Anda di halaman 1dari 18

perencanaan geometrik jalan

BAB V
ALINEMEN VERTIKAL
A. Umum
Alinemen vertikal (potongan memanjang) adalah bidang tegak yang melalui sumbu
jalan atau proyeksi tegak lurus bidang gambar. Potongan memanjang ini
menggambarkan tinggi rendahnya permukaan jalan terhadap permukaan tanah asli.
Alinemen vertikal terdiri atas bagian landai vertikal dan lengkung vertikal dan bila
ditinjau dari titik awal perencanaan, bagian landai vertikal dapat berupa landai positif
(tanjakan) atau landai negatif (turunan) atau landai nol (datar). Bagian lengkung
vertikal dapat berupa lengkung cekung dan lengkung cembung.
Pada alinemen horizontal yang merupakan bagian kritis adalah lengkung horizontal
(bagian tikungan), maka pada alinemen vertikal yang merupakan bagian kritis justru
pada bagian yang lurus.
B. Landai Maksimum
Walaupun hampir semua mobil penumpang dapat mengatasi kelandaian sebesar 9
sampai 10 % tanpa kehilangan kecepatan berarti namun pengaruhnya pada
kecepatan truk

agak nyata. Untuk menentukan landai maksimum, kemampuan

menanjak sebuah truk bermuatan penuh maupun biaya konstruksi harus


diperhitungkan. Tabel 5.1 dan Tabel 5.2 memperlihatkan kelandaian maksimum
untuk kecepatan rencana tertentu.
Tabel 5.1 Landai maksimum yang diijinkan untuk jalan antar kota
Kecepatan rencana
(km/jam)
Kelandaian Maksimum
(%)

120

110

100

80

60

50

40

< 40

10

10

Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota 1997

Tabel 5.2 Landai maksimum yang diijinkan untuk jalan perkotaan


Kecepatan rencana
(km/jam)
Kelandaian Maksimum
(%)

100

90

80

70

60

50

Sumber: Geometrik Jalan Perkotaan (RSNI T- 14 2004)

m. koster silaen

jurusan teknik sipil

5-1

perencanaan geometrik jalan


Ketentuan landai maksimum yang diperlihatkan pada Tabel diatas adalah bahwa
sebuah kendaraan dimungkinkan bergerak terus tanpa penurunan kecepatan yang
berarti pada tanjakan.
C. Panjang Landai Kritis
Pada perencanaan landai perlu diperhatikan panjang landai sehingga tidak
mengakibatkan penurunan kecepatan yang dapat mengganggu lancarnya arus lalu
lintas. Panjang maksimum landai yang diijinkan tanpa mengakibatkan penurunan
kecepatan tidak lebih dari setengah kecepatan rencana dengan waktu perjalanan
tidak lebih dari satu menit disebut panjang landai kritis. Panjang landai kritis dapat
dilihat pada Tabel 5.3 untuk jalan antar kota dan Tabel 5.4 untuk jalan perkotaan.
Tabel 5.3 Panjang landai kritis untuk jalan antar kota
Kecepatan pada awal
tanjakan (km/jam)
80
60

4
630
320

5
460
210

Kelandaian (%)
6
7
8
360
270
230
160
120
110

9
230
90

10
200
80

Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota 1997

Kelandaian yang lebih besar dari kemiringan maksimum yang disebutkan di atas
pada jalan perkotaan (Tabel 5.2) dapat digunakan apabila panjang kelandaian lebih
kecil dari panjang kritis yang ditetapkan pada Tabel 5.4 sesuai dengan kecepatan
rencana.
Tabel 5.4 Panjang landai kritis untuk jalan perkotaan
Kecepatan rencana (km/jam)
100
80
60
50
40

m. koster silaen

Kelandaian (%)
4
5
6
5
6
7
6
7
8
7
8
9
8
9
10

Panjang landai kritis (m)


