DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
DED Pembangunan Jalan Rel Dan Jembatan Kereta Api Menuju Pelabuhan Patimban
DAFTAR GAMBAR
Gambar 6.1 – Potensi Angkutan berdasarkan Rencana Master Plan Pelabuhan Patimban............. 6-2
Gambar 6.2 – Tahapan Pengembangan Jangka Pendek (Tahap I-1) Pelabuhan Patimban ............. 6-4
Gambar 6.3 – Tahapan Pengembangan Jangka Panjang (Tahap III) Pelabuhan Patimban ............. 6-5
Gambar 6.4 – Hinterland Pelabuhan Patimban dan Tanjungpriok .................................................. 6-6
Gambar 6.5 – 4 Alternatif Trase Jalur KA Menuju Pelabuhan Patimban ...................................... 6-7
Gambar 6.6 – Distribusi Arah Perjalanan Angkutan Barang ....................................................... 6-11
Gambar 6.7 – Diagram Trailing Tonnage VS Steady – State Speed pada Lokomotif CC 206 .... 6-13
Gambar 6.8 – Lokasi Stasiun antara Pagadenbaru - Patimban..................................................... 6-16
Gambar 6.9 – Gambar Tier (dilihat dari panjang dan lebarnya peti kemas, dengan Tier 4) ........ 6-20
Gambar 6.10 – Contoh Penggunaan Reach Stacker ..................................................................... 6-21
Gambar 6.11 – Emplasemen Pagadenbaru Eksisting ................................................................... 6-22
Gambar 6.12 – Desain Layout Emplasemen Pagadenbaru .......................................................... 6-27
Gambar 6.13 – Rute Yang Terbentuk Pada Emplasemen Pagadenbaru Alternatif 4 ................... 6-28
Gambar 6.14 – Rencana Emplasemen Babakanjati...................................................................... 6-31
Gambar 6.15 – Kondisi Eksisting Lokasi Rencana Stasiun Binong ............................................ 6-32
Gambar 6.16 – Rencana Layout Emplasemen Stasiun Binong .................................................... 6-32
Gambar 6.17 – Rencana Emplasemen Bojongtengah .................................................................. 6-33
Gambar 6.18 – Kondisi Eksisting Lokasi Rencana Stasiun Patimban ......................................... 6-33
Gambar 6.19 – Kebutuhan lahan jalur KAdi Pelabuhan Patimban .............................................. 6-34
Gambar 6.20 – Desain Layout Emplasemen Patimban ................................................................ 6-35
DAFTAR ISI ii
DED Pembangunan Jalan Rel Dan Jembatan Kereta Api Menuju Pelabuhan Patimban
DAFTAR TABEL
Tabel 6.1 – TAHAPAN DEMAND PETI KEMAS PELABUHAN PATIMBAN ......................... 6-1
Tabel 6.2 – PROGRAM PEMBANGUNAN UNTUK LAPANGAN PENUMPUKAN PETI
KEMAS TAHAP 1 - 2 .......................................................................................... 6-2
Tabel 6.3 – PENILAIAN TRASE JALUR KA ALTERNATIF 4 .................................................. 6-8
Tabel 6.4 – POTENSI JUMLAH ANGKUTAN KA BARANG .................................................... 6-9
Tabel 6.5 – RENCANA OPERASIONAL ANGKUTAN BARANG ............................................ 6-9
Tabel 6.6 – BEBAN TARIK SETIAP JENIS LOKOMOTIF PADA LANDAI PENENTU DAN
KECEPATAN TERTENTU ................................................................................ 6-12
Tabel 6.7 – SPESIFIKASI TEKNIK LOKOMOTIF DIESEL ELEKTRIK 6 GANDAR ............ 6-12
Tabel 6.8 – TAHAPAN DEMAND PETI KEMAS PELABUHAN PATIMBAN PER HARI DAN
PER TAHUN ....................................................................................................... 6-17
Tabel 6.9 – PRAKIRAAN FREKUENSI KERETA API YANG DIBUTUHKAN JALAN PER
HARI ................................................................................................................... 6-17
