Anda di halaman 1dari 14

KESEHATAN MASYARAKAT WILAYAH PESISIR

Kuliah : dr I K Tirka Nandaka, SpKJ(K)

PENDAHULUAN

Kesehatan Masyarakat pesisir adalah upaya meningkatkan dan menjaga Kesehatan


masyarakat yang bermukim di daerah pesisir , kepulauan dan pantai dengan
berorientasi pada kehidupan nelayan , kehidupan pekerja di wilayah pesisir dengan
pendekatan kearipan local.

Wilayah pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan


laut.Perairan pesisir adalah laut yang berbatasan dengan daratan yang meliputi
perairan sejauh 12 mil laut diukur dari garis pantai, perairan yang menghubungkan
pantai dan pulau-pulau, estuari, teluk, perairan dangkal, rawa payau dan laguna,
sedangkan pantai adalah sebuah bentuk geografis yang terdiri dari pasir dan
terdapat di daerah pesisir laut.Beberapa aspek kesehatan yang menjadi masalah
diwilayah pesisir adalah kesehatan lingkungan, kesehatan bayi dan balita serta
kesehatan maternitas dan KB. Kesehatan lingkungan diantaranya meliputi
perumahan, sumber air, sampah, pembuangan tinja dan air limbah. Kesehatan bayi
dan balita meliputi status gizi dan imunisasi, serta kesehatan maternitas dan KB

Sekitar 16,42 juta jiwa penduduk Indonesia merupakan masyarakat yang hidup di
kawasan pesisir. Mereka bertempat tinggal di 8.090 desa pesisir yang tersebar di
seluruh wilayah negeri. Masyarakat pesisir, termasuk nelayan, memiliki risiko
Kesehatan yang tinggi sehingga perlu diberikan perhatian khusus dalam upaya
pembangunan kesehatan. Sayangnya, kondisi pelayanan kesehatan masyarakat
nelayan, kihususnya yang berada di pulau-pulau kecil di Indonesia Timur justru
terbilang memprihatinkan.

Masalah kesehatan utama di daerah itu adalah kurangnya perilaku hidup bersih
sehat masyarakat. Selain itu, mayoritas masyarakat membangun rumah di atas laut
sehingga tidak memiliki septic tank dan limbah langsung dibuang ke laut.
Gangguan kesehatan yang banyak  dialami oleh masyarakat kepualauan antara laun
nyeri sendi, gangguan pendengaran rungan hingga tuli kasus baritrauma, dan
penyakit dekompresi yang biasa menyerang penyelam.

Barotrauma adalah kerusakan jaringan tubuh karena perbedaan tekanan tubuh dan
air. sedangkan dekompresi didefinisikan sebagai suatu keadaan medis dan terjadi
ketika akumulasi nitrogen yang terlarut setelah menyelam membentuk gelembung
udara yang menyumbat aliran darah serta sistem syaraf. Risiko kesehatan selalu
mengikuti setiap gerak nelayan dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. Saat
melakukan penyelaman seringkali terjadi kecelakaan. Tak jarang, para nelayan
tidak segera mendapat pertolongan bisa mengalami kelumpuhan, bahkan kematian.
Masalah kesehatan lain adalah bahwa penyakit yang kerap diderita nelayan antara
lain kurang gizi, kelainan kulit akibat paparan sinar matahari (hyperpigmentasi)
baik di muka maupun di tangan, gangguan pendengaran akibat kebisingan yang
ditimbulkan mesin tempel perahu, serta kelainan mata.

Masalah kesehatan ini bukan hanya datang dari kurangya kepedulian masyarakat
tentang kesehatan, melainkan juga kondisi geografis yang membuat beberapa
pulau yang masuk dalam kecamatan tersebut memiliki keterbatasan akses air
bersih. Misalnya saja Pulau Penawar Rindu Batam yang selalu kesulitan air
meskipun bukan masuk musim kemarau. Para penduduknya menampung air hujan
untuk memenuhi kebutuhan air. Padahal, penampungan air hujan rentan menjadi
sarang nyamuk. Tak heran, kasus demam berdarah dan malaria masih muncul. Air
sangat berharga dan sulit di dapat pada akhirnya jga membuat sanitasi masyarakat
buruk dan menimbulkan masalah kesehatan. Apalagi ditambah dengan perilaku
kurangnya hidup bersih dan sehat, seperti kebiasaan buang air besar dan buang
sampah yang sembarangan.

