Anda di halaman 1dari 15

PERON STASIUN

Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No. 29 Tahun 2011 tentang


Persyaratan Teknis Bangunan Stasiun Kereta Api, mengatakan bahwa
peron adalah bangunan yang terletak di samping jalur kereta api yang
berfungsi sebagai naik turunnya penumpang. Terdapat tiga jenis peron
yaitu peron tinggi, peron sedang dan peron rendah.
1. Persyaratan Pembuatan Peron
a. Persyaratan pembangunan peron
1) Tinggi peron
a) Peron tinggi, tinggi peron 1000 mm diukur dari kepala
rel,
b) Peron sedang, tinggi peron 430 mm diukur dari kepala rel,
dan
c) Peron rendah, tinggi peron 180 mm diukur dari kepala rel.
2) Jarak tepi peron ke as jalan rel
a) Peron tinggi, 1600 mm untuk jalan rel lurus dan 1650
mm untuk jalan rel lengkung,
b) Peron sedang, 1350 mm, dan
c) Peron rendah, 1200 mm.
3) Panjang peron sesuai dengan rangkaian terpanjang pada kereta
api penumpang yang berperasi.
4) Lebar peron dihitung berdasarkan jumlah penumpang
menggunakan formulasi di bawah ini:
0,64m2

Dimana :
b = Lebar peron (meter)
V = Jumlah rata – rata penumpang per jam dalam satu tahun (orang)
LF = Load Factor (80%)
I = Panjang peron sesuai dengan rangkaian terpanjang kereta api

1
2

5) Lebar peron Minimal menggunakan formula di atas tidak boleh


kurang dari ketentuan lebar peron minimal,seperti pada Tabel
3.12 sebagai berikut:
Tabel 3.12 Lebar peron minimal berdasarkan penempatan
No. Jenis Peron Di antara dua jalur (island Di tepi jalur
platform) (side platform)

1. Tinggi 2 meter 1,65 meter


2. Sedang 2,5 meter 1,9 meter
3. Rendah 2,8 meter 2,05 meter
(Sumber : Peraturan Menteri No. 29 tahun
2011) 6) Lantai peron jangan menggunakan material
lantai yang licin.
7) Fasilitas peron, peron sekurang – kurang nya harus dilengkapi
dengan fasilitas di bawah ini:
a) Lampu,
b) Papan petunjuk arah,
c) Papan petunjuk jalur, dan
d) Batas aman peron.

2. Persyaratan Operasi Peron


Hanya digunakan sebagai tempat naik turun penumpang dari kereta
api. Dilengkapi dengan garis batas aman peron yang berfungsi sebagai
penanda daerah yang aman dari kemungkinan terserempet oleh kereta api
yang lewat. Ketentuan garis batas aman peron adalah sebagai berikut.
1) Peron tinggi, minimal 350 mm dari sisi tepi luar ke as peron,
2) Peron sedang, minimal 600 mm dari sisi tepi luar ke as
peron, 3) Peron rendah, minimal 750 mm dari tepi luar ke
as peron.
3

EMPLASEMEN STASIUN

Menurut (Utomo 2009), pada tata letak jalur stasiun (emplasemen) yang
terdiri dari jalan – jalan rel yang tersusun dari sedemikian rupa sesusai dengan
fungsinya. Memiliki skema emplasemen, jalan rel dengan ditunjukkan dengan garis
tunggal. Emplasemen tersebut memiliki beberapa jenis diantaranya yaitu
emplasemen kecil, emplasemen sedang, emplasemen besar, emplasemen barang dan
emplasemen langsir. Berikut penjelasan dari emplasemen tersebut :

1. Emplasemen Stasiun Kecil


Yaitu untuk memungkinkan kereta api bersilangan dan bersusulan, pada
emplasemen ini terdapat dua atau tiga jalan rel yang terdiri dari satu jalan rel
terusan dan satu atau dua jalan rel yang bersilangan ataupun bersusulan. Pada
Gambar 3.1 berikut.

