A. DEFINISI
Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
Kaitannya dengan pengelolaan Pesisir dan Pulau - Pulau Kecil di wilayah kerja
BPSPL Padang, potensi resiko bencana yang berkaitan dengan tugas dan fungsi
BPSPL Padang adalah Bencana Pesisir. Bencana Pesisir adalah kejadian karena
peristiwa alam atau karena perbuatan Setiap Orang yang menimbulkan perubahan
sifat fisik dan/atau hayati Pesisir dan mengakibatkan korban jiwa, harta, dan/atau
kerusakan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (UU No. 1 Tahun
2014). Bencana tidak direncanakan dan tak dapat di tolak, salah satu upaya yang
dilakukan adalah mengimplementasikan konsep - konsep mitigasi untuk
mengurangi dampak dan resiko dari bencana. Menurut UU No. 1 Tahun
2014, Mitigasi Bencana adalah upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
secara struktur atau fisik melalui pembangunan fisik alami dan/atau buatan
maupun nonstruktur atau nonfisik melalui peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (WP3K).
Beberapa jenis bencana yang berpotensi terjadi di wilayah pesisir dan pulau - pulau
kecil antara lain sebagai berikut.
Gempa Bumi
Jika telah terjadi gempa disaat kita tak bisa keluar dari gedung
dimana pada saat gempa terjadi tidak dianjurkan menggunakan tangga
karena struktur tangga dan banyaknya beban yang ada pada saat
dipakai akan menjadi sangat rapuh. Dalam kondisi darurat seperti hal
tersebut sangat dianjurkan untuk segera mencari perlindungan yang
dinamakan dengan SEGITIGA KEHIDUPAN. Segitiga kehidupan
dari berbagai macam percobaan membuktikan bahwa ruang ini
memberikan peluang kehidupan yang lebih besar dibanding tempat
lain semisalnya di bawah meja dll.
Tsunami
Abrasi Pantai
Gempa Bumi dan Tsunami berdampak terhadap ekosistem karang, dimana hasil
kajian Sumatera Barat memberikan indikasi akan hal tersebut . Artilel ini (detail)
memberikan informasi akan hal tersebut.
Hasil pemantauan di beberapa lokasi yang terjadi gempa dan tsunami
menunjukkan dampak yang sangat parah dimana terumbu karang banyak yang
tercabut dan patah akibat terjangan tsunami. Selain Itu akibat pergeseran lempang,
terjadi penurunan dan pengangkatan permukaan bumi yang mengakibatkan ada
terumbu karang yang semakin dalam dan ada yang terangkat kepermukaan bumi
sehingga terumbu karang terpapar sehingga mengalami kekeringan dan mati.
KESELAMATAN DI LAUT
Kecelakaan angkutan laut yang menelan banyak korban jiwa dan harta benda
terjadi silih berganti dalam beberapa tahun belakangan ini diantaranya Kecelakaan
KM Digoel. Ada beberapa penyebab yaitu
Faktor manusia
Faktor teknis
Faktor alam
Faktur cuaca buruk merupakan permasalahan yang sering kali dianggap sebagai
penyebab utama dalam kecelakaan laut. Permasalahan yang biasanya dialami
adalah badai, gelombang yang tinggi yang dipengaruhi oleh musim/badai, arus
yang besar, kabut yang mengakibatkan jarak pandang yang terbatas.
Sekoci
Perangkat keselamatan yang yang digunakan dalam evakuasi kapal dalam hal
terjadi kebakaran ataupun kapal tenggelam berupa:
Baju pelampung
Perahu sekoci
Rakit penolong
Perangkat komunikasi
Jenis kecelakaan
Bocor
Hanyut
Kandas
Kerusakan Konstruksi
Kerusakan Mesin
Meledak
Menabrak Dermaga
Menabrak Tiang Jembatan
Miring
Orang Jatuh ke Laut
Tenggelam
Terbakar
Terbalik
Tubrukan
TRANSPORTASI LAUT
Undang-undang ini terdiri dari 22 bab dengan jumlah pasal sebanyak 355 pasal.
Aspek keselamatan dan keamanan transportasi laut secara jelas dan padat
disampaikan pada pasal-pasal pada beberapa Bab dalam UU. Nomor 17 Tahun
Bab X Kenavigasian
Bab XI Syahbandar
Pada UU. Nomor 17 Tahun 2008, telah tertuang secara jelas dan padat, empat
perangkat yang terlibat dalam dunia transportasi secara umum yakni perangkat
mana untuk aspek hardware meliputi prasarana dasar pelabuhan hingga sarana
a. Angkutan di Perairan;
b. Kepelabuhanan;
d. Ketentuan Pidana
Keselamatan di sektor transportasi laut memiliki sejarah dan tradisi yang kuat
peraturannya. Yang menjadi inti dalam hal ini adalah semakin besar tingkat
Laporan inspeksi dan insvestigasi oleh pemerintah atau badan yang ditunjuk
Indikator kinerja keselamatan dalam hal ini perlu dikembangkan. Bekerja pada
tingkat keselamtan yang lebih baik serta memudahkan memahami akiabt dari
Port State Control merupakan inspection regime untuk kapal yang masuk ke
untuk jangka waktu tertentu (biasanya 2 tahun). Setiap kapal dapat ditahan
jika ditemukan tidak memenuhi salah satu dari persyaratan yang ditetapkan.
- Sertifikat kapal
- Awak kapal (sertifikat kompetensi, jumlah minimum crew, dll.)
- Perlatan keselamatan jiwa (life boat, raft buoys, EPIRB (lokasi peralatan
- General safety (watertight doors, safety plan and signs, escape routes,
penolong seperti:
a. Sekoci penolong (life boat). Life boat adalah alat untuk menyelamatkan
yang memberi pertolongan. Sekoci ini diturunkan ke air dengan alat yang
b. Rakit penolong kembung (inflatabel life raft /ILR). ILR adalah alat yang
dilemparkan ke laut jika kapal dalam keadaan bahaya tenggelam atau
penumjang, ILR harus dari tipe yang dapat diluncurkan ke air dengan
c. Rakit penolong (rigit liferaft). Alat ini merupakan alat yang dilempar le
d. Sekoci penyelamat (rescue boat). Alat ini adalah alat yang hampir seupa
e. Baju penolong (life jacket). Alat ini berbentuk rompi yang digunakan agat
LAUT/KAPAL
suatu masyarakat, makin tinggi mutu yang diharapkannya, atau makin rendah
Standar global yang relatif tinggi akan membuat keselamatan transportasi dan
standar global yang tinggi oleh masyarakat umum Indonesia dapat dianggap
sebagai suatu kemewahan dan pemborosan. Ini merupakan suatu dilema yang
Definisi keselamatan dan keamanan pelayaran secara umum dapat dirujuk dari
luka-luka, dan kerugian finansial terukur. Sedangkan parameter input dan proses
yang laik dan bersertifikat dengan kapasitas yang memadai, ketersediaan sarana
yang laik operasi, kelengkapan organisasi penyedia operasi yang baik dan