KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat TUHAN Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Perancangan Perkerasan Jalan.
Tugas ini diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian final mata kuliah Perencanaan
Perkerasan Jalan pada Program Studi S-1 Teknik Sipil Universitas Tadulako. Adapun tugas ini
terdiri atas 3 metode, yaitu :
Ucapan terima kasih kepada Dosen yang telah membantu, berupa bimbingan dalam
perancangan tugas ini, sehingga tugas yang saya buat dapat terselesaikan tepat waktu. Saya
menyadari bahwa tugas ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu saya mengharapkan kritik serta
saran untuk sekiranya dapat menyempurnakan tugas ini.
Akhir kata, semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca dikemudian hari.
DAFTAR ISI
3.2 Langkah Kerja Desain Tebal Perkerasan Lentur Metode Bina Marga No. 04/SE/Db/2017
..........................................................................................................................................58
3.3 Langkah Kerja Desain Tebal Perkerasan Lentur Metode Bina Marga Pd T 01-14-2003 60
BAB IV DESAIN LAPISAN PERKERASAN JALAN ...............................................................62
4.1 Penentuan Tipe Jalan Yang Akan Digunakan ..................................................................62
4.2 Menghitung Tebal Perkerasan Lentur Metode Bina Marga Pt T 01-200-B ......................65
a. Menghitung Angka Ekivalen beban gandar suatu kendaraan ......................................65
b. Menghitung beban gandar untuk lajur rencana per hari ..............................................66
c. Menghitung beban gandar pertahun .............................................................................67
d. Menghitung beban gandar standar untuk lajur rencana selama umur rencana ............67
e. Menghitung Nilai CBR karakteristik ...........................................................................68
f. Menghitung besaran-besaran jalan fungsional jalan rencana .......................................73
g. Menghitung Reability Jalan Rencana dan standar deviasi normal ..............................73
h. Menentukan Nilai Koefisien Drainase .........................................................................74
i. Menentukan Nilai SN ..................................................................................................74
j. Menghitung Tebal Lapis Perkerasan ............................................................................78
k. Menghitung Tebal Lapisan Perkerasan .......................................................................79
4.3 Menghitung Tebal Perkerasan Lentr Metode Bina Marga No. 04/SE/Db/2017 ..............81
a. Menghitung LHR .........................................................................................................81
b. Menghitung Beban Sumbu Standar Kumulatif ESA 4 dan ESA 5 ..............................83
c. Penentuan Nilai CBR ...................................................................................................88
d. Menentukan Struktur Pondasi Perkerasan ...................................................................88
e. Penentuan Tipe Perkerasan ..........................................................................................88
f. Menentukan nilai koefisien drainase ............................................................................91
g. Menetapkan kebutuhan daya dukung tipe perkerasan .................................................92
h. Menentukan kebutuhan pelapisan bahu jalan ..............................................................92
4.4. Menghitung Struktur Perkerasan Kaku Metode Bina Marga Pd T-14-2003 ...................94
a. Menghitung faktor perkembangan lalu lintas ...............................................................94
b. Perhitungan jumlah sumbu berdasarkan jenis dan bebannya .......................................95
c. Menghitung Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga.............................................................97
d. Menghitung repetisi sumbu kumulatif .........................................................................97
e. Menentukan jenis perkerasan beton .............................................................................99
f. Menentukan tebal pondasi bawah minimum ................................................................99
g. Menentukan CBR efektif berdasarkan nilai cbr tanah dasar rencana ........................100
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fungsi Hirarki Jalan
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada
pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan atau air,
serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel; prasarana
transportasi darat yang memegang peranan penting dalam sektor perhubungan terutama
untuk kesinambungan distribusi barang dan jasa.
Klasifikasi jalan menurut fungsinya dapat dibagi atas :
1) Jalan Arteri
Jalan arteri adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan
jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.
2) Jalan Kolektor
Jalan kolektor adalah jalan yang melayani angkutan pengumpulan atau pembagian
dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan
masuk dibatasi.
3) Jalan Lokal
Jalan lokal adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri
perjalanan dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
4) Jalan Lingkungan
Jalan lingkungan adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
mengijinkan terjadinya deformasi vertikal akibat beban lalu lintas. Fungsi dari lapisan
ini adalah memikul dan mendistribusikan beban lalu lintas dari permukaan sampai ke
tanah dasar. Salah satu jenis perkerasan lentur adalah Hot Rolled Asphalt (HRA),
Porous Asphalt (PA) serta Asphalt Concrete (AC).
2) Konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement), yaitu perkerasan yang menggunakan
semen (portland cement) sebagai bahan pengikat. Disebut “kaku” karena pelat beton
tidak terdefleksi akibat beban lalu lintas dan didesain untuk umur 40 tahun sebelum
dilaksanakan rekonstruksi besar-besaran. Beban lalu lintas sebagian besar dipikul oleh
pelat beton dengan atau tanpa tulangan yang diletakkan di atas tanah dasar dengan atau
tanpa lapis pondasi bawah.
3) Konstruksi perkerasan komposit (composite pavement), yaitu perkerasan yang
mengkombinasikan antara aspal dan semen (PC) sebagai bahan pengikatnya.
Penyusunan lapisan komposit terdiri dari dua jenis. Salah satu jenis perkerasan
komposit adalah merupakan penggabungan secara berlapis antara perkerasan lentur
(menggunakan aspal sebagai bahan pengikat) dan perkerasan kaku (menggunakan
semen PC sebagai bahan pengikat).
Bahan untuk lapis permukaan umumnya sama dengan bahan untuk lapis
pondasi dengan persyaratan yang lebih tinggi. Penggunaan bahan aspal
diperlukan agar lapisan dapat bersifat kedap air, disamping itu bahan aspal
sendiri memberikan bantuan tegangan tarik, yang berarti mempertinggi daya
dukung lapisan terhadap beban roda. Pemilihan bahan untuk lapis permukaan
perlu mempertimbangkan kegunaan, umur rencana serta pentahapan konstruksi
agar dicapai manfaat sebesar-besarnya dari biaya yang dikeluarkan.
b. Lapis Pondasi Atas (Base Course)
Lapis pondasi atas adalah bagian dari struktur perkerasan lentur yang
terletak langsung di bawah lapis permukaan. Lapis pondasi atas dibangun di
atas lapis pondasi bawah atau, jika tidak menggunakan lapis pondasi bawah,
langsung di atas tanah dasar.
Fungsi lapis pondasi antara lain :
1. Sebagai bagian konstruksi perkerasan yang menahan beban roda.
2. Sebagai perletakan terhadap lapis permukaan.
Bahan-bahan untuk lapis pondasi harus cukup kuat dan awet sehingga
dapat menahan beban-beban roda. Sebelum menentukan suatu bahan untuk
digunakan sebagai bahan pondasi, hendaknya dilakukan penyelidikan dan
pertimbangan sebaik-baiknya sehubungan dengan persyaratan teknik.
Bermacam-macam bahan alat atau setempat (CBR>50%, PI<4%) dapat
digunakan sebagai bahan lapis pondasi, antara lain : batu pecah, kerikil pecah
yang distabilisasi dengan semen, aspal, pozzolan, atau kapur.
c. Lapis Pondasi Bawah (Subbase Course)
Lapis pondasi bawah adalah bagian dari struktur perkerasan lentur yang
terletak antara tanah dasar dan lapis pondasi atas. Biasanya terdiri atas lapisan
dari material berbutir (granular material) yang dipadatkan, distabilisasi
ataupun tidak, atau lapisan tanah yang distabilisasi. Fungsi lapis pondasi bawah
antara lain :
1. Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk mendukung dan
menyebar beban roda.
2. Mencapai efisiensi penggunaan material yang relatif murah agar lapisan-
lapisan diatasnya dapat dikurangi ketebalannya (penghematan biaya
konstruksi).
3. Mencegah tanah dasar masuk ke dalam lapis pondasi.
4. Sebagai lapis pertama agar pelaksanaan konstruksi berjalan lancar.
Lapis pondasi bawah diperlukan sehubungan dengan terlalu lemahnya
daya dukung tanah dasar terhadap roda-roda alat berat (terutama pada saat
Dimana:
f = 1,645 (probabilitas 95%), untuk jalan tol atau jalan bebas
hambatan.
f = 1,282 (probabilitas 90%) untuk jalan kolektor dan arteri.
f = 0.842 (probabilitas 80%), untuk jalan lokal dan jalan kecil.
