran sosial BlankOn ialah BlankOn Linux, keberadaan komunitas
pendukung (pengembangan, pengguna BlankOn dan Ubuntu), serta pelatihan dan
sertifikasi oleh YPLI.
b. Harga
Harga memiliki nilai komunikasi yang sangat penting. Lebih dari sekedar
menginformasikan kepada konsumen nilai tukar produk. Harga sering digunakan oleh
penjual untuk menunjukkan kualitas dari produk yang ditawarkan. Selain itu, harga
juga bisa menunjukkan snob appeal (pembanggaan diri) kepada konsumen yang
menginginkannya. Harga mengkomunikasikan berbagai hal kepada orang dalam
berbagai keadaan. Dalam pemasaran sosial harga dapat diartikan sebagai biaya yang
harus dibayar untuk menjalankan/mempertahankan perilaku ataupun biaya yang
diperlukan untuk mendapat augmented products. Konsep harga dalam pemasaran
sosial BlankOn tidak hanya terbatas pada harga dalam nominal moneter, juga harga
sebagai pengorbanan yang dilakukan audience untuk menjalankan perilaku yang
menjadi produk pemasaran sosial.
1. Biaya Moneter
Selama ini banyak orang yang mengidentikkan produk Free and Open Source
Software sebagai barang yang gratis. Hal ini barangkali terjadi akibat ambiguitas kata
Free yang sering diterjemahkan menjadi gratis (Free as Free Beer). Kondisi ini
tidak dapat dipersalahkan, karena sebagian besar produk FOSS memang tersedia
secara gratis. Dalam konsep ini YPLI menempatkan BlankOn sebagai Linux Non87
45
PC yang punya 2 sistem operasi, sehingga penggunanya setiap kali bisa memilih ketika akan bekerja.
88
Fasilitas dimana pengguna dapat mencoba GNU/Linux tanpa perlu instalasi hanya dengan
memasukan CD GNU/Linux yang memiliki fasilitas LiveCD.
89
1. Saluran Personal
Saluran komunikasi personal meliputi 2 orang atau lebih yang berkomunikasi
secara langsung (tatap muka), berbicara dengan audience lewat telepon ataupun email.
Komunikasi personal bisa lebih efektif karena adanya peluang mengindividualisasikan
penyampaian pesan dan umpan balik. Dalam saluran ini, YPLI menyadari kuatnya
pengaruh faktor ucapan atau perkataan dari mulut ke mulut yang berasal dari
saluran pakar dan sosial dalam menciptakan hubungan baru. Langkah saluran
komunikasi personal tersebut ialah:
a) Mengidentifikasi tokoh dan organisasi dan memusatkan upaya pada mereka.
b) Menciptakan pembentuk opini dengan memasok produk pada orang tertentu
c) Mengembangkan saluran pemasaran viral untuk membangun hubungan
pengguna.
2. Saluran Non-Personal
Saluran non personal dapat meliputi media, atmosfer dan even. Saluran
komunikasi non-personal pemasaran sosial BlankOn ialah:
a) Media Massa (non paid); Media massa yang menjadi saluran utama pemasaran
sosial BlankOn merupakan saluran tidak berbayar. Salah satu media massa
yang memberikan ruang untuk promosi BlankOn ialah majalah InfoLinux.
b) Media Online; Media Online merupakan media andalan bagi YPLI untuk
memasarkan perilaku penggunaan BlankOn. Karakteristik media ini ialah lebih
tersegment pada pengguna ditingkat perkotaan.
c) Atmosfer; BlankOn Linux dikemas dengan interface dan artwork bernuansa
Indonesia mencerminkan kemudahaan penggunaan BlankOn Linux yang
disesuaikan kebutuhan pengguna komputer di Indonesia.
d) Event; merupakan peristiwa yang dirancang untuk mengkomunikasikan pesan
90
BAB IV
PENGEMBANGAN KOMUNIKASI PEMASARAN SOSIAL
BLANKON
Sistem user friendly milik salah satu perusahaan proprietary software terbesar
dunia memanjakan pengguna komputer di Indonesia selama bertahun-tahun. Mulai
dari tampilan grafis (GUI), kemudahan instalasi hingga kemudahaan memperoleh
driver47 perangkat keras. Kondisi ini memicu ketergantungan pengguna pada
perusahaan yang berlisensi tersebut. Seakan tidak ada lagi software ataupun sistem
operasi lain yang bisa menggantikan keberadaannya. Perlu diperhatikan bahwa
perusahaan proprietary menjual software dengan harga yang sangat mahal. Bisa jadi
lebih mahal dari harga perangkat keras komputer itu sendiri. Persoalan utamanya ialah
ketergantungan pengguna yang terlalu besar terhadap pemakaian proprietary software
semisal Windows Operating System (XP, Vista, 7), Microsoft Office, Photoshop,
Corel Draw dan lainnya telah meningkatkan angka pembajakan terutama di Indonesia
hingga diatas 80% tiap tahunnya.
Pemerintah dalam rangka mengurangi angka pembajakan di Indonesia
membuat kebijakan Indonesia Go Open Source pada tahun 2005. Tujuan tersebut
tampaknya harus dinegosiasikan dengan kepentingan-kepentingan tertentu seperti
adanya pembelian lisensi asli dari perusahaan proprietary bersangkutan. Hal tersebut
menimbulkan polemik terhadap keseriusan pemerintah untuk mewujudkan Indonesia
Go Open Source. Walaupun begitu, banyak pihak baik secara personal maupun
kelompok berusaha mewujudkan kampanye FOSS. Sebut saja YPLI, LUGI (Linux
User Groups Indonesia), KPLI, Komunitas Linux, LSM maupun media yang
konsisten membahas GNU/Linux. YPLI sebagai salah satu yayasan yang bergerak
dalam sosialisasi FOSS semakin menancapkan kiprahnya dengan mengembangkan
sistem operasi GNU/Linux yang disesuaikan pengguna di Indonesia yaitu BlankOn
Linux. YPLI berusaha untuk meraih pasar sistem operasi dan meruntuhkan monopoli
Microsoft di Indonesia melalui komunikasi pemasaran sosialnya.
47
Software yang menjadikan sistem operasi bisa berkomunikasi dengan periferal atau alat lain.
91
CD
maupun
Internet.
Pengguna
pun
mudah
operasi
Windows
melebihi
ke
tahun.
Begitu
pula
kebebasan berbagi, modifikasi, penggunaan serta tanpa biaya merupakan poin penting
dalam pemasaran FOSS. YPLI tidak hanya terpaku pada bagaimana menjual produk,
namun membawa ide dan nilai sosial dalam pemasaran software. Nilai sosial tersebut
berupa ideologi merdeka dan terbuka yang tertanam pada produk BlankOn Linux.
YPLI kemudian memposisikan ideologi BlankOn Linux sebagai senjata utama untuk
mengubah perilaku pengguna komputer di Indonesia melalui pemasaran sosial.
BlankOn Linux termasuk sistem operasi yang sangat ringan sehingga dapat
digunakan pada komputer lama. Fitur LiveCD49 BlankOn hanya membutuhkan
physical memory (RAM) 384 Mb, sedangkan Alternate CD dapat digunakan
pada memory 256 Mb. BlankOn menyediakan varian BlankOn Minimalis
untuk komputer dengan memory 128 Mb.
2. Weakness
BlankOn Linux masih kurang dikenal oleh kalangan luas. BlankOn Linux
lebih banyak dikenal dalam komunitas pengguna GNU/Linux terutama di
Indonesia. Pengguna komputer di Indonesia lebih familiar dengan Windows.
48
49
95
Indonesia memiliki semangat untuk berbagi dan semua itu dapat dilakukan
dengan BlankOn Linux. Kebiasaan dan budaya pengguna komputer di
Indonesia adalah saling berbagi software antara satu sama lain. Vendor
proprietary software memandang budaya ini sebagai pembajakan dan
menuntut secara hukum. Dengan BlankOn Linux kebudayaan tersebut tetap
dapat dilakukan. BlankOn tidak membatasi pengguna untuk berbagi,
modifikasi, mengembangkan bahkan menjual produknya. Poin ini merupakan
peluang terbesar BlankOn untuk menghadapi dominasi proprietary software.
4. Threats
96
Strengths
Weakness
Opportunities
Threats
97
pada
gambar
disamping
mengindikasikan
penggunaan
software
99
yang
dimaksud
ialah
ketrampilan,
penguasaan
dalam
grow (peningkatan awareness dan penggunaan). BlankOn Linux hingga saat ini
(2009) baru berusia 4 tahun sehingga fokus tujuan komunikasi pemasaran sosialnya
ialah peningkatan awareness yang berakhir pada penggunaan BlankOn Linux.
Berbeda dengan pemasaran produk proprietary, pemasaran sosial BlankOn Linux
tidak bertujuan meningkatkan penjualan produk dan memperoleh keuntungan.
Pemasaran sosial BlankOn Linux bertujuan pada penerimaan ideologi BlankOn dan
mengubah perilaku kelompok sasaran sesuai yang diharapkan oleh pemasar.
100
Geografis
b. Target Sekunder
Demografis
Psikografis
Geografis
101
Berdasar data diatas, target primer pemasaran sosial BlankOn adalah pembuat
kebijakan serta orang yang berpengaruh (bisa dalam lingkup sosial, organisasi,
komunitas ataupun keluarga). Papastamou (2006: 13) mengatakan program pemasaran
sosial dapat memotivasi perubahan perilaku tetapi sulit untuk dikembangkan kecuali
lingkungannya juga mendukung perubahan dalam jangka waktu yang panjang.
Seringkali perubahan kebijakan dibutuhkan dalam efektifitas program pemasaran
sosial. Senada dengan pendapat tersebut, Kotler (et.al, 2002: 17) melihat jika
pemasaran sosial tidak optimal, maka hukum harus berfungsi lebih ketat. Melihat
kenyataan ini, YPLI menempatkan pembuat kebijakan (regulator) dan orang
berpengaruh (influencer) sebagai target utama pemasaran sosial BlankOn. Dengan
mengubah perilaku/ideologi regulator dan influencer memperkuat penetrasi terhadap
lingkup dibawahnya agar menerima Ideologi BlankOn. Walaupun melakukan
penerimaan ideologi dan perubahan perilaku dengan paksaan.
