BAB
02 TINJAUAN UMUM
LITERATUR & HASIL STUDI
TERDAHULU
a. peralatan pengereman;
b. peralatan perangkai;
d. kelistrikan.
a. rangka dasar;
b. badan;
c. bogie;
d. peralatan perangkai;
e. peralatan pengereman;
f. peralatan keselamatan;
g. kabin masinis;
j. peralatan pengendali.
a. peralatan pengereman;
b. peralatan perangkai;
d. kelistrikan.
a. rangka dasar;
b. badan;
c. bogie;
d. peralatan perangkai;
e. peralatan pengereman;
f. peralatan keselamatan;
g. kabin masinis;
j. peralatan pengendali.
2) Depo atau balai yasa merupakan tempat yang bersifat tetap dan
memenuhi persyaratan:
d. bangunan kantor.
a. perencanaan;
b. perancangan;
ruang bebas;
ruang bangun.
B. Ruang bebas adalah ruang di atas jalan rel yang senantiasa harus
bebas dari segala rintangan dan benda penghalang; ruang ini
disediakan untuk lalu lintas rangkaian kereta api. Ukuran ruang bebas
untuk jalur tunggal dan jalur ganda, baik pada bagian lintas yang lurus
maupun yang melengkung, untuk lintas elektrifikasi dan non
elektrifikasi, adalah seperti yang tertera pada Gambar berikut ini.
C. Ruang bangun adalah ruang di sisi jalan rel yang senantiasa harus
bebas dari segala bangunan tetap.
D. Batas ruang bangun diukur dari sumbu jalan rel pada tinggi 1 meter
sampai 3,55 meter. Jarak ruang bangun tersebut ditetapkan sebagai
berikut :
Gambar 2.5. Penampang Melintang Jalan Rel pada Bagian Lurus (Lebar Jalan Rel 1435mm)
Gambar 2.6. Penampang Melintang Jalan Rel pada Lengkungan (Lebar Jalan Rel 1435mm)
b. Sistem Jaringan Jalur Kereta Api Antar Kota meliputi : Jaringan Jalur
Kereta Api dan Simpul Jaringan Jalur Kereta Api Antar Kota.
g. Sistem jaringan jalur kereta api nasional terdiri atas jaringan jalur
kereta api lintas utama, dan jaringan jalur kereta api kawasan
perkotaan metropolitan.
Gambar 2.7. Peta Rencana Arahan Sistem Jaringan Kereta Api di Selatan Pulau Sulawesi
Gambar 2.8. Peta Pembesaran Rencana Arahan Sistem Jaringan Kereta Api di Pulau Sulawesi,
khusus Segmen Makassar – Parepare
Pembangunan jalur kereta api trans Sulawesi yang tertuang pada RTRWP
Sulawesi Selatan kemudian dijabarkan mengenai Kawasan Strategis
Nasional di Sulawesi Selatan dan dijabarkan ke dalam Peraturan Presiden
Republik Indonesia No. 55 Tahun 2011 tentang Rencana tata Ruang
Kawasan Perkotaan MAMMINASATA (Makassar- Maros- Sungguminasa-
Takalar) antara lain:
c. Jaringan jalur kereta api merupakan jaringan jalur kereta api umum
antarkota.
Pemanfaatan ruang sisi jalur kereta api untuk ruang terbuka harus
memenuhi aspek keamanan dan keselamatan bagi pengguna
kereta api.
