PENDAHULUAN
Sekitar 16,42 juta jiwa penduduk Indonesia merupakan masyarakat yang hidup di
kawasan pesisir. Mereka bertempat tinggal di 8.090 desa pesisir yang tersebar di
seluruh wilayah negeri. Masyarakat pesisir, termasuk nelayan, memiliki risiko
Kesehatan yang tinggi sehingga perlu diberikan perhatian khusus dalam upaya
pembangunan kesehatan. Sayangnya, kondisi pelayanan kesehatan masyarakat
nelayan, kihususnya yang berada di pulau-pulau kecil di Indonesia Timur justru
terbilang memprihatinkan.
Masalah kesehatan utama di daerah itu adalah kurangnya perilaku hidup bersih
sehat masyarakat. Selain itu, mayoritas masyarakat membangun rumah di atas laut
sehingga tidak memiliki septic tank dan limbah langsung dibuang ke laut.
Gangguan kesehatan yang banyak dialami oleh masyarakat kepualauan antara laun
nyeri sendi, gangguan pendengaran rungan hingga tuli kasus baritrauma, dan
penyakit dekompresi yang biasa menyerang penyelam.
Barotrauma adalah kerusakan jaringan tubuh karena perbedaan tekanan tubuh dan
air. sedangkan dekompresi didefinisikan sebagai suatu keadaan medis dan terjadi
ketika akumulasi nitrogen yang terlarut setelah menyelam membentuk gelembung
udara yang menyumbat aliran darah serta sistem syaraf. Risiko kesehatan selalu
mengikuti setiap gerak nelayan dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. Saat
melakukan penyelaman seringkali terjadi kecelakaan. Tak jarang, para nelayan
tidak segera mendapat pertolongan bisa mengalami kelumpuhan, bahkan kematian.
Masalah kesehatan lain adalah bahwa penyakit yang kerap diderita nelayan antara
lain kurang gizi, kelainan kulit akibat paparan sinar matahari (hyperpigmentasi)
baik di muka maupun di tangan, gangguan pendengaran akibat kebisingan yang
ditimbulkan mesin tempel perahu, serta kelainan mata.
Masalah kesehatan ini bukan hanya datang dari kurangya kepedulian masyarakat
tentang kesehatan, melainkan juga kondisi geografis yang membuat beberapa
pulau yang masuk dalam kecamatan tersebut memiliki keterbatasan akses air
bersih. Misalnya saja Pulau Penawar Rindu Batam yang selalu kesulitan air
meskipun bukan masuk musim kemarau. Para penduduknya menampung air hujan
untuk memenuhi kebutuhan air. Padahal, penampungan air hujan rentan menjadi
sarang nyamuk. Tak heran, kasus demam berdarah dan malaria masih muncul. Air
sangat berharga dan sulit di dapat pada akhirnya jga membuat sanitasi masyarakat
buruk dan menimbulkan masalah kesehatan. Apalagi ditambah dengan perilaku
kurangnya hidup bersih dan sehat, seperti kebiasaan buang air besar dan buang
sampah yang sembarangan.
Selain itu, persoalan narkoba di daerah ini juga perlu disoroti. Narkoba dan
perhaulan bebas rentan memengaruhi anak-anak muda di daerah tersebut karena
berbatasan langsung dengan negara luar, Singapura. Oleh karena itu, petugas
kesehatan rutin memberi pengarahan ke sekolah-sekolah, juga ke anak-anak yang
putus sekolah. Masalah umum lainnya, seperti kebiasaan makan yang
menyumbang penyakit tidak menular yang terjadi pada masyarakat, dan anak
dengan gizi kurang.
Salah satu unit pelaksana teknis terdepan di jajaran kesehatan yang keberadaannya
hampir merata di setiap wilayah dan relatif dekat sasaran program pembangunan
kesehatan adalah puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat). Sebagai ujung tombak
fasilitator kesehatan, puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar
secara terintegrasi dengan fungsi sebagai pusat pelayanan kesehatan dan sebagai
pusat penggerak peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Untuk itu,
sebagai unit pelaksana teknis terdepan puskesmas dan jaringannya harus didukung
dengan sumberdaya yang memadai.
Asas manajemen harus diterapkan supaya setiap komponen sistem dapat berfungsi
secara baik, diantaranya:
Sumber domestik terdiri dari air limbah yang berasal dari perumahan dan pusat
perdaganganmaupun perkantoran, hotel, rumah sakit, tempat rekreasi, dll. Limbah
jenis ini sangatmempengaruhi tingkat kekeruhan, BOD (biological oxygen
demand), COD (chemical oxygen demand) dan kandungan organik sistem pasokan
air. Metoda dasar penanganan limbah domestik pada dasarnya terdiri dari tiga
tahap:
a. Pengolahan dasar (primary treatment), yang meliputi pembersihan grit,
penyaringan, penggilingan dan sedimentasi.