(Sumber : Utomo, 2009)


Gambar 3.1 Contoh skema emplasemen stasiun kecil

2. Emplasemen Stasiun Sedang


Pada emplasemen ini jumlah rel yang dimiliki lebih banyak dibandingkan
pada stasiun kecil, seperti ditunjukkan pada Gambar 3.2
4

Keterangan :
a = Jalan rel utama, S = Gedung utama stasiun, b = Jalan rel penyimpangan, B
= Tempat bongkar muat barang, c = Jalan rel langsiran, L = Tempat penyimpanan
lokomotif d = Jalan rel lokomotif, P = Peron.
e = Jalan rel untuk kereta barang,

(Sumber : Utomo, 2009)


Gambar 3.2 Skema emplasemen stasiun sedang

3. Emplasemen Stasiun Besar


Jalan – jalan rel pada emplasemen stasiun besar tidak semuanya
berdampingan letaknya, tetapi dapat dalam bentuk perpanjangannya. Pada stasiun
yang sangat besar, stasiun penumpang, pelayanan barang dan langsiran
dipisahkan. Pemisah ini bukan berarti bahwa jalan rel untuk langsiran harus
terletak jauh dari jalan rel utama, tetapi dapat dengan cara memasang isolasi pada
jalan rel, sebagaimana diberikan pada Gambar 3.3 .

Keterangan :
U = Jalan rel utama,
5

I = Jalan rel isolasi,


MB = Jalan rel untuk bongkar muat,
S = Stasiun, P = Peron, dan G = Gudang barang.

(Sumber : Utomo, 2009)


Gambar 3.3 Skema emplasemen stasiun besar.

4. Emplasemen Barang
Emplasemen ini dibuat khusus untuk melayani penerimaan dan pengiriman
barang. Emplasemen ini biasanya terletak didekat daerah industri, daerah
perdagangan ataupun pergudangan. Contoh emplasemen barang dapat dilihat
pada Gambar 3.4 berikut :

(Sumber : Utomo, 2009) Gambar 3.4 Skema emplasemen


barang.

5. Emplasemen Langsir
Pembuatan emplasemen langsir dimaksudkan untuk menyusun gerbong
atau kereta dan lokomotifnya. Pada suatu kebutuhan angkutan tertentu
(contohnya kereta barang), gerbong yang ditarik oleh lokomotifnya perlu
disusun sedemikian sehingga sesuai dengan stasiun tujuannya. Penyusun
gerbong tersebut jangan sampai mengganggu operasi kereta api yang lain,
sehingga diperlukan suatu fasilitas tersendiri untuk keperluan tersebut, yaitu
emplasemen langsir. Kegiatan langsir yang dilakukan pada umumnya adalah
sebagai berikut :
a. Gerbong – gerbong yang datang dipisah (dilepaskan dari rangkaian kereta
api),
b. Gerbong – gerbong tersebut setelah dipisah kemudian dipilih sesuai dengan
jurusan yang akan dituju,
c. Gerbong – gerbong yang telah dipilih sesuai jurusannya dipilih dan
dikelompokkan sesuai urutan stasiun tujuan,
6

d. Gerbong – gerbong yang telah dipilih sesuai dengan jurusan dan


terkelompokkan sesuai dengan stasiun tujuan dirangkai menjadi rangkaian
kereta api yang siap diberangkatkan.
Untuk memberikan fasilitas kegiatan langsir seperti diatas, pada umumnya
susunan emplasemen langsir terdiri dari susunan jalur (sepur) sebagai berikut: a.
Susunan sepur kedatangan,
b. Susunan sepur untuk pemilihan jurusan,
c. Susunan sepur untuk pemilihan menurut stasiun
d. Susunan sepur keberangkatan.
Seperti terlihat pada Gambar 3.5, memberikan skema dasar emplasemen langsir
yang besar. Pada gambar yang dimaksud, ditampilkan tiga pengelompokan
tempat langsiran, yaitu : a. Langsiran kedatangan,
b. Langsiran pemisahan, dan
c. Langsiran pemilihan dan keberangkatan.

(Sumber : Utomo, 2009)


Gambar 3.5 Contoh Emplasemn Langsir
7

STASIUN KERETA API


Stasiun kereta api adalah fasilitas operasi kereta api atau tempat kereta api berhenti
secara teratur untuk menaikturunkan penumpang atau membongkar-muat barang.
Umumnya paling tidak memiliki satu peron di sisi jalur rel dan bangunan utama yang
menyediakan layanan tambahan seperti penjualan tiket dan ruang tunggu. Jika
sebuah stasiun berada pada jalur tunggal, stasiun ini sering memiliki sepur
belok untuk mengontrol persilangan dan persusulan antarkereta api. Pemberhentian
kereta api yang lebih kecil sering disebut sebagai "halte" atau "perhentian/stoplat".