Tabel 6.10 – PERKEMBANGAN FREKUENSI KERETA API ................................................. 6-18
Tabel 6.11 – PREDIKSI PERKEMBANGAN PERJALANAN KERETA API LINTAS
CIKAMPEK-HAURGEULIS TAHUN 2017 S.D 2037 ..................................... 6-18
Tabel 6.12 – KAPASITAS LINTAS FREKUENSI KA DAN OPORTUNITAS (PELUANG)
LINTAS CIKAMPEK – TEGAL ........................................................................ 6-19
Tabel 6.13 – FREKUENSI KERETA API DAN PENETAPAN YANG AKAN DILALUI DI
STASIUN PAGADENBARU UNTUK PERHITUNGAN RUTE KONFLIK ... 6-29
Tabel 6.14 – HUBUNGAN RUTE DI EMPLASEMEN PAGADENBARU ............................... 6-29
Tabel 6.15 – RASIO PEMBEBANAN JALUR OLEH FREKUENSI KERETA API DI STASIUN
PAGADENBARU ............................................................................................... 6-30
6. KAJIAN OPERASI KA
Beberapa informasi yang dapat dijadikan bahan dalam analisa lanjut tentang pola operasi
perjalanan kereta api menuju Pelabuhan Patimban khususnya mengenai lay out emplasemen stasiun
yaitu :
- Recana Induk Pelabuhan (RIP) Patimban Jawa Barat dibuat oleh Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan
- Laporan Akhir Studi Kelayakan, Survei Investigasi Dan Rancangan Dasar Akses Jalur
KA Menuju Pelabuhan Patimban yang di buat pada Tahun 2017 oleh Direktur Lalu Lintas
dan Angkutan Kereta Api Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Patimban Jawa Barat
2037 7,500,000
Potensi angkutan berdasarkan Rencana Master Plan Pelabuhan Patimban total Bongkar muat
peti kemas pada tahun 2037 (kapasitas optimum) sebesar 7.500.000 TEU’s, dengan penjelasan bahwa
nilai tersebut terbagi atas 4 terminal bongkar/muat peti kemas (CY), kapasitas per terminal = (7.500.000
/ 4 ) TEU’s = 1.750.000 TEU’s / tahun. Dan potensi angkutan melaui jalur KA ada di terminal 1 dan
2.
CY 1
CY 2 CY 3
CY 4
Gambar 6.1 – Potensi Angkutan berdasarkan Rencana Master Plan Pelabuhan Patimban
b. Program pembangunan untuk lapangan Penumpukan Peti Kemas tahap 1 s.d. pembangunan
tahap II sebagai berikut :
Tabel 6.2 – PROGRAM PEMBANGUNAN UNTUK LAPANGAN PENUMPUKAN PETI
KEMAS TAHAP 1 - 2
Jangka Pendek Jangka Jangka
Uraian Tahap I-1 Tahap I-2 Menengah
Tahap II Panjang
Tahap III
(2017- (2020-2021) (2022-2026) (2027-2036)
Terminal Peti Kemas
2019)
6.1.1.2 Program Pembangunan Jalur Kereta Api dan Area Bongkar Muat Kereta Api
Pada Program Pembangunan Pelabuhan Patimban tercantum pembangunan area bongkar muat
kereta api disediakan seluas 2 Ha, dan direncanakan pembangunannya pada tahap I-1 (2017-2019)
sebagaimana dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 6.2 – Tahapan Pengembangan Jangka Pendek (Tahap I-1) Pelabuhan Patimban
Pembangunan jalan Kereta Api akan dibangun pada Tahap III tahun 2027 – 2036, sebagaimana
terlihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 6.3 – Tahapan Pengembangan Jangka Panjang (Tahap III) Pelabuhan Patimban
Trase jalur KA menuju Patimban akan berawal dari lapangan penumpukan container (container
yard) di Pelabuhan Patimban dan berakhir di sekitar Stasiun Pagaden. Trase KA tersebut diperkirakan
memiliki panjang lintasan 28 km. Lintasan jalur KA tersebut berada di dalam wilayah administrasi
Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Perencanaan trase jalur KA perlu mempertimbangkan
besarnya volume angkutan barang yang akan diangkut dari atau menuju Pelabuhan Patimban. Oleh
karena itu, tujuan dari analisis transportasi ini adalah untuk mengetahui berapa besar volume angkutan
KA dan distribusi arah pergerakannya. Dengan mempertimbangkan bahwa trase posisi trase berada di
dalam Kabupaten Subang maka analisis transportasi ini menggunakan sistem zona berbasis
kabupaten/kota di wilayah Provinsi Jawa Barat.