2. Limbah Industri
Sifat-sifat air limbah industri relatif bervariasi tergantung dari sumbernya. Limbah
jenis ini bukansaja mempengaruhi tingkat kekeruhan, BOD, COO maupun
kandungan organiknya, tetapi jugamengubah struktur kimia air akibat masuknya
zat-zat anorganik yang mencemari. Penangananlimbah ini diiakukan dengan cara
memasang instalasi pengolahan air limbah (IPAL) sebelumdibuang ke lingkungan
atau badan air, dan penanganan sistem pembuangan limbah domestik itusendiri.
Terdapat beberapa pilihan dalam mengendalikan air limbah industri yaitu:
Pengendaliansecara end of pipe, yaitu pada titik pembuangan dari sumbernya
pabrik), Penanganan pada proses produksi (penerapan produksi bersih).
Berasal dari sedimen akibat erosi lahan, unsur kimia limbah hewan atau pupuk
(umumnya fosfor dan nitrogen), dan unsur kimia dari pestisida. Unsur pencemar
ini meliputi balk sedimen darierosi lahan tanaman perkebunan maupun larutan
fosfor dan nitrogen yang dihasilkan oleh limbahhewani serta pupuk, pengendalian
dapat dilakukan dengan membuat penampungan di sampingmelakukan penanganan
baik dalam kolam terbuka maupun tertutup, dan sistem pemupukan
dan pemberantasan hama/penyakit dengan komposisi yang tepat.
Salah satu bahan pencemaran laut yang utama adalah kebocoran tanker
minyak (tumpahan minyak). Tumpahan minyak baik dari proses di kapal,
pengeboran lepas pantaimaupun akibat kecelakaan kapal. Polusi dari tumpahan
minyak di laut merupakan sumber pencemaran laut yang selalu menjadi fokus
perhatian dari masyarakat luas, karena akibatnya akansangat cepat dirasakan oleh
masyarakat sekitar pantai dan sangat signifikan merusak makhluk hidup di sekitar
pantai tersebut.
Dampak yang ditimbulkan oleh minyak tersebut sangat berbahaya bagi biota laut
baik di jangka pendek maupun jangka panjang. Jangka Pendek, masuknya
molekul-molekul hidrokarbonminyak ke dalam sel. Berbagai jenis udang dan ikan
akan beraroma dan berbau minyak. Minyak dapat menyebabkan kematian pada
ikan karena kekurangan oksigen, keracunan karbondioksidadan keracunan bahan
berbahaya lainnya. Jangka Panjang, terutama bagi biota laut yang masihmuda.
Minyak dalam laut dapat termakan oleh biota-biota tersebut. Sebagian senyawa
minyak dapat terakumulasi dalam senyawa lemak dan protein.
Pencemaran laut merupakan salah satu bentuk tekanan terhadap lingkungan laut
maupunsumber daya yang didalamnya dapat menyebabkan kerugian bagi sistem
alami (ekosistem)maupun bagi manusia yang merupakan bagian dari sistem alami
tersebut. Dengan kata lain, pencemaran laut tidak hanya merusak habitat
organisme laut serta proses biologi dan fisiologinyasaja, tapi secara tidak langsung
dapat membahayakan kesehatan dan kehidupan manusia, karenaterakumulasi oleh
bahan-bahan pencemar melalui konsumsi bahan pangan laut yang
telahterakumulasi sebelumnya. Padahal selain sebagai sumber bahan pangan, laut
juga mengandung berbagai jenis sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan hidup danmeningkatkan kesejahteraan manusia.
5. Jika tumpahan minyak tersebut tidak mematikan sumber daya laut, maka
pencemarantersebut menurunkan kualitasnya. Hal ini berhubungan dengan
kemampuan hewan-hewan laut untuk mengakumulasi minyak di dalam tubuhnya.
Akumulasi ini seringmenyebabkan daging ikan berbau minyak, sehingga
merugikan para nelayan karena tidak dapat menjual ikan tangkapan mereka.
Pencemaran secara serius dapat disebabkan oleh adanya buangan cadmium atau air
raksasecara berlebih di laut. Pencemaran seperti ini telah terjadi di Teluk
Minamata Jepang pada tahun1953-1960 dimana kurang lebih 100 orang menjadi
korban. Dari korban ini ada yang meninggaldan ada yang mengalami cacat seumur
hidup . mereka kebanyakan keracunan karena memakankerang yang telah tercemar
oleh hasil buangan dari pabrik. Kasus kedua di Jepang terjadi padatahun 1965 di
dekat mulut sungai Agano yang disebabkan peningkatan pemakaian
cadmiumsehingga masyarakat disekitar sungai Jinstu banyak yang mengalami
penyakit itai-itai akibat mengkonsumsi hasil perikanan laut seperti cumi-cumi yang
telah tercemar.