Selain itu, persoalan narkoba di daerah ini juga perlu disoroti. Narkoba dan
perhaulan bebas rentan memengaruhi anak-anak muda di daerah tersebut karena
berbatasan langsung dengan negara luar, Singapura. Oleh karena itu, petugas
kesehatan rutin memberi pengarahan ke sekolah-sekolah, juga ke anak-anak yang
putus sekolah. Masalah umum lainnya, seperti kebiasaan makan yang
menyumbang penyakit tidak menular yang terjadi pada masyarakat, dan anak
dengan gizi kurang.

Solusi permasalahan kesehatan di daerah kepulauan pada dasarnya sesuai dengan


pembangunan kesehatan, yaitu; untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agare terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.

MAKSUD DAN TUJUAN

Untuk mewujudkan derajat kesehatan bagi masyarakat diselenggarakan upaya


kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan.

Salah satu unit pelaksana teknis terdepan di jajaran kesehatan yang keberadaannya
hampir merata di setiap wilayah dan relatif dekat sasaran program pembangunan
kesehatan adalah puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat). Sebagai ujung tombak
fasilitator kesehatan, puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar
secara terintegrasi dengan fungsi sebagai pusat pelayanan kesehatan dan sebagai
pusat penggerak peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Untuk itu,
sebagai unit pelaksana teknis terdepan puskesmas dan jaringannya harus didukung
dengan sumberdaya yang memadai.

Kegiatan daerah terpencil bertujuan untuk meningkatkan jangkauan pelayanan


Kesehatan puskesmas melalui pengembangan inovasi pelayanan kesehatan
puskesmas sesuai keadaan dan kebutuhan masyarakat, meningkatkan dukungan
sumberdaya upaya kesehatan puskesmas di daerah tertinggal, perbatasan, dan
kepulauan. Dengan terlaksananaya pelayanan kesehatan di daerah terpencil
diharapkan dapat meningkatkan hasil kinerja program seperti meningkatkan
cakupan penyuluhan kesehatan masyarakat, meningkatkan presentase desa yang
mencapai UCI, meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan dan gizi ibu dan anak,
menurunkan angka kematian ibu dan kematian balita.

Sanitasi Lingkungan Pesisir

Menurut WHO, sanitasi lingkungan (environmental sanitation) adalah upaya


pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan
atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik,
kesehatan dan daya tahan hidup manusia. Secara spesifik tujuan penyelenggaraan
sanitasi menurut Depkes (1999),adalah:

1.      Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat (pasien, klien dan


masyarakat sekitarnya) akan pentingnya lingkungan dan perilaku hidup bersih dan
sehat.

2.      Agar masyarakat mampu memecahkan masalah kesehatan yang berhubungan


dengan kesehatan lingkungan.
3.      Agar tercipta keterpaduan antar program kesehatan dan antar sektor terkait
yang dilaksanakan dengan pendekatan penanganan secara holistik terhadap
penyakit yang berbasis lingkungan.

4.      Meningkatkan kewaspadaan dini terhadap penyakit yang berbasis lingkungan


melalui pemantauan wilayah setempat (PWS) secara terpadu.

Manajemen lingkungan adalah kegiatan komprehensif, mencakup pelaksanaan


kegiatan, pengamatan untuk mencegah pencemaran air, tanah, udara dan
konservasi habitat dan keanekaragaman hayati. manajemen lingkungan juga
mengandung arti Suatu konsep pendekatan keseimbangan dengan melakukan 
manajemen sumber daya alam untuk pemenuhan kepentingan politis, sosial
ekonomi sesuai dengan ketersediaan lingkungan alami dan menitik beratkan pada
nilai, distribusi, hukum alam dan kesimbangan antar generasi.

Asas manajemen harus diterapkan supaya setiap komponen sistem dapat berfungsi
secara baik, diantaranya:

1.      Perencanaan (Planning), yaitu Perencanaan pengelolaan lingkungan


dikelompokkan dalam perencanaan jangka pendek bersifat tahunan, meliputi
perencanaan untuk operasional pengelolaan lingkungan terutama pendekatan
teknis. Perencanaan jangka menengah berjangka 3-5 tahun meliputi perencanaan
untuk pengelolaan lingkungan. Perencanaan jangka panjang berjangka lebih dari 5
tahun, terdiri dari perencanaan pengembangan pengelolaan lingkungan dalam
ekosistem yang lebih luas.

