Anda di halaman 1dari 18

perencanaan geometrik jalan

BAB V
ALINEMEN VERTIKAL

A. Umum

Alinemen vertikal (potongan memanjang) adalah bidang tegak yang melalui sumbu
jalan atau proyeksi tegak lurus bidang gambar. Potongan memanjang ini
menggambarkan tinggi rendahnya permukaan jalan terhadap permukaan tanah asli.
Alinemen vertikal terdiri atas bagian landai vertikal dan lengkung vertikal dan bila
ditinjau dari titik awal perencanaan, bagian landai vertikal dapat berupa landai positif
(tanjakan) atau landai negatif (turunan) atau landai nol (datar). Bagian lengkung
vertikal dapat berupa lengkung cekung dan lengkung cembung.
Pada alinemen horizontal yang merupakan bagian kritis adalah lengkung horizontal
(bagian tikungan), maka pada alinemen vertikal yang merupakan bagian kritis justru
pada bagian yang lurus.

B. Landai Maksimum
Walaupun hampir semua mobil penumpang dapat mengatasi kelandaian sebesar 9
sampai 10 % tanpa kehilangan kecepatan berarti namun pengaruhnya pada
kecepatan truk agak nyata. Untuk menentukan landai maksimum, kemampuan
menanjak sebuah truk bermuatan penuh maupun biaya konstruksi harus
diperhitungkan. Tabel 5.1 dan Tabel 5.2 memperlihatkan kelandaian maksimum
untuk kecepatan rencana tertentu.

Tabel 5.1 Landai maksimum yang diijinkan untuk jalan antar kota
Kecepatan rencana
120 110 100 80 60 50 40 < 40
(km/jam)
Kelandaian Maksimum
3 3 4 5 8 9 10 10
(%)
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota 1997

Tabel 5.2 Landai maksimum yang diijinkan untuk jalan perkotaan


Kecepatan rencana
100 90 80 70 60 50
(km/jam)
Kelandaian Maksimum
5 5 6 6 7 8
(%)
Sumber: Geometrik Jalan Perkotaan (RSNI T- 14 2004)

m. koster silaen jurusan teknik sipil 5-1


perencanaan geometrik jalan

Ketentuan landai maksimum yang diperlihatkan pada Tabel diatas adalah bahwa
sebuah kendaraan dimungkinkan bergerak terus tanpa penurunan kecepatan yang
berarti pada tanjakan.

C. Panjang Landai Kritis


Pada perencanaan landai perlu diperhatikan panjang landai sehingga tidak
mengakibatkan penurunan kecepatan yang dapat mengganggu lancarnya arus lalu
lintas. Panjang maksimum landai yang diijinkan tanpa mengakibatkan penurunan
kecepatan tidak lebih dari setengah kecepatan rencana dengan waktu perjalanan
tidak lebih dari satu menit disebut panjang landai kritis. Panjang landai kritis dapat
dilihat pada Tabel 5.3 untuk jalan antar kota dan Tabel 5.4 untuk jalan perkotaan.

Tabel 5.3 Panjang landai kritis untuk jalan antar kota

Kecepatan pada awal Kelandaian (%)


tanjakan (km/jam) 4 5 6 7 8 9 10
80 630 460 360 270 230 230 200
60 320 210 160 120 110 90 80
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota 1997

Kelandaian yang lebih besar dari kemiringan maksimum yang disebutkan di atas
pada jalan perkotaan (Tabel 5.2) dapat digunakan apabila panjang kelandaian lebih
kecil dari panjang kritis yang ditetapkan pada Tabel 5.4 sesuai dengan kecepatan
rencana.