Keberlanjutan dari segmentasi BlankOn ialah sasaran terhadap berbagai
macam lingkup demografis dan psikografis. Jika pembuat kebijakan telah menerima
ideologi BlankOn (merdeka dan terbuka) dengan begitu regulator dan influencer
menerapkan ideologi tersebut dalam membuat kebijakan. Kebijakan tersebut akan
mempengaruhi nilai dan budaya organisasi dalam level segmentasi sekunder. Hingga
berakibat adanya perubahan perilaku/ideologi. Tapi tidak menutup kemungkinan
perubahan perilaku target sekunder secara langsung. Sayangnya dalam segmentasi
tersebut pemasar belum secara tegas mempertajam target segmen. Penggunaan
kategori adopter tersebut masih berupa pengelompokan segmen yang memiliki tingkat
adopsi
paling
tinggi
(behaviour
segment).
Selanjutnya
pemasar
harus
Linux dikembangkan oleh komunitas dan yayasan yang peduli terhadap keterjajahan
dan ketergantungan pengguna komputer di Indonesia terhadap proprietary software.
BlankOn Linux kemudian menjadi sebuah proyek yang berdedikasi untuk memenuhi
kebutuhan pengguna komputer dan disesuaikan dengan kemampuan finansial
(ekonomi) target pasar di Indonesia. Dari konteks ini maka YPLI membentuk persepsi
bahwa BlankOn Linux merupakan wujud nyata dari perjuangan bangsa indonesia
untuk lepas dari dominasi industri proprietary software. Untuk menjadi bagian dari
perjuang ini, audience dapat melakukannya dengan mengadopsi ideologi dan
menggunakan BlankOn Linux.
Untuk ambil bagian dalam perlawan terhadap hegemoni proprietary software
tidak hanya bisa dilakukan dengan penggunaan BlankOn Linux. Audience bisa ikut
andil dengan menjadi tim pengembang BlankOn, mengirimkan tiket kutu BlankOn,
mengirim tiket usulan atau menjadi distributor lokal BlankOn yang siap mengedukasi
pengguna komputer di daerah. Dalam konteks pemasaran sosial, kelompok sasaran
tidak lagi diposisikan sebagai konsumen software (end user) namun juga membantu
potensi terciptanya pengembangan masyarakat Indonesia dalam menghargai hak cipta.
Serta meningkatkan gairah industri software di Indonesia yang saat ini masih
didominasi oleh industri proprietary software.
Poin-poin tersebut mengindikasikan positioning bahwa BlankOn Linux
merupakan simbol dari gerakan anti-ketergantungan proprietary software di
Indonesia. Positioning ini menekankan perubahan kognisi kelompok sasaran agar
berpikir kritis dan positif terhadap ideologi dan produk BlankOn. Perubahan kognisi
dan sikap terhadap BlankOn juga dapat direalisasikan melalui kontribusi terhadap
pengembangan BlankOn Linux. Tersirat image, BlankOn Linux membawa ideologi,
perjuangan dan nilai sosial bangsa Indonesia pada ranah TI dalam wujud nyata.
Pemasar melakukan langkah ini untuk menyikapi konsumen Indonesia yang berpikir
jangka pendek dan cenderung mencerna pesan yang tidak membutuhkan pemikiran
panjang. Selain itu gaya komunikasi yang dilakukan lebih bersifat persuasif. Brown
mendefinisikan persuasi sebagai manipulasi simbol yang didesain untuk menghasilkan
aksi pada orang lain dan tujuan persuasi tersebut akan bermanfaat bagi objek persuasi
(Severin & Tankard, 2001: 128)
Oleh karena itu, dibuatlah pesan kunci yang singkat, jelas serta ringan untuk
menyampaikan komunikasi pemasaran sosial tentang perilaku dan produk BlankOn.
Pesan kunci merupakan pernyataan singkat yang menjadi kesimpulan dari seluruh
pesan dan bukan berupa slogan, tagline ataupun headline. Pesan kunci digunakan
sebagai salah satu alat komunikasi untuk menyampaikan produk atau keuntungan
produk pemasaran sosial. Pesan kunci pada pemasaran sosial BlankOn seperti seperti
pada artikel Rusmanto (2009b: http://ruslinux.blogspot.com/2009/08/buat-apa-indonesiamerdeka-buat-apa.html),Buat apa Indonesia Merdeka? Buat apa Linux Open Source?.
untuk
mengingatkan
betapa
pentingnya
nilai
kebebasan
dan
105
pesan
keberadaan
(http://groups.google.com/group/id-ubuntu
situs
BlankOn
Linux
mailing
dan
list
komunitas
BlankOn
http://groups.google.com/group/blankon),
(BlankOnLinux.or.id),
forum
komunitas
BlankOn
gaptek community maupun bukan pengguna komputer. Ketiga level segmen berdasar
perilaku (behavior segments) merupakan segmen dengan jumlah paling besar namun
memiliki tingkat adopsi paling rendah. Tujuan penggunaan media brosur adalah
pembentukan awareness dari segmen yang belum mengetahui keberadaan produk
BlankOn. Pesan ini bersifat dua arah (two ways) antara pemasar dengan audience.
Feedback yang menjadi tujuan penggunaan media brosur adalah partisipasi audience
terhadap pengembangan BlankOn. Ajakan tersebut mengindikasikan bahwa pemasar
membidik peningkataan awareness sekaligus penguatan positioning BlankOn bahwa
BlankOn Linux merupakan produk Indonesia yang terbuka dalam pengembangannya.
2. Poster
Poster merupakan salah satu media luar ruang yang digunakan YPLI untuk
mengiklankan BlankOn Linux. Isi pesan poster besifat informatif namun tidak
mendetil. Informasi yang ditampilkan merupakan pesan singkat untuk mengajak
audience berpikir secara cepat. Poster BlankOn tidak banyak menggunakan kata-kata
bersifat formal sehingga lebih disesuaikan dengan segmentasi sekundernya. Informasi
dalam poster BlankOn menyajikan keunggulan produk BlankOn Linux dibanding para
pesaingnya. Begitu pula BlankOn Linux yang telah disesuaikan dengan kebutuhan
pengguna komputer di Indonesia. Untuk lebih jelas lihat poster BlankOn di bawah:
107
BlankOn
menggunakan
klaim
superioritas
produk
dengan
Shimp (2010: 398) menyatakan bahwa Banner ads, a staple of internet advertising,
are static ads-somewhere analogous to print ads placed in magazine and newspaperthat appear frequently visited website. Persoalan utama dalam penggunaan banner
ads pada periklanan BlankOn ialah minimnya dana yang tersedia untuk membayar
ruang pada website komersil. Namun melalui perkembangan internet, pemasar
memanfaatkan iklan pada blog yang tidak memungut banyak biaya untuk beriklan.
Biasanya pemilik blog tersebut merupakan anggota dalam komunitas BlankOn
(pengembang maupun pengguna). Berikut gambar iklan banner ads pada blog:
Gambar 4.8 Banner Ads Unduh BlankOn Linux
Berdasar
pada
penggunaan
media,
sangat
terbatas.
Maka
audience
produk
BlankOn
Linux
yang
dibingkai
dengan
ideologi
akhir. Namun karena pesan tersebut berbasis pada blog komunitas maka audience
yang secara efektif meresepsi pesan melalui publisitas ini ialah komunitas TI.
Implikasinya ialah peningkatan brand recognation. Pada segmen audience lain, efek
yang timbul adalah peningkatan unaware of brand. Perhatikan publisitas blog berikut:
Gambar 4.10 Publisitas pada Blog
bertujuan
sebagai
sumber
data
publisitas
(review)
pada
situs
113
Segmen yang menjadi sasaran dalam event ini ialah regulator dan pengguna
akhir. Regulator disini mengarah kepada perangkat desa yang membuat
kebijakan penggunaan software komputer pemerintah desa. Sedangkan
pengguna akhir meliputi anak-anak, guru, tenaga kesehatan dan warga lainnya.
Tujuan komunikasi pemasaran sosial melalui event ini ialah memperkenalkan
produk BlankOn Linux (brand awareness) sekaligus ideologi BlankOn melalui
pesan legalitas pada software. Pesan tersebut ditunjukkan dengan instalasi
BlankOn Linux legal menggantikan sistem operasi proprietary bajakan yang
sebelumnya dipakai. Dengan demikian memperkuat positioning BlankOn
sebagai produk yang kental dengan ideologi BlankOn sebagai bentuk
kepedulian dengan persoalan sosial (legalitas maupun kemanusiaan).
Tantangan BlankOn
Bersamaan dengan rilis BlankOn 4.0 (meuligoe) diadakan lomba ketangkasan
dan keterampilan. Lomba ini dinamakan dengan Tantangan BlankOn yang
berhadiah total senilai 20 Juta. Tantangan yang disponsori oleh Yayasan Air
Putih dan YPLI yang dimaksudkan untuk mengkaderisasi dan meningkatkan
kualitas Sumber Daya Manusia khususnya pemuda. Oleh karena itu target
peserta Tantangan BlankOn adalah mahasiwa dan pelajar sehingga diharapkan
pengembang BlankOn Linux dapat melakukan regenerasi dan kaderisasi.
116
Walaupun seminar ini tidak secara langsung diadakan langsung oleh YPLI
namun
ia
memiliki
kapasitas
besar
sebagai
komunikator
untuk
(merdeka
dan
bebas)
untuk
diterapkan
dalam
kehidupan
118
Sama dengan skenario humas melalui seminar dan workshop, YPLI dalam
seminar Open Source di Mabes TNI hadir sebagai pembicara. Seminar ini
merupakan acara terbatas yang hanya diikuti oleh orang tertentu. Maka
audience seminar ini meruncing pada regulator dan pengguna akhir. Pengguna
akhir dalam seminar ini memiliki skala lebih luas. Dalam artian dapat berupa
pengguna akhir sistem operasi proprietary maupun pengguna akhir
GNU/Linux dan sistem operasi lainnya.
Melalui seminar ini, YPLI berkesempatan membidik segmen audience yang
berada diluar pengguna GNU/Linux. YPLI mendemonstrasikan penggunaan
BlankOn Linux 5.0 yang semudah memasang tutup kepala lainnya. Maka efek
yang menjadi tujuan komunikasi pemasaran melalui seminar di Mabes TNI
ialah peningkatan brand awareness BlankOn pada level unaware of brand.
