Umum
Alinemen vertikal merupakan profil memanjang sepanjang garis tengah
jalan, yang terbentuk dari serangkaian segmen dengan kelandaian
memanjang dan lengkung vertikal. Profilnya tergantung topografi,
desain alinemen horizontal, kriteria desain, geologi, pekerjaan tanah,
dan aspek ekonomi lainnya
Kontrol Desain
Berikut ini adalah hal hal yang harus diperhatikan dalam mendesain alinemen vertikal:
a. Topografi eksisting.
b. Kondisi geoteknis.
c. Persimpangan eksisting.
d. Jalur masuk properti.
e. Overpass (ruang bebas vertikal, jarak pandang, dan pelapisan ulang).
f. Underpass.
g. Akses pejalan kaki.
h. Aset pelayanan utilitas dan persyaratan perlindungannya.
i. Bukaan median.
Kontrol Desain (2)
Desain harus memperhatikan dampak profil melintang badan jalan
yang berbatasan atau memotong jalan yang bisa mempengaruhi desain
geometrik vertikal, khususnya ketika mempertimbangkan drainase, dan
juga perubahan-perubahan dalam:
a. Profil melintang atau superelevasi
b. Posisi puncak kemiringan melintang jalan
c. Penambahan atau pengurangan lajur lalu lintas
d. Sudut antara jalan dan objek
Muka Air Tanah atau Ketinggian Banjir
Kebanyakan perkerasan jalan dan tanah dasar jalan akan kehilangan kekuatannya ketika jenuh air.
Agar perkerasan tetap kering, level tanah dasar hendaknya di atas ketinggian muka air tanah atau
muka air banjir. Ketinggian minimum tanah dasar di atas muka air tanah ini mengacu pada Tabel 5-
43 (DJBM, 2017)
Ruang Bebas Vertikal
• Tipikal ruang bebas vertikal untuk objek-objek yang dibangun di atas jalan diuraikan dalam Tabel 5-46. Dalam semua kasus,
desainer bertanggung jawab untuk memastikan bahwa ruang bebas ini terpenuhi dan terkonfirmasi terhadap pihak yang
berwenang pengelola utilitas di atas jalan yang sedang didesain
• Semua jaringan layanan bawah tanah di sekitar pekerjaan jalan harus diidentifikasi dan dipastikan bahwa ketentuan ruang
bebas minimum dipenuhi. Layanan yang umumnya terlibat meliputi:
a. Jaringan pipa gas
b. Jaringan pipa air
c. Drainase air hujan
d. Buangan air limbah
e. Kabel telekomunikasi
f. Kabel listrik bawah tanah
Titik Grading
• Titik grading adalah titik referensi desain pada penampang melintang
jalan sebagaimana ditampilkan dalam Gambar 5-28.
Kelandaian memanjang minimum
Jalan dengan kelandaian datar dan tanpa kerb biasanya bisa memberikan drainase permukaan yang baik
dimana kemiringan melintangnya mencukupi untuk membuang air secara lateral melalui bahu dan kemudian ke
saluran samping. Kelandaian minimum yang pantas biasanya 0,3 persen (Tabel 5-47). Akan tetapi, drainase tepi
jalan dan median mungkin memerlukan kelandaian lebih curam daripada kelandaian jalan agar bisa
mengalirkan air dengan ba
Kelandaian memanjang maksimum
Mengacu pada Permen PU No.19/PRT/M/2011, kelandaian maksimum yang diterapkan menurut spesifikasi
penyediaan prasarana jalan dengan jenis medan yang berbeda ditampilkan dalam Tabel 5-48.
Perlu diperhatikan pada menetapkan kriteria desain kelandaian maksimum, agar memperhatikan kendaraan
desainnya terkait dengan kemampuannya dalam melintasi tanjakan dengan kelandaian maksimum. Pada jalan
kelas I dengan kendaraan desain kendaraan besar (Truk berat semi trailer), kemampuannya melintasi tanjakan
dengan kecepatan 40Km/Jam paling tinggi kira-kira 5,5% sehingga kelandaian maksimum perlu dibatasi sesuai
kemampuan tersebut. Jika kelandaian maksimum lebih besar dari 5,5% sangat dimungkinkan akan ditemui
kendaraan besar dengan kecepatan ≤ 40Km/Jam
Panjang Kelandaian Kritis
• Kelandaian maksimum yang ditentukan di atas bukan untuk kontrol sepenuhnya karena harus
dipertimbangkan terhadap pengoperasian kendaraan. Istilah ‘Panjang Kelandaian Kritis’ digunakan untuk
mengindikasikan panjang maksimum tanjakan dimana truk bermuatan bisa beroperasi tanpa adanya
pengurangan kecepatan berlebihan. Dalam menentukan panjang kelandaian kritis, direkomendasikan agar
pengurangan kecepatan truk sebesar 15 s.d. 25Km/Jam. Panjang kelandaian ditentukan dari Gambar 5-32.
• Berdasarkan Gambar 5-32, Tabel 5-49 menyajikan ringkasan panjang kelandaian kritis berdasarkan
penurunan kecepatan 25Km/Jam
Bentuk Lengkung Vertikal
• Alinemen vertikal jalan terdiri dari serangkaian kelandaian memanjang dengan
lengkung vertikal, dimanfaatkan untuk menerapkan perubahan gradual di antara
profil memanjang. Hal ini bisa berupa lengkung cekung atau cembung
sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 5-42. Alinemen vertikal hendaknya
mengikuti medan alami, mempertimbangkan keseimbangan pekerjaan tanah,
penampilan, keselamatan, drainase, dan kelengkungan vertikal maksimum dan
minimum yang diizinkan; dinyatakan sebagai nilai K. Besaran nilai lengkung
vertikal K yang ditetapkan ini cukup ekonomis.
• Nilai lengkung vertikal K minimum, hendaknya dipilih berdasarkan tiga faktor
pengendali, yakni:
a. Jarak pandang: persyaratan dalam semua situasi untuk keselamatan pengemudi.
b. Penampilan: biasanya diperlukan pada situasi timbunan rendah dan topografi datar.
c. Kenyamanan berkendara
LENGKUNG VERTIKAL
Cekung Cembung
g1 (+)
g2 (-)
g1 (-) g2 (+)
G2 (+)
g1 (-)
g1 (+)
g2 (-)
g1 (-)
g2 (+) g2 (-)
g1 (+)
Kelandaian (Gradient)
Kelandaian Maks.
4 5 6 7 8 9
Standard (%)
y PPV Ev
Q
PLV P Y PTV
X
g1 (+) 0.5 Lv 0.5 Lv g2 (-)
Lv
( 𝑔1−𝑔2 ) 2
𝑦= 𝑋
2𝐿
Lengkung Vertikal Cembung
S<L
S>L
S<L
Tinggi lampu = 60 cm
Sudut penyebaran lampu = 1o
2
𝐴𝑆
𝐿=
120+3.5 𝑆
Lengkung Vertikal Cekung
S>L
Tinggi lampu = 60 cm
Sudut penyebaran lampu = 1o
120 + 3.5 𝑆
𝐿=2 𝑆−
𝐴
Lengkung Vertikal Cekung
(dibawah bangunan) S<L
2
𝐴𝑆
𝐿=
800 𝐶 − 400( h1+ h 2)
Tinggi mata pengemudi truk, h1 = 180 cm
Tinggi lampu belakang kendaraan, h2 = 50 cm
Ruang bebas vertikal, C = 550 cm
Lengkung Vertikal Cekung
(dibawah bangunan) S>L