Koefisien variasi (CV) maksimum dari data CBR untuk
suatu segmen tidak lebih besar dari 25%. Koefisien variasi sampai
dengan 30% masih boleh digunakan.
Apabila jumlah data per segmen kurang dari 10 maka nilai
CBR terkecil dapat mewakili sebagai CBR segmen.
b) Metode persentil
Metode persentil menggunakan distribusi data nilai CBR pada
segmen seragam yang dianggap terdistribusi secara normal. Nilai
persentil ke “x” dari suatu kumpulan data membagi kumpulan data
tersebut dalam dua bagian, yaitu bagian yang mengandung “x” persen
data dan bagian yang mengandung (100 – x) persen data. Nilai CBR
dengan nilai CBR pada persentil tersebut. Atau: 90% dari data CBR
pada segmen seragam tersebut lebih besar atau sama dengan nilai
CBR pada persentil tersebut.
Prosedur perhitungan untuk presentil ke-10 adalah sebagai
berikut:
i. Susun data CBR secara berurutan dari nilai terkecil hingga
terbesar.
ii. Hitung jumlah total data nilai CBR (n).
iii. Hitung 10% dari (n), nilai yang diperoleh disebut sebagai indeks.
iv. Jika indeks yang diperoleh dari langkah (iii) merupakan
bilangan pecahan, lakukan pembulatan ke bilangan terdekat
dan lanjutkan ke langkah v(a). Jika indeks yangdihasilkan
berupa bilangan bulat, lanjutkan ke langkah v(b).
(a) Dari kumpulan data yang sudah diurutkan (langkah 1), hitung
mulai dari data terkecil hingga mencapai data diurutan yang
diperoleh dari langkah 3. Nilai CBR pada urutan tersebut
adalah nilai CBR persentil ke – 10.
(b) Dari kumpulan data yang sudah diurutkan (langkah 1), hitung
mulai dari data terkecil hingga mencapai data diurutan yang
diperoleh dari langkah 3. Nilai CBR persentil ke –10 adalah
nilai rata-rata dari dua nilai CBR yaitu CBR pada urutan
tersebut dan urutan berikutnya.
2) CBR Rencana untuk stabilisasi tanah dasar
Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku,
terdiri atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah
(bisa juga tidak ada) di atas tanah dasar. Dalam konstruksi perkerasan kaku, plat
beton sering disebut sebagai lapis pondasi karena dimungkinkan masih adanya
lapisan aspal beton di atasnya yang berfungsi sebagai lapis permukaan.
Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi,
akan mendistribusikan beban ke bidang tanah dasar yang cukup luas sehingga
bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton sendiri.
Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh
dari tebal lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan.
Karena yang paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yang
menanggung beban, maka faktor yang paling diperhatikan dalam perencanaan tebal
perkerasan beton semen adalah kekuatan beton itu sendiri. Adanya beragam
kekuatan dari tanah dasar dan atau pondasi hanya berpengaruh kecil terhadap
kapasitas struktural perkerasannya.
Lapis pondasi bawah jika digunakan di bawah plat beton karena beberapa
pertimbangan, yaitu antara lain untuk menghindari terjadinya pumping, kendali
terhadap sistem drainasi, kendali terhadap kembang-susut yang terjadi pada tanah
dasar dan untuk menyediakan lantai kerja (working platform) untuk pekerjaan
konstruksi.
Secara lebih spesifik, fungsi dari lapis pondasi bawah adalah :
Menyediakan lapisan yang seragam, stabil dan permanen.
Menaikkan harga modulus reaksi tanah dasar (modulus of sub-grade reaction
= k), menjadi modulus reaksi gabungan (modulus of composite reaction).
Mengurangi kemungkinan terjadinya retak-retak pada plat beton.
Menyediakan lantai kerja bagi alat-alat berat selama masa konstruksi.
Menghindari terjadinya pumping, yaitu keluarnya butir-butiran halus tanah
bersama air pada daerah sambungan, retakan atau pada bagian pinggir
perkerasan, akibat lendutan atau gerakan vertikal plat beton karena beban lalu
lintas, setelah adanya air bebas terakumulasi di bawah pelat.
Pemilihan penggunaan jenis perkerasan kaku dibandingkan dengan
perkerasan lentur yang sudah lama dikenal dan lebih sering digunakan, dilakukan
berdasarkan keuntungan dan kerugian masing-masing jenis perkerasan tersebut.