Melalui seminar ini selain bertujuan meningkatkan brand awareness, YPLI
melakukan upaya melobi pembuat kebijakan di tubuh TNI untuk membuat
distro Linux turunan berbasiskan BlankOn Linux ataupun penggunaan
BlankOn Linux pada komputer di Mabes TNI.
6. Media identity
Perlengkapan promosi/merchandising merupakan benda yang memuat
identitas produk seperti logo, warna, gambar dan ilustrasi produk. Merchandise yang
dibuat oleh pemasar BlankOn Linux berupa stiker, kaos, jaket. dan lainnya. Media
merchandising tersebut digunakan untuk mengingatkan nama dan logo BlankOn
Linux. Untuk kaos, menginformasikan beberapa pesan pemasaran sosial seperti
100% cecunguk BlankOn Dijamin Asli, Seganteng-gantengnya muka elu,
gantengan kernel gue, BlankOn peluru utama penetrasi FOSS Indonesia, wahai
119
pria yang lembut hatinya aku ingin menjadi yang HALAL bagimu yang kau kecup
keningnya. Yang kau hapus bugsnya.... Kata halal menkomunikasikan bahwa
BlankOn Linux adalah produk yang legal. Selain itu peluru utama penetrasi FOSS
Indonesia menunjukkan BlankOn Linux adalah produk FOSS untuk Indonesia.
Contoh merchandise BlankOn Linux:
Media identitas produk dibuat untuk menunjukkan ciri khas yang ada dalam
produk tersebut kepada khalayak agar mereka mudah mengenali memahami dan
menanamkan produk tersebut dalam benak mereka. Benda-benda ini cukup efektif
mengkomunikasikan identitas produk maupun organisasi tanpa mengenal batas waktu
dan tempat. Dimana dan kapanpun orang memakai merchandise itu, maka saat itu
manfaat komunikasi bekerja secara otomatis pada orang disekitarnya. Perlengkapan
promosi ini juga dapat dipakai sebagai bonus khusus pada pengguna sebagai apresiasi
atas loyalitas terhadap BlankOn Linux. Dengan merchandise semacam ini, konsumen
seperti mendapat suatu penghargaan sehingga meningkatkan kesetian pada produk.
120
122
The virtual communities are social aggregation that emerge from the net
when enough people carry on those public discussion long enough, with
suffient human feeling to form webs or personal relationship in cyberspace.
pernyataan
Rheingold
(1993b:
BlankOn. Ikatan sosial dalam komunitas BlankOn kemudian menjadi nilai tambah
komunitas TI untuk mempertahankan kepercayaannya. Kuatnya sense of belonging
melalui aktifitas dan ikatan sosial komunitas milis BlankOn memberi pengaruh besar
pada komunikasi pemasaran sosial BlankOn. Terutama berefek pada penguatan
hubungan personal dalam mempertahankan ideologi BlankOn.
125
126
Server/DVD yang berisi kumpulan program tambahan yang digunakan untuk menginstal programprogram yang belum ada di versi CD/DVD instalasi GNU/Linux.
127
fitur lain memberikan nilai superior bahwa BlankOn Linux merupakan produk yang
lebih terbuka untuk memenuhi kebutuhan penggunanya. Seperti melalui Pesan Dong,
Dokumentasi Bebas, AddOnCD (penyesuaian kebutuhan segmen).
Dalam menjalankan keseluruhan metode tersebut, terdapat lebih dari 1 divisi
(tim) yang menangani pengembangan dan kebutuhan pelanggan. Tiap tim harus
bekerjasama untuk bisa menjalankan program dalam metode market centric ini.
Seperti Tim pemasaran dan infrasturktur yang bekerjasama membangun fasilitas
Pesan Dong, tim pemasaran dan tim pemaket yang bekerjasama dalam menghasilkan
AddOnCD BlankOn dan lainnya. Namun kelemahan besar dalam metode ini adalah
kurangnya koordinasi dan integritas tim yang bertanggung jawab. Pada sistem Pesan
Dong yang telah direncanakan selama 2 tahun namun masih belum berfungsi. Selain
itu, metode market centric belum mengakomodir informasi mengenai kekuataan dan
kelemahan kompetitor untuk menjadi senjata BlankOn Linux.
Metode market centric bertujuan untuk memperkuat pemasaran sosial
BlankOn terutama dalam menghilangkan hambatan perilaku. Dengan penguatan
terhadap BlankOn Linux, YPLI mengurangi hambatan bagi pengguna mengadopsi
ideologi BlankOn. Fokus utama market centric dalam mendukung pemasaran sosial
lebih kepada bagaimana pemasar mengembangkan BlankOn Linux sesuai kebutuhan
pasar sebagai sarana mengadopsi ideologi BlankOn dan mengimplementasikannya
dalam perilaku. Akibatnya kelompok sasaran menjadi lebih mudah dalam mengadopsi
dan mempertahankan perilaku. Penekanan metode orientasi pasar ialah BlankOn
Linux merupakan alat untuk menjalankan ideologi BlankOn dan telah disesuaikan
dengan segmentasi serta kebutuhan pengguna komputer di Indonesia.
Mengutip pernyataan Utian (via email, 2009/08/21), dengan beberapa
'kebaikan' tadi, diharapkan BlankOn dapat tersebar lebih luas dan digunakan oleh
lebih banyak lagi masyarakat Indonesia. Dari titik tersebut nampak bahwa pemasar
berusaha menerapkan market centric untuk memenuhi kebutuhan pengguna komputer.
Pemasaran BlankOn berharap agar pengembangan metode market centric mampu
meningkatkan citra positif brand BlankOn Linux. Hingga mengakomodir kesadaran
akan kemerdekaan dan keterbukaan yang tertuang dalam ideologi BlankOn.
128
bertentangan)
untuk
membentuk
suatu
image
yang
Program
Tujuan
Elemen
Place Adv
Periklanan
Peningkatan
Awareness
Place Adv
Interactive
Adv
Publisitas
Bentuk
Pengenalan
Ideologi
BlankOn
Press Release
Seminar &
Workshop
Event
Media
Identity
Media
Media
Publisitas
Humas &
Publisitas
Pesan
Brosur
Poster
Banner ads
pada Blog
Majalah
InfoLinux
Blog dan
website
Website
BlankOn
Komunikasi
Langsung
Komunikasi
Langsung
Kaos
Personal
Selling
Mengedukasi
pengguna
Distributor
Lokal BlankOn
Komunikasi
Langsung
Sales
Promotion
Peningkatan
trial
Pembagian
CD Gratis
Komunikasi
Langsung &
Majalah
InfoLinux
Media Sosial
Mendukung
adopsi
ideologi
Komunitas
BlankOn
Perlawanan terhadap
hegemoni proprietary
software
Mailing List
BlankOn
pada
audience.
Sedangkan
banner
ads
berfungsi
131
132
133
software melalui lisensi berbayar yang ketat. Penyewaan software ini menjadi salah
satu hegemoni ideologi yang ditanamkan pihak kapitalis proprietary software.
Kehadiran ideologi BlankOn sendiri mengajak pengguna komputer untuk
menjalankan beberapa tindakan terkait dalam mengadopsi ideologi BlankOn. Seperti
dikutip dari pernyataan Rusmanto (via email, 2010/01/12), poin-poin penting dalam
menjalankan ideologi BlankOn ialah:
1. Menggunakan BlankOn tanpa harus membayar biaya izin atau lisensi karena
lisensi BlankOn mengizinkan siapa saja menggunakan, memodifikasi, dan
menyebarluaskan.
2. Tidak tergantung ke proprietary software, karena BlankOn telah memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
3. Jika ada software yang belum ada di CD BlankOn, pengguna dapat
mendownload dari internet melalui program apt-get (synaptic package
manager) atau membeli DVD repository yg semuanya tanpa biaya lisensi dan
tanpa harus izin, jadilah orang yang bebas/merdeka pakai software.
4. Sedangkan kalau memakai proprietary software, selain beli CD/DVD harus
beli lagi surat izin menggunakan software, surat izin menyebarluaskan
software lebih mahal lagi, apalagi surat izin memodifikasi sangat mahal (harus
ada source code).
Dengan demikian ideologi BlankOn memberikan kekuatan dan kepercayaan
bahwa pemakaian software yang bebas dan terbuka akan mampu menyelesaikan
berbagai permasalahan sosial. Permasalahan sosial yang dapat diselesaikan melalui
adopsi ideologi BlankOn ialah mengurangi tingkat ketergantungan terhadap
proprietary
software,
mengurangi
tingginya
angka
pembajakan
software,
134
keberadaan
majalah
InfoLinux.
Majalah
InfoLinux
memang
pengguna proprietary software adalah audience dengan jumlah cukup besar. Namun
hanya dengan mengandalkan pembagian BlankOn gratis melalui event tidak mampu
meraih audience secara masif. Pemasar perlu mempertimbangan negosiasi dengan
pihak media massa. Penggunaan majalah InfoLinux sebagai sarana pembagian
BlankOn gratis lebih berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidup proyek
BlankOn. Namun, untuk menghadapi proprietary software YPLI perlu bernegosiasi
dengan pihak media massa segmented yang mengupas proprietary software dan
memberikan BlankOn gratis. Dengan demikian BlankOn menjadi sebuah produk yang
dipasarkan untuk menghadapi hegemoni proprietary software.
YPLI perlu mempertimbangkan secara matang mengenali kompetitor BlankOn
Linux dalam komunikasi pemasaran sosialnya. Apakah pemasaran sosial BlankOn
bertujuan menghadapi hegemoni serta menggantikan ketergantungan masyarakat
terhadap proprietary software? Atau bermain aman dengan menjadikan BlankOn
Linux sebagai produk alternatif yang berebut market share dengan sesama distro
Linux. Pertimbangan tersebut juga harus diimbangi dengan keberanian pemasar untuk
menegaskan segmen yang dibidik dalam komunikasi pemasaran sosial BlankOn.
