REKAYASA PERKERETAAPIAN
Gaya tarik atau kekuatan tarik itu bagi sebuah lokomotif merupakan faktor yang
sangat penting. Sebab, lokomotif per definisi adalah sarana perkeretaapian yang
memiliki penggerak sendiri yang bergerak dan digunakan untuk menarik dan/atau
mendorong kereta, gerbong, maupun jenis sarana lainnya.
Keterangan:
N = Tenaga/Daya (HP)
T = Gaya tarik (kgf)
V = Kecepatan (km/jam)
1 HP = 75 kgf.m/detik
Atau kalau digunakan kilowatt sebagai satuan tenaga, misalnya pada motor traksi
KRL, dimana : 1 HP = 736 watt atau 1 Kilowatt = 1,36 HP, maka hubungan menjadi
sebagai berikut :
T x V T xV 367 x N
N = = (Kw) T =
3,6 x 75 x 1,36 367 V
1
N (tenaga) didefinisikan sebagai daya motor diesel yang akan ditransmisikan ke
roda panggerak, menjadi momen putar dan kemudian menjadi gaya tarik pada
roda penggerak lokomotif.
Gaya tarik netto yang diperhitungkan untuk menarik rangkaian kereta api
penumpang atau kereta api barang adalah gaya tarik pada alat perangkai
lokomotif yang besarnya sama dengan selisih gaya tarik pada roda penggerak
dikurangi dengan hambatan gelinding lokomotif.
Oleh karena daya yang diteruskan dari motor diesel ke roda penggerak tersebut
melalui transmisi elektrik atau hidrolik, maka terjadi rugi-rugi, sehingga perlu
ditambahkan faktor efisiensi (η). faktor efisiensi ini lazim digunakan angka 0,8 –
0,85 sehingga Dengan adanya faktor efisiensi η, maka gaya tarik pada roda
penggerak menjadi :
270 x N
T =
V
x η
XI.2 GAYA TARIK ADHESI
Pada waktu lokomotif mulai bergerak (starting period), momen putar pada roda
penggerak yang menghasilkan gaya tarik lokomotif dibatasi oleh koefisien gesek
antara roda dan rel. Koefisien gesek ini dipengaruhi oleh berat adhesi dari
lokomotif, yang disebut dengan koefisien adhesi.
Yang dimaksudkan dengan berat adhesi, adalah sebahagian atau seluruh berat
dari lokomotif yang didukung oleh roda-roda penggeraknya atau driving wheel.
Berat adhesi inilah yang secara efektif dimanfaatkan untuk menimbulkan gaya
tarik. Sedangkan berat selebihnya yang didukung oleh roda-roda jalan atau idle
wheel hanya merupakan beban bagi lokomotif yang disebut bobot mati atau dead
weight.
Jadi, gaya tarik adhesi (Ta) itu tergantung kepada berat adhesi dari lokomotif (Ga),
dan rumusnya adalah sebagai berikut :
Tₐ = f x Gₐ
Dimana :
2
Nilai maksimum dari angka koefisien adhesi adalah :
Ta
fmax =
Ga
Gaya tarik yang maksimum dapat diberikan oleh roda-roda penggerak (Tr) tidak
mungkin melampaui gaya tarik adhesi (Ta). Jadi, yang seharusnya adalah:
Tr ≤ Ta atau Tr ≤ fmax x Ga
Bila Tr > fmax x Ga, maka akan terjadi roda spin. Jadi, dapatlah dikatakan, bahwa :
fmax x Ga = batas spin, yang merupakan batas kekuatan tarik pada waktu mula
gerak (starting period)
f = 1/4 atau 1/3,6 (250 – 280 kg/t) untuk standar lokomotif listrik dan Diesel
Elektris, terutama dengan roda-roda yang digerakkan tersendiri.
f = 1/3,3 atau 1/3 (300 – 330 kg/t) batas tertinggi untuk lokomotif listrik dan
diesel, dan juga lokomotif uap bila digunakan pasir, yang digunakan saat rel
basah/licin yang menyebabkan Ta menjadi rendah.
