BAB V
ALINEMEN VERTIKAL
A. Umum
Alinemen vertikal (potongan memanjang) adalah bidang tegak yang melalui sumbu
jalan atau proyeksi tegak lurus bidang gambar. Potongan memanjang ini
menggambarkan tinggi rendahnya permukaan jalan terhadap permukaan tanah asli.
Alinemen vertikal terdiri atas bagian landai vertikal dan lengkung vertikal dan bila
ditinjau dari titik awal perencanaan, bagian landai vertikal dapat berupa landai positif
(tanjakan) atau landai negatif (turunan) atau landai nol (datar). Bagian lengkung
vertikal dapat berupa lengkung cekung dan lengkung cembung.
Pada alinemen horizontal yang merupakan bagian kritis adalah lengkung horizontal
(bagian tikungan), maka pada alinemen vertikal yang merupakan bagian kritis justru
pada bagian yang lurus.
B. Landai Maksimum
Walaupun hampir semua mobil penumpang dapat mengatasi kelandaian sebesar 9
sampai 10 % tanpa kehilangan kecepatan berarti namun pengaruhnya pada
kecepatan truk
120
110
100
80
60
50
40
< 40
10
10
100
90
80
70
60
50
m. koster silaen
5-1
4
630
320
5
460
210
Kelandaian (%)
6
7
8
360
270
230
160
120
110
9
230
90
10
200
80
Kelandaian yang lebih besar dari kemiringan maksimum yang disebutkan di atas
pada jalan perkotaan (Tabel 5.2) dapat digunakan apabila panjang kelandaian lebih
kecil dari panjang kritis yang ditetapkan pada Tabel 5.4 sesuai dengan kecepatan
rencana.
Tabel 5.4 Panjang landai kritis untuk jalan perkotaan
Kecepatan rencana (km/jam)
100
80
60
50
40
m. koster silaen
Kelandaian (%)
4
5
6
5
6
7
6
7
8
7
8
9
8
9
10
5-2
Apabila panjang kritis terlampaui, VLHR > 15.000 SMP/hari, dan persentase
truk > 15 %.
Lebar lajur pendakian dibuat sama dengan lebar lajur rencana. Lajur pendakian
dimulai 30 meter dari awal perubahan kelandaian dengan serongan sepanjang 45
meter dan berakhir 50 meter sesudah puncak kelandaian dengan serongan
sepanjang 45 meter (Gambar 5.1). Jarak minimum antara 2 lajur pendakian adalah
1,5 km (Gambar 5.2).
Awal tanjakan
Akhir tanjakan
Tanjakan
Awal lajur pendakian
POTONGAN MEMANJANG
30 m
45 m
200 m
50 m
60m
Lajur pendakian
TAMPAK ATAS
m. koster silaen
5-3
Tanjakan 2
Tanjakan 1
POTONGAN MEMANJANG
Akhir Serong
pendakian
Minimum 1,5 km
Awal Serong
pendakian 45 m
Lajur pendakian 2
Lajur pendakian 1
TAMPAK ATAS
g1 = + %
Ev
g1 = - %
PTV
PLV
X
L/2
L/2
L
m. koster silaen
5-4
PLV
Lv
Ev
: ordinat titik-titik pada lengkung vertikal terhadap sumbu koordinat titik PTV.
1 2
ax bx c
2
dy
ax b atau rx c ...(1)
dx
d2 y
a r (konstan) : perubahan garis singgung tetap
dx 2
Untuk x = 0, maka
dy
g1 .c = g1 ...(2)
dx
Untuk x = L, maka
dy
g 2 ..rL + g1 = g2 .(3)
dx
g 2 g1
L
dy g 2 g1
x g1
dx
L
g 2 g1 x 2
g1x c'
L 2
L 2
5-5
L 2
g g2 x 2
y 1
L 2
L 2
atau y
Ax 2
2L
Ax 2
200 L
(5.1)
AL
800
(5.2)
Tata
Cara
Perencanaan
Geometrik
Jalan
Antar
Kota
Nomor:
(5.3)
Jh 2
405
(5.4)
Lv
jika jarak pandang henti lebih kecil dari panjang lengkung vertikal cembung
(S < Lv), panjang lengkung vertikal ditetapkan dengan rumus:
Lv
m. koster silaen
AJh 2
405
(5.5)
5-6
Penghalang
jika jarak panjang henti lebih besar dari panjang lengkung vertikal cekung
(S > Lv), panjang lengkung vertikal ditetapkan dengan rumus:
Lv 2.Jh
405
A
(5.6)
Jembatan
Lampu kendaraan
belakang
Tinggi mata
m. koster silaen
5-7
40 60
3,0
> 60
8,0
Perbedaan kelandaian
memanjang (%)
1,0
Panjang lengkung
vertikal (m)
20 30
40 60
0,6
40 80
> 60
0,4
80 150
2. Jalan perkotaan
Menurut Geometri Jalan Perkotaan (RSNI T 14 - 2004) panjang lengkung vertikal
dapat ditentukan berdasarkan jarak pandangan henti dengan rumus sebagai
berikut:
h1
VPC
h2
VPT
jika jarak pandang lebih kecil dari panjang lengkung vertikal (S < Lv):
Lv
m. koster silaen
AS 2
658
(5.7)
jurusan teknik sipil
5-8
jika jarak pandang lebih besar dari panjang lengkung vertikal (S > Lv):
Lv 2S
658
A
(5.8)
jika jarak pandang lebih kecil dari panjang lengkung vertikal (S < Lv),
panjang lengkung vertikal ditentukan dengan rumus:
Lv
AS 2
120 3,5S
(5.9)
jika jarak pandang lebih besar dari panjang lengkung vertikal (S > Lv),
panjang lengkung vertikal ditentukan dengan rumus:
120 3,5S
Lv 2S
(5.10)
di mana:
Lv = panjang lengkung vertikal cekung (m)
A = perbedaan aljabar landai (%)
S = jarak pandang henti (m)
Panjang minimum lengkung vertikal cekung berdasarkan jarak pandangan henti
untuk setiap kecepatan rencana (VR) dapat menggunakan Tabel 5.8.
m. koster silaen
5-9
jika jarak pandang lebih kecil dari panjang lengkung vertikal (S < Lv).