2) Penetapan zona ruang manfaat jalur kereta api berupa jalan rel
dan bidang tanah di kiri dan kanan jalan rel beserta ruang di kiri,
kanan, atas, dan bawah yang digunakan untuk konstruksi jalan rel
dan penempatan fasilitas operasi kereta api serta bangunan
pelengkap lainnya;
3) Penetapan zona ruang milik jalur kereta api meliputi bidang tanah
di kiri dan kanan ruang manfaat jalur kereta api yang digunakan
untuk pengamanan konstruksi jalan rel yang terletak pada
permukaan tanah diukur dari batas paling luar sisi kiri dan kanan
ruang manfaat jalur kereta api, yang lebarnya paling sedikit 6
(enam) meter;
5) Penyediaan RTH pada zona ruang milik jalur kereta api; dan
Peninjauan terhadap studi terdahulu yang terkait dengan Jalur Kereta Api Trans
Sulawesi dimaksudkan agar hasil perencanaan Depo di Maros maupun di
Parepare dapat sinkron dan saling menunjang serta melengkapi dengan hasil
beberapa studi yang telah dilakukan dan dihasilkan sebelumnya.
Beberapa studi yang dapat ditinjau dan dijadikan bahan pertimbangan antara lain :
Gambar 2.2. Estimasi Jumlah Trip KA Penumpang dan Barang Per Hari (pp)
C. Kapasitas Lintas
Kapasitas lintas dihitung dengan rumus Scott :
N =(1440 x C) / ((S / V) + t )
A
B-C
MAROS
Gedung Stasiun 18 + 500
Bisa di lantai 2 00 + 000
Luncuran
Peron Tinggi 100 cm I
As Rel = 9,2 m
Peron P = 200 m, L = 6 m
uNeD II
Mandai As Rel = 4,5 m Ramangramang
III Luncuran
As Rel = 11,2 m
Rencana
Jalur Ganda Peron P = 200 m, L = 8 m Rencana
As Rel = 4,5 m
IV Jalur Ganda
Ke/dari Goa Luncuran
V
Rencana Jalur Ganda
Peron P = 200 m, L = 6 m
VI
Dipo Lokomotif
Balai
Dipo Yasa
Kereta
Keterangan :
Pembangunan Tahap Pertama, Ke Bandara belum ada.
Pembangunan Tahap Kedua, Ke Bandara sudah ada
Pembangunan Tahap Ketiga, Jalur Ganda dibangun
SOREANG
Gedung Stasiun 141 + 500
Bisa di lantai 2 Jalur Simpan
Luncuran
I Peron Tinggi 100 cm
uNeD Tangga As Rel = 9,2 m
II
Lumpue As Rel = 4,5 m Polewali
Rencana Jalur Ganda III
Luncuran
Keterangan :
Pembangunan Tahap Pertama, Ke Bandara belum ada.
Pembangunan Tahap Kedua, Ke Bandara sudah ada
Pembangunan Tahap Ketiga, Jalur Ganda dibangun
(Sumber: Studi Perencanaan Kebutuhan Sarana, Teknologi Spesifikasi Teknis Sarana Serta Fasilitas
Sarana Perkeretaapian Sulawesi, Tahun 2015)
(Sumber: Studi Perencanaan Kebutuhan Sarana, Teknologi Spesifikasi Teknis Sarana Serta Fasilitas
Sarana Perkeretaapian Sulawesi, Tahun 2015)
- terbuat dari baja atau material lain yang memiliki kekuatan dan
kekakuan tinggi;
Badan - konstruksi tahan benturan;
- tahan terhadap korosi dan cuaca;mampu meredam kebisingan.
a. Rangka Dasar
b. Badan
c. Kabin Masinis
d. Bogie
g. Peralatan Pengereman
h. Peralatan perangkai
i. Peralatan pengendali
Pv = k x (P1+P2)
Pv = beban vertikal
k = 1,3 (koefisien dinamis)
P1 = berat rangka dasar
P2 = kuat muat = berat muat + toleransi = 52.5 ton
dimana toleransi = 5% x berat muat.
Gambar 2.11. Jenis Gerbong dengan Desain Badan Untuk Muatan Semen dan Klinker
Gambar 2.12. Perbandingan Bogie Barber Standar AAR dengan Bogie Y25
standar UIC, 3 Axle Bogie dan Bogie Barber Easy Ride
Gambar 2.17. Standar emisi lokomotif UIC Eropa dan EPA Amerika Serikat
Gambar 2.18. Standar emisi UIC IIIB dan EPA Tier4 terhadap standar Euro 6
mesin industri
a) barang curah;
b) barang cair;
d) kaca lembaran;
g) kendaraan;
h) alat berat;
j) peti kemas.