2.      Pengaturan (Organizing) Pengaturan adalah upaya untuk menyusun


pengelolaan terhadap sistem operasional dari setiap komponen sistem dan
hubungan antar sistem. Hubungan tersebut dalam organisasi internal maupun pada
pihak lain di luar organisasi pengelola. Pengaturan ini mencakup aspek
administratif dan sumber daya manusia, aspek teknis operasional dan aspek
keuangan.

3.      Pelaksanaan (Actuating)merupakan realisasi dari seluruh rencana, sehingga


kegiatan pengelolaan lingkungan dapat berjalan secara optimal. Seluruh unit kerja
didukung oleh profesionalisme baik mekanisme maupun sumber daya manusia
yang ditempatkan. Dalam konteks profesionalisme juga dituntut pemberian
imbalan yang sepadan dengan tingkat profesionalisme yang dimiliki.

4.      Monitoring atau kontrol (controlling) merupakan satu mekanisme sistem


untuk mengetahui kinerja dari masing-masing unit sistem yang ada dan pola
penanganan bila terjadi penurunan kinerja. Dengan sistem kontrol akan dapat
diketahui sinkronisasi antara perencanaan, pengelolaan dan pelaksanaan.

Pencemaran di Kawasan Pesisir

Beberapa jenis bahan pencemar yang sering menyebabkan terjadinya pencemaran


di lautyaitu limbah domestik dan pertanian. Macam - macam limbah cair terdiri
dari: rumah tangga(domestik), industri dan pertanian.

1.              Air limbah domestik

Sumber domestik terdiri dari air limbah yang berasal dari perumahan dan pusat
perdaganganmaupun perkantoran, hotel, rumah sakit, tempat rekreasi, dll. Limbah
jenis ini sangatmempengaruhi tingkat kekeruhan, BOD (biological oxygen
demand), COD (chemical oxygen demand) dan kandungan organik sistem pasokan
air. Metoda dasar penanganan limbah domestik  pada dasarnya terdiri dari tiga
tahap:
a.               Pengolahan dasar (primary treatment), yang meliputi pembersihan grit,
penyaringan, penggilingan dan sedimentasi.

b.              Pengolahan kedua (secondary treatment) menyertakan proses oksidasi


larutan materi organik melalui media lumpur yang secara biologis aktif, dan
kemudian disaring.

c.               Penanganan tersier, di mana metode biologis canggih diterapkan untuk


menghilangkannitrogen, di samping metode kimia maupun fisika seperti
penyaringan granular dan absorbsikarbon. 

2.      Limbah Industri

Sifat-sifat air limbah industri relatif bervariasi tergantung dari sumbernya. Limbah
jenis ini bukansaja mempengaruhi tingkat kekeruhan, BOD, COO maupun
kandungan organiknya, tetapi jugamengubah struktur kimia air akibat masuknya
zat-zat anorganik yang mencemari. Penangananlimbah ini diiakukan dengan cara
memasang instalasi pengolahan air limbah (IPAL) sebelumdibuang ke lingkungan
atau badan air, dan penanganan sistem pembuangan limbah domestik itusendiri.
Terdapat beberapa pilihan dalam mengendalikan air limbah industri yaitu:
Pengendaliansecara end of pipe, yaitu pada titik pembuangan dari sumbernya
pabrik), Penanganan pada proses produksi (penerapan produksi bersih).

3.      Air limbah pertanian

Berasal dari sedimen akibat erosi lahan, unsur kimia limbah hewan atau pupuk
(umumnya fosfor dan nitrogen), dan unsur kimia dari pestisida. Unsur pencemar
ini meliputi balk sedimen darierosi lahan tanaman perkebunan maupun larutan
fosfor dan nitrogen yang dihasilkan oleh limbahhewani serta pupuk, pengendalian
dapat dilakukan dengan membuat penampungan di sampingmelakukan penanganan
baik dalam kolam terbuka maupun tertutup, dan sistem pemupukan
dan pemberantasan hama/penyakit dengan komposisi yang tepat.

Salah satu bahan pencemaran laut yang utama adalah kebocoran tanker
minyak (tumpahan minyak). Tumpahan minyak baik dari proses di kapal,
pengeboran lepas pantaimaupun akibat kecelakaan kapal. Polusi dari tumpahan
minyak di laut merupakan sumber  pencemaran laut yang selalu menjadi fokus
perhatian dari masyarakat luas, karena akibatnya akansangat cepat dirasakan oleh
masyarakat sekitar pantai dan sangat signifikan merusak makhluk hidup di sekitar
pantai tersebut.