Komunitas TI memang merupakan segmen dengan level adopsi paling tinggi
dibanding yang lain. Membidik komunitas TI yang mungkin telah mengenal
GNU/Linux akan membuat BlankOn Linux berbagi pasar dengan distro lain.
Walaupun begitu, membidik komunitas TI sebagai agen sosial tetap merupakan hal
yang krusial. Pemasar tetap perlu membidik komunitas TI agar BlankOn Linux tetap
dapat hidup. Mengutip pernyataan Hughes (2008, 3), kesuksesan dan hidup proyek
Open Source tergantung pada komunitas. Tetapi YPLI tidak harus menjadikan
komunitas TI sebagai segmen audience dengan prioritas utama.
Sesuai perencaraan awal, tujuan komunikasi pemasaran sosial BlankOn ialah
peningkatan brand awarenes. Peningkatan brand awareness tidak terfokus pada
komunitas TI dan IT related. YPLI perlu memperhatikan prioritas segmen regulator
dan pengguna proprietary software. Pada regulator, YPLI telah mengkonsentrasikan
penggunaan lobby, seminar dan workshop. Sedangkan pada pengguna akhir, perlu
memprioritaskan penggunaan media yang mampu meraih segmen luas. Tiap segmen
perlu mendapat skala prioritas berdasar tujuan komunikasi pemasaran sosial BlankOn
Linux. Kurangnya peranan media yang mengirim pesan menuju pengguna proprietary
137
satu-satunya persoalan yang dihadapi oleh instansi, namun juga perlunya pelatihan
terhadap karyawan dalam mengoperasikan BlankOn Linux. Paradigma ini harus selalu
dipegang dan diinformasikan kepada regulator. Penerapan paradigma tersebut
membuat pengguna tidak hanya sekedar mencoba BlankOn Linux dan akhirnya
kembali menggunakan proprietary software. Dalam logika pemasaran komersil, YPLI
harus me-maintenance instansi yang telah bermigrasi ke BlankOn dengan
mengevaluasi kesulitan pengguna dan memberikan pelayanan terbaik.
Persoalan terhadap maintenance terhadap BlankOn maupun produk FOSS
lainnya, notabene telah memberikan peluang besar terhadap kelangsungan hidup
bisnis Free and Open Source Software. Tidak semua instansi memiliki tenaga ahli
yang mampu melakukan instalasi maupun maintenance sistem operasi GNU/Linux.
Sistem operasi GNU/Linux yang terbuka membuat siapapun bisa mempelajari dan
memahami isi programnya. Dengan demikian, tidak akan ada pihak yang memonopoli
jasa maintenance sistem operasi GNU/Linux. Selain dalam bidang pemeliharaan, jasa
pelatihan bagi karyawan instansi untuk menggunakan sistem operasi GNU/Linux
masih terbuka. Bisnis jasa support/seller dan pemberian jasa solusi terpadu ini
merupakan bisnis dominan dalam industri FOSS.
Peluang industri FOSS tidak hanya dalam bidang jasa, namun juga dalam
bidang penjualan software. Sejak dikembangkan pertama kali, komunitas FOSS telah
menghasilkan ribuan software yang bernilai jual tinggi. Namun, dengan model
pengembangan yang berbeda dengan industri konvensional, komunitas membolehkan
anggotanya memanfaatkan hasil pengembangan yang telah dilakukan dalam
komunitas. Syaratnya, catatan source code software dibiarkan bebas (Dewi, 2006: 95).
Salah satu bisnis FOSS menyangkut penjualan software ialah produk
GNU/Linux 3D OS oleh PCLinux3D. 3D OS merupakan salah satu produk
GNU/Linux komersil yang berasal dari Indonesia. Harga 3D OS ini berkisar Rp
150.000,- dan Rp 500.000,- untuk penggunaan warnet. Selain itu terdapat pula toko
GNU/Linux yang menjual berbagai distro Linux dan pernak-perniknya dengan harga
murah. Seperti bisnis yang dijalankan oleh Toko Linux Baliwae. Toko Linux Baliwae
lebih
memilih
untuk
jalur
operasional
melalui
Internet
dengan
alamat
Selama ini konsumen melihat FOSS sebagai produk gratis sehingga ketika
pebisnis menjual produk FOSS menjadi sebuah persoalan dilematis. Pesan yang perlu
dikembangkan oleh pebisnis untuk memasarkan software FOSS ialah perubahan
kognisi audience terhadap konsep gratis FOSS. Persoalannya ialah perubahan
kognisi konsumen sulit dilakukan jika pemasar memberikan pesan yang berlawanan
dengan kepercayaan konsumen. Maka pebisnis FOSS perlu menggunakan nilai yang
terkandung dalam ideologi FOSS sebagai pesan kreatifnya. Tentang bisnis FOSS,
baca Bab II penelitian ini, Dewi (2006, 96-99) dan Krisnamurthy (2005, 279-296).
Peluang industri FOSS tidak akan maksimal jika nyatanya tidak memiliki
pasar yang besar. Bisnis FOSS menjadi sebuah peluang bisnis segmented yang masih
harus dibagi-bagi dengan pesaing. Pembagian kue bisnis segmented tersebut semakin
kecil karena pemerintah belum secara serius menyediakan pasar bagi bisnis FOSS.
Satu poin dalam program Indonesia Go Open Source ialah membuka peluang bisnis
FOSS. Namun hingga 6 tahun setelah bergulirnya program IGOS pemerintah belum
mampu menumbuhkan pasar bisnis FOSS secara optimal. Pasar pengguna produk
FOSS masih minim sehingga kue bisnis tersebut juga terbatas. Keterbatasan pasar
FOSS menjadikan geliat bisnis FOSS belum banyak berkembang. Di satu sisi
memberi keuntungan terhadap pelaku bisnis sekarang, disisi lain terlihat pemerintah
belum mampu menciptakan pasar strategis bagi industri FOSS. Bahkan pemerintah
belum mampu menjadikan dirinya sebagai pasar industri FOSS. Dalam beberapa
kesempatan, pemerintah bernegosiasi dengan vendor proprietary software untuk
memperoleh kemudahan mendapat lisensi asli produk dibanding menggunakan FOSS.
Kurang tegasnya pemerintah dalam menjalankan program IGOS maupun
menegakkan UU No 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta menjadi pemicu tidak
optimalnya industri FOSS di Indonesia. Berbagai instansi pemerintah lebih memilih
membeli lisensi asli proprietary software dibanding menggunakan produk FOSS dan
menjadi pasar industri FOSS. Masih merajalelanya peredaran produk bajakan telah
menjadi kompetitor kuat bagi industri FOSS. Kesemuanya menunjukkan bahwa
pemerintah setengah hati dalam membuat kebijakan dan menegakkan kebijakan yang
telah ada. Baik secara internal (dalam instansi) maupun kepada publik. Akibatnya,
pertumbuhan pasar dan industri FOSS di Indonesia masih berjalan merangkak.
140
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sukses Yayasan Penggerak Linux Indonesia dalam komunikasi pemasaran
sosial untuk mendistribusikan BlankOn Linux tidak lepas dari pengembangan
infrastruktur sistem operasi BlankOn. Pengembangan dan pemasaran BlankOn
mendapat dukungan masif dari berbagai elemen masyarakat. Selain itu, berbagai
kebijakan yang diambil dan diimplementasikan melalui Tim Pengembang BlankOn
telah memperkuat posisi komunikasi pemasaran sosial BlankOn. Upaya pelayanan
pada para pengguna menjadi salah satu produk andalan untuk mendukung
komunikasi pemasaran sosialnya. YPLI membuka berbagai macam saluran
komunikasi untuk meningkatkan arus informasi kepada pengguna dan begitu juga
sebaliknya. Pengembangan BlankOn Linux pun telah menjadi kekuatan YPLI yang
memberi kepuasan terpadu bagi para pengguna komputer. Dimana melalui produk ini,
YPLI mampu merengkuh penggunanya dan memenuhi ekspektasi mereka. Terutama
benefit fungsional serta emosi yang didapat dengan memakai BlankOn Linux.
Mengingat YPLI merupakan organisasi non-profit, maka YPLI menggunakan
metode alternatif. Dimana YPLI tidak hanya memasarkan produk BlankOn Linux
namun juga ideologi yang terbingkai dalam pengembangannya yaitu ideologi
BlankOn. Integrasi antara produk BlankOn Linux dan ideologi BlankOn telah
menghasilkan komunikasi pemasaran sosial yang unik. Dimana konsep komunikasi
pemasaran sosial tidak lagi terlalu fokus pada penjualan produk namun tentang
bagaimana ideologi tersebut bisa diterima oleh khalayak. Implikasinya adalah
penggunaan sistem operasi BlankOn Linux. Ideologi BlankOn tentang keterbukan dan
kemerdekaan pengguna dalam memakai software telah memberikan nilai superior
dibanding produk proprietary software.
YPLI tidak lagi terfokus pada komunikasi pemasaran sosial yang bersifat
searah. YPLI mampu menjadikan komunikasi pemasaran sosial tersebut sebagai
kendaraan untuk mengawal ideologi BlankOn masuk dalam kognisi pengguna. YPLI
menggunakan 2 komponen utama komunikasi pemasaran sosial untuk berbicara
dengan audiencenya. Komponen tersebut meliputi bentuk dan media komunikasi
pemasaran sosial. Dalam segi bentuk, pemasar mempergunakan program periklanan
141
dan Humas dan publisitas untuk peningkatan brand awareness. Selain itu terdapat
sales promotion berupa pembagian BlankOn Linux gratis dan personal selling dengan
menggunakan distributor lokal BlankOn. Komponen kedua ialah penggunaan media
komunikasi pemasaran sosial melalui komunitas BlankOn.
Secara spesifik, program periklanan BlankOn bertujuan pada peningkatan
brand awareness BlankOn. Persoalan pendanaan menyebabkan periklanan hanya
berfokus pada penggunaan media tidak berbayar. Program periklanan BlankOn
memanfaatkan 2 komponen periklanan yaitu place advertising (poster dan brosur) dan
interactive advertising (banner ads). Jangkauan audience dalam place advertising
lebih terbatas dibanding interactive advertising. Sehingga periklanan belum mampu
meraih audience dalam skala besar untuk menghadapi proprietary software.