Tabel 5.4 Panjang landai kritis untuk jalan perkotaan


Kecepatan rencana (km/jam) Kelandaian (%) Panjang landai kritis (m)
4 700
100 5 500
6 400
5 600
80 6 500
7 400
6 500
60 7 400
8 300
7 500
50 8 400
9 300
8 400
40 9 300
10 200

m. koster silaen jurusan teknik sipil 5-2


perencanaan geometrik jalan

D. Lajur Pendakian
Pada jalan berlandai dengan volume lalu lintas harian rencana (VLHR) yang tinggi,
sering kendaraan-kendaraan berat yang bergerak dengan kecepatan rendah dari
kecepatan rencana (kecepatan lambat) menjadi penghalang buat kendaraan lain
yang bergerak dengan kecepatan rencana. Untuk menghindari hal tersebut perlu
dibuat lajur pendakian. Lajur pendakian adalah lajur yang disediakan khusus untuk
truk-truk bermuatan berat atau kendaraan lain yang begerak dengan kecepatan
rendah, sehingga kendaraan lain dapat mendahului kendaraan tersebut tanpa harus
berpindah lajur atau menggunakan lajur arah berlawanan.
Lajur pendakian dibuat dengan ketentuan sebagai berikut:
Disediakan pada jalan Arteri atau Kolektor
Apabila panjang kritis terlampaui, VLHR > 15.000 SMP/hari, dan persentase
truk > 15 %.
Lebar lajur pendakian dibuat sama dengan lebar lajur rencana. Lajur pendakian
dimulai 30 meter dari awal perubahan kelandaian dengan serongan sepanjang 45
meter dan berakhir 50 meter sesudah puncak kelandaian dengan serongan
sepanjang 45 meter (Gambar 5.1). Jarak minimum antara 2 lajur pendakian adalah
1,5 km (Gambar 5.2).

Awal tanjakan Akhir tanjakan


Tanjakan

Awal lajur pendakian

POTONGAN MEMANJANG
30 m 45 m 200 m 50 m 60m

Lajur pendakian

TAMPAK ATAS

Gambar 5.1 Lajur pendakian tipikal

m. koster silaen jurusan teknik sipil 5-3


perencanaan geometrik jalan

Jarak antar 2 lajur pendakian


minimum 1,5 km
Tanjakan 2
Tanjakan 1

POTONGAN MEMANJANG
Akhir Serong Minimum 1,5 km Awal Serong
pendakian pendakian 45 m

Lajur pendakian 1 Lajur pendakian 2

TAMPAK ATAS

Gambar 5.2 Jarak antara dua lajur pendakian

E. Lengkung Vertikal
Pada setiap penggantian landai harus dibuat lengkung vertikal yang memenuhi
keamanan dan kenyamanan. Adapun lengkung vertikal yang digunakan adalah
lengkung parabola sederhana seperti pada Gambar 5.3

PVI

g1 = + % Ev g1 = - %
y

PTV Y
PLV
X
L/2 L/2

Gambar 5.3 Lengkung parabola sederhana

Keterangan:

m. koster silaen jurusan teknik sipil 5-4

TAMPAK ATAS
perencanaan geometrik jalan

PTV : Peralihan Tangen Vertikal, adalah peralihan dari bagian tangen (lurus)
kebagian lengkung vertikal.
PVI : Point Vertikal of Intersection adalah titik perpotongan kedua bagian tangen
(PPV = Pusat Perpotongan Vertikal).
PLV : Peralihan Lengkung Vertikal adalah dari lengkung vertikal kebagian tangen.
Lv : Panjang proyeksi lengkung vertikal pada bidang horizontal (panjang
lengkung vertikal).
Ev : Pergeseran vertikal dari PVI (PPV) ke lengkung.
g1, g2 : kelandaian bagian tangen (%).
X, Y : ordinat titik-titik pada lengkung vertikal terhadap sumbu koordinat titik PTV.
Rumus umum parabola:
1 2
y ax bx c
2
dy
ax b atau rx c ...(1)
dx

d2 y
a r (konstan) : perubahan garis singgung tetap
dx 2
dy
Untuk x = 0, maka g1 .c = g1 ...(2)
dx
dy
Untuk x = L, maka g 2 ..rL + g1 = g2 .(3)
dx
g 2 g1
Dari persamaan (2) dan (3) diperoleh g2 = rL + g1, sehingga r
L
dy g 2 g1
Dengan demikian persamaan (1) menjadi x g1
dx L

g g1 x 2
Y 2 g1x c'
L 2
Jika y = 0 ; x = 0, maka c = 0, maka persamaan di atas menjadi:

g g1 x 2
Y 2 g1x
L 2
Dengan perbandingan segitiga sebangun:

(y + Y) : g1 . L = x : L
y + Y = g1 . x
y = - Y + g1 . x

m. koster silaen jurusan teknik sipil 5-5


perencanaan geometrik jalan

g 2 g1 x 2
y g1x g1x
L 2

g g2 x 2
y 1
L 2
Maka persamaan umum untuk lengkung vertikal adalah:

g g2 x
2
Ax 2
y 1 atau y
L 2 2L

Jika A dinyatakan dalam persen, maka:


Ax 2
y (5.1)
200 L

AL
Untuk x = L maka y = Ev, dengan demikian Ev (5.2)
800

Tanda + (PLUS) menunjukkan lengkung vertikal cembung dan tanda (MINUS)


menunjukkan lengkung vertikal cekung.