Hasil perhitungan studi terdahulu tentang jumlah angkutan barang ke moda angkutan kereta
api, sebagai berikut :
NO DATA BESAR/NILAI
I DATA TEKNIS
1 Panjang jalur kereta api 26 Km/jam
2 Kecepatan lokomotif GE 3300 HP 60 Km/Jam
3 Kapasitas gerbong 40 Ton/gerbong
4 Jam operasional kereta api 24 jam
5 Hari operasional kereta api 365 hari/tahun
6 Rencana lokasi stasiun barang 1 unit
7 Waktu berhenti di stasiun barang 1 jam
II DATA OPERASIONAL
1 Tarif angkutan barang (Rp./km/ton) Rp. 1.000/km/ton
2 Stamformasi rangkaian kereta api 1 lokomotif dan 30 gerbong
Dari dua skenerio tersebut maka skenerio 1 Nilai 31,7 % yang akan dipakai dalam perhitungan
selanjutnya karena nilai ini lebih mendekati dengan prediksi dari kajian RIP Patimban perkeretaapian
tahun 2011, yang kami cuplik sebagai berikut :
Berdasarkan buku Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNAS) Tahun 2030 yang
ditetapkan oleh Mentri Perhubungan pada bulan April 2011 salah satu ketetapannya yang tertuang
dalam butir 1.3.2. Strategi dan Target Pengembangan Perkeretaapian Nasional dalam Tataran
Transportasi Nasional dijelaskan sebagai berikut:
Sasaran penyelenggaraan perkeretaapian nasional harus dapat diukur dan bersifat
kuantitatif, sehingga dapat digunakan sebagai instrumen untuk menilai kinerja/keberhasilan
penyelenggaraan perkeretaapian nasional. Sasaran dan target penyelenggaraan perkeretaapian
nasional 2030 adalah: “Mewujudkan layanan transportasi perkeretaapian yang memiliki pangsa
pasar penumpang sebesar 11% - 13 % dan barang sebesar 15% - 17% dari keseluruhan layanan
transportasi nasional.”
Dijelaskan lebih lnjut, bahwa : Peranan Angkutan Perkeretaapian Nasional dalam Tataran
Transportasi Nasional adalah “Memberikan layanan transportasi yang menyeluruh kepada masarakat
maka layanan moda ini harus terintegrasi dengan layanan moda lain seperti moda udara, moda darat
(transportasi perkotaan) dan moda laut. Bentuk-bentuk layanan ini akan terus dikembangkan pada
masa yang akan datang, sehingga layanan kereta api tidak lagi identik dengan perjalanan antar kota,
tetapi akan semakin berkembang menjadi layanan kereta menuju bandara (airport railway), layanan
kereta api perkotaan (urban transport railway) dan layanan kereta api menuju pelabuhan (port
railway).