700
500
400
600
500
400
500
400
300
500
400
300
400
300
200

jurusan teknik sipil

5-2

perencanaan geometrik jalan


D. Lajur Pendakian
Pada jalan berlandai dengan volume lalu lintas harian rencana (VLHR) yang tinggi,
sering kendaraan-kendaraan berat yang bergerak dengan kecepatan rendah dari
kecepatan rencana (kecepatan lambat) menjadi penghalang buat kendaraan lain
yang bergerak dengan kecepatan rencana. Untuk menghindari hal tersebut perlu
dibuat lajur pendakian. Lajur pendakian adalah lajur yang disediakan khusus untuk
truk-truk bermuatan berat atau kendaraan lain yang begerak dengan kecepatan
rendah, sehingga kendaraan lain dapat mendahului kendaraan tersebut tanpa harus
berpindah lajur atau menggunakan lajur arah berlawanan.
Lajur pendakian dibuat dengan ketentuan sebagai berikut:

Disediakan pada jalan Arteri atau Kolektor

Apabila panjang kritis terlampaui, VLHR > 15.000 SMP/hari, dan persentase
truk > 15 %.

Lebar lajur pendakian dibuat sama dengan lebar lajur rencana. Lajur pendakian
dimulai 30 meter dari awal perubahan kelandaian dengan serongan sepanjang 45
meter dan berakhir 50 meter sesudah puncak kelandaian dengan serongan
sepanjang 45 meter (Gambar 5.1). Jarak minimum antara 2 lajur pendakian adalah
1,5 km (Gambar 5.2).

Awal tanjakan

Akhir tanjakan

Tanjakan
Awal lajur pendakian

POTONGAN MEMANJANG
30 m

45 m

200 m

50 m

60m

Lajur pendakian

TAMPAK ATAS

Gambar 5.1 Lajur pendakian tipikal

m. koster silaen

jurusan teknik sipil

5-3

perencanaan geometrik jalan

Jarak antar 2 lajur pendakian


minimum 1,5 km

Tanjakan 2

Tanjakan 1

POTONGAN MEMANJANG

Akhir Serong
pendakian

Minimum 1,5 km

Awal Serong
pendakian 45 m
Lajur pendakian 2

Lajur pendakian 1

TAMPAK ATAS

Gambar 5.2 Jarak antara dua lajur pendakian


E. Lengkung Vertikal
Pada setiap penggantian landai harus dibuat lengkung vertikal yang memenuhi
keamanan dan kenyamanan. Adapun lengkung vertikal yang digunakan adalah
lengkung parabola sederhana seperti pada Gambar 5.3
PVI

g1 = + %

Ev

g1 = - %

PTV

PLV

X
L/2

L/2
L

Gambar 5.3 Lengkung parabola sederhana


Keterangan:

m. koster silaen

jurusan teknik sipil


TAMPAK ATAS

5-4

perencanaan geometrik jalan


PTV : Peralihan Tangen Vertikal, adalah peralihan dari bagian tangen (lurus)
kebagian lengkung vertikal.
PVI

: Point Vertikal of Intersection adalah titik perpotongan kedua bagian tangen


(PPV = Pusat Perpotongan Vertikal).

PLV

: Peralihan Lengkung Vertikal adalah dari lengkung vertikal kebagian tangen.

Lv

: Panjang proyeksi lengkung vertikal pada bidang horizontal (panjang


lengkung vertikal).

Ev

: Pergeseran vertikal dari PVI (PPV) ke lengkung.

g1, g2 : kelandaian bagian tangen (%).


X, Y

: ordinat titik-titik pada lengkung vertikal terhadap sumbu koordinat titik PTV.

Rumus umum parabola:


y

1 2
ax bx c
2

dy
ax b atau rx c ...(1)
dx

d2 y
a r (konstan) : perubahan garis singgung tetap
dx 2

Untuk x = 0, maka

dy
g1 .c = g1 ...(2)
dx

Untuk x = L, maka

dy
g 2 ..rL + g1 = g2 .(3)
dx

Dari persamaan (2) dan (3) diperoleh g2 = rL + g1, sehingga r


Dengan demikian persamaan (1) menjadi

g 2 g1
L

dy g 2 g1

x g1
dx
L

g 2 g1 x 2
g1x c'

L 2

Jika y = 0 ; x = 0, maka c = 0, maka persamaan di atas menjadi:


g 2 g1 x 2
g1x

L 2

Dengan perbandingan segitiga sebangun:


(y + Y) : g1 . L = x : L
y + Y = g1 . x
y = - Y + g1 . x
m. koster silaen

jurusan teknik sipil

5-5

perencanaan geometrik jalan


g 2 g1 x 2
y
g1x g1x

L 2

g g2 x 2
y 1

L 2

Maka persamaan umum untuk lengkung vertikal adalah:


2
g1 g 2 x

L 2

atau y

Ax 2
2L

Jika A dinyatakan dalam persen, maka:


y

Ax 2
200 L

(5.1)

Untuk x = L maka y = Ev, dengan demikian Ev

AL
800

(5.2)

Tanda + (PLUS) menunjukkan lengkung vertikal cembung dan tanda (MINUS)


menunjukkan lengkung vertikal cekung.
Untuk mengurangi goncangan akibat perubahan kelandaian dan untuk menjamin
jarak pandangan henti, maka lengkung vertikal harus disediakan pada setiap lokasi
di mana kelandaian berubah.
1. Jalan antar kota
Menurut

Tata

Cara

Perencanaan

Geometrik

Jalan

Antar

Kota

Nomor:

038/T/BM/1997, panjang minimum lengkung vertikal ditetapkan dengan rumus:


Lv = A . Y

(5.3)

Jh 2
405

(5.4)

Lv

a. Lengkung vertikal cembung

jika jarak pandang henti lebih kecil dari panjang lengkung vertikal cembung
(S < Lv), panjang lengkung vertikal ditetapkan dengan rumus:

Lv

m. koster silaen

AJh 2
405

(5.5)

jurusan teknik sipil

5-6

perencanaan geometrik jalan


Tinggi mata

Penghalang

Jarak Pandang Henti

Gambar 5.4 Lengkung vertikal cembung


b. Lengkung vertikal cekung

jika jarak panjang henti lebih besar dari panjang lengkung vertikal cekung
(S > Lv), panjang lengkung vertikal ditetapkan dengan rumus:
Lv 2.Jh

405
A

(5.6)

Jembatan

Lampu kendaraan
belakang

Tinggi mata

Jarak Pandang Henti

Gambar 5.5 Lengkung vertikal cekung


LV = panjang lengkung vertikal (m)
A = perbedaan kelandaian memanjang (%) = g 2 g1.
Jh = jarak pandang henti (m)
Y = faktor penampilan dan kenyamanan yang didasarkan pada tinggi
obyek 10 cm dan tinggi mata 120 cm (lihat Tabel 5.5)

m. koster silaen

jurusan teknik sipil

5-7

perencanaan geometrik jalan

Tabel 5.5 Penentuan faktor penampilan kenyamanan (Y)


Kecepatan rencana, km/jam
< 40

Faktor penampilan kenyamanan (Y)


1,5

40 60

3,0

> 60

8,0

Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota 1997

Dengan berdasar pada penampilan, kenyamanan, dan jarak pandang, maka


panjang lengkung vertikal dapat ditentukan langsung seperti terlihat pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6 Panjang minimum lengkung vertikal
Kecepatan rencana,
km/jam
< 40

Perbedaan kelandaian
memanjang (%)
1,0

Panjang lengkung
vertikal (m)
20 30

40 60

0,6

40 80

> 60

0,4

80 150

Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota 1997

2. Jalan perkotaan
Menurut Geometri Jalan Perkotaan (RSNI T 14 - 2004) panjang lengkung vertikal
dapat ditentukan berdasarkan jarak pandangan henti dengan rumus sebagai
berikut:

Jarak pandang henti (S)


g1
g2
VPI

h1
VPC

h2
VPT

Panjang lengkung vertikal cembung (Lv)

Gambar 5.6 Parameter yang mempertimbangkan dalam menentukan panjang


lengkung vertikal cembung, berdasarkan jarak pandang henti/menyiap
a. Lengkung vertikal cembung

jika jarak pandang lebih kecil dari panjang lengkung vertikal (S < Lv):
Lv

m. koster silaen

AS 2
658

(5.7)
jurusan teknik sipil

5-8

perencanaan geometrik jalan

jika jarak pandang lebih besar dari panjang lengkung vertikal (S > Lv):
Lv 2S

658
A

(5.8)