Dampak yang ditimbulkan oleh minyak tersebut sangat berbahaya bagi biota laut
baik di jangka pendek maupun jangka panjang. Jangka Pendek, masuknya
molekul-molekul hidrokarbonminyak ke dalam sel. Berbagai jenis udang dan ikan
akan beraroma dan berbau minyak. Minyak dapat menyebabkan kematian pada
ikan karena kekurangan oksigen, keracunan karbondioksidadan keracunan bahan
berbahaya lainnya. Jangka Panjang, terutama bagi biota laut yang masihmuda.
Minyak dalam laut dapat termakan oleh biota-biota tersebut. Sebagian senyawa
minyak dapat terakumulasi dalam senyawa lemak dan protein.

Penyebab utama pencemaran wilayah pesisir adalah:

1.      Masih rendahnya kepedulian industri sepanjang DAS dan pesisir terhadap


sistem pengolahan limbah cair yang masuk ke perairan umum

2.      Kurang ketatnya pengawasan limbah oleh instansi terkait

3.      Belum jelasnya penerapan sanksi terhadap industri yang melanggar isi


dokumen Amdaldan peraturan perundangan yang berlaku (PP 27/99 tentang Amdal
dan UU 23/97 tentangPengelolaan Lingkungan Hidup)
4.      Rendahnya kepedulian masyarakat pesisir terhadap pengelolaan sampah dan
kebersihanlingkungan sekitarnya serta pola bangunan yang membelakangi pantai

5.      Penangkapan ikan dengan bahan kimia

6.      Sampah dan kegiatan pariwisata massal

7.      Buangan minyak kotor dari kapal ikan, nelayan, dan sebagainya.

Dampak Pencemaran Terhadap Lingkungan dan Kesehatan

Pencemaran laut merupakan salah satu bentuk tekanan terhadap lingkungan laut
maupunsumber daya yang didalamnya dapat menyebabkan kerugian bagi sistem
alami (ekosistem)maupun bagi manusia yang merupakan bagian dari sistem alami
tersebut. Dengan kata lain, pencemaran laut tidak hanya merusak habitat
organisme laut serta proses biologi dan fisiologinyasaja, tapi secara tidak langsung
dapat membahayakan kesehatan dan kehidupan manusia, karenaterakumulasi oleh
bahan-bahan pencemar melalui konsumsi bahan pangan laut yang
telahterakumulasi sebelumnya. Padahal selain sebagai sumber bahan pangan, laut
juga mengandung berbagai jenis sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan hidup danmeningkatkan kesejahteraan manusia.

Laut yang tercemar oleh tumpahan minyak, memberikan dampak negatif ke


berbagaiorganisme laut, sehingga mengganggu keseimbangan ekosistem di laut,
yang pada akhirnya akanmerugikan kehidupan manusia. Beberapa dampak
ekologis akibat dari tumpahan minyak adalahsebagai berikut (Laode M.
Kamaluddin, 2002):

1.              Lapisan tumpahan minyak mempengaruhi tingkat intensitas fotosintesis


fitoplanktonyang dapat menurunkan atau memusnahkan populasi fitoplankton.
Kondisi ini merupakan bencana besar bagi kehidupan di perairan karena
fitoplankton merupakan dasar bagisemua kehidupan perairan.

2.              Pencemaran air laut dari tumpahan minyak berdampak pada beberapa


jenis burung laut,karena tumpahan minyak tersebut menyebabkan degradasi lemak
dalam hati, kerusakansaraf, pembesaran limpa, radang paru dan ginjal pada
burung-burung tersebut. Salah satucontoh kasus seperti ini pernah terjadi di
perairan lepas pantai Inggris pada tahun 1967 akibat kecelakaan kapal
tanker Torrey Canyon.Kejadian ini mengakibatkan kuranglebih 100.000 burung
telah terbunuh.