Untuk mengurangi goncangan akibat perubahan kelandaian dan untuk menjamin


jarak pandangan henti, maka lengkung vertikal harus disediakan pada setiap lokasi
di mana kelandaian berubah.

1. Jalan antar kota


Menurut Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota Nomor:
038/T/BM/1997, panjang minimum lengkung vertikal ditetapkan dengan rumus:

Lv = A . Y (5.3)

Jh 2
Lv (5.4)
405

a. Lengkung vertikal cembung


jika jarak pandang henti lebih kecil dari panjang lengkung vertikal cembung
(S < Lv), panjang lengkung vertikal ditetapkan dengan rumus:

AJh 2
Lv (5.5)
405

m. koster silaen jurusan teknik sipil 5-6


perencanaan geometrik jalan

Tinggi mata Penghalang

Jarak Pandang Henti

Gambar 5.4 Lengkung vertikal cembung

b. Lengkung vertikal cekung

jika jarak panjang henti lebih besar dari panjang lengkung vertikal cekung
(S > Lv), panjang lengkung vertikal ditetapkan dengan rumus:
405
Lv 2.Jh (5.6)
A

Lampu kendaraan
belakang
Jembatan
Tinggi mata

Jarak Pandang Henti

Gambar 5.5 Lengkung vertikal cekung

LV = panjang lengkung vertikal (m)


A = perbedaan kelandaian memanjang (%) = g 2 g1.
Jh = jarak pandang henti (m)
Y = faktor penampilan dan kenyamanan yang didasarkan pada tinggi
obyek 10 cm dan tinggi mata 120 cm (lihat Tabel 5.5)

m. koster silaen jurusan teknik sipil 5-7


perencanaan geometrik jalan

Tabel 5.5 Penentuan faktor penampilan kenyamanan (Y)


Kecepatan rencana, km/jam Faktor penampilan kenyamanan (Y)
< 40 1,5
40 60 3,0
> 60 8,0
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota 1997

Dengan berdasar pada penampilan, kenyamanan, dan jarak pandang, maka


panjang lengkung vertikal dapat ditentukan langsung seperti terlihat pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6 Panjang minimum lengkung vertikal
Kecepatan rencana, Perbedaan kelandaian Panjang lengkung
km/jam memanjang (%) vertikal (m)
< 40 1,0 20 30
40 60 0,6 40 80
> 60 0,4 80 150
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota 1997

2. Jalan perkotaan
Menurut Geometri Jalan Perkotaan (RSNI T 14 - 2004) panjang lengkung vertikal
dapat ditentukan berdasarkan jarak pandangan henti dengan rumus sebagai berikut:

Jarak pandang henti (S)


g1 g2
VPI h2
h1

VPC VPT

Panjang lengkung vertikal cembung (Lv)

Gambar 5.6 Parameter yang mempertimbangkan dalam menentukan panjang


lengkung vertikal cembung, berdasarkan jarak pandang henti/menyiap

a. Lengkung vertikal cembung

jika jarak pandang lebih kecil dari panjang lengkung vertikal (S < Lv):

AS 2
Lv (5.7)
658

m. koster silaen jurusan teknik sipil 5-8


perencanaan geometrik jalan

jika jarak pandang lebih besar dari panjang lengkung vertikal (S > Lv):

658
Lv 2S (5.8)
A
Panjang minimum lengkung vertikal cembung berdasarkan jarak pandangan henti
untuk setiap kecepatan rencana (VR) dapat menggunakan Tabel 5.7.