Jadi transportasi perkeretapiaan kedepan diharapkan dapat berperan sebagai penghubung
antara simpul-simpul transportasi seperti terminal, pelabuhan dan bandara serta dapat
menghubungkan pusat-pusat kegiatan industri dan pertambangan dengan pelabuhan sebagai outlet
bongkar muat perdagangan barang. Selain itu perkeretaapian nasional juga diharapkan mampu
berperan dalam mendukung keterhubungan wilayah (domestic connectivity) serta pengembangan
koridor ekonomi nasional.
Distribusi arah pergerakan angkutan barang rata-rata per hari-nya dari arah pelabuhan ke
Jababeka sebanyak 57, 63 % sedangkan ke arah Cirebon sebanayak 42,23% seperti tergambar sebagai
berikut :
Nilai tersebut di atas akan dijadikan dasar dalam memilah potensi KA yang menuju Cirebon
dan Cikarang pada perumusan rasio konflik di jalur stasiun Pegadenbaru.
Tabel 6.6 – BEBAN TARIK SETIAP JENIS LOKOMOTIF PADA LANDAI PENENTU DAN KECEPATAN
TERTENTU
Gambar 6.7 – Diagram Trailing Tonnage VS Steady – State Speed pada Lokomotif CC 206
4. Tonase Kereta Api
Spesifikasi Berat muat Peti kemas berdasarkan Petaruran Dinas no. 8 dari PT Kereta
Api (Persero) sebagai berikut :
Apabila jumlah peti kemas ukuran 20 feet ( 1 TEU’s) dan per GD dimuati 2 bh maka
berat per gerbong (GD) berikut muatannya = {(24 x 2) + 14,5} ton = 62,5 Ton
Apabila stamformasi jumlah rangkaian seperti bervariasi di atas, maka berat kereta api
menjadi :
1) Untuk rangkaian 30 GD = (30 x 62,5) ton = 1.875 ton
2) Untuk rangkaian 25 GD = (25 x 62,5) ton = 1.563 ton
3) Untuk rangkaian 20 GD = (20 x 62,5) ton = 1.250 ton
4) Untuk rangkaian 15 GD = (15 x 62,5) ton = 938 ton
Dengan memperhatikan kemampuan lokomotif tersebut di atas, maka rangkaian dengan
berat 1.000 ton dapat di jalankan pada kecepatan di atas kecepatan adhesi yaitu minimal
30 km/jam maka pada formasi 15 GD lokomotif penarik cukup menggunakan satu lok
(single lok), stamformasi 20 gerbong atau lebih harus menggunakan dua lokomotif
(double lok).
Apabila ditetapkan 30 gerbong maka di spot-spot jalur lereng 10 ‰ kecepatan kereta
api maksimum 30 km/jam, dan pada lereng paling besar 5 ‰ kecepatan maksimum
60 km/jam dan kecepatan operasinya dapat mencapai 55 km/jam.
Jika double lok maka panjang rangkaian menjadi 478 meter relaltifnya 500 meter, dan
di stasiun Pegadenbaru panjang jalur di masing-masing jalur buntu untuk melangsir
lokomotif menjadi 50 meter.
Jika frekuensi kereta api 54 KA, ini berarti selang waktu antar kereta api { (80% x
1440) / 54 } menit = 21.33 = 21 menit.
Memperhatikan jumlah kereta api yang akan dijalankan pada tahun kapasitas optimum
(tahun 2037) denngan formasi rangkaian 2 lokomotif + 30 GD, maka jumlah kereta api
hanya mencapai 54 KA jadi jalur di lintas Pegadenbaru – Patimban cukup jalur tunggal
(Single track).
7. Kapasitas Lintas
No Stasiun Km Jarak
1 Pagadenbaru 0+000
5.700 m
2 Babakanjati 5+700
8.000 m
3 Binong 13+700
5.950 m
4 Bojongtengah 19+650
6.550 m
5 Patimban 26+100
Stasiun Patimban
Km 26+100
Stasiun Bojongtengah
Km 19 + 650
Stasiun Binong
Km 13 + 700
Stasiun Babakanjati
Km 5 + 700
Stasiun Pegadenbaru
Km 0 + 000
b. Headway
Headway lintas Pegadenbaru – Patimban {[(8,000 / 55) x 60 ]+ 1} menit = 9.7
menit dibulatkan menjadi 10 menit..
