Anda di halaman 1dari 10

TEKNIK

REKAYASA PERKERETAAPIAN

MODUL 11 – ASPEK TEKNIS SARANA PERKERETAAPIAN 2


GAYA TARIK

XI. GAYA TARIK


Lokomotif sebagai alat penarik/pendorong, kecuali harus bisa berjalan sendiri,
juga harus bisa menarik rangkaian kereta api.

Gaya tarik atau kekuatan tarik itu bagi sebuah lokomotif merupakan faktor yang
sangat penting. Sebab, lokomotif per definisi adalah sarana perkeretaapian yang
memiliki penggerak sendiri yang bergerak dan digunakan untuk menarik dan/atau
mendorong kereta, gerbong, maupun jenis sarana lainnya.

XI.1 HUBUNGAN ANTARA GAYA TARIK DAN TENAGA


Gaya tarik itu dinyatakan dalam kgf, sedangkan tenaga dinyatakan dalam daya
kuda (HP). Hubungan antara gaya tarik dan tenaga itu terjalin dalam rumus berikut
ini :
T x V T xV 270 x N
N = =
3,6 x 75 270
T = V

Keterangan:
N = Tenaga/Daya (HP)
T = Gaya tarik (kgf)
V = Kecepatan (km/jam)
1 HP = 75 kgf.m/detik

Atau kalau digunakan kilowatt sebagai satuan tenaga, misalnya pada motor traksi
KRL, dimana : 1 HP = 736 watt atau 1 Kilowatt = 1,36 HP, maka hubungan menjadi
sebagai berikut :

T x V T xV 367 x N
N = = (Kw) T =
3,6 x 75 x 1,36 367 V

1
N (tenaga) didefinisikan sebagai daya motor diesel yang akan ditransmisikan ke
roda panggerak, menjadi momen putar dan kemudian menjadi gaya tarik pada
roda penggerak lokomotif.
Gaya tarik netto yang diperhitungkan untuk menarik rangkaian kereta api
penumpang atau kereta api barang adalah gaya tarik pada alat perangkai
lokomotif yang besarnya sama dengan selisih gaya tarik pada roda penggerak
dikurangi dengan hambatan gelinding lokomotif.
Oleh karena daya yang diteruskan dari motor diesel ke roda penggerak tersebut
melalui transmisi elektrik atau hidrolik, maka terjadi rugi-rugi, sehingga perlu
ditambahkan faktor efisiensi (η). faktor efisiensi ini lazim digunakan angka 0,8 –
0,85 sehingga Dengan adanya faktor efisiensi η, maka gaya tarik pada roda
penggerak menjadi :

270 x N
T =
V
x η

XI.2 GAYA TARIK ADHESI
Pada waktu lokomotif mulai bergerak (starting period), momen putar pada roda
penggerak yang menghasilkan gaya tarik lokomotif dibatasi oleh koefisien gesek
antara roda dan rel. Koefisien gesek ini dipengaruhi oleh berat adhesi dari
lokomotif, yang disebut dengan koefisien adhesi.

Yang dimaksudkan dengan berat adhesi, adalah sebahagian atau seluruh berat
dari lokomotif yang didukung oleh roda-roda penggeraknya atau driving wheel.
Berat adhesi inilah yang secara efektif dimanfaatkan untuk menimbulkan gaya
tarik. Sedangkan berat selebihnya yang didukung oleh roda-roda jalan atau idle
wheel hanya merupakan beban bagi lokomotif yang disebut bobot mati atau dead
weight.

Jadi, gaya tarik adhesi (Ta) itu tergantung kepada berat adhesi dari lokomotif (Ga),
dan rumusnya adalah sebagai berikut :

Tₐ = f x Gₐ
Dimana :

Tₐ = Gaya tarik adhesi


Gₐ = Berat adhesi yaitu berat lokomotif yang didukung oleh roda penggerak
f = Angka koefisien adhesi antara roda dan rel

2
Nilai maksimum dari angka koefisien adhesi adalah :
Ta
fmax =
Ga



Gaya tarik yang maksimum dapat diberikan oleh roda-roda penggerak (Tr) tidak
mungkin melampaui gaya tarik adhesi (Ta). Jadi, yang seharusnya adalah:

Tr ≤ Ta atau Tr ≤ fmax x Ga

Bila Tr > fmax x Ga, maka akan terjadi roda spin. Jadi, dapatlah dikatakan, bahwa :

fmax x Ga = batas spin, yang merupakan batas kekuatan tarik pada waktu mula
gerak (starting period)

Nilai representative f, yang lazim digunakan adalah sebagai berikut :

f = 1/4 atau 1/3,6 (250 – 280 kg/t) untuk standar lokomotif listrik dan Diesel
Elektris, terutama dengan roda-roda yang digerakkan tersendiri.

f = 1/3,3 atau 1/3 (300 – 330 kg/t) batas tertinggi untuk lokomotif listrik dan
diesel, dan juga lokomotif uap bila digunakan pasir, yang digunakan saat rel
basah/licin yang menyebabkan Ta menjadi rendah.



XI.3 GAYA TARIK MESIN DAN RODA PENGGERAK
Menurutkan rumus dimuka maka hubungan antara Tm dan Nm ialah :
270 x Nm
Tm = (Kg)
V

3
Dimana :

Tm = Gaya tarik mesin


Nm = Tenaga /Daya mesin

Gaya Tarik mesin kemudian di transmisikan ke roda penggerak.
Oleh karena daya yang diteruskan dari motor diesel ke roda penggerak tersebut
melalui transmisi elektrik atau hidrolik, maka terjadi rugi-rugi, sehingga perlu
ditambahkan faktor efisiensi (η). faktor efisiensi ini lazim digunakan angka 0,8 –
0,85 Apabila tenaga yang diberikan pada roda-roda penggerak itu = Nr, maka
besarnya gaya tarik pada roda penggerak ialah :


270 x Nr
Tr =
V

Pada Lokomotif Diesel Elektris : Nr = ηe x Nm
Jadi :
270 x 𝜂e x Nm
Tr = 𝜂e x Tm =
V
ηe = rendemen perpindahan elektris
Pada lokomotif diesel hidrolis : Nr = ηh x Nm
Jadi :
270 x 𝜂h x Nm
Tr = 𝜂h x Tm =
V
ηh = rendemen perpindahan hidrolis

Seperti telah diuraikan dimuka, maka gaya tarik yang dapat diberikan oleh roda-
roda penggerak maksimum hanya sampai pada batas gayatarik adhesi, dan tidak
mungkin melampaui gaya tarik adhesi (Ta). Sebab, bila Ta dilampaui maka akan
terjadi spin.

XI.4 GAYA TARIK PADA ALAT PERANGKAI/KAIT LOKOMOTIF


Gaya tarik efektif yang terdapat pada kait lokomotif, yaitu yang tersedia untuk
menarik rangkaian kereta/gerbong adalah sama besarnya dengan gaya tarik dari
roda-roda penggerak dikurangi dengan perlawanan total dari lokomotif itu sendiri
(W𝐿)

Jadi : Tk = Tr – WL – i . GL (Kg)

4
Dimana :

Tk = gaya tarik pada kait lokomotif (kg)


Tr = gaya tarik roda-roda penggerak (kg)
i = tanjakan (‰)
GL = berat siap dari lokomotif (Ton)

Namun untuk dapat mengatasi seluruh perlawanan dari rangkaian
kereta/gerbong yang ditariknya, maka gaya tarik kait (Tk) itu minimal harus sama
dengan perlawanan total dari seluruh rangkaian kereta/gerbong (Wr (tot))

jadi : Tk = Wr(tot) = Gr(tot) x Wspec (Kg)




XI.5 CONTOH PERHITUNGAN
a. Sebuah rangkaian kereta api terdiri atas 6 buah kereta penumpang yang
beratnya masing-masing 35 ton, sudah termasuk muatannya. Berat kosong
rata-rata 26,5 ton. Kecepatan yang harus dicapai ialah :