Jenis-jenis perkerasan jalan beton semen
Berdasarkan adanya sambungan dan tulangan plat beton perkerasan kaku,
perkerasan beton semen dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis sebagai berikut :
Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan tanpa tulangan untuk kendali
retak.
Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan dengan tulangan plat untuk
kendali retak. Untuk kendali retak digunakan wire mesh diantara siar dan
penggunaannya independen terhadap adanya tulangan dowel.
Perkerasan beton bertulang menerus (tanpa sambungan). Tulangan beton
terdiri dari baja tulangan dengan prosentasi besi yang relatif cukup banyak
(0,02 % dari luas penampang beton).
Pada saat ini, jenis perkerasan beton semen yang populer dan banyak
digunakan di negara-negara maju adalah jenis perkerasan beton bertulang menerus.
93 - 1,476
94 - 1,555
95 - 1,645
96 - 1,751
97 - 1,881
98 - 2,054
99 - 2,327
99,9 - 3,750
99,99 - 3,090
(Sumber : Pt T-01-2002-B)
c. Lalu Lintas
Tebal lapisan perkerasan jalan ditentukan dari beban yang akan dipikul,
berarti dari arus lalu lintas yang hendak memakai jalan tersebut. Besarnya
lalu lintas dapat diperoleh dari:
1. Analisa lalu lintas saat ini, sehingga diperoleh data mengenai:
Jumlah kendaraan yang hendak memaki jalan
Jenis kendaraan beserta jumlah tiap jenisnya.
Konfigurasi sumbu dari setiap jenis kendaraan
Beban masing-masing sumbu kendaraan.
2. Perkiraan faktor pertumbuhan lalu lintas selama umur rencana, antara
lain berdasarkan atas analisa ekonomi, dan sosial daerah tersebut.
Dimana:
Wt = jumlah beban gandar tunggal standar kumulatif
W18 = beban gandar standar kumulatif selama satu tahun
n = umur pelayanan (tahun)
g = perkembangan lalu lintas (%)
Dimana :
........... (11)
SN1 Lap. Permukaan a1 D1 SNITP
1 = =aa1D
1 1.D1
1
Tanah Dasar
SN = a1 D1 + a2 D2 m2 + a3 D3 m3 .
.........(14)
Dimana :
a1, a2, a3 = Koefisien kekuatan relatif bahan perkerasan (berdasarkan
besaran mekanistik)
.... (15)
Dimana :
Gambar 2.10 Variasi koefisien kekuatan relatif lapis pondasi granular (a2)
(Sumber : Pt T-01-2002-B)
Gambar 2.11 Variasi koefisien kekuatan relatif lapis pondasi bawah granular (a3)
(Sumber : Pt T-01-2002-B)
Gambar 2.12 Variasi koefisien kekuatan relatif lapis pondasi bersemen (a2).
(Sumber : Pt T-01-2002-B)
Gambar 2.13 Variasi koefisien kekuatan relatif lapis pondasi beraspal (a2)
(Sumber : Pt T-01-2002-B)
c. Koefisien Drainase
Konsep koefisien drainase adalah untuk mengakomodasi kualitas sistem drainase
yang dimiliki perkerasan jalan. Tabel 2.8 memperlihatkan definisi umum mengenai
kualitas drainase.
Tabel 2.8 Definisi kualitas drainase
Tabel 2.9 Koefisien drainase (m) untuk memodifikasi koefisien kekuatan relatif
material untreated base dan sub base pada perkerasan lentur.
(Sumber : Pt T-01-2002-B)
2.4 Perhitungan Tebal Perkerasan Lentur Metode Bina Marga No. 04/SE/Db/2017
Dalam analisis lalu lintas, penentuan volume lalu lintas pada jam sibuk dan lalu
lintas harian rata-rata tahunan (LHRT) mengacu pada Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI). Penentuan nilai LHRT didasarkan pada data survei volume lalu
lintas dengan mempertimbangkan faktor k.