Komponen humas dan publisitas mendapat porsi lebih besar dibanding
periklanan. Pemasar memanfaatkan berbagai elemen humas sebagai kendaraan untuk
berkomunikasi pada audience seperti publisitas (majalah InfoLinux dan blog), press
release, event, seminar dan workshop serta media identity. Selain berperan dalam
peningkatan brand awareness, penggunaan humas dan publisitas berfungsi sebagai
kendaraan YPLI untuk memperkenalkan ideologi BlankOn pada audience. Beberapa
komponen humas dan publisitas berperan efektif dalam membidik audience pengguna
proprietary software, namun beberapa lagi berperan untuk mengelola komunitas TI
demi kelangsungan hidup BlankOn. Akibatnya, terjadi bias mengenai sasaran dan
kompetitor BlankOn Linux. Apakah sasarannya untuk berebut pasar dengan sesama
distro atau menggulingkan hegemoni proprietary software. YPLI perlu memanfaatkan
media lain untuk berkomunikasi dengan segmen pengguna proprietary software.
Bentuk komunikasi pemasaran lain ialah sales marketing berupa pembagian
BlankOn Linux gratis dan penjualan personal melalui distributor lokal BlankOn.
Pembagian BlankOn gratis bertujuan untuk meningkatkan trial produk BlankOn
Linux. Media yang digunakan untuk perangkat ini adalah event dan majalah
InfoLinux. Namun persoalannya adalah kedua media ini sangat terbatas dalam meraih
audience pengguna proprietary software secara masif. Sedangkan personal selling
melalui distributor lokal BlankOn berperan untuk mengedukasi audience perihal nilainilai yang terkandung dalam ideologi BlankOn. Distributor lokal BlankOn yang aktif
142
dalam berkomunikasi dengan audience baik melalui media dan personal akan
meningkatkan brand awareness BlankOn pada pengguna proprietary software.
Metode market centric ini berperan sebagai pendukung pemasaran sosial.
Paradigma yang digunakan dalam metode ini ialah pemasaran sosial BlankOn Linux
harus digerakkan oleh kebutuhan pasar. Dalam implementasinya, komunikasi
pemasaran sosial BlankOn berfokus pada kebutuhan pengguna atas produk (tiket
usulan, tiket kutu, AddOnCD, dokumentasi bebas) dan tempat memperoleh BlankOn
Linux (Pesan Dong). Terdapat Interfunctional Coordination dari tiap divisi untuk
mengetahui kebutuhan pengguna komputer untuk kemudian dikoordinasikan dengan
tim pemasaran. Metode ini mengindikasikan bahwa BlankOn Linux sangat terbuka
untuk memenuhi kebutuhan penggunanya.
Kesemua elemen dalam komunikasi pemasaran sosial BlankOn didasarkan
pada pertimbangan utama bahwa harus tercipta arus informasi yang bebas dan
terbuka. Dengan adanya kerjasama antara YPLI dan berbagai pihak (komunitas
ubuntu-id, yayasan air putih, infolinux, KPLI dan lainnya) memberikan fungsi
keterbukaan pada komunikasi pemasaran sosial BlankOn. Sedangkan konsep bebas
dimanifestasikan dengan kebebasan pengguna untuk memperoleh informasi
(dokumentasi bebas) maupun lisensi yang diberikan pada pengguna melalui produk
yang bebas digunakan, digandakan, dimodifikasi dan disebarluaskan. Dengan
demikian poin utama dalam komunikasi pemasaran sosial BlankOn ialah tercipta arus
informasi yang bebas dan terbuka sesuai ideologi BlankOn.
B. SARAN
Yayasan Penggerak Linux Indonesia memerlukan perencanaan yang lebih
matang bagi program pemasaran sosial yang diterapkan agar mencapai tujuan secara
optimal. Sebaiknya program pemasaran sosial per periode (satu tahun) sudah
direncanakan secara matang jauh hari sebelumnya. Sehingga tercipta komunikasi yang
intensif antara YPLI dan Tim Pengembang BlankOn dengan pengguna.
Hal utama yang perlu mendapat perhatian ialah penegasan segmen sekunder
yang menjadi sasaran komunikasi pemasaran sosial BlankOn. Pembidikan komunitas
TI sebagai audience memang penting dilakukan untuk kelangsungan hidup proyek
BlankOn, namun pemasar tidak boleh melupakan keberadaan pengguna proprietary
143
software. Pemasar harus berani keluar dari zona aman yang berpaku pada segmen
komunitas TI dan berhadapan langsung dengan audience pengguna proprietary
software. YPLI harus menciptakan komunikasi intensif dengan mereka. Untuk
melakukannya, maka YPLI perlu menganalisa media yang dipakai pengguna
proprietary software kemudian bernegosiasi dalam bentuk publisitas ataupun iklan.
Dengan pemanfaatan media yang merangkul audience pengguna proprietary software,
maka targeting komunikasi pemasaran sosial BlankOn semakin jelas.
Lemahnya interfungsional coordination mengakibatkan tidak efektifnya
beberapa program komunikasi pemasaran sosial. Sehingga memerlukan komunikasi
yang intensif antar koordinator tim. Komunikasi pemasaran sosial BlankOn harus
lebih memperhitungkan kekuatan dan kelemahan kompetitor. Berbekal informasi
tentang kompetitor akan membawa komunikasi pemasaran sosial BlankOn satu
langkah lebih maju. YPLI perlu melakukan pengamatan yang lebih mendalam
terhadap kegiatan dan pengembangan yang dilakukan pesaing. YPLI harus jeli melihat
perubahan tren, mengawasi gerakan pesaing dan munculnya pesaing baru sehingga
komunikasi pemasaran sosial efektif.
Komunikasi pemasaran sosial BlankOn seharusnya lebih mengoptimalkan
fungsi media personal seperti situs jejaring sosial (Facebook). Facebook tidak hanya
dipakai untuk memberikan informasi satu arah namun pemasar harus menjadikannya
media komunikasi 2 arah. Facebook maupun Pesan Dong merupakan wujud database
marketing sehingga bisa dipakai mengumpulkan data demografis pengguna BlankOn.
YPLI BlankOn harus menarget pelajar pengguna proprietary software sebagai wujud
Long Term Focus dibanding sosialisasi yang berfokus pada guru.
Penelitian Strategi Komunikasi Pemasaran Pada Free and Open Source
Software terbatas pada pelaksanakan komunikasi pemasaran dan pesan komunikasi
apa yang disampaikan. Masih terdapat banyak dimensi yang perlu dikaji dalam
fenomena pengembangan FOSS. Seperti dimensi internet sebagai media andalan
pengembangan FOSS, dimensi ekonomi politik FOSS dalam lingkup teknologi
informasi,
komunikasi
sosial
atau
komunikasi
organisasi
yang
menaungi
pengembangan FOSS dan lainnya. Walaupun penelitian ini penuh keterbatasan dan
kekurangan namun peneliti berharap mampu memberikan landasan untuk melakukan
penelitian selanjutnya.
144
DAFTAR PUSTAKA
Abdool, Shiyevina Amelia. 2005. The Theory of FOSS and Its Acceptance In
Developing
Nations.
Terarsip
pada
http://opensource.mit.edu/papers/FOSS_IN_POLITICS.pdf. Diakses 1 September
2009.
Abrar, Ana Nadya. 2003. Teknologi Komunikasi: Perspektif Ilmu Komunikasi.
Yogyakarta: Lesfi
Aigrain, Philippe. 2002. A framework for understanding the impact of GPL
copylefting
vs.
non
copylefting
licenses.
Terarsip
pada
http://opensource.mit.edu/papers/aigrain2.pdf. Diakses 29 Agustus 2009.
Arens, William F. 2002. Contemporary Advertising. New York: McGraw-Hill
Companies.
Assael, Henry. 1995. Consumer Behaviour and Marketing Action. Ohio: South
Western College Publishing.
Belch, George E. & Michael A. Belch. 2004. Advertising & Promotion: An Integrated
Marketing Communication Perspective. Boston: McGraw-Hill.
Bellamy, Hilary; Rachel Salit & Loren Bell. 1997. Social Marketing resource
Manual: a guide for state nutrition education networks. Terasip pada
http://www.fns.usda.gov/ora/MENU/published/NutritionEducation/Files/socmktman.
pdf. Diakses 2 Agustus 2009.
Bitzer, Jurgen, Wolfram Schrettl & Philipp J.H. Schroder. 2004. Intrinsic Motivation
in
Open
Source
Software
Development.
Terarsip
pada
http://opensource.mit.edu/papers/bitzerschrettlschroder.pdf. Diakses 9 September
2009.
Bovet, Daniel P. & Marco Cesati. 2002. Understanding the Linux Kernel, 2nd Edition.
Sebastopol: O'Reilly & Associates, Inc.
Business Software Alliance. 2009. 08 Piracy Study: SIXTH Annual BSA-IDC Global
Software. Business Software Alliance & International Data Corporation.
Caisey, Vivienne. 2007. Social Marketing Masterclass: The Marketing Mix: Brilliant
Futures
Ltd.
Terarsip
pada
http://www.nsms.org.uk/images/CoreFiles/brilliant_futures_marketing_mix.pdf.
Diakses 31 Juli 2009.
Chege, Mike. 2008. Ubuntuism, Commodification and the Software Dialectic.
Terarsip
pada
http://opensource.mit.edu/papers/Ubuntuism_Commodification_and_the_Software_D
ialectic.pdf. Diakses 31 Juli 2009.
Chew, Lim Kin. 2007. Encouraging the Widespread Utilization of OSS in Singapore.
Bali-Indonesia: Asia Open Source Software Symposium (AOSSS). Tanggal
13-15 Februari 2007.
145
Ciffolilli, Andrea. 2004. The Economics of Open Source Hijacking and Declining
Quality of Digital Information Resources: A Case for Copyleft. Terarsip pada
http://opensource.mit.edu/papers/ciffolili.pdf. Diakses 31 Juli 2009.
DeLozier, M. Wayne. 1976. The Marketing Communication Process. Tokyo:
McGraw-Hill Kogakushu, Ltd.
Febrian, Jack. 2004. Kamus Komputer & Teknologi Informasi. Bandung: Penerbit
Informatika.
Feller, Joseph; Brian Fitzgerald; Scott A. Hissam & Karim R. Lakhani. 2005.