Panjang minimum lengkung vertikal cembung berdasarkan jarak pandangan henti


untuk setiap kecepatan rencana (VR) dapat menggunakan Tabel 5.7.
Tabel 5.7 Kontrol perencanaan untuk lengkung vertikal cembung
berdasarkan jarak pandangan henti
Kecepatan rencana
Nilai lengkung
Jarak pandang henti (m)
(km/jam)
vertikal (K)
20
20
1
30
35
2
40
50
4
50
65
7
60
85
11
70
105
17
80
130
26
90
160
39
100
185
52
Keterangan: Nilai K adalah perbandingan antara panjang lengkung vertikal cembung
(L) dan perbedaan aljabar kelandaian (A), K = L/A
Sumber: Geometrik Jalan Perkotaan (RSNI T- 14 2004)

b. Lengkung vertikal cekung

jika jarak pandang lebih kecil dari panjang lengkung vertikal (S < Lv),
panjang lengkung vertikal ditentukan dengan rumus:
Lv

AS 2
120 3,5S

(5.9)

jika jarak pandang lebih besar dari panjang lengkung vertikal (S > Lv),
panjang lengkung vertikal ditentukan dengan rumus:
120 3,5S

Lv 2S

(5.10)

di mana:
Lv = panjang lengkung vertikal cekung (m)
A = perbedaan aljabar landai (%)
S = jarak pandang henti (m)
Panjang minimum lengkung vertikal cekung berdasarkan jarak pandangan henti
untuk setiap kecepatan rencana (VR) dapat menggunakan Tabel 5.8.
m. koster silaen

jurusan teknik sipil

5-9

perencanaan geometrik jalan


Tabel 5.8 Kontrol perencanaan untuk lengkung vertikal cekung
berdasarkan jarak pandangan henti
Kecepatan rencana
Nilai lengkung
Jarak pandang henti (m)
(km/jam)
vertikal (K)
20
20
3
30
35
6
40
50
9
50
65
13
60
85
18
70
105
23
80
130
30
90
160
38
100
185
45
Keterangan: Nilai K adalah perbandingan antara panjang lengkung vertikal cembung
(L) dan perbedaan aljabar kelandaian (A), K = L/A
Sumber: Geometrik Jalan Perkotaan (RSNI T- 14 2004)

Panjang lengkung vertikal cekung berdasarkan jarak pandangan lintasan di bawah


(lihat Gambar 5.7) dapat ditentukan dengan rumus berikut:

jika jarak pandang lebih kecil dari panjang lengkung vertikal (S < Lv).
Lv

AS 2
800(C 1,5)

(5.11)

jika jarak pandang lebih besar dari panjang lengkung vertikal (S > Lv).
800(C 1,5)

Lv 2S

(5.12)

di mana:
Lv = panjang lengkung vertikal cekung (m)
A = perbedaan aljabar landai (%)
S

= jarak pandang henti (m)

C = kebebasan vertikal (m)


Jarak pandang henti (S)
Garis pandang
h2

h1
c
VPC

g1
Lv/2

VPI

VPT

g2
Lv/2

Lv

Gambar 5.7 Jarak pandang pada lintasan di bawah


m. koster silaen

jurusan teknik sipil

5-10

perencanaan geometrik jalan

Mulai

Data:

Stationing PVI

Elevasi PVI

Kelandaan tangen (g1, g2,


dstnya)

Kecepatan rencana (VR)

Perbedaan aljabar kelandaian


Hitung panjang lengkung vertikal (Lv)
berdasarkan:

Jarak pandang minimum (Jh)

Panjang minimum

Hitung data lengkung vertikal:

Ev

Elevasi PTV da PLV

Elevasi titik-titik pada lengkung


vertikal

Gambar lengkung vertkal

Seles
ai
Gambar 5.8 Bagan alir perhitungan lengkung pertikal

m. koster silaen

jurusan teknik sipil

5-11

perencanaan geometrik jalan


Contoh:
1. Diketahui:
Profil memanjang suatu jalur jalan antar kota seperti pada Gambar 5.9 di bawah
akan direncanakan lengkung vertikalnya.
Jalan yang akan direncanakan berupa jalan Arteri pada daerah datar.
Sta. PVI1 6 + 800
Elev. + 16.00

+ 16,00
+ 15,00

g2 = - 1%

g1 = + 2%

+ 14,00

Gambar 5.9 Profil/potongan memanjang suatu jalur jalan


Data dan Ketentuan:

Dari Tabel 3.8: untuk jalan Arteri dengan daerah datar maka V R = 60 80
km/jam. Ambil VR = 80 km/jam.