Untuk i = 5‰ harus mencapai V = 80 km/jam


Untuk i = 16‰ harus mencapai V = 50 km/jam

Hitunglah
1) Batas kekuatan tarik pada kait lokomotif yang dibutuhkan untuk
menarik rangkaian kereta api tersebut?
2
2) Kalau ditarik lokomotif CC.201 dengan GL = 84 ton, F = 10 m , nilai
c1xc2 =2,5 serta nilai c3 = 0,6 maka berapa kekuatan tarik yang
diperlukan pada roda-roda penggerak dari lokomotif tersebut?
Perhitungan :
1) i = 5‰ :
802
W𝑟 = 6𝑥35 ( (2,5 + + 5) ) = 1.911 (𝑘𝑔)
4.000
i = 16‰ :
50²
W𝑟 = 6𝑥35 ( (2,5 + + 16) ) = 4.016 (𝑘𝑔)
4.000

5
Jadi, kekuatan tarik yang dibutuhkan pada kait lokomotif, ialah Tkait =
4.016 kg (dipilih berdasarkan tanjakan tertinggi)

2) perlawanan lokomotif ialah :

i = 5‰ :

W𝐿 = 2,5𝑥84 + 0,6𝑥10 (10
80
)²+ 5𝑥84 = 1.014 (𝑘𝑔)

i = 16‰ :

W𝐿 = 2,5𝑥84 + 0,6𝑥10 (10
50
)²+ 16𝑥84 = 2.718 (𝑘𝑔)

Jadi, kekuatan tarik yang dibutuhkan pada roda-roda penggerak, ialah


Troda = 4.016 + 2.718 = 6.734 kg (Kekuatan Tarik pada roda-roda
penggerak harus bisa mengatasi perlawanan rangkaian kereta dan
perlawanan lokomotif)


b. Lokomotif Diesel Elektrik dengan berat siap GL = 96 ton dan luas F = 10 m2
pada kecepatan 50 km/jam memberikan gaya tarik pada roda-roda
penggeraknya sebesar : Tr = 6500 Kg.
Lokomotif tersebut harus dapat menarik rangkaian kereta penumpang pada
tanjakan 14‰ dengan kecepatan 50 km/jam.
Kalau berat kereta kosong rata-rata = 26,5 ton, sedangkan muatannya = 6,5
ton/tiap kereta,

Hitunglah :
Berapa banyak jumlah kereta yang dapat ditariknya?

Perhitungan :
Pada kecepatan 50 km/jam gaya tarik pada roda-roda penggerak
sebesar : Tr = 6500 Kg.
Perlawanan lokomotif pada tanjakan 14‰ dan V = 50 km/jam ialah :
50
WL = 2,5x96 + 0,6x10x( )² + 14x96 = 1.734 kg
10
Dimisalkan jumlah banyaknya kereta = a, maka perlawanan rangkaian
kereta total ialah :

6
50²
W𝑟 = (26,5 + 6,5)𝑎 ( (2,5 + + 14) ) =
4.000
= 33.a. (17,125) = 565,13 a

Persamaan yang harus dipenuhi ialah : WL + Wr = Tr
Jadi : 1.734 + 565,13 a = 6500

6.500 − 1.734 4.736
𝑎 = = = 8,4
565,13 565,13


Jadi, jumlah kereta maksimum yang dapat ditarik ialah = 8 buah
kereta (dibulatkan kebawah)

c. Sebuah lokomotif Diesel Hidrolis 1500 HP dengan rugi-rugi transmisi daya
hidrolis max 0,85, dengan data sebagai berikut :

Berat siap : GL = Ga = 48 ton


Penampang F = 10 M2
Angka-angka konstanta c1.c2 = 2,5 dan c3 = 0,6

Hitunglah :
1) Hitunglah gaya tarik dari roda-roda penggeraknya pada kecepatan 50
km/jam!
2) Hitunglah perlawanan total dari lokomotif itu pada kecepatan 50
km/jam diatas tanjakan 12‰, selagi melewati tikungan dengan
radius R = 300 meter!
3) Apabila pada tanjakan 12‰ dan tikungan dengan R = 300 M,
lokomotif tersebut harus menarik rangkaian kereta api cepat dengan
kecepatan 50 km/jam, maka ditanyakan berapa jumlah kereta yang
dapat ditariknya, bila diketahui :
Berat kosong dari kereta = 30 ton/tiap kereta
Berat muatan penumpang = 6 ton/tiap kereta
Kecepatan angin relatif = 10 km/jam

Perhitungan :

270x𝜂hxN 270x0,85x1500
1) 𝑇𝑟 = V
= 50
= 6885 (𝑘𝑔)