Logam-logam berat ini masuk kedalam tubuh hewan dan umumnya tidak
dikeluarkanlagi dari tubuh sehingga logam-logam ini bertumpuk dan terakumulasi
dalam tubuh he wan ini.Sebagai akibatnya logam-logam ini akan terus ada
disepanjang rantai makanan. Hal inidisebabkan oleh karena predator pada satu
tropi level makan mansa mereka dari tropic kevel yanglebih rendah yang telah
tercemar. Dari sini terlihat bahwa kandungan konsentrasi logam berat terdapat
lebih tinggi pada tubuh hewan yang letaknya lebih tinggi di dalam tropic level
ataudikenal dengan istilah bioakumuasi. Jika hewan laut yang tercemar ini
dikonsumsi maka dapamenyebabkan keracunan logam berat pada manusia.Selain
itu dilaut juga dapat terjadi pencemaran yang disebabkan oleh pestisida.
Pestisidaini sengaja ditebar dalam suatu lingkungan dengan tujuan untuk
mengontrol hamatanaman atauorganisme lain yang tidak diinginkan. Bila zat ini
dipakai secara teru-menerus maka zat ini akantertumpuk. Pada saat hujan turun zat
ini dapat masuk kebadan air dan masuk ke sungaikemudian akhirnya sampai
kelaut.Salah satu penelitian menemukan salah satu bahan kimia dari pestisida
yaituOrganochloride yang ditemukan dalam tubuh ikan dan udang dan bahan ini
akan terus menumpuk dalam tubuh hewan sampai mencapai kadar berbahaya bagi
kesehatan bila dikonsumsi.
Banyak desa nelayan yang jauh dari puskesmas sehingga masyarakat sulit
mendapatkan akses layanan kesehatan dasar. Selain itu tidak semua puskesmas
memiliki tenaga kesehatan yang mengetahui tentang pelayan penyakit akibat kerja
ataupun kecelakaan kerja yang dialami oleh nelayan.
Beberapa data Kementrian Kesehatan tahun 2011 dan 2012 di 8 kabupaten lokasi
Pusat Pendaratan Ikan (PPI) menunjukkan bahwa gangguan dan permasalahan
kesehatan pada nelayan seperti gangguan pada mata, kulit, otot/muculoskeletal,
pencernaan, kecacingan, masalah gizi, kecelakaan, tenggelam, dan juga terdapat
kebiasaan buruk seperti miras, merokok, dan tidak menjaga kebersihan.
Bahkan data yang diperoleh di wilayah kerja Puskesmas Barrang Lompo selama
tahun 2000-2006 serta tahun 2010-2013 telah terjadi 100 kasus kelumpuhan akibat
penyelaman dan 48 kasus kematian pada 355 orang pencari teripang di Pulau Bar-
ranglompo.
Berdasarkan data Riskesdas 2013, penyakit menular tertinggi yang diderita nelayan
adalah ISPA, malaria dan pneumonia, sedangkan penyakit tidak menular tertinggi
adalah hipertensi, sakit sendi, gangguanemosi, diabetes melitus (DM), stroke dan
penyakit jantung kronis (PJK).
Nelayan bekerja dalam lingkungan yang tidak sehat dan tidak aman. Apalagi, se-
bagian besar nelayan berpendidikan rendah, pengetahuan tentang keselamatan dan
kesehatan kerja yang masih minim
Selain itu, kondisi para nelayan tidak dapat terlepas dari anggota keluarga, seperti
istri dan anak, berbagai permasalahan kesehatan dihadapi, di antaranya masalah
gizi, keterbatasan akses pelayanan kesehatan ibu dan anak, termasuk pelayanan
keluarga berencana, masalah penyakit menular dan tidak menular, dan rendahnya
kualitas kesehatan lingkungan dan sanitasi.
Dalam mewujud kan peningkatan kualitas hidup nelayan yang merupakan kelom-
pok rentan maka diperlukan upaya pelayanan kesehatan kerja yang maksimal yang
terintegrasi pada nelayan dan keluarganya. Penyelenggaraan upaya kesehatan pada
nelayan meliputi pengendalian dan penanggulangan penyakit akibat kerja dan
kecelakaan kerja, penyakit menular, penyakit tidak menular, penanggulangan
masalah gizi, penyehatan lingkungan, dan promosi kesehatan.