Dari Tabel 3.10, untuk VR = 80 km/jam, jarak pandang henti minimum (J h)


= 120 m.

Perencanaan lengkung vertikal:

Perbedaan aljabar kelandaian (A)


A = g2 g1
= (- 1%) - (2%) = - 3%

Perhitungan LV.
Panjang lengkung minimum lengkung vertikal:
L = A x Y untuk VR = 80 km/jam dari Tabel 5.5 diperoleh Y = 8
L = 3 x 8 = 24 m.
L

Jh 2
405

Lv

120 2
405

LV = 36 m
Berdasarkan jarak pandang henti:
Jh < LV

m. koster silaen

jurusan teknik sipil

5-12

perencanaan geometrik jalan


Lv

AxJh 2
405

Lv

3x120 2
405

LV = 107 m (tidak memenuhi)


Dengan berdasar pada penampilan, kenyamanan, dan jarak pandang, maka
panjang lengkung vertikal cembung diambil: L V = 140 m (Tabel 5.6)

Perhitungan EV
Ev

AL
800

Ev

3x140
800

EV = - 0,53 m (tanda berarti lengkung vertikal cembung)

Perhitungan Elevasi pada lengkung vertikal


Elev. PVI1

16.00

g1 =

2 %

g2 =

-1 %

A = g2 - g1=
-3 %
Lv = 140
m
TPTV = TPVI1 - g1*Lv/2
= 14.60
TPLV = TPVI1 + g2*Lv/2
= 15.30
Tx = TPTV + g1* X + Y

Y = A/200 Lv * X^2

dimana:

Tabel 5.9 Perhitungan elevasi titik pada lengkung vertical cembung


X

g1*X

0
0.000
20
0.400
40
0.800
50
1.000
70
1.400
80
1.600
100
2.000
120
2.400
140
2.800
Perhitungan stationing

m. koster silaen

X^2

0
400
1600
2500
4900
6400
10000
14400
19600

Y =

A/200Lv*X^2

0.00
-0.04
-0.17
-0.27
-0.53
-0.69
-1.07
-1.54
-2.10

jurusan teknik sipil

Tx

14.60
14.96
15.23
15.33
15.48
15.51
15.53
15.46
15.30

5-13

perencanaan geometrik jalan


Sta. PLV = Sta. PVI1 Lv
= 6 + 800 ( x 140)
= 6 + 730
Sta. PTV = Sta. PVI1 + Lv
= 6 + 800 + ( x 140)
= 6 + 870

Sta. PVI1 6 + 800


Elev. + 16.00
6 + 730

g1 = + 2%
TPLV =
+ 14,60

+15,23

TPLV =

6 + Ev
800= 0,53
+15,41 +15,51

g2 = - 1%6 + +870
15,30
+15,53

+15,46

Gambar 5.10 Lengkung vertikal cembung pada PVI 1


+14,96

x = 20
x = 40
x = 60
x = Lv/2 = 70
x = 80
x = 100

1x = 20

x = Lv = 140

2.

Gambar dibawah adalah lanjutan dari profil memanjang pada soal no. 1

m. koster silaen

jurusan teknik sipil

5-14

perencanaan geometrik jalan

+ 18,00

Sta. PVI1 6 + 800


Elev. + 16.00

+ 17,00

g = + 1,5%

3
+ 16,005.11 Profil/potongan memanjang suatu jalur
Gambar
jalan (lanjutan soal no. 1)

g2 = - 1%
Perbedaan aljabar kelandaian (A)
+ 15,00

A = g3 g2
+ 14,00
= (1,5%) - (-1%) = Sta.
2,5%
PVI2 7 + 000

Elev. + 14.00

Perhitungan LV.