Perspectives on Free and Open Source Software. London: The MIT Press.
Firmansyah, Dani. 2005. Computer Hacking: Hacking dan Cara Pengamanannya.
Yogyakarta: Andi Publishing
Fiske, John. 2006. Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling
Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra.
Gay, Joshua (Ed). 2002. Free Software, Free Society: Selected Essays of Richard M.
Stallman. Boston: GNU Press.
Gerardi, Tina MS, RN, CAE; Sylvia Pirani, MPH, MS & Thomas Reizes, MPH. 2003.
Social Marketing and Public Health Lessons from the Field: A Guide to Social
Marketing from the Social Marketing National Excellence Collaborative. New
York: Turning Point National Program Office.
Glass, Robert L. 2005. Standing in Front of the Open Source Steamroller. Dalam
Perspectives on Free and Open Source Software, Feller, Joseph; Brian
Fitzgerald; Scott A. Hissam & Karim R. Lakhani. London: The MIT Press.
Gonzlez, Andrs Guadamuz. 2004. Viral contracts or unenforceable documents?
Contractual
validity
of
copyleft
licences.
Terarsip
pada
http://opensource.mit.edu/papers/guadamuz.pdf. Diakses 1 Agustus 2009.
Hasan,
Ragib.
2002.
History
of
Linux.
Terarsip
pada
http://www.bandwidthco.com/history/os/History%20of%20Linux.pdf. Diakses 14
September 2009.
Hoe, Nah Soo. 2006. Breaking Barriers, The Potential of Free and Open Source
Software for Sustainable Human Development: A Compilation of Case Studies
from Across the World. New Delhi: ELSEVIER & UNDP Asia-Pacific
Development Information Programe.
Huang, Frances. 2007. Economy Report from Taipei. Bali-Indonesia: Asia Open
Source Software Symposium (AOSSS). Tanggal 13 15 Februari 2007.
Hughes, Anthony. 2008. The Economics of Open Source. Terarsip pada
http://ashughes.com/Documents/EconomicsOfOpenSource.pdf. Diakses 5 Agustus
2009.
Indrayanto, Adi; Budi Rahardjo; Andika Triwidada; Zaki Akhmad; Indra &
Syarifudin. 2007. Panduan Penelitian Open Source Software versi 1.00
Agustus 2007. Creative Commons Attribution Attribution-NonCommercialNoDerivs V2.5.
146
Jain, Subhash C. 2000. Marketing Planning & Strategy 6th Edition. New Jersey:
Prentice Hall.
Janussen, Aputsiaq. 2004. The Hacker Ethic. Terarsip pada http://www.hackeretik.dk/fileadmin/user_upload/Hackers-Janussen2004-05-22.pdf.
Diakses
16
September 2009.
Jullien, Nicolas & Jean-Benot Zimmermann. 2005. New Approaches to Intellectual
Property: from open software to knowledge based industrial activities.
Terarsip pada http://opensource.mit.edu/papers/jullienzimmermann.pdf. Diakses 31
Juli 2009.
Kartono, Kartini. 1996. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju.
Khan, Omar & John Canny. 2008. Using Persuasive Techniques from Social
Marketing in Technologies to Promote Environmentally Sustainable
Behaviors.
Terarsip
pada
http://www.cs.berkeley.edu/~omar/pubs/env_persuasive_08_long.pdf. Diakses 2
Agustus 2009.
Knibbs, Kristin RN, MN & Capt. Robert Knibbs. 2008. Social Marketing: A parallel
discipline
of
Information
Operations.
Terarsip
pada
http://influenceops.files.wordpress.com/2008/04/social-marketing-as-a-paralleldiscipline-for-io.pdf. Diakses 2 Agustus 2009.
Konovalov, Zoe. 2002. The Economics of Open Source Software. Terarsip pada
http://www.ftc.gov/os/comments/intelpropertycomments/konovalovzoe.pdf. Diakses
3 Agustus 2009.
Kotler, Philip. 1982. Marketing for Nonprofit Organization Second Edition. New
Jersey: Prentice-Hall.Inc.
---------. 2000. Marketing Management: Millenium Edition. New Jersey: Prentice Hall.
--------- & Eduardo L. Roberto. 1989. Social Marketing Strategies for Changing
Public Behavior. New York: The Free Press.
---------; Gary Armstrong; John Saunders & Veronica Wong. 1999. Principles of
Marketing Second European Edition. London: Prentice Hall Europe.
---------; Ned Roberto & Nancy Lee. 2002. Social Marketing: Improving the Quality of
Life. California: Sage Publications, Inc.
Krishnamurthy, Sandeep. 2005. Analysis of Open Source Business Models. Dalam
Perspectives on Free and Open Source Software, Feller, Joseph; Brian
Fitzgerald; Scott A. Hissam & Karim R. Lakhani. London: The MIT Press.
Kumar, Vineet, Brett Gordon & Kannan Srinivasan. 2009. Product Strategy for
Commercial
Open
Source
Software.
Terarsip
pada
http://www.ckgsb.edu.cn/mrf2009/papers/c75fe6b7-a008-445c-b1f175c99e5855bb.pdf. Diakses 5 Agustus 2009.
Lakhani, Karim R. & Robert G. Wolf. 2005. Why Hacker Do What They Do:
Understanding Motivation and Effort in Free/Open Source Sofware Project.
Dalam Perspectives on Free and Open Source Software, Feller, Joseph; Brian
Fitzgerald; Scott A. Hissam & Karim R. Lakhani. London: The MIT Press.
147
LeBlanc, Dee-Ann & Richard Blum. 2007. Linux For Dummies, 8th Edition. Indiana:
Wiley Publishing, Inc.
Lee, Jyh-An. 2006. New Perspectives on Public Goods Production: Policy
Implications
of
Open
Source
Software.
Terarsip
pada
http://opensource.mit.edu/papers/LeeOSS.pdf. Diakses 31 Juli 2009.
Lefebvre, R. Craig, PhD & June A. Flora, PhD. 1988. Social Marketing and Public
Health
Intervention.
Terarsip
pada
http://socialmarketing.blogs.com/Publications/Social_Marketing_and_Public_Health_
Intervention.pdf. Diakses 24 Juli 2009.
Leitao, Joao & Maria Jose Silva, 2007. CSR and Social Marketing: What is the
desired role for Universities in fostering Public Policies?. Terarsip pada
http://mpra.ub.uni-muenchen.de/2954/1/MPRA_paper_2954.pdf. Diakses 2 Agustus
2009.
Levitt, Theodore. 1969. The Marketing Mode. New York: McGraw-Hill Book
Company.
Levy, Steven. 1984. Hackers: Heroes of the Computer Revolution. New York: Anchor
Press/Doubleday.
MacFadyen, Lynn; Martine Stead & Gerard Hastings. 1999. A Synopsis of Social
Marketing. Terarsip pada http://www.ism.stir.ac.uk/pdf_docs/social_marketing.pdf
Diakses 1 Agustus 2009.
Matusow, Jason. 2005. Shared source: The Microsoft Perspective. Dalam
Perspectives on Free and Open Source Software, Feller, Joseph; Brian
Fitzgerald; Scott A. Hissam & Karim R. Lakhani. London: The MIT Press.
McGowan, David. 2005. Legal Aspects of Free and Open Source Software. Dalam
Perspectives on Free and Open Source Software, Feller, Joseph; Brian
Fitzgerald; Scott A. Hissam & Karim R. Lakhani. London: The MIT Press.
MDGR (Masyarakat Digital Gotong Royong). 2006. Pengantar Sistem Operasi
Komputer: Plus Ilustrasi Kernel Linux.
Mitnick, Kevin. 2000. The Art Of Deception : Controlling the Human Element of
Security. Condor
Muhadjir, Noeng. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Ke-3). Yogyakarta:
Rake Sarasin.
Mulyanto, Aunur. R. 2008. Rekayasa Perangkat Lunak. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Narbuko, Cholid & Abu Achadi. 1997. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Nasution, Zulkarimein. 1988. Komunikasi Pembangunan: Pengenalan Teori dan
Penerapannya Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nazir, Moh. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Negus, Christopher. 2008. Linux Bible 2008 Edition: Boot Up to Ubuntu, Fedora,
KNOPPIX, Debian, openSUSE, and 11 Other Distributions. Indiana: Wiley
Publishing, Inc.
148
Weber, Steven. 2000. The Political Economy of Open Source Software. Terarsip pada
http://brie.berkeley.edu/econ/publications/wp/wp140.pdf. Diakses 1 Agustus 2009.
Weerawarana, Sanjiva & Jivaka Weeratunga. 2004. Open Source in Developing
Countries. Sida.
Widya, Putu Wiramaswara & I Wayan Alit Sudarsana. Buku Panduan BlankOn 5.
www.Blankonlinux.or.id
Williams, Sam. 2002. Free as in Freedom: Richard Stallman's Crusade for Free
Software. SiSU.
Yin, Robert K. 2002. Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta: Grafindo.
Jurnal dan Penelitian
Andreasen, Alan R. 1994. Social Marketing: Its Definition and Domain. American
Marketing Association. Journal of Public Policy & Marketing, Vol. 13, No. 1
(Spring,
1994),
hal.
108-114.
Terarsip
pada
http://www.jstor.org/stable/pdfplus/30000176.pdf. Diakses 31 Juli 2009.
Bagozzi, Richard P. 1975. Marketing as Exchange. American Marketing Association.
The Journal of Marketing, Vol. 39, No. 4 (Oct. 1975), hal. 32-39. Terarsip
pada http://www.jstor.org/stable/pdfplus/1250593.pdf. Diakses 31 Juli 2009.
Dewi, Ambar Sari. 2006. Gerakan Sosial di Dunia Maya (Studi Tentang Gerakan
Open Source sebagai Gerakan Sosial Baru). Yogyakarta: Fisipol Universitas
Gadjah Mada. Terarsip pada http://ambar76.files.wordpress.com/2007/04/gerakansosial-di-dunia-maya-open-source.pdf. Diakses 9 September 2009. Thesis untuk
memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S2 program studi
ilmu-ilmu sosial jurusan sosiologi.
Escher, Tobias. 2004. Political Motives of Developers for Collaboration on
GNU/Linux.
University
of
Leicester.