Perkiraan volume lalu lintas harus dilaksanakan secara realistis. Rekayasa data
lalu lintas untuk meningkatkan justifikasi ekonomi tidak boleh dilakukan untuk
kepentingan apapun. Jika terdapat keraguan terhadap data lalu lintas maka perencana
harus membuat survei cepat secara independen untuk memverifikasi data tersebut.
a. Data lalu lintas
Akurasi data lalu lintas penting untuk menghasilkan desain perkerasan yang
efektif. Data harus harus meliputi semua jenis kendaraan komersial. Apabila
diketahui atau diduga terdapat kesalahan data, harus dilakukan penghitungan lalu
lintas khusus sebelum perencanaan akhir dilakukan.
b. Jenis Kendaraan
Sistem klasifikasi kendaraan dinyatakan dalam Pedoman Survei Pencacahan
Lalu Lintas (Pd T-19-2004-B). Beban gandar kendaraan penumpang dan
kendaraan ringan sampai sedang cukup kecil sehingga tidak berpotensi
menimbulkan kerusakan struktural pada perkerasan. Hanya kendaraan niaga
dengan jumlah roda enam atau lebih yang perlu diperhitungkan dalam analisis.
LHRJK : lintas harian rata – rata tiap jenis kendaraan niaga (satuan
kendaraan per hari).
VDFJK : Faktor Ekivalen Beban (Vehicle Damage Factor) tiap jenis
kendaraan niaga Tabel 4.4. dan Tabel 4.5.
DD : Faktor distribusi arah.
DL : Faktor distribusi lajur (Tabel 4.2).
CESAL : Kumulatif beban sumbu standar ekivalen selama umur rencana.
R : Faktor pengali pertumbuhan lalu lintas kumulatif
Perbaikan tanah dasar dapat berupa material timbunan pilihan, stabilisasi kapur,
atau stabilisasi semen. Pelebaran perkerasan pada galian biasanya meliputi
pembentukan tanah dasar yang sempit atau tidak teratur sehingga menyulitkan
pelaksanaan stabilisasi. Dalam kasus yang demikian sebaiknya digunakan
perbaikan dengan material timbunan pilihan. Dalam perencanaan jika dipilih
stabilisasi kapur atau semen maka nilai daya dukung material(CBR) dipilih nilai
terkecil dari tiga nilai berikut:
a. daya dukung rendaman 4 hari dari material yang distabilisasi;
b. empat kali daya dukung tanah asal sebelum distabilisasi;
c. daya dukung yang diperoleh dari formula berikut:
CBRstabilisasi = CBRtanah asal x 2(tebal lapis stabilisasi dalam mm)/150 ....(21)
. ...(20)
Dalam proses desain, penggunaan koefisien drainase m yang lebih besar dari
1 tidak digunakan kecuali jika ada kepastian bahwa mutu pelaksanaan untuk
mencapai kondisi tersebut dapat dipenuhi.
Tinggi minimum permukaan tanah dasar di atas muka air tanah dan level
muka air banjir adalah seperti ditunjukkan pada Tabel 2.15.
Volume lalu-lintas akan bertambah sesuai dengan umur rencana atau sampai
tahap di mana kapasitas jalan dicapai denga faktor pertumbuhan lalu-lintas yang
dapat ditentukan berdasarkan rumus sebagai berikut:
Dengan Pengertian:
R : Faktor pertumbuhan lalu lintas
i : Laju pertumbuhan lalu lintas per tahun dalam %.
UR : Umur rencana (tahun)
Faktor pertumbuhan lalu-lintas (R) dapat juga ditentukan berdasarkan Tabel 2.18
(Binamarga, 2003).
R=(1+i)UR(UR-URm){(1+i)URm-1} …..(23)
i
Dengan pengertian:
R : Faktor pertumbuhan lalu lintas
I : Laju pertumbuhan lalu lintas per tahun dalam %
URm : Waktu tertentu dalam tahun, sebelum UR selesai.
Faktor pertumbuhan lalu lintas didasarkan pada data pertumbuhan historis atau
formulasi korelasi dengan faktor pertumbuhan lain yang valid, bila tidak ada
maka pada Tabel 2.19 digunakan sebagai nilai minimum.