Tabel 5.7 Kontrol perencanaan untuk lengkung vertikal cembung


berdasarkan jarak pandangan henti
Kecepatan rencana Nilai lengkung
Jarak pandang henti (m)
(km/jam) vertikal (K)
20 20 1
30 35 2
40 50 4
50 65 7
60 85 11
70 105 17
80 130 26
90 160 39
100 185 52
Keterangan: Nilai K adalah perbandingan antara panjang lengkung vertikal cembung
(L) dan perbedaan aljabar kelandaian (A), K = L/A
Sumber: Geometrik Jalan Perkotaan (RSNI T- 14 2004)

b. Lengkung vertikal cekung

jika jarak pandang lebih kecil dari panjang lengkung vertikal (S < Lv),

panjang lengkung vertikal ditentukan dengan rumus:


AS 2
Lv (5.9)
120 3,5S

jika jarak pandang lebih besar dari panjang lengkung vertikal (S > Lv),
panjang lengkung vertikal ditentukan dengan rumus:

120 3,5S
Lv 2S (5.10)
A
di mana:
Lv = panjang lengkung vertikal cekung (m)
A = perbedaan aljabar landai (%)
S = jarak pandang henti (m)

Panjang minimum lengkung vertikal cekung berdasarkan jarak pandangan henti


untuk setiap kecepatan rencana (VR) dapat menggunakan Tabel 5.8.

m. koster silaen jurusan teknik sipil 5-9


perencanaan geometrik jalan

Tabel 5.8 Kontrol perencanaan untuk lengkung vertikal cekung


berdasarkan jarak pandangan henti
Kecepatan rencana Nilai lengkung
Jarak pandang henti (m)
(km/jam) vertikal (K)
20 20 3
30 35 6
40 50 9
50 65 13
60 85 18
70 105 23
80 130 30
90 160 38
100 185 45
Keterangan: Nilai K adalah perbandingan antara panjang lengkung vertikal cembung
(L) dan perbedaan aljabar kelandaian (A), K = L/A
Sumber: Geometrik Jalan Perkotaan (RSNI T- 14 2004)

Panjang lengkung vertikal cekung berdasarkan jarak pandangan lintasan di bawah


(lihat Gambar 5.7) dapat ditentukan dengan rumus berikut:

jika jarak pandang lebih kecil dari panjang lengkung vertikal (S < Lv).

AS 2
Lv (5.11)
800(C 1,5)

jika jarak pandang lebih besar dari panjang lengkung vertikal (S > Lv).

800(C 1,5)
Lv 2S (5.12)
A
di mana:
Lv = panjang lengkung vertikal cekung (m)
A = perbedaan aljabar landai (%)
S = jarak pandang henti (m)
C = kebebasan vertikal (m)
Jarak pandang henti (S)

Garis pandang
h1 h2
c

VPC g1 VPT
g2
VPI
Lv/2 Lv/2

Lv

Gambar 5.7 Jarak pandang pada lintasan di bawah

m. koster silaen jurusan teknik sipil 5-10


perencanaan geometrik jalan

Mulai

Data:
Stationing PVI
Elevasi PVI
Kelandaan tangen (g1, g2,
dstnya)
Kecepatan rencana (VR)
Perbedaan aljabar kelandaian

Hitung panjang lengkung vertikal (Lv)


berdasarkan:
Jarak pandang minimum (Jh)
Panjang minimum

Hitung data lengkung vertikal:


Ev
Elevasi PTV da PLV
Elevasi titik-titik pada lengkung
vertikal
Gambar lengkung vertkal

Seles
ai

Gambar 5.8 Bagan alir perhitungan lengkung pertikal

m. koster silaen jurusan teknik sipil 5-11


perencanaan geometrik jalan

Contoh:
1. Diketahui:
Profil memanjang suatu jalur jalan antar kota seperti pada Gambar 5.9 di bawah
akan direncanakan lengkung vertikalnya.
Jalan yang akan direncanakan berupa jalan Arteri pada daerah datar.
Sta. PVI1 6 + 800
Elev. + 16.00
+ 16,00
g2 = - 1%
+ 15,00 g1 = + 2%

+ 14,00

Gambar 5.9 Profil/potongan memanjang suatu jalur jalan

Data dan Ketentuan:


Dari Tabel 3.8: untuk jalan Arteri dengan daerah datar maka V R = 60 80
km/jam. Ambil VR = 80 km/jam.
Dari Tabel 3.10, untuk VR = 80 km/jam, jarak pandang henti minimum (J h)
= 120 m.
Perencanaan lengkung vertikal:
Perbedaan aljabar kelandaian (A)
A = g2 g1
= (- 1%) - (2%) = - 3%
Perhitungan LV.
Panjang lengkung minimum lengkung vertikal:
L = A x Y untuk VR = 80 km/jam dari Tabel 5.5 diperoleh Y = 8
L = 3 x 8 = 24 m.
Jh 2
L
405
120 2
Lv
405
LV = 36 m
Berdasarkan jarak pandang henti:
Jh < LV

m. koster silaen jurusan teknik sipil 5-12


perencanaan geometrik jalan

AxJh 2
Lv
405
3x120 2
Lv
405
LV = 107 m (tidak memenuhi)
Dengan berdasar pada penampilan, kenyamanan, dan jarak pandang, maka
panjang lengkung vertikal cembung diambil: L V = 140 m (Tabel 5.6)
Perhitungan EV
AL
Ev
800
3x140
Ev
800
EV = - 0,53 m (tanda berarti lengkung vertikal cembung)
Perhitungan Elevasi pada lengkung vertikal

Elev. PVI1 16.00


g1 = 2 %
g2 = -1 %
A = g2 - g1= -3 %
Lv = 140 m

TPTV = TPVI1 - g1*Lv/2

= 14.60
TPLV = TPVI1 + g2*Lv/2

= 15.30
Tx = TPTV + g1* X + Y dimana: Y = A/200 Lv * X^2

Tabel 5.9 Perhitungan elevasi titik pada lengkung vertical cembung


X g1*X X^2 Y = A/200Lv*X^2 Tx
0 0.000 0 0.00 14.60
20 0.400 400 -0.04 14.96
40 0.800 1600 -0.17 15.23
50 1.000 2500 -0.27 15.33
70 1.400 4900 -0.53 15.48
80 1.600 6400 -0.69 15.51
100 2.000 10000 -1.07 15.53
120 2.400 14400 -1.54 15.46
140 2.800 19600 -2.10 15.30
Perhitungan stationing

m. koster silaen jurusan teknik sipil 5-13


perencanaan geometrik jalan

Sta. PLV = Sta. PVI1 Lv


= 6 + 800 ( x 140)
= 6 + 730
Sta. PTV = Sta. PVI1 + Lv
= 6 + 800 + ( x 140)
= 6 + 870

Sta. PVI1 6 + 800


Elev. + 16.00
TPLV =
6 + 730 6 + Ev
800= 0,53 g2 = - 1%6 + +870
15,30

g1 = + 2% +15,41 +15,51 +15,53


+15,46
+15,23
Gambar 5.10 Lengkung vertikal cembung pada PVI 1
TPLV = +14,96
+ 14,60 x = 20
x = 40
x = 60
x = Lv/2 = 70
x = 80
x = 100
1x = 20
x = Lv = 140

2. Gambar dibawah adalah lanjutan dari profil memanjang pada soal no. 1

m. koster silaen jurusan teknik sipil 5-14


perencanaan geometrik jalan

+ 18,00 Sta. PVI1 6 + 800


Elev. + 16.00
+ 17,00

+ 16,005.11 Profil/potongan memanjang suatu jalur


3 g = + 1,5%
Gambar jalan (lanjutan soal no. 1)
g2 = - 1%
Perbedaan aljabar kelandaian (A)
+ 15,00
A = g3 g2
+ 14,00
= (1,5%) - (-1%) = Sta.
2,5% PVI2 7 + 000
Perhitungan LV. Elev. + 14.00

Berdasarkan jarak pandang henti:


Jh > LV
405
Lv 2S
A

405
Lv 2x120
2,5

LV = 240 162 = 78 m
Jh > LV = `120 > 78 (memenuhi)
Diambil panjang LV = 80 m
Perhitungan EV:
AL
Ev
800
2.5x80
Ev
800
EV = 0,25 m (tanda + menunjukkan lengkung vertikal cekung)
Perhitungan Elevasi pada lengkung vertikal