Terarsip
pada
http://opensource.mit.edu/papers/escher.pdf. Diakses 28 Juli 2009. Disertasi untuk
meraih gelar MA (Globalization and Communications).
Greenberg, Robert L. 2003. Open Source Software Development. Department of
Economics
at
Brandeis
University.
Terarsip
pada
http://www.pascal.case.unibz.it/retrieve/2760/greenberg.pdf. Diakses 29 Juli 2009.
Master Thesis.
Kohli, Ajay K. & Bernard J. Jaworski. 1990. Market Orientation: The Construct,
Research Propositions, and Managerial Implications. American Marketing
Association. The Journal of Marketing, Vol. 54, No. 2 (Apr., 1990), hal. 1-18.
Terarsip pada http://www.jstor.org/stable/pdfplus/1251866.pdf. Diakses 17
Agustus 2009.
Kotler, Philip & Gerald Zaltman. 1971. Social Marketing: An Approach to Planned
Social Change . American Marketing Association. The Journal of Marketing,
Vol.
35,
No.
3
(Jul,
1971),
hal.
3-12.
Terarsip
pada
http://www.jstor.org/stable/pdfplus/1249783.pdf
dan
http://www.socialmarketingquarterly.com/archive/Vol%20III%283-4%29/III_34_c_Approach.pdf. Diakses 31 Juli 2009.
150
Kotler, Philip & Sidney J. Levy. 1969. Broadening the Concept of Marketing.
American Marketing Association. The Journal of Marketing, Vol. 33, No. 1
(Jan.,
1969),
hal.
10-15.
Terarsip
pada
http://www.jstor.org/stable/pdfplus/1248740.pdf. Diakses 4 Agustus 2009.
Lerner, Josh & Jean Tirole. 2002. The Simple Economics of Open Source. Blackwell
Publishing. The Journal of Industrial Economics, Vol. 50, No. 2 (Jun., 2002),
pp. 197-234. Terarsip pada http://www.jstor.org/stable/pdfplus/3569837.pdf dan
http://www.people.hbs.edu/jlerner/simple.pdf. Diakses 4 Agustus 2009.
Lloyd, Andreas. 2007. A System That Works For Me: an antropological analysis of
computer hackers shared use and development of the Ubuntu Linux system.
Department of Anthropology University of Copenhagen. Terarsip pada
http://opensource.mit.edu/papers/ubuntu.pdf. Diakses 30 Juli 2009. Master Thesis.
Neel, Erin B. 2004. Motivating Communities to Shop Locally: Implications of Ethical
Behavior Marketing for Independent Businesses. Massachusetts Institute of
Technology: Department of Urban Studies and Planning. Terarsip pada
http://dspace.mit.edu/bitstream/handle/1721.1/17699/56409506.pdf?sequence=1.
Diakses 23 Juli 2009. Thesis untuk meraih gelar Master in City Planning.
Nieuwenhof, Saskia van de. 2008. Licensing Freedom: An Ethical Analysis of Free
and Open Source Software Licenses. Ethics Institute Utrecht University.
Terarsip pada http://opensource.mit.edu/papers/Thesis_SaskiavandeNieuwenhof.pdf.
Diakses 28 Juli 2009. Thesis untuk meraih gelar Master in Applied Ethics.
Sorell, Miriam Lydia. 2005. Transportation Choices: Can Social Marketing Make a
Difference?. Massachusetts Institute of Technology: Department of Urban
Studies
and
Planning.
Terarsip
pada
http://dspace.mit.edu/bitstream/handle/1721.1/33037/62119577.pdf?sequence=1.
Diakses 31 Juli 2009. Thesis untuk meraih gelar Master in City Planning.
Stanley F. Slater & John C. Narver. 1990. The Effect of a Market Orientation on
Business Profitability. American Marketing Association. The Journal of
Marketing, Vol. 54, No. 4 (Oct., 1990), hal. 20-35. Terarsip pada
http://www.jstor.org/stable/pdfplus/1251757.pdf. Diakses 17 Agustus 2009.
---------. 1995. Market Orientation and the Learning Organization. American
Marketing Association. The Journal of Marketing, Vol. 59, No. 3 (Jul., 1995),
hal. 63-74. Terarsip pada http://www.jstor.org/stable/pdfplus/1252120.pdf. Diakses
17 Agustus 2009.
Stidsen, Ben & Thomas F. Schutte. 1972. Marketing as a Communication System: The
Marketing Concept Revisited. American Marketing Association. The Journal
of Marketing, Vol. 36, No. 4 (Oct., 1972), hal. 22-27. Terarsip pada
http://www.jstor.org/stable/pdfplus/1250422.pdf. Diakses 24 Juli 2009.
Artikel Internet
ComputersIT. 2008. MoU Pemerintah RI-Microsoft Tidak Berlanjut. Terarsip pada
http://computers-it.blogspot.com/2008/06/mou-pemerintah-ri-microsoft-tidak.html.
Diakses 28 September 2009.
151
Franks AL, Brownson RC, Bryant C, Brown KM, Hooker SP, Pluto DM, et al. 2005.
Prevention Research Centers: Contributions to Updating the Public Health
Workforce
Through
Training.
Terarsip
pada
http://www.cdc.gov/pcd/issues/2005/apr/04_0139.htm. Diakses 10 Juni 2009.
Free
Software
Foundations.
1996.
What
is
Copyleft?.
Terarsip
pada
Galli, P. 2003. SCO Group Slaps IBM With $1B Suit Over Unix. Terarsip pada
http://www.eweek.com/article2/0,3959,922913,00.asp. Diakses 4 Agustus 2009.
Gates,
Bill.
1976.
An
Open
Letter
to
Green, Eric Lee. 2002. Economics of Open Source Software. Terarsip pada
http://badtux.org/home/eric/editorial/economics.php. Diakses 4 Agustus 2009.
Hamerly, Jim. Tom Paquin & Susan Walton. 2000. Freeing the Source: The Story of
Mozilla. Dalam Open Sources: Voices from the Open Source Revolution;.
Edisi
online
terarsip
pada
http://Oreilly.com/catalog/opensources/book/netrev.html. Diakses 31 Juli 2009.
Klang, Mathias. 2005. Free Software and Open Source: the freedom debate and its
consequences.
Terarsip
pada
http://www.firstmonday.org/issues/issue10_3/klang/index.html.
Diakses
22
September 2009.
Maryanto, Rusmanto. 2006. Bukan hanya Software yang Open. Terarsip
http://ruslinux.blogspot.com/2006/07/bukan-hanya-software-yang-open.html.
Diakses 11 September 2009.
---------------.
2008.
Buat
apa
modifikasi
source
code?.
Terarsip pada
http://ruslinux.blogspot.com/2008/03/buat-apa-modifikasi-source-code.html. Diakses
12 September 2009.
-------------. 2009a. Pengguna Linux tidak harus Belajar Linux. Terarsip pada
http://ruslinux.blogspot.com/2009/07/pengguna-linux-tidak-harus-belajar.html.
Diakses 13 September 2009.
-------------. 2009b. Buat apa Indonesia merdeka? Buat apa Linux open source?.
Terarsip
http://ruslinux.blogspot.com/2009/08/buat-apa-indonesia-merdeka-buatapa.html. Diakses 11 September 2009.
Mathari,
Rusdi.
2008.
IGOS,
Gates
dan
Surat
itu.
Terarsip
http://opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/IGOS%2C_Gates_dan_Surat_itu
2009.
Overview:
Microsoft
Shared
source
Initiative. Terarsip
Diakses
22
http://www.microsoft.com/resources/sharedsource/default.mspx.
September 2009.
Open Source Initiative. 2007. The Open Source Definition. Terarsip pada
http://opensource.org/docs/osd. Diakses 31 Juli 2009.
OReilly, Tim. 2000. The Tanenbaum-Torvalds Debate. Dalam Open Sources: Voices
from
the
Open
Source
Revolution;.
Edisi
online
terarsip
http://Oreilly.com/catalog/opensources/book/appa.html. Diakses 31 Juli 2009.
152
Perens, Bruce. 2000. The Open Source Definition. Dalam Open Sources: Voices from
the
Open
Source
Revolution;.
Edisi
online
terarsip
pada
http://oreilly.com/catalog/opensources/book/perens.html. Diakses 31 Juli 2009.
---------. 2005. The Emerging Economic Paradigm of Open Source. Terarsip pada
http://perens.com/Articles/Economic.html. Diakses 29 Juli 2009.
Rash, Crish. 2000. A Brief History of Free/Open Source Software Movement. Terarsip
pada http://www.glennmcc.org/foss/brief-open-source-history.html. Diakses 10
Agustus 2009.
Raymond, Eric Steven. 2000a. A Brief History of Hackerdom. Terarsip pada
www.catb.org/~esr/writings/cathedral-bazaar/hacker-history/. Diakses 6 September
2009.
---------.
2000b.
The
Cathedral
and
the
Bazaar.
http://catb.org/~esr/writings/cathedral-bazaar/cathedral-bazaar/.
September 2009
Terarsip
pada
Diakses
6
Richard
M.
1994.
What
is
Free
Software?
Terarsip
pada
---------. 2007. Why Open Source misses the point of Free Software. Terarsip pada
http://www.gnu.org/philosophy/open-source-misses-the-point.html.
Diakses
5
Agustus 2009.
---------.
2008.
Freedom
or
Copyright?.
Terarsip
pada
2009.
---------. 2009. How the Swedish Pirate Party Platform Backfires on Free Software.
Terarsip pada http://www.gnu.org/philosophy/pirate-party.html. Diakses 5
September 2009.
Tekno.Kompas.Com. 2009. Untuk Pertama Kalinya, Microsoft Akui Linux Sebagai
Pesaing.Terarsip
pada
http://tekno.kompas.com/read/xml/2009/08/05/10513588/Untuk.Pertama.Kalinya..Mi
crosoft.Akui.Linux.Sebagai.Pesaing. Diakses 5 Agustus 2009.
153
Dan Lainnya
InfoLinux. 2003. GNU/LINUX Bukan LINUX!. Edisi Januari 2003. Majalah.