Lv
AS 2
800(C 1,5)
(5.11)
jika jarak pandang lebih besar dari panjang lengkung vertikal (S > Lv).
800(C 1,5)
Lv 2S
(5.12)
di mana:
Lv = panjang lengkung vertikal cekung (m)
A = perbedaan aljabar landai (%)
S
h1
c
VPC
g1
Lv/2
VPI
VPT
g2
Lv/2
Lv
5-10
Mulai
Data:
Stationing PVI
Elevasi PVI
Panjang minimum
Ev
Seles
ai
Gambar 5.8 Bagan alir perhitungan lengkung pertikal
m. koster silaen
5-11
+ 16,00
+ 15,00
g2 = - 1%
g1 = + 2%
+ 14,00
Dari Tabel 3.8: untuk jalan Arteri dengan daerah datar maka V R = 60 80
km/jam. Ambil VR = 80 km/jam.
Perhitungan LV.
Panjang lengkung minimum lengkung vertikal:
L = A x Y untuk VR = 80 km/jam dari Tabel 5.5 diperoleh Y = 8
L = 3 x 8 = 24 m.
L
Jh 2
405
Lv
120 2
405
LV = 36 m
Berdasarkan jarak pandang henti:
Jh < LV
m. koster silaen
5-12
AxJh 2
405
Lv
3x120 2
405
Perhitungan EV
Ev
AL
800
Ev
3x140
800
16.00
g1 =
2 %
g2 =
-1 %
A = g2 - g1=
-3 %
Lv = 140
m
TPTV = TPVI1 - g1*Lv/2
= 14.60
TPLV = TPVI1 + g2*Lv/2
= 15.30
Tx = TPTV + g1* X + Y
Y = A/200 Lv * X^2
dimana:
g1*X
0
0.000
20
0.400
40
0.800
50
1.000
70
1.400
80
1.600
100
2.000
120
2.400
140
2.800
Perhitungan stationing
m. koster silaen
X^2
0
400
1600
2500
4900
6400
10000
14400
19600
Y =
A/200Lv*X^2
0.00
-0.04
-0.17
-0.27
-0.53
-0.69
-1.07
-1.54
-2.10
Tx
14.60
14.96
15.23
15.33
15.48
15.51
15.53
15.46
15.30
5-13
g1 = + 2%
TPLV =
+ 14,60
+15,23
TPLV =
6 + Ev
800= 0,53
+15,41 +15,51
g2 = - 1%6 + +870
15,30
+15,53
+15,46
x = 20
x = 40
x = 60
x = Lv/2 = 70
x = 80
x = 100
1x = 20
x = Lv = 140
2.
Gambar dibawah adalah lanjutan dari profil memanjang pada soal no. 1
m. koster silaen
5-14
+ 18,00
+ 17,00
g = + 1,5%
3
+ 16,005.11 Profil/potongan memanjang suatu jalur
Gambar
jalan (lanjutan soal no. 1)
g2 = - 1%
Perbedaan aljabar kelandaian (A)
+ 15,00
A = g3 g2
+ 14,00
= (1,5%) - (-1%) = Sta.
2,5%
PVI2 7 + 000
Elev. + 14.00
Perhitungan LV.
405
A
Lv 2x120
405
2,5
LV = 240 162 = 78 m
Jh > LV = `120 > 78 (memenuhi)
Diambil panjang LV = 80 m
Perhitungan EV:
Ev
AL
800
Ev
2.5x80
800
14.00
g2 =
-1 %
g3 =
1.5 %
A = g3 g2=
2.5 %
Lv =
80 m
m. koster silaen
5-15
= TPTV + g2* X + Y
dimana
:
Y = A/200 Lv * X^2
g2*X
0.000
-0.100
-0.200
-0.300
-0.400
-0.500
-0.600
-0.700
-0.800
X^2
Y = A/200Lv*X^2
0.00
0.02
0.06
0.14
0.25
0.39
0.56
0.77
1.00
0
100
400
900
1600
2500
3600
4900
6400
Tx
14.40
14.32
14.26
14.24
14.25
14.29
14.36
14.47
14.60
Perhitungan stationing
Sta. PLV = Sta. PVI2 Lv
= 7 + 000 ( x 80)
= 6 + 960
Sta. PTV = Sta. PVI2 + Lv
= 7 + 000 + ( x 80)
= 7 + 040
g2 = - 1%
x = Lv = 80
x = 60
x = 40
x = 20
+14,36
+14,26
TPLV
+14,40
g3 = + 1,5%
+14,25
Ev = 0,25
TPTV
+14,60
m. koster silaen
5-16
SOAL:
m. koster silaen
5-17
m. koster silaen
5-18