Stasiun dapat berada di permukaan tanah, bawah tanah, atau di jalur layang.
Hubungan mungkin tersedia untuk mengintegrasikan jalur kereta api dengan moda
transportasi lain seperti bus, trem, atau sistem transit cepat lainnya.

Sejarah

Stasiun kereta api pertama yang tercatat di dunia adalah The Mount di Oystermouth
Railway (kemudian dikenal sebagai Swansea and Mumbles) di Swansea,
Wales,[1] yang memulai layanan penumpang pada 1807, meskipun kereta ditarik
dengan tenaga kuda bukan oleh lokomotif.[2] Stasiun dua lantai Mount Clare
di Baltimore, Maryland, yang bertahan sebagai museum, menjadi stasiun terminus
trem kuda di lintas Baltimore and Ohio Railroad pada 22 Mei 1830.[3]

Stasiun terminus tertua di dunia adalah Stasiun Crown Street di Liverpool, dibuka
pada tahun 1830, yang melayani kereta api dari Liverpool ke Manchester ditarik
lokomotif. Meski kereta api pertama yang melayani rute ini berangkat dari Liverpool,
stasiun ini sedikit lebih tua daripada stasiun terminus Manchester di Liverpool Road.
Stasiun ini merupakan stasiun pertama yang memiliki depot kereta api. Stasiun ini
dirobohkan pada tahun 1836 karena dipindah ke Stasiun Lime Street. Crown Street
kemudian diubah menjadi gudang barang.

Stasiun pertama itu memiliki sedikit bangunan atau fasilitas. Stasiun pertama dalam
arti modern berada di Liverpool and Manchester Railway, dibuka pada
1830.[4] Stasiun Liverpool Road Liverpool, stasiun terminus tertua kedua di dunia,
dilestarikan sebagai bagian dari Museum Sains dan Industri Manchester. Bangunan
menyerupai rumah-rumah bergaya Georgia.

Stasiun-stasiun awal kadang-kadang dibangun dengan fasilitas penumpang dan


barang, meskipun ada beberapa jalur kereta api hanya melayani salah satu (barang
8

atau penumpang saja), dan jika jalur tersebut memiliki dua kegunaan, sering ada
gudang barang yang terpisah dari stasiun penumpang.[5]

Stasiun kegunaan ganda kadang-kadang masih dapat ditemukan saat ini, meskipun
dalam banyak kasus fasilitas barang dibatasi untuk stasiun utama. Di wilayah
pedesaan terpencil di Kanada dan Amerika Serikat, penumpang yang ingin naik
kereta api harus memberi perintah memberhentikan kereta kepada masinis. Stasiun
semacam itu dikenal sebagai "flag stop" atau perhentian sesuai permintaan.[6]

Banyak stasiun kereta api berasal dari abad ke-19 dan mencerminkan arsitektur
megah saat itu, memberikan prestise bagi kota serta operasi kereta api.[7] Negara-
negara tempat kereta api hadir kemudian mungkin masih memiliki arsitektur seperti
itu, karena stasiun-stasiun tersebut sering meniru gaya abad ke-19. Berbagai bentuk
arsitektur telah digunakan dalam pembangunan stasiun, dari gaya Barok atau
gaya Gotik yang terkesan megah dan anggun, hingga
gaya utilitarian atau modern yang lebih tegas. Stasiun-stasiun di Eropa cenderung
mengikuti desain Inggris dan berada di beberapa negara, seperti Italia, dibiayai oleh
perusahaan kereta api Inggris.[8]

Stasiun pada era kekinian sering dibuat dengan nuansa yang mirip dengan bandara,
dengan gaya abstrak dan sederhana. Contoh stasiun modern misalnya yang ada di
jaringan kereta berkecepatan tinggi yang lebih baru, seperti Shinkansen di Jepang,
THSR di Taiwan, jalur TGV di Prancis, dan jalur ICE di Jerman.