3.              Tumpahan minyak dapat mengganggu keseimbangan berbagai


organisme aquatik pantai,seperti berbagai jenis ikan, terumbu karang, hutan
mangrove dan rusaknya pantai wisata.Hutan mangrove yang hidup disepanjang
pantai beradaptasi di dalam air laut dengan caradesalinasi melalui proses ultra-
filtrasi. Akar mangrove, yang tumbuh di dalam lumpur, berfungsi untuk menyerap
oksigen melalui suatu jaringan aerasi yang kontak denganudara, yang disebut
dengan breathing roots. Jika pantai tercemar minyak, lumpur akantertutup oleh
deposit minyak yang dapat merusak sistem akar mangrove, sehingga difusioksigen
dari udara ke dalam jaringan aerasi terhambat.

4.              Tumpahan minyak menghambat atau mengurangi transmisi cahaya


matahari ke dalam air laut, yang disebabkan karena absorpsi minyak bumi (cahaya
matahari diserap olehtumpahan minyak) atau cahaya dipantulkan kembali oleh
minyak ke udara. Semakintebal lapisan minyak maka pelarutan oksigen dari udara
semakin terganggu dan akanmerugikan biota-biota laut.

5.              Jika tumpahan minyak tersebut tidak mematikan sumber daya laut, maka
pencemarantersebut menurunkan kualitasnya. Hal ini berhubungan dengan
kemampuan hewan-hewan laut untuk mengakumulasi minyak di dalam tubuhnya.
Akumulasi ini seringmenyebabkan daging ikan berbau minyak, sehingga
merugikan para nelayan karena tidak dapat menjual ikan tangkapan mereka.

6.              Untuk bidang pariwisata, polutan minyak di perairan mengurangi minat


wisatawan,karena keindahan laut tertutup oleh lapisan minyak.

Pencemaran laut berdampak bagi terumbu karang. Indonesia memiliki 10%


terumbukarang dunia. Terumbu karang bermanfaat sebagai penyangga daerah
pantai. terumbu karang juga dimanfaatkan sebagai bahan bangunan bagi
masyarakat yang tinggal di sekitar pantai. Selain itu, terumbu karang juga
berfungsi sebagai kawasan wisata, bahan baku kosmetik dan obat-obatan.

Bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat terutama para nelayan, pencemaran


laut sangat berdampak negatif. Hal ini dikarenakan hasil laut seperti ikan, udang,
kerang hijau,dllsemakin menurun. Penurunan hasil laut ini diakibatkan oleh
maraknya pembuangan limbah kelaut.Selain pencemaran minyak, di laut juga
kadang terjadi pencemaran oleh limbah industryyang mengandung bahan-bahan
kimia berbahaya. Salah satunya berupa logam berar seperticadmium, timah dan
mercury. Selain itu kandungan limbah yang tinggi akan besi dan tembaga juga
berbahaya karena dapat menjadi racun dalam tubuh ikan bila kadarnya berlebih
dari jumlahyang dibutuhkan untuk metabolism tubuh.

Pencemaran secara serius dapat disebabkan oleh adanya buangan cadmium atau air
raksasecara berlebih di laut. Pencemaran seperti ini telah terjadi di Teluk
Minamata Jepang pada tahun1953-1960 dimana kurang lebih 100 orang menjadi
korban. Dari korban ini ada yang meninggaldan ada yang mengalami cacat seumur
hidup . mereka kebanyakan keracunan karena memakankerang yang telah tercemar
oleh hasil buangan dari pabrik. Kasus kedua di Jepang terjadi padatahun 1965 di
dekat mulut sungai Agano yang disebabkan peningkatan pemakaian
cadmiumsehingga masyarakat disekitar sungai Jinstu banyak yang mengalami
penyakit itai-itai akibat mengkonsumsi hasil perikanan laut seperti cumi-cumi yang
telah tercemar.