Tabel 2.21 Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas (i) Minimum Untuk Desain
2011-2020 >2021-2030
Arteri dan Perkotaan (%) 5,0 4,0
Kolektor Rural (%) 3,5 2,5
Jalan Desa (%) 1,0 1,0
Sumber: Binamarga, 2003
e. Lalu Lintas Rencana
Lalu-lintas rencana adalah jumlah kumulatif sumbu kendaraan niaga pada
lajur rencana selama umur rencana, meliputi proporsi sumbu serta distribusi beban
pada setiap jenis sumbu kendaraan. Beban pada suatu jenis sumbu secara tipikal
dikelompokkan dalam interval 10 kN (1 ton) bila diambil dari survai beban.
Jumlah sumbu kendaraan niaga selama umur rencana dihitung dengan rumus
berikut:
JSKN = JSKNH x 365 x R x C …….(24)
Dengan pengertian:
JSKN : Jumlah total sumbu kendaraan niaga selama umur rencana
JSKNH : Jumlah total sumbu kendaraan niaga per hari pada saat jalan dibuka
R : Faktor pertumbuhan komulatif dari Rumus (5) atau Tabel 2.3 atau
Rumus (6), yang besarnya tergantung dari pertumbuhan lalu lintas
tahunan dan umur rencana.
C : Koefisien distribusi kendaraan
f. Faktor Keamanan Beban
Pada penentuan beban rencana, beban sumbu dikalikan dengan faktor
keamanan beban (F). Faktor keamanan beban ini digunakan berkaitan adanya
berbagai tingkat realibilitas perencanaan seperti telihat pada Tabel 2.22
(Binamarga, 2003).
45
Perancangan perkerasan jalan UNIVERSITAS TADULAKO
CIVIL ENGINEERING 2017
Gambar 2.17 Grafik CBR tanah dasar efektif dan tebal podasi bawah
46
Perancangan perkerasan jalan UNIVERSITAS TADULAKO
CIVIL ENGINEERING 2017
47
Perancangan perkerasan jalan UNIVERSITAS TADULAKO
CIVIL ENGINEERING 2017
karakteristik yang dibulatkan hingga 0,25 MPa (2,5 kg/cm2) terdekat. Hubungan
antara kuat tekan karakteristik dengan kuat tarik-lentur beton dapat didekati
dengan rumus berikut:
fcf = K (fc‟) 0,50 dalam MPa atau ..…(25)
fcf = 3,13 (fc‟) 0,50 dalam kg/cm2 …...(26)
Dengan pengertian:
fc‟ : kuat tekan beton karakteristik 28 hari (kg/cm)
fcf : kuat tarik lentur beton 28 hari (kg/cm2)
K : konstanta 0,7 untuk agregat tidak dipecah dan 0,75 untuk agregat pecah
Kuat tarik lentur dapat juga ditentukan dari hasil uji kuat tarik belah beton
yang dilakukan menurut SNI 03-2491-1991 sebagai berikut:
fcf = 1,37 f dalam MPa atau ……(27)
Dengan pengertian:
f : kuat tarik belah beton 28 hari
Beton dapat diperkuat dengan serat baja (steel-fibre) untuk meningkatkan
kuat tarik lenturnya dan mengendalikan retak pada pelat khususnya untuk bentuk
tidak lazim. Serat baja dapat digunakan pada campuran beton, untuk jalan tol,
putaran dan perhentian bus. Panjang serat baja antara 15 mm dan 50 mm yang
bagian ujungnya melebar sebagai angker atau sekrup penguat untuk meningkatkan
ikatan. Secara tipikal serat dengan panjang antara 15 dan 50 mm dapat
ditambahkan ke dalam adukan beton, masing-masing sebanyak 75 dan 45 kg/m³.
Semen yang akan digunakan untuk pekerjaan beton harus dipilih dan sesuai
dengan lingkungan dimana perkerasan akan dilaksanakan (Binamarga, 2003).
j. Agregat
Agregat adalah butiran mineral alami yang dibentuk secara alami atau
buatan dalam ukuran-ukuran tertentu yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran beton. Kandungan agregat dalam campuran beton biasanya sangat
tinggi. Komposisi agregat tersebut berkisar antara 60%-70% dari berat campuran
beton. Walaupun fungsinya hanya sebagai pengisi, tetapi karena komposisinya
yang cukup besar, agregat inipun penting.