Prediksi share potensi angkutan memalui kereta api berdasarkan hasil studi terdahulu
(Laporan Akhir Studi Kelayakan, Survei Investigasi Dan Rancangan Dasar Akses
Jalur KA Menuju Pelabuhan Patimban tahun 2017) sebesar 31,7% dari total potensi.
Namun Potensi yang dapat diakses jalur keretea api hanya sebagiannya yaitu yang ada
di terminal 1 dan 2 pelabuhan, jadi potensi angkutan yang dapat diangkut
menggunakan kereta api per tahun sebesar 31,7 % x (1.750.000 + 1.750.000)TEU’s
= 1.188.750 TEU’s atau 3.257 TEU’s per hari.
Berdasarkan tabel 6.1 maka secara berurutan potensi angkutan melalui kereta api di
terminal 1 dan 2 menjadi sebagai berikut :
Tabel 6.8 – TAHAPAN DEMAND PETI KEMAS PELABUHAN PATIMBAN PER
HARI DAN PER TAHUN
Jika diprediksikan pada jumlah frekuensi kereta api per hari dengan jumlah gerbong
yang diangkut 30 gerobong datar per KA, dengan catatan per gerbong dimuati 2 buah
peti kemas ukuran 20 feet (2 TEU’s/GD), maka prediksi frekuensi kereta api yang
dibutuhkan pada pase/tahapan demi tahapan menjadi sebagai berikut :
Tabel 6.9 – PRAKIRAAN FREKUENSI KERETA API YANG DIBUTUHKAN JALAN PER
HARI
KA Penumpang
64 6 56 4 62 4 86 8 70 10
Komersial
KA Penumpang Ekonomi 18 0 26 0 30 0 20 0 18 0
KA Barang Parcel 4 0 4 0 4 0 4 0 4 0
KA Barang Petikemas /
10 6 16 14 16 18 28 0 22 8
SKAB
KA Barang Semen 6 0 10 0 8 0
Jumlh Program KA
96 102 118 148 122
Reguler
Jumlh Program KA
12 18 22 8 18
Fakultatif
Jumlah Program KA R + F 108 120 140 156 140
Sumber : Buku Kapasitas Lintas Gapeka tahun 2011, 2013, 2014, 2015 dan 2017
Berdasarkan data tersebut diprediksikan sampai tahun 2037 menjadi sebagai berikut :
KA Penumpang Komersial 80 87 99 102 105 108 111 114 117 120 123 127 130 134 138
KA Penumpang Ekonomi 18 18 17 17 17 17 17 17 17 17 17 17 17 17 17
KA Barang Parcel 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
KA Barang Petikemas / SKAB 30 31 32 32 32 33 33 33 33 34 34 34 34 35 35
KA Barang Semen 8 8 9 9 9 9 9 9 9 9 10 10 10 10 10
Jumlah KA 140 148 161 164 168 171 174 177 181 184 188 192 195 199 203
Kapasitas Lintas 246 246 246 246 246 246 246 246 246 246 246 246 246 246 246
4. Stamformasi kereta api 2 lok + 30 Gerbong datar (GD), dengan kecepatan operasi 55 km/jam.
5. Panjang jalur efektif untuk kebutuhan persilangan atau penyusulan atau kebutuhan langsir di
stasiun tempat pemutaran lokomotif (stasiun Patimban) minimal 500 m.
Dengan dimungkinkannya kereta api langsung menuju jalur yang ada di terminal 1 dan 2 di
Pelabuhan, maka semua peti kemas akan ditampung di area penimbunan yang ada di terminal 1 dan 2
tersebut, luasnya sudah diperhitungkan untuk sejumlah total potensi angkutan 3.257 TEU’s per hari.