Logam-logam berat ini masuk kedalam tubuh hewan dan umumnya tidak
dikeluarkanlagi dari tubuh sehingga logam-logam ini bertumpuk dan terakumulasi
dalam tubuh he wan ini.Sebagai akibatnya logam-logam ini akan terus ada
disepanjang rantai makanan. Hal inidisebabkan oleh karena predator pada satu
tropi level makan mansa mereka dari tropic kevel yanglebih rendah yang telah
tercemar. Dari sini terlihat bahwa kandungan konsentrasi logam berat   terdapat
lebih tinggi pada tubuh hewan yang letaknya lebih tinggi di dalam tropic level
ataudikenal dengan istilah bioakumuasi. Jika hewan laut yang tercemar ini
dikonsumsi maka dapamenyebabkan keracunan logam berat pada manusia.Selain
itu dilaut juga dapat terjadi pencemaran yang disebabkan oleh pestisida.
Pestisidaini sengaja ditebar dalam suatu lingkungan dengan tujuan untuk
mengontrol hamatanaman atauorganisme lain yang tidak diinginkan. Bila zat ini
dipakai secara teru-menerus maka zat ini akantertumpuk. Pada saat hujan turun zat
ini dapat masuk kebadan air dan masuk ke sungaikemudian akhirnya sampai
kelaut.Salah satu penelitian menemukan salah satu bahan kimia dari pestisida
yaituOrganochloride yang ditemukan dalam tubuh ikan dan udang dan bahan ini
akan terus menumpuk dalam tubuh hewan sampai mencapai kadar berbahaya bagi
kesehatan bila dikonsumsi.

Permasalahan Kesehatan Nelayan


Berdasarkan data BPS (2014), jumlah penduduk Indonesia sekitar 237,64 juta jiwa
dan terdapat 12.827 desa yang terletak di wilayah tepi pantai dengan jumlah
nelayan tangkap mencapai 2,2 juta jiwa (Kementerian Kelautan dan Perikanan,
2013). Dari jumlah itu, lebih dari 95% adalah nelayan tradisional yang tinggal di
pedesaan,

Banyak desa nelayan yang jauh dari puskesmas sehingga masyarakat sulit
mendapatkan akses layanan kesehatan dasar. Selain itu tidak semua puskesmas
memiliki tenaga kesehatan yang mengetahui tentang pelayan penyakit akibat kerja
ataupun kecelakaan kerja yang dialami oleh nelayan.

Beberapa data Kementrian Kesehatan tahun 2011 dan 2012 di 8 kabupaten lokasi
Pusat Pendaratan Ikan (PPI) menunjukkan bahwa gangguan dan permasalahan
kesehatan pada nelayan seperti gangguan pada mata, kulit, otot/muculoskeletal,
pencernaan, kecacingan, masalah gizi, kecelakaan, tenggelam, dan juga terdapat
kebiasaan buruk seperti miras, merokok, dan tidak menjaga kebersihan.

Bahkan data yang diperoleh di wilayah kerja Puskesmas Barrang Lompo selama
tahun 2000-2006 serta tahun 2010-2013 telah terjadi 100 kasus kelumpuhan akibat
penyelaman dan 48 kasus kematian pada 355 orang pencari teripang di Pulau Bar-
ranglompo.

Berdasarkan data Riskesdas 2013, penyakit menular tertinggi yang diderita nelayan
adalah ISPA, malaria dan pneumonia, sedangkan penyakit tidak menular tertinggi
adalah hipertensi, sakit sendi, gangguanemosi, diabetes melitus (DM), stroke dan
penyakit jantung kronis (PJK).

Nelayan bekerja dalam lingkungan yang tidak sehat dan tidak aman. Apalagi, se-
bagian besar nelayan berpendidikan rendah, pengetahuan tentang keselamatan dan
kesehatan kerja yang masih minim
Selain itu, kondisi para nelayan tidak dapat terlepas dari anggota keluarga, seperti
istri dan anak, berbagai permasalahan kesehatan dihadapi, di antaranya masalah
gizi, keterbatasan akses pelayanan kesehatan ibu dan anak, termasuk pelayanan
keluarga berencana, masalah penyakit menular dan tidak menular, dan rendahnya
kualitas kesehatan lingkungan dan sanitasi.

Pelayanan Kesehatan pada Nelayan

Dalam mewujud kan peningkatan kualitas hidup nelayan yang merupakan kelom-
pok rentan maka diperlukan upaya pelayanan kesehatan kerja yang maksimal yang
terintegrasi pada nelayan dan keluarganya. Penyelenggaraan upaya kesehatan pada
nelayan meliputi pengendalian dan penanggulangan penyakit akibat kerja dan
kecelakaan kerja, penyakit menular, penyakit tidak menular, penanggulangan
masalah gizi, penyehatan lingkungan, dan promosi kesehatan.

Kemudian juga pemberdayaan masyarakat nelayan dan rujukan pelayanan kesehat-


an. Pemberdayaan nelayan dapat dilakukan dengan pembentukan pos Upaya
Kesehatan Kerja (UKK) di daerah Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)/Tempat
Pelelangan lkan(TPI).

Anda mungkin juga menyukai