Gambar 2.20. Layanan Kereta api Multimodal mendukung Tol Laut Makassar
Gambar 2.24. Jarak Dan Kepadatan Penumpang Kereta Api Regional Di Eropa
Gambar 2.26. Struktur armada kereta api regional terhadap kereta api lainnya
Tabel 2.16. Perbedaan PSO Kelas Ekonomi dan Subsidi Angkutan Perintis
api, dan 4% sisanya memilih kereta api jika harga tiketnya mereka
anggap murah.
Dalam rencana kerja dan studi kelayakan yang harus disusun oleh
Penyelenggara Sarana Kereta Api Penumpang Regional Makassar-
Parepare diperlukan kajian layanan dan operasional terlebih dulu.
Dalam studi ini dapat dijadikan masukan baik dari konsep kereta api
penumpang maupun hasil survey.
f) Frekuensi perjalanan
Tabel 2.17. Hasil Penilaian alternatif Layanan Kereta api Penumpang Regional
Dari Tabel 3.7 dalam Bab III Kajian Ekonomi Potensi Wilayah
Sulawesi Selatan diperoleh bahwa pada awalnya jumlah penumpang
kereta api sekitar 1,5 juta penumpang per tahun (menurut Review
Master Plan) dan 1,6 juta penumpang per tahun (menurut Studi
Trase). Untuk itu perlu ditambahkan hasil analisis akademis oleh Nur
Syam AS Dosen Jurusan Teknik PWK Fakultas Sains & Teknologi
UIN Alauddin Makassar. Potensi permintaan moda transportasi kereta
api di Sulawesi Selatan untuk melakukan moda split ke transportasi
kereta api dari wilayah Mamminasata penumpang akan beralih
sebesar 35% - 40%. Sedangkan dari wilayah Sulawesi Selatan,
penumpang akan beralih dari moda transportasi jalan sebesar 10% -
20%. Dari Tabel 8.19. diperoleh proyeksi potensi pergerakan
penumpang yang meruapakan kajian akademis, bangkitan dan tarikan
masih kurang signifikan. Ability To Pay (ATP) penumpang
berdasarkan hasil survei yang diperoleh pada umumnya masyarakat
mempunyai penghasilan per bulan adalah berkisar 1 juta s/d 2,5 juta
akan mengeluarkan biaya transportasi bulanan 10% - 20%, berkisar
Rp. 250.000 s/d Rp. 500.000, sementara Willingness To Pay (WTP)
adalah membandingkan dengan ongkos jalan yang biasanya
dikeluarkan (Rp/jarak km) yang pada umumnya mengharapkan
berkisar dibawah Rp. 75.000.
Gambar 2.27. Pola Operasi dan Profil Perjalanan Kereta Api Penumpang Regional
Dengan Pemberhentian Stasiun Tertentu
Kinerja rangkaian kereta rel diesel regional yang diperlukan untuk jalur
Makassar-Parepare antara lain :
d) Kereta rel diesel dengan berat kosong sekitar 130 ton untuk 4 unit
per rangkaian atau sekitar 160 ton per 5 unit rangkaian untuk
batas tekanan gandar 25 ton.
b) Kereta rel diesel elektrik dengan mesin diesel power pack berada
di bawah (underfloor) dengan kecepatan maksimum pada 160
km/jam dan tekanan gandar 25 ton.
a) rangka dasar;
b) badan;
c) bogie;
d) peralatan perangkai;
e) peralatan pengereman;
f) peralatan keselamatan;
g) kabin masinis;
j) peralatan pengendali.
Depo atau balai yasa merupakan tempat yang bersifat tetap dan
memenuhi persyaratan:
d) bangunan kantor.
a. Breakdown maintenance
d. Preventive maintenance