Elev. PVI2 14.00


g2 = -1 %
g3 = 1.5 %
A = g3 g2= 2.5 %
Lv = 80 m

m. koster silaen jurusan teknik sipil 5-15


perencanaan geometrik jalan

TPTV = TPVI2 - g2*Lv/2


= 14.40
TPLV = TPVI2 + g3*Lv/2
= 14.60
Tx = TPTV + g2* X + Y dimana: Y = A/200 Lv * X^2

Tabel 5.10 Perhitungan elevasi titik pada lengkung vertical cekung

X g2*X X^2 Y = A/200Lv*X^2 Tx


0 0.000 0 0.00 14.40
10 -0.100 100 0.02 14.32
20 -0.200 400 0.06 14.26
30 -0.300 900 0.14 14.24
40 -0.400 1600 0.25 14.25
50 -0.500 2500 0.39 14.29
60 -0.600 3600 0.56 14.36
70 -0.700 4900 0.77 14.47
80 -0.800 6400 1.00 14.60

Perhitungan stationing
Sta. PLV = Sta. PVI2 Lv
= 7 + 000 ( x 80)
= 6 + 960
Sta. PTV = Sta. PVI2 + Lv
= 7 + 000 + ( x 80)
= 7 + 040

Sta. PVI1 6 + 800


Elev. + 16.00
x = Lv = 80
x = 60 g3 = + 1,5%
x = 40
g2 = - 1%
x = 20 +14,36

+14,26 +14,25 TPTV


TPLV +14,60
Ev = 0,25
+14,40
Sta. PVI2 7 + 000
Elev. + 14.00
Gambar 5.12 Lengkung vertikal cekung pada PVI 2
F. Koordinasi alinyemen

m. koster silaen jurusan teknik sipil 5-16


perencanaan geometrik jalan

Alinyemen vertikal, alinyemen horizontal dan potongan melintang jalan arteri


perkotaan harus dikoordinasikan sedemikian sehingga menghasilkan suatu bentuk
jalan yang baik dalam arti memudahkan pengemudi mengemudikan kendaraannya
dengan aman nyaman. Bentuk kesatuan ketiga elemen jalan tersebut diharapkan
dapat memberikan kesan atau petunjuk kepada pengemudi akan bentuk jalan yang
akan dilalui di depannya, sehingga pengemudi dapat melakukan antisipasi lebih
awal.
Koordinasi alinyemen vertikal dan alinyemen horizontal harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
1. Lengkung horizontal sebaiknya berimpit dengan lengkung vertikal, dan
secara ideal alinyemen horizontal lebih panjang sedikit melingkupi alinyemen
vertikal.
2. Tikungan yang tajam pada bagian bawah lengkung vertikal cekung atau pada
bagian atas lengkung vertikal cembung harus dihindarkan.
3. Lengkung vertikal cekung pada landai jalan yang lurus dan panjang harus
dihindarkan.
4. Dua atau lebih lengkung vertikal dalam satu lengkung horizontal harus
dihindarkan.
5. Tikungan yang tajam diantara dua bagian jalan yang lurus dan panjang harus
dihindarkan.

SOAL:

m. koster silaen jurusan teknik sipil 5-17


perencanaan geometrik jalan

1. Suatu rencana kelandaian memanjang jalan (jalan antar kota) melalui titik-titik
berikut ini:

Titik A terletak pada Sta. 0 + 000 dengan Elevasi + 2,50

Titik PVI1 terletak pada Sta. 0 + 100 dengan Elevasi + 5,50

Titik PVI2 terletak pada Sta. 0 + 300 dengan Elevasi + 3,00

Titik B terletak pada Sta. 0 + 400 dengan Elevasi + 7,00

Kecepatan rencana, Vrenc = 60 Km/Jam

Rencanakan kedua lengkung vertikal tersebut dan gambarkan (skala ditentukan


sendiri).

Catatan: Interval elevasi/tinggi titik pada lengkung vertikal dihitung pada setiap
interval jarak 10.00 m (jarak X pada tabel perhitungan dan hitung juga pada X =
Lv).

2. Semua data sama dengan soal no. 1.


Rencanakan kedua lengkung vertikal tersebut untuk jalan perkotaan.

m. koster silaen jurusan teknik sipil 5-18

Anda mungkin juga menyukai