Fasilitas stasiun

Tempat parkir motor di stasiun kereta api di Negeri Sembilan, Malaysia.

Stasiun biasanya memiliki loket, mesin tiket otomatis, atau kedua-duanya, meskipun
pada beberapa jalur tiket dijual di atas kereta. Banyak stasiun memiliki toko
kelontong atau toko serba ada. Stasiun yang lebih besar biasanya memiliki
fasilitas makanan cepat saji atau restoran. Di beberapa negara, stasiun mungkin juga
9

memiliki bar atau pub. Fasilitas stasiun lainnya mungkin termasuk: toilet, layanan
titip bagasi, layanan hilang dan ditemukan (lost-and-found), titik boarding,
pemeriksaan tiket, check-in mandiri, pengangkutan bagasi, ruang tunggu, pangkalan
taksi, terminal bus, dan bahkan tempat parkir mobil. Stasiun yang lebih besar
cenderung memiliki jangkauan fasilitas yang lebih besar dan banyak termasuk juga
pos keamanan stasiun. Biasanya terbuka untuk pelancong ketika ada lalu lintas yang
cukup selama periode waktu yang cukup lama untuk menjamin biaya. Di kota-kota
besar fasilitas stasiun ini tersedia sepanjang waktu. Sebuah stasiun yang biasa
mungkin hanya memiliki peron, meskipun masih bisa dibedakan dari halte, tempat
pemberhentian yang dapat pula tidak memiliki peron.

Di banyak negara Afrika, Amerika Selatan, dan negara-negara Asia, stasiun juga
digunakan sebagai tempat untuk pasar tradisional dan bisnis informal lainnya. Hal ini
terutama berlaku pada jalur KA pariwisata atau stasiun dekat tujuan wisata.

Selain menyediakan layanan untuk penumpang dan fasilitas bongkar-muat barang,


stasiun kadang-kadang dapat memiliki depo lokomotif dan depot kereta api (biasanya
dengan fasilitas untuk menyimpan dan mengisi bahan bakar sarana dan perbaikan
kecil-kecilan).

Konfigurasi stasiun

Selain konfigurasi dasar stasiun, ada juga hal-hal yang menentukan jenis stasiun.
Semisal sebidang tidaknya perpotongan rel. Stasiun dapat berpotongan dengan jalan
raya: kecuali jika perpotongannya adalah perlintasan sebidang, jalan dan rel akan
berbeda tingginya. Peron dapat ditinggikan atau diturunkan relatif terhadap pintu
masuknya: bangunan utama berada pada ketinggian lantai yang sama atau berbeda.
Bila pintu masuk dan peron berada pada ketinggian yang sama, juga sudah umum,
namun sangat jarang berada di wilayah perkotaan, kecuali bila stasiun itu terminus.
Stasiun layang sangat umum di wilayah kota, tetapi bukan merupakan stasiun metro.
Stasiun yang terletak di dekat perlintasan sebidang akan memberi masalah jika kereta
berhenti lama di tengah perlintasan, menyebabkan jalanan menjadi macet.

Kadang-kadang, sebuah stasiun melayani dua atau lebih jalur kereta api pada tinggi
yang berbeda. Mungkin karena posisi stasiun ada pada titik tempat dua jalur
bersilangan (contoh: Berlin Hauptbahnhof), atau mungkin untuk menyediakan
stasiun terpisah untuk dua jenis layanan, seperti antarkota dan perkotaan
10

(contoh: Paris-Gare de Lyon dan Stasiun 30th Philadelphia Street), atau untuk dua
tujuan berbeda.

Stasiun juga dapat diklasifikasikan menurut tata letak peron. Di luar pengaturan jalur
tunggal, pengaturan yang paling dasar adalah sepasang jalur (sepur lurus) untuk dua
arah; kemudian ada peron pulau di antara keduanya jalurnya, atau dua peron sisi di
luar jalur. Bila jalurnya banyak, kemungkinan variasinya juga lebih banyak lagi.