Dalam perhitungan kebutuhan lahan penimbunan peti kemas atau Container Yard (CY) ada
istilah Slot dan Tier, pengertian kedua istilah tersebut sebagai berikut :
Slot
Slot merupakan istilah dalam pengelompokan satuan peti kemas, tiap Slot umumnya terdiri
dari 8 peti kemas, yang disimpan dalam 2 baris, masing-masing baris 4 peti kemas ukuran 20 Feet,
atau 4 peti kemas jika semuanya ukuran 40 Feet.
Dimensi peti kemas berdasarkan tabel di atas sebagai berikut panjang 6,058 meter dan lebar
2,438 meter, jadi satu peti kemas memerlukan luas lahan sebesar 14,769 dibulatkan 14,77 m2
Tier
Tier yaitu jumlah penumpukan vertikal ke atas, relatifnya tumpukan dapat disusun 3 susun atau
4 bahkan sampai 5 susun, jumlah tumpukan tergantung besar kecil atau jenis peralatan handlingnya.
Pengaturan slot dan tier tentu saja akan mempertimbangkan berbagai hal diantaranya situasi lahan dan
kemudahan-kemudahan dalam penyelesaian bongkar muat. Ilustrasi gambar tumpukan peti kemas
sebagai berikut :
Gambar 6.9 – Gambar Tier (dilihat dari panjang dan lebarnya peti kemas, dengan Tier 4)
Gantry crane
Reach stacker
Reach stacker
Kondisi sekarang jalur V secara berkelanjutan diisi dengan sarana kereta – kereta dan
gerbong rusak sehingga jalur tersebut tidak terpakai untuk pergerakan KA datang atau
berangkat. Demikian juga jalur 6 tidak dipergunakan karena jalur dalam kondisi rusak. Dengan
demikian jalur yang terpakai untuk operasi perjalanan kereta api hanya 4 (empat) jalur yaitu
jalur I, II, III dan IV dengan catatan jalur I dan IV pemanfaaatnya kecil yaitu hanya 2 – 4 KA
per hari jika kita banding dengan jumlah kereta api yang melinta di stasiun tersebut yaitu 129
KA., dan jumlah jalur efektif ini masih mampu untuk melayani semua perjalanan KA yang
terprogram dalam Gapeka 2017 maupun penambahannya.
6
V
IV
III
CIKAUM CIPUNEGARA
II
I
V
IV Cipunegara
Cikaum III
II
I
A B C D E F G H I J K L M N O P
II I IV V III IV V I IV V IV V IV V IV V
Gambar 6.13 – Rute Yang Terbentuk Pada Emplasemen Pagadenbaru Alternatif 4
Keterangan Rute :
A = dari arah Cikaum ke Cipunegara melalui jalur II
B = dari arah Cikaum ke Cipunegara melalui jalur I
C = dari arah Cikaum ke Cipunegara melalui jalur IV
D = dari arah Cikaum ke Cipunegara melalui jalur V
Tabel 6.13 – FREKUENSI KERETA API DAN PENETAPAN YANG AKAN DILALUI DI
STASIUN PAGADENBARU UNTUK PERHITUNGAN RUTE KONFLIK
Frekuensi kereta api dan penetapan jalur yang akan dilalui di stasiun Pegadenbaru untuk perhitungan rute konplik di alternatif 4
Jumlah KA dua Jumlah KA A B C D E F G H I J K L M N O P
JENIS KERETA API
arah satu arah II I IV V III IV V I IV V IV V IV V IV V
KA Penumpang Komersial 138 69 69 69
KA Penumpang Ekonomi 17 9 7 1 7 1
KA Barang Parcel 4 2 2 2
KA Barang Petikemas / SKAB 36 18 16 1 1 16 1 1
KA Barang Semen 10 5 4 1 4 1
KA Patimban arah Cirebon 22 11 3 8 3 8
KA Petiman Arah Cikampek 32 16 13 3 13 3
258 130 98 1 2 1 98 2 1 1 3 8 3 8 13 3 13 3
Tabel 6.15 – RASIO PEMBEBANAN JALUR OLEH FREKUENSI KERETA API DI STASIUN PAGADENBARU
0,520 0,52
Kesimpulan :
1) Rasio rute konflik 92 %
2) Tingkat pembebanan frekuensi KA terhadap rute konflik 52 %
3) Berdasarkan Lay out yang diusulkan :
Jumlah Jalur Utama = 5 Jalur ,
Jumlah Wesel 16 wesel.