Berdasarkan jarak pandang henti:


Jh > LV
Lv 2S

405
A

Lv 2x120

405
2,5

LV = 240 162 = 78 m
Jh > LV = `120 > 78 (memenuhi)
Diambil panjang LV = 80 m

Perhitungan EV:
Ev

AL
800

Ev

2.5x80
800

EV = 0,25 m (tanda + menunjukkan lengkung vertikal cekung)

Perhitungan Elevasi pada lengkung vertikal


Elev. PVI2

14.00

g2 =

-1 %

g3 =

1.5 %

A = g3 g2=

2.5 %

Lv =

80 m

m. koster silaen

jurusan teknik sipil

5-15

perencanaan geometrik jalan


TPTV = TPVI2 - g2*Lv/2
= 14.40
TPLV = TPVI2 + g3*Lv/2
= 14.60
Tx

= TPTV + g2* X + Y

dimana
:

Y = A/200 Lv * X^2

Tabel 5.10 Perhitungan elevasi titik pada lengkung vertical cekung


X
0
10
20
30
40
50
60
70
80

g2*X
0.000
-0.100
-0.200
-0.300
-0.400
-0.500
-0.600
-0.700
-0.800

X^2

Y = A/200Lv*X^2
0.00
0.02
0.06
0.14
0.25
0.39
0.56
0.77
1.00

0
100
400
900
1600
2500
3600
4900
6400

Tx
14.40
14.32
14.26
14.24
14.25
14.29
14.36
14.47
14.60

Perhitungan stationing
Sta. PLV = Sta. PVI2 Lv
= 7 + 000 ( x 80)
= 6 + 960
Sta. PTV = Sta. PVI2 + Lv
= 7 + 000 + ( x 80)
= 7 + 040

Sta. PVI1 6 + 800


Elev. + 16.00

g2 = - 1%

x = Lv = 80
x = 60
x = 40
x = 20

+14,36
+14,26

TPLV
+14,40

g3 = + 1,5%

+14,25

Ev = 0,25

TPTV
+14,60

Sta. PVI2 7 + 000


Elev. + 14.00

Gambar 5.12 Lengkung vertikal cekung pada PVI 2


F. Koordinasi alinyemen

m. koster silaen

jurusan teknik sipil

5-16

perencanaan geometrik jalan


Alinyemen vertikal, alinyemen horizontal dan potongan melintang jalan arteri
perkotaan harus dikoordinasikan sedemikian sehingga menghasilkan suatu bentuk
jalan yang baik dalam arti memudahkan pengemudi mengemudikan kendaraannya
dengan aman nyaman. Bentuk kesatuan ketiga elemen jalan tersebut diharapkan
dapat memberikan kesan atau petunjuk kepada pengemudi akan bentuk jalan yang
akan dilalui di depannya, sehingga pengemudi dapat melakukan antisipasi lebih
awal.
Koordinasi alinyemen vertikal dan alinyemen horizontal harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
1. Lengkung horizontal sebaiknya berimpit dengan lengkung vertikal, dan
secara ideal alinyemen horizontal lebih panjang sedikit melingkupi alinyemen
vertikal.
2. Tikungan yang tajam pada bagian bawah lengkung vertikal cekung atau pada
bagian atas lengkung vertikal cembung harus dihindarkan.
3. Lengkung vertikal cekung pada landai jalan yang lurus dan panjang harus
dihindarkan.
4. Dua atau lebih lengkung vertikal dalam satu lengkung horizontal harus
dihindarkan.
5. Tikungan yang tajam diantara dua bagian jalan yang lurus dan panjang harus
dihindarkan.

SOAL:
m. koster silaen

jurusan teknik sipil

5-17

perencanaan geometrik jalan


1. Suatu rencana kelandaian memanjang jalan (jalan antar kota) melalui titik-titik
berikut ini:
Titik A terletak pada

Sta. 0 + 000 dengan Elevasi + 2,50

Titik PVI1 terletak pada Sta. 0 + 100 dengan Elevasi + 5,50


Titik PVI2 terletak pada Sta. 0 + 300 dengan Elevasi + 3,00
Titik B terletak pada

Sta. 0 + 400 dengan Elevasi + 7,00

Kecepatan rencana, Vrenc = 60 Km/Jam


Rencanakan kedua lengkung vertikal tersebut dan gambarkan (skala ditentukan
sendiri).
Catatan: Interval elevasi/tinggi titik pada lengkung vertikal dihitung pada setiap
interval jarak 10.00 m (jarak X pada tabel perhitungan dan hitung juga pada X =
Lv).
2. Semua data sama dengan soal no. 1.
Rencanakan kedua lengkung vertikal tersebut untuk jalan perkotaan.

m. koster silaen

jurusan teknik sipil

5-18

Anda mungkin juga menyukai