InfoLinux. 2009a. Bingung Memilih Distro?. Edisi Maret 2009. Majalah
InfoLinux. 2009b. Dephan AS Beralih ke Free Open Source Software. Edisi Maret
2009. Majalah
Moore. J.T.S. 2001. Revolution OS (Operating System). Wonderview Production.
Film Dokumenter.
Wawancara
Rusmanto Maryanto. Wawancara via email tanggal 17 Juli 2009. (ketua Pengurus
Yayasan Penggerak Linux Indonesia)
Rusmanto Maryanto. Wawancara via email tanggal 23 Oktober 2009.
Rusmanto Maryanto. Wawancara via email tanggal 10 November 2009.
Rusmanto Maryanto. Wawancara via email tanggal 12 November 2009.
Rusmanto Maryanto. Wawancara via email tanggal 13 November 2009.
Rusmanto Maryanto. Wawancara via email tanggal 12 Desember 2009.
Rusmanto Maryanto. Wawancara via email tanggal 7 Januari 2010.
Rusmanto Maryanto. Wawancara via email tanggal 12 Januari 2010.
Utian Ayuba. Wawancara via email tanggal 21 Agustus 2009. (Koordinator Tim
Pengembang BlankOn bidang pemasaran)
Utian Ayuba. Wawancara via email tanggal 11 Desember 2009.
Utian Ayuba. Wawancara via email tanggal 23 Februari 2010.
154
INTERVIEW GUIDE
A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ORGANISASI
4. Bagaimana sejarah berdirinya Yayasan Penggerak Linux Indonesia (YPLI)?
5. Siapa sajakah yang terlibat?
6. Dimana lokasi berdiri YPLI kala itu?
7. Apakah yang menjadi alasan, tujuan dan komitmen didirikannya YPLI?
8. Bagaimana usaha-usaha yang dilakukan YPLI dalam mewujudkan tujuannya?
9. Apa visi dan misi YPLI ?
10. Perkembangan seperti apakah yang telah terjadi pada YPLI?
B. OPERASIONALISASI ORGANISASI
1. Berapa jumlah seluruh pegawai/staff di YPLI?
2. Bagaimana struktur keorganisasian di YPLI?
3. Apakah ada job discribsion terperinci untuk setiap divisi?
4. Bagaimana prosedur rekruitmen pegawai/staff di YPLI?
5. Dalam pengangkatan pegawi baru apakah ada kontrak tertulis?
6. Kriteria apa sajakah yang diperlukan untuk menjadi staff dalam YPLI?
7. Divisi/Bagian apa yang menangani pengembangan/pemasaran BlankOn?
C. BLANKON LINUX
1. Bagimana awal sejarah dikembangkannya BlankOn Linux?
2. Siapa sajakah yang terlibat?
3. Bagaimana perkembangan BlankOn Linux selanjutnya?
4. Siapakah yang menangani keseluruhan/bertanggung jawab
pengembangan BlankOn?
5. Fitur apa/seperti apa yang menjadi andalan BlankOn Linux?
6. Apa yang menjadi kekuatan/daya tarik BlankOn Linux?
7. Bagaimana YPLI mempertahankan daya tarik tersebut?
8. Apa yang menjadi kelemahan BlankOn Linux dibanding pesaing?
terhadap
155
156
1.
2.
3.
4.
157
158
Jakarta
Jawa Tengah
160
Perorangan
1. Utian Ayuba, Instruktur Jaringan Komputer, Inixindo
2. Fitrani, Mahasiswa Teknik Elektro, UGM
3. Dedy Hariyadi, Staff Magister Teknologi Informasi UGM
4. Deny Septiana Anggreani, Lulusan Teknik Kimia UPN "V" Yogyakarta
5. Arif Syamsudin, Pustakawan
6. Ahmad Haris, Lulusan SMA 1 Gresik, Yayasan Air Putih Banda Aceh
7. Sakra Aprila, Mahasiswa Teknik Komputer, UNIKOM Bandung
8. Ainul Hakim, Pengelola Warnet, PC Rumah dan Laptop kerja
161
162
CD's
Free
Download
Installation
Desktop
Management
Package
Release
Price ($)
RHEL-5.4
Gnome
RPM
30/09/02 80-2.500
RHEL-4.8
SRPMs
Grafik
Gnome
RPM
31/03/03 180-2.500
RHEL-3.9
SRPMs
Grafik
Gnome
RPM
26/03/02 180-2.500
RHEL-2.1
SRPMs
Grafik
Gnome
RPM
30/05/07 1500
9 (shrike)
ISO
Grafik
Gnome
RPM
19/05/09 40
8.0 (psyche)
ISO
Grafik
Gnome
RPM
02/09/09 40
CD's
Free Download
Installation
Desktop
Release
Price
($)
ISO (30-day
eval)
Grafik
Gnome, KDE
08/11/04
50
SUSE Linux
Enterprise 9
OpenSUSE 11.2
1 DVD ISOs
Grafik
KDE
2009/11/12
60
OpenSUSE 11.1
1 DVD ISO
Grafik
Gnome, KDE
2008/12/18
60
OpenSUSE 11.0
1 DVD ISO
Grafik
Gnome, KDE
2008/06/19
60
OpenSUSE 10.3
1 DVD ISO
Grafik
Gnome, KDE
2007/10/04
60
OpenSUSE 10.2
Grafik
Gnome, KDE
2006/12/07
60
Paket
ISO
Harga
3D OS
* 1 BUKU 3D OS
* 1 CD 3D OS
* 1 DVD 3D OS
* Training Linux Gratis (Jakarta)
* Support 90 Hari (lewat e-mail)
Rp10.000,00
Rp150.000,00
3D Repo
* 1 BUKU 3D OS
* 1 CD 3D OS
* 1 DVD 3D OS
* 4 DVD Repository (08/2009)
* Training Linux Gratis (Jakarta)
* Support 90 Hari (lewat e-mail)
Rp10.000,00
Rp250.000,00
Linux Games
Rp10.000,00
Rp100.000,00
Rp. 500.000
(7 Client)
Rp. 750.000
(15 Client)
Rp. 1.000.000
(23 Client)
Rp. 1.500.000
(Unlimited)
163
164
GNU/Linux: Baca GuhNew Slash Linux, Istilah yang dipakai Stallman karena sistem operasi
Linux merupakan gabungan GNU software dan kenel Linux.
GPL (GNU General Public License): Lisensi yang ditetapkan oleh Free Software Foundation
untuk mengakomodir 4 kebebasan software.
Hacker: Orang yang dianggap piawai dalam bidang pemrograman komputer. Dalam media
massa istilah ini seringkali disamaartikan dengan cracker, vandals, carder atau orang dengan
aktifitas negatif lainnya.
Interface: Tampilan sebuah program.
Kernel: Program inti dari sistem pengoperasian yang mengatur penggunaan ingatan/memori,
peranti masukan dan keluaran, proses-proses, penggunaan file pada sistem file dan lain-lain.
LGPL (Lesser GNU General Public License): Varian lisensi GPL yang digunakan pada
library (pustaka) software.
Linux: Sistem operasi yang dikembangkan secara bersama oleh komunitas diseluruh dunia.
LiveCD: Fasilitas dimana pengguna dapat mencoba GNU/Linux tanpa perlu instalasi hanya
dengan memasukan CD GNU/Linux yang memiliki fasilitas LiveCD.
Microkernel: Sistem operasi dimana manajemen memory dan file berjalan sebagai proses
yang terpisah diluar kernel.
Monolitic: Seluruh sistem hanya berupa single file yang berjalan dalam supervisor mode.
Minix: Minix adalah sistem operasi mirip UNIX (UNIX-like) yang bekerja pada PC.
Mirror Site: Merupakan duplikat dari suatu situs yang ditempatkan pada server aslinya.
Fungsi mirror site ini adalah untuk mengurangi kemacetan lalu lintas data pada suatu situs.
Multiplatform: Software yang ditulis untuk berjalan pada beberapa sistem operasi.
Multiprocessing: Kemampuan untuk membagi tugas di antara banyak CPU.
Multitasking: Kemampuan untuk membagi sumber daya CPU untuk banyak aplikasi.
Patch: Perbaikan pada satu atau lebih pernyataan pemrograman untuk memperbaiki kesalahan
(bugs) atau meningkatkan kemampuan program.
Perangkat Lunak Bebas dan Terbuka (Free and Open Source Software): Konsep software
berdasar gerakan sosial yang dimotori oleh Stallman (4 Freedoms) dan Raymond (10 Open
Source Definitions).
Proprietary Software: Konsep perangkat lunak berpemilik dimana pengguna diharuskan
menyetujui lisensi untuk tidak menyebarkan software dan membatasi pemakaian dengan tidak
menyediakan kode sumbernya.
RAM (Random Access Memory): Memory komputer yang dapat ditulis, dihapus dan dibaca
berulang namun hilang saat komputer mati.
Repository (Server/DVD): Server/DVD yang berisi kumpulan program tambahan yang
digunakan untuk menginstal program-program yang belum ada di versi CD/DVD instalasi
GNU/Linux.
165
Reverse Engineering: Rekayasa pembalikan, membalik proses produksi dari produk ke ide
dasar.
Root: Level user yang memiliki kewenangan untuk melakukan akses/modifikasi keseluruhan.
Server: Komputer di Internet atau di jaringan lainnya yang menyimpan file dan membuat file
tersebut tersedia untuk diambil jika dibutuhkan.
Shareware: Software yang hadir dengan ijin untuk mendistribusikan salinannya tetapi jika
ingin menggunakannya lebih lanjut harus membayar biaya lisensi.
Shell: Program yang mem-provide interface antara user dan sistem operasi.
Sistem Operasi: Program yang mengelola seluruh sumberdaya pada sistem komputer
Flowchart (Algoritma)
Hexadecimal
UNIX: UNIX merupakan sistem operasi ciptaan Ken Thompson dan Dennis Ritchie yang
didistribusikan pada tahun 1969 oleh Bell Labs (AT&T).
Upload: Proses mentransfer informasi dari sebuah komputer ke komputer lain/server melalui
Internet.
Window Manager: Graphical User Interface (GUI) yang berjalan diatas sistem operasi agar
user dapat berinteraksi dengan icon, taskbar dan objek desktop lainnya.
Workstation: Workstation dipakai untuk menyebut komputer yang terhubung ke suatu
jaringan.
166