EMPLASEMEN BABAKANJATI
1. EKSISTING
Penentuan lokasi stasiun awalnya di ambil dari tengah-tengah jarak antara Pagadenbaru
– Binong, sekitar Km. 6+350. Namun lokasi tersebut berada di lengkung, dan terlalu jauh
dari akses menuju ke stasiun, oleh karena itu ditentukan di lokasi sebelumnya yang berada
di lurusan dan dekat dengan akses menuju ke stasiun, yakni di Km. 5+700
2. RENCANA
Terdiri dari 2 jalur dimana jalur I merupakan jalur sayap, jalur II merupakan jalur
raya/utama
Agar muat rangkaian 30 GD, I (jalur sayap rencana untuk jalur ganda) panjang
efektifnya akan dibuat 500 m.
PAGADENBARU II BINONG
STASIUN BABAKANJATI
KM. 5+700
EMPLASEMEN BINONG
1. EKSISTING
Stasiun Binong Km. 13+700, terletak ditengah-tengah antara Pagadenbaru – Patimban.
Stasiun operasi dapat diberi nama stasiun Binong sesuai dengan nama lokasinya yang
terletak di Kecamatan Binong.
Di lokasi Stasiun Binong terdapat Jalan Tambak Dahan (Jalan Lingkungan) di Km.
13+300, jenis jalan Beton, lebar jalan 4.00 m. Dapat dijadikan sebagai jalan akses menuju
bangunan stasiun.
STASIUN BINONG
KM. 13+700
BABAKANJATI BOJONGTENGAH
II
1 :1 4.60 2
I 1:1
JALAN LINGKUNGAN, KM. 13+300
STASIUN BINONG
BETON, L = 4M
KM. 13+700
EMPLASEMEN BOJONGTENGAH
1. EKSISTING
Seperti Stasiun Babakan jati, penentuan lokasi stasiun awalnya di ambil dari tengah-
tengah jarak antara Binong - Patimban, sekitar Km. 20+550. Namun lokasi tersebut berada
kelandaian 10 ‰, dan terlalu jauh dari akses menuju ke stasiun, oleh karena itu ditentukan
di lokasi sebelumnya yang berada di dataran dan dekat dengan akses menuju ke stasiun,
yakni di Km. 19+650.
2. RENCANA
Terdiri dari 2 jalur dimana jalur I merupakan jalur sayap, jalur II merupakan jalur
raya/utama
Agar muat rangkaian 30 GD, I (jalur sayap rencana untuk jalur ganda) panjang
efektifnya akan dibuat 500 m.
BINONG II PATIMBAN
STASIUN BOJONGTENGAHI
KM. 19+650
EMPLASEMEN PATIMBAN
1. EKSISTING
Tepi laut ada di Km. 27+700
Lokasi stasiun/emplasemen diapit oleh lengkung dan jalan
Akhir Lengkung di STA 26+300
Di Km. 27+520 terdapat jalan raya akses menuju Pelabuhan Patimban
JALAN RAYA AKSES KE PATIMBAN
OVER PASS, L= 23.50 M
TEPI LAUT
PA
STASIUN PATIMBAN
BA
R
U
27+700
± 1200M
23.5
STASIUN PATIMBAN
KM. 26+100
JEMB. TIMBANG 50
I VII
II IV VIII
III V IX
VI PE = 500M
840
PE = 500M 8
2680 840