7
2) W𝐿 = 2,5𝑥48 + 0,6𝑥10𝑥(50)2 + 12𝑥48 + ( 450 ) 𝑥48 =
10 300−50
932,4 (𝑘𝑔)

3) Tk = Tr – WL = 6885 – 932,4 = 5.952,6 (kg) = Wr(tot)

Dimisalkan jumlah kereta = n :

502 450
W𝑟(𝑡o𝑡) = 36. 𝑛. (2,5 + + 12 + ( ) =
4.000 300 − 50

= 36.n (16,9) = 609,3. n



609,3. n = 5.922,6
n = 5922,6/609,3 = 9,72

Jumlah kereta yang dapat ditarik = 9 kereta


XI.6 DIAGRAM BEBAN TARIK LOKOMOTIF (HAULING LOAD DIAGRAM)
Karakteristik daya tarik dari sebuah lokomotif dapat dilukiskan dalam sebuah
gambar diagram, yaitu yang disebut Diagram Traksi. Setiap jenis lokomotif
mempunyai sifat-sifat (karakteristik daya tarik) yang berbeda-beda tergantung
pada besarnya, beratnya, tenaganya dan lain sebagainya, sehingga setiap jenis
(type) lokomotif itu masing-masing mempunyai gambar Diagram Traksi sendiri-
sendiri, yang menunjukkan besarnya daya tarik dari lokomotif itu sebagai alat
traksi.

Salah satu diagram traksi adalah Diagram beban Tarik lokomotif. Diagram beban
tarikan ini memperlihatkan sebuah gambar grafik, dimana sumbu tegak
menunjukkan beratnya rangkaian kereta/gerbong yang ditarik (Hauled Weight)
tidak termasuk lokomotif, yaitu = Gr (ton), sedangkan sumbu tegak menunjukkan
tingginya kecepatan = V.

Garis-garis yang terdapat didalam diagram beban tarik itu merupakan grafik
beratnya rangkaian kereta/gerbong yang maksimum dapat ditarik oleh lokomotif
jenis tersebut pada suatu tanjakan tertentu yang konstan (i tertentu) dan untuk
masing-masing kecepatan.

Diagram beban tarik itu juga bisa disebut sebagai sebuah Diagram Gr – V

8
Sebagai contoh, Diagram beban Tarik lokomotif BB-300 adalah sebagaimana
gambar berikut :



Diagram Beban Tarik/diagram Gr – V

Diagram beban Tarik dibuat berdasarkan persyaratan perhitungan bahwa
“perlawanan total dari seluruh rangkaian kereta/gerbong harus sama dengan
gaya tarik yang tersedia pada kait lokomotif”.

Jadi, syarat yang harus dipenuhi ialah :



Wr(tot) = Tk


a. Untuk jalan datar (i = 0 ‰) ialah :

Gr(tot) x Wspec = Tk

9
Jadi :

Tk
Gr(tot) = (Ton)
Wspec





b. Untuk tanjakan i ‰ ialah :

Gr(tot) x (Wsp + i) = Tk – i.GL


Jadi, rumusnya ialah :
Tk − i. GL
Gr(tot) = (ton)
(Wspec + i)

Dengan demikian apabila diketahui suatu lokomotif dengan daya (N) dan berat
(GL) tertentu menarik kereta panumpang atau gerbong barang dengan berat
tertentu (Gr), maka untuk berbagai lereng i tertentu dapat digambarkan kurva GW
terhadap V.

Contoh penggunaan diagram beban tarik , misalnya untuk lokomotif BB300


sebagaimana contoh diatas didasarkan pada diagram yang diberikan oleh pabrik
Fried Krupp. Misalnya lok ini akan digunakan untuk menarik kereta penumpang
dengan kecepatan V=50 km/jam, pada lintas dengan lereng tanjakan penentu i =
5 0/00 maka dari diagram diperoleh beban tarik sebesar Gr(tot) = 200 ton.

Apabila berat rata-rata isi setiap kereta penumpang 39 ton, maka jumlah kereta
penumpang yang bisa ditarik oleh lok BB 303 pada lintas tersebut adalah n =
200/39 = 5,1 buah, dibulatkan kebawah = 5 buah




==================================================================

10

Anda mungkin juga menyukai