Jalur

Di stasiun, ada berbagai jenis jalur untuk melayani tujuan yang berbeda. Sebuah
stasiun mungkin juga memiliki sepur belok yang bercabang dari sepur lurus utama
dan bergabung kembali ke sepur utama di ujung lainnya dengan wesel kereta
api untuk memungkinkan kereta melintas.[9]

Jalur untuk menaikturunkan penumpang disebut juga jalur stasiun,[10] tak peduli
apakah itu merupakan sepur lurus ataupun sepur belok. Jika jalur tersebut
memiliki peron, jalur tersebut dapat disebut jalur peron. Sepur belok yang
digunakan untuk melayani silang-susul KA disebut sebagai jalur
persilangan.[9] Jalur yang digunakan untuk KA melintas langsung di stasiun tersebut
tanpa berhenti disebut jalur langsung.[10]

Ada sepur simpang di stasiun yang merupakan jalur kecepatan rendah untuk tujuan
lain. Jalur perawatan atau, biasanya terhubung ke jalur persilangan, digunakan
untuk parkir perawatan jalur rel, kereta api yang istirahat, autorack, atau kereta tidur.
Sepur buntu adalah sepur simpang buntu yang terhubung ke jalur stasiun sebagai
penyimpanan sementara kereta yang cacat.[9]

Terminus

"Terminus" adalah stasiun di ujung jalur kereta api. Kereta yang tiba di sana harus
mengakhiri perjalanan mereka (mengakhiri) atau mundur dari stasiun. Bergantung
pada tata letak stasiun, ini biasanya memungkinkan wisatawan untuk mencapai
semua peron tanpa perlu menyeberangi jalur mana pun - pintu masuk umum ke
stasiun dan fasilitas penunjang berada di ujung peron.

Namun, kadang-kadang, jalur berlanjut untuk jarak pendek di luar stasiun, dan
pemberhentian kereta berlanjut ke depan setelah menurunkan penumpang mereka,
sebelum langsir ke sepur simpang atau balik lagi ke stasiun untuk mengambil
11

penumpang yang berangkat. Bondi Junction dan Kristiansand Station, Norwegia


memiliki tata letak seperti ini.

Banyak stasiun terminus memiliki transit ke stasiun kereta api bawah tanah di
bawahnya, untuk transit penumpang ke kota atau kabupaten setempat.

Sebuah stasiun terminus sering, tetapi tidak selalu, merupakan tujuan akhir dari
kereta yang tiba di stasiun. Khususnya di benua Eropa, sebuah kota mungkin
memiliki terminus sebagai stasiun kereta utamanya, dan semua jalur utama bertemu
di sana. Dalam kasus seperti itu, semua kereta yang tiba di terminus harus bergerak
berlawanan arah dari kedatangannya. Ada beberapa cara untuk mencapai hal ini:

 mengatur agar layanan disediakan oleh kereta rel atau sistem tarik-dorong, yang
keduanya mampu beroperasi di kedua arah; masinis hanya berjalan ke ujung
kereta yang lain dan mengambil kendali dari kabin lain; ini semakin menjadi
metode normal di Eropa;
 dengan melepaskan rangkaian lokomotif yang membawa kereta ke stasiun dan
kemudian
o berpindah posisi;
o ganti dengan lokomotif lain di belakang; atau
 dengan menggunakan "segitiga pembalik", susunan jalu rel dan wesel yang
berbentuk segitiga tempat kereta dapat membalikkan arah dan kembali ke
terminus;
 secara historis, pemutar rel digunakan untuk membalikkan lokomotif uap.

Terkadang ada jalur pintas, digunakan oleh kereta barang yang tidak perlu berhenti
di terminus.

Beberapa terminus memiliki kelanjutan jalur. Jalur merupakan perpanjangan jalur


perkotaan dari jalur utama, sering untuk kereta komuter, sementara peron terminus
digunakan untuk melayani KA jarak jauh. Contoh terusan jalur bawah tanah meliputi
peron Thameslink di Stasiun Blackfriars, London, jalur Argyle dan North Clyde dari
jaringan kereta pinggiran kota Glasgow, di Antwerpen, Belgia, RER di Gare du
Nord di Paris, dan banyak jalur S-Bahn di stasiun terminus di Jerman, Austria, dan
Swiss, seperti di Zürich Hauptbahnhof.

Di Amerika Serikat, contoh stasiun yang memiliki kelanjutan jalur adalah Union
Station di Washington, DC. Terdapat peron teluk untuk melayani pemberhentian
12

kereta api yang berakhir di stasiun ini dan peron pulau standar di bawahnya untuk
melayani kereta yang berlanjut ke selatan. Jalur yang lebih rendah berada di
terowongan di bawah stasiun ini dan muncul beberapa petak blok untuk
menyeberangi Sungai Potomac ke Virginia.

