Horinsontal
Nika Devi P.W., S.T., M.T
Sub Pokok Bahasan
Pengertian Alinyemen
01 Horinsontal
02 Gaya-gaya berpengaruh
03 Superelevasi
2
GV
F
gR
Gaya gesekan melintang (Fs) antara ban
kendaraan dan permukaan jalan
G V2
G sin Fs cos
g R
G V2 G V2
G sin f G cos sin cos
g R g R
G V2
G sin f G cos cos - f sin
g R
sin G V2
G f G 1 - f tg
cos g R
e tg
G V2
G ( e f) 1 - ef
g R
e f V2
1 - ef g R
Rumus umum lengkung
horizontal (lanjutan)
V2
D
e f
D
127 R
D
Rumus umum lengkung
horizontal (lanjutan)
25
D x360 0
2R
1432.39
D
R
Radius minimum atau derajat
lengkung maksimum
Dari persamaan e + f = V2/127R terlihat bahwa besarnya
radius lengkung horizontal dipengaruhi oleh nilai e dan f
serta nilai kecepatan rencana yang ditetapkan.
Berdasarkan pertimbangan peningkatan jalan dikemudian
hari sebaiknya dihindarkan merencanakan alinyemen
horizontal jalan dengan mempergunakan radius minimum
yang menghasilkan lengkung tertajam, karena menimbulkan
rasa tidak nyaman pada pengemudi yang bergerak dengan
kecepatan lebih tinggi dari kecepatan rencana.
Radius minimum atau derajat
lengkung maksimum (lanjutan)
R minimum dapat ditentukan dengan
mempergunakan rumus tersebut di bawah ini:
V2
Rmin
127(e maks f maks)
Atau
Berarti :
e+f= 0 -------------> jalan lurus, R tak
berhingga
e + f = (e + f)maks, ---------> jalan pada
lengkung dengan R = Rmin
Di antara kedua harga ekstrim itu nilai
superelevasi(e) dan koefisien gesekan (f)
terdistribusi menurut beberapa metode.
AASHTO’90 memberikan 5 metode distribusi
nilai e dan f
Metode pertama
Superelevasi berbanding lurus dengan derajat
lengkung, sehingga hubungan antara superelevasi
dan derajat lengkung berbentuk garis lurus( Gambar
1(a)).
Karena rumus umum lengkung horizontal adalah e+f
= V2/127R, maka hubungan antara koefisien gesekan
melintang dan derajat lengkungpun akan berbentuk
garis lurus
Bentuk hubungan garis lurus juga berlaku jika
peninjauan dilakukan untuk kecepatan jalan rata-rata
yang biasanya lebih rendah dari kecepatan rencana
(V jalan = + 80% - 90% kecepatan rencana) (Gambar
1 ©)
(a)
Gambar 1
(c)
Metode Pertama
(a)
(c)
Metode Pertama (Contoh
(a)
Kasus)
Jika direncanakan lengkung horizontal dengan :
Radius R = 239 m (D = 5,990), maka berdasarkan
metode pertama diperoleh superelevasi yang
dibutuhkan = (5,99/12,78). 0,10 = 0,047.
Jadi untuk R = 239 m dibutuhkan e = 4,7% dan f =
0,072, jika kendaraan bergerak dengan kecepatan
(b) rencana dan e = 4,7% dan f = 0,049, jika
kendaraan bergerak pada kecepatan jalan.
Radius R = 143 m (D = 100), maka berdasarkan
metode pertama dari Gambar (a) diperoleh
superelevasi yang dibutuhkan = (10/12,78). 0,10 =
0,078.
Jadi untuk R = 143 m dibutuhkan e = 7,8% dan f =
0,120, jika kendaraan bergerak dengan kecepatan
rencana, dan e = 7,8% dan f = 0,083, jika
(c) kendaraan bergerak pada kecepatan jalan.
Metode Pertama
• D = 7,730
B4, menunjukkan kondisi f = f maks = 0,153;
• D = 9,530
(c)
B5, menunjukkan kondisi f = f maks = 0,153;
• D = Dmaks = 12,780
Metode Kedua
(a)
127 R
(c)
Metode Ketiga
(a)
e f
2
(c) V
127 R
Metode Ketiga
(a)
54 2
0,10
127 R
(c)
Metode Keempat
(a)
181913,53(e f) K(e f)
D 2
V V2
Dimana K = konstanta = 181913,53
Gambar 2
maka :
h = emaks (V²/Vj²) – emaks
tg1 = h/Dp, merupakan kelandaian
garis di sebelah kiri titik D2
tg2 = (fmaks – h) / (Dmaks – Dp),
merupakan kelandaian garis di sebelah
kanan titik D2.
Metode Kelima
Ordinat dari Mo pada lengkung gambar
penurunan persamaan lengkung parabola
untuk metode kelima yang merupakan
tengah-tengah antara metode pertama dan
keempat, besarnya adalah:
a.b.(tg 2 tg 1)
Mo
2(a b)
dimana :
a = DP
b = Dmaks – Dp
a + b = Dmaks
Dp( Dmaks Dp)(tg 2 tg 1)
Mo
2 Dmaks
Metode Kelima
Persamaan umum lengkung parabola
yaitu
x2
y .Mo
L
Untuk lengkung di sebelah kiri Dp
D Dp
f1 Mo Dp
D
2
D tg 1