XI.3 GAYA TARIK MESIN DAN RODA PENGGERAK
Menurutkan rumus dimuka maka hubungan antara Tm dan Nm ialah :
270 x Nm
Tm = (Kg)
V
3
Dimana :
Jadi : Tk = Tr – WL – i . GL (Kg)
4
Dimana :
5
Jadi, kekuatan tarik yang dibutuhkan pada kait lokomotif, ialah Tkait =
4.016 kg (dipilih berdasarkan tanjakan tertinggi)
i = 5‰ :
W𝐿 = 2,5𝑥84 + 0,6𝑥10 (10
80
)²+ 5𝑥84 = 1.014 (𝑘𝑔)
i = 16‰ :
W𝐿 = 2,5𝑥84 + 0,6𝑥10 (10
50
)²+ 16𝑥84 = 2.718 (𝑘𝑔)
6
50²
W𝑟 = (26,5 + 6,5)𝑎 ( (2,5 + + 14) ) =
4.000
= 33.a. (17,125) = 565,13 a
Persamaan yang harus dipenuhi ialah : WL + Wr = Tr
Jadi : 1.734 + 565,13 a = 6500
6.500 − 1.734 4.736
𝑎 = = = 8,4
565,13 565,13
Jadi, jumlah kereta maksimum yang dapat ditarik ialah = 8 buah
kereta (dibulatkan kebawah)
c. Sebuah lokomotif Diesel Hidrolis 1500 HP dengan rugi-rugi transmisi daya
hidrolis max 0,85, dengan data sebagai berikut :
7
2) W𝐿 = 2,5𝑥48 + 0,6𝑥10𝑥(50)2 + 12𝑥48 + ( 450 ) 𝑥48 =
10 300−50
932,4 (𝑘𝑔)
502 450
W𝑟(𝑡o𝑡) = 36. 𝑛. (2,5 + + 12 + ( ) =
4.000 300 − 50
Salah satu diagram traksi adalah Diagram beban Tarik lokomotif. Diagram beban
tarikan ini memperlihatkan sebuah gambar grafik, dimana sumbu tegak
menunjukkan beratnya rangkaian kereta/gerbong yang ditarik (Hauled Weight)
tidak termasuk lokomotif, yaitu = Gr (ton), sedangkan sumbu tegak menunjukkan
tingginya kecepatan = V.
Garis-garis yang terdapat didalam diagram beban tarik itu merupakan grafik
beratnya rangkaian kereta/gerbong yang maksimum dapat ditarik oleh lokomotif
jenis tersebut pada suatu tanjakan tertentu yang konstan (i tertentu) dan untuk
masing-masing kecepatan.
Diagram beban tarik itu juga bisa disebut sebagai sebuah Diagram Gr – V
8
Sebagai contoh, Diagram beban Tarik lokomotif BB-300 adalah sebagaimana
gambar berikut :
Diagram Beban Tarik/diagram Gr – V
Diagram beban Tarik dibuat berdasarkan persyaratan perhitungan bahwa
“perlawanan total dari seluruh rangkaian kereta/gerbong harus sama dengan
gaya tarik yang tersedia pada kait lokomotif”.
Wr(tot) = Tk
a. Untuk jalan datar (i = 0 ‰) ialah :
Gr(tot) x Wspec = Tk
9
Jadi :
Tk
Gr(tot) = (Ton)
Wspec
b. Untuk tanjakan i ‰ ialah :
Dengan demikian apabila diketahui suatu lokomotif dengan daya (N) dan berat
(GL) tertentu menarik kereta panumpang atau gerbong barang dengan berat
tertentu (Gr), maka untuk berbagai lereng i tertentu dapat digambarkan kurva GW
terhadap V.
Apabila berat rata-rata isi setiap kereta penumpang 39 ton, maka jumlah kereta
penumpang yang bisa ditarik oleh lok BB 303 pada lintas tersebut adalah n =
200/39 = 5,1 buah, dibulatkan kebawah = 5 buah
==================================================================
10