Stasiun terminus di kota-kota besar umumnya merupakan stasiun terbesar, dengan


yang terbesar adalah Grand Central Terminal di New York City, Amerika
Serikat.[11] Seringkali kota-kota besar, seperti London, Boston, Paris, Istanbul,
Tokyo, dan Milan memiliki lebih dari satu terminus, daripada rute membelah kota.
Perjalanan kereta api melalui kota-kota seperti itu sering membutuhkan transportasi
alternatif (metro, bus, taksi, atau feri) dari satu terminus ke terminus lainnya.
Misalnya di Istanbul, transfer dari Terminal Sirkeci (terminus Eropa) dan Terminal
Haydarpaşa (terminus Asia) secara tradisional diperlukan untuk
melintasi Bosphorus melalui moda lain, sebelum terowongan kereta Marmaray
yang menghubungkan Eropa dan Asia selesai. Beberapa kota, termasuk New York,
memiliki baik stasiun terminus dan stasiun lintas.

Terminus yang memiliki dua operator sering membuat jalur terminus yang dimiliki
bersama untuk memiliki dan mengoperasikan stasiun dan lintas terkait serta efisiensi
langsiran.

Persimpangan

Persimpangan adalah stasiun tempat dua atau lebih jalur rel bertemu atau
menyimpang. Itu bisa berupa stasiun terminus atau stasiun lintas.

Perhentian

Perhentian kereta api adalah tempat di sepanjang jalur kereta api, biasanya antara
dua stasiun atau di stasiun yang jarang digunakan, tempat penumpang dapat naik dan
turun dari kereta.

Bila persimpangan atau interlocking biasanya membagi menjadi dua atau lebih jalur
atau rute, dan juga memiliki persinyalan, perhentian kereta api tidak memiliki itu.
Halte stasiun biasanya tidak memiliki jalur selain satu-satunya jalur 1 sebagai sepur
lurus, dan tidak memiliki wesel.
13

Halte dan stopplaats

Halte dan stopplaats adalah stasiun kecil, biasanya tidak memiliki pegawai atau
pegawai yang sangat sedikit, dan juga memiliki sedikit atau tanpa fasilitas. Dalam
beberapa kasus, kereta berhenti hanya berdasarkan permintaan berhenti, ketika
penumpang di peron meminta naik, atau penumpang di kereta meminta kondektur
agar turun.[12]

St Keyne Wishing Well Halt

Di Britania Raya, sebagian besar halte kereta api sebelumnya di jaringan kereta api
nasional memiliki kata halt dihapus dari nama mereka. Secara historis, dalam banyak
kasus ejaan "halte" digunakan, sebelum ejaan "halt" menjadi biasa. Hanya ada dua
stasiun yang masih menggunakan kata "halt" yang tersisa: Coombe Junction
Halt dan St Keyne Wishing Well Halt .[13][14] Selain itu ada sejumlah halte seperti
lainnya di jaringan kereta api Inggris seperti Penmaenmawr di Wales Utara, tempat
penumpang diminta untuk memberi tahu petugas jika mereka ingin turun, atau, jika
naik kereta api dari stasiun, agar membuat penumpang terlihat jelas oleh masinis dan
memberi semboyan tangan saat kereta mendekat.[15]

Sejumlah halte lain masih terbuka dan beroperasi di jalur kereta api swasta, warisan,
dan terlestarikan di seluruh Kepulauan Inggris. Kata ini sering digunakan secara
informal untuk menggambarkan stasiun jaringan kereta api nasional dengan layanan
terbatas dan penggunaan rendah, seperti Oxfordshire Halts di Jalur Cotswold.
Kata halt juga kadang-kadang diterapkan secara bahasa sehari-hari ke stasiun yang
dilayani oleh layanan publik tetapi tidak tersedia untuk digunakan oleh masyarakat
umum, hanya dapat diakses oleh orang-orang yang bepergian ke/dari pabrik terkait
(misalnya IBM dekat Greenock - meskipun ini tidak lagi dibatasi - dan British Steel
Redcar), pangkalan militer (seperti Lympstone Commando ) atau halaman langsir.
Satu-satunya dua tempat pemberhentian "pribadi" yang tersisa pada sistem nasional
tempat istilah "halt" masih digunakan secara resmi adalah Staf Halt (di Durnsford
14