Karena itu perlu dipelajari karakteristik agregat yang akan menentukan sifat
beton yang akan dihasilkan. Berdasarkan besar partikelnya agregat dapat
48
Perancangan perkerasan jalan UNIVERSITAS TADULAKO
CIVIL ENGINEERING 2017
dibedakan menjadi agregat kasar dan agregat halus. Standarisasi gradasi, bentuk
dan ukuran agregat diatur oleh PBI – 0203 – 76, AASTHO T – 84 – 74, ASTM
C– 128– 68, dll. Peraturan ini sangat penting karena agregat merupakan salah satu
bahan campuran utama pekerjaan beton (Binamarga, 2003).
Agregat halus yang digunakan untuk campuran beton adalah pasir dengan
mutu yang baik yaitu yang berbutir kasar dan tidak mudah hancur. Agregat halus
adalah agregat yang lolos saringan no. 10 (2 mm) menurut AASHTO atau lolos
saringan no. 8 (2,38 mm) menurut Departemen PU dan tertahan saringan no 200
(0,075 mm).
l. Agregat Kasar (Kerikil)
Agregat kasar yang digunakan untuk campuran beton adalah kerikil atau
batu pecah. Agregat kasar adalah agregat yang tertahan saringan no. 10 (2 mm)
menurut AASHTO atau tertahan pada saringan no. 8 (2,38 mm). Agregat kasar
untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil disintregasi alami dari batuan atau
berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu. Agregat kasar harus
terdiri dari butiran yang keras dan tidak berpori. Agregat kasar tidak boleh
mengandung zat- zat yang dapat merusak beton, seperti zat – zat yang reaktif
alkali (Binamarga, 2003).
m. Semen
Semen atau Portland Cement (PC) adalah material yang akan bereaksi
secara kimiawi jika dicampur dalam suatu proses yang disebut hydrasi untuk
membentuk benda seperti batu (Aspin, 1824). Jika dicampur air, pasir dan kerikil,
maka PC akan menghasilkan beton. Bahan baku semen dibentuk oleh oksida–
oksida utama yaitu kapur, silika, alumina, dan besi. Semen yang cocok untuk
digunakan pada campuran beton untuk lapisan perkerasan adalah IA, IIA, IIIA
(Alamsyah, 2003: 122).
n. Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton hampir tidak ada pembatasan
khusus, semua air dari sumber manapun secara normal dapat digunakan
sebagaimana yang layak untuk air minum (Alamsyah, 2003: 122). Walaupun
demikian ada ketentuan, air yang digunakan harus terbebas dari unsur-unsur:
49
Perancangan perkerasan jalan UNIVERSITAS TADULAKO
CIVIL ENGINEERING 2017
alkali, minyak dan bahan organik yang akan merusak beton (AASTHO T26-
79(82)).
2.5.3 California Bearing Ratio (CBR)
(California Bearing Ratio) CBR adalah percobaan daya dukung tanah. Prinsip
pengujian ini adalah pengujian penetrasi dengan menusukkan benda ke dalam benda
uji. Dengan cara ini dapat dinilai kekuatan tanah dasar atau bahan lain yang
dipergunakan untuk membuat perkerasan.
Pengujian CBR adalah perbandingan antara beban penetrasi suatu bahan terhadap
bahan standar dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama. Nilai CBR
dihitung pada penetrasi sebesar 0,1 inci dan penetrasi sebesar 0,2 inci dan selanjutnya
hasil kedua perhitungan tersebut dibandingkan sesuai dengan SNI 03-1744-1989
diambil hasil terbesar (Binamarga, 2003).
2.5.4 Pengujian Dynamic Cone Penetrometer (DCP)
50
Perancangan perkerasan jalan UNIVERSITAS TADULAKO
CIVIL ENGINEERING 2017
2.5.5 Bahu
Bahu dapat terbuat dari bahan lapisan pondasi bawah dengan atau tanpa lapisan
penutup beraspal atau lapisan beton semen. Perbedaan kekuatan antara bahu dengan
jalur lalu-lintas akan memberikan pengaruh pada kinerja perkerasan. Hal tersebut
dapat diatasi dengan bahu beton semen, sehingga akan meningkatkan kinerja
perkerasan dan mengurangi tebal pelat. Yang dimaksud dengan bahu beton semen
dalam adalah bahu yang dikunci dan diikatkan dengan lajur lalu- lintas dengan lebar
minimum 1,50 m atau bahu yang menyatu dengan lajur lalu- lintas selebar 0,60 m,
yang juga