Road, Wimbledon) dan Battersea Pier Sidings Staff Halt - keduanya hanya untuk
pegawai kereta api dan tidak untuk menaikturunkan penumpang.[14]

Great Western Railway di Inggris Raya mulai membuka halte pada 12 Oktober 1903;
dari tahun 1905, ejaan bahasa Prancis di-Inggriskan menjadi halt. Perhentian GWR
ini memiliki fasilitas paling dasar, dengan peron yang cukup panjang hanya untuk
satu atau dua kereta; beberapa tidak memiliki peron sama sekali, mengharuskan
adanya tangga di bordes kereta. Halte biasanya tidak ada pegawai, tiket dijual di atas
kereta. Pada 1 September 1904, versi yang lebih besar, yang dikenal di GWR
sebagai platform alih-alih halt, diperkenalkan; memiliki peron yang lebih panjang
dan dijaga oleh petugas boarding (portir), yang menjual tiket, dan kadang-kadang
menerima paket atau kiriman susu.[16][17]

Dari 1903 hingga 1947 GWR membangun 379 halte dan mewarisi 40 lebih lanjut
dari perusahaan lain sejak berlakunya Undang-Undang Perkeretaapian tahun 1923.
Puncaknya terjadi sebelum Perang Dunia I (145 dibangun) dan 1928-39 (198
dibangun) [18] ). Sepuluh lebih dibuka oleh BR pada jalur eks-GWR. GWR juga
membangun 34 platform. [19]

Di banyak negara Persemakmuran istilah "halt" masih digunakan untuk perhentian.


Di Amerika Serikat perhentian seperti itu secara tradisional disebut sebagai flag stop.
Di Jerman, istilahnya adalah Haltepunkt (Hp).

Di Republik Irlandia, beberapa stasiun kereta api kecil ditetapkan sebagai perhentian
(bahasa Irlandia: stadanna, tunggal: stad ).[20]

Di Victoria, Australia, railmotor stopping place (RMSP) atau "pemberhentian lori"


adalah tempat kendaraan penumpang kecil (lori motor) atau motor rel bisa berhenti
untuk menaikturunkan penumpang. Biasanya ditandai hanya dengan papan nama di
samping jalur kereta api [21] di jalur akses yang nyaman di dekat jalan. Penumpang
dapat memanggil masinis kereta untuk berhenti, dan membeli tiket dari kondektur di
kereta.[22]
15

Aksesibilitas

Parkir untuk peyandang cacat di stasiun kereta api di Kedah, Malaysia.

Aksesibilitas bagi para penyandang difabel diamanatkan oleh hukum di banyak


negara. Pertimbangan meliputi: akses lift atau tangga ke semua peron, ketinggian
peron yang sesuai dengan tinggi lantai kereta penumpang, menyediakan tangga
penghubung khusus difabel ketika tinggi peron tidak cocok dengan tinggi lantai
kereta, toilet yang dapat diakses dan telepon umum, pengumuman stasiun yang dapat
didengar dengan jelas, dan langkah-langkah keamanan seperti penandaan khusus
tunanetra di pinggir peron.[23]

Stasiun barang

Stasiun barang hanya digunakan untuk bongkar-muat barang dan mungkin juga
memiliki halaman untuk pemilahan gerbong. Stasiun terminus barang pertama di
dunia adalah Stasiun Barang Park Lane di South End Liverpool Docks. Dibangun
pada tahun 1830, terminus dicapai dengan terowongan sejauh 1,24-mil (2 km).

Karena barang-barang semakin banyak diangkut melalui jalan darat, banyak stasiun
barang serta gudang barang di stasiun penumpang, telah ditutup. Selain itu, banyak
stasiun barang saat ini digunakan murni untuk lintas bongkar-muat barang dan dapat
dikenal sebagai stasiun pengangkutan barang, tempat mereka juga menangani peti
kemas. Mereka juga dikenal sebagai stasiun atau terminal peti kemas.

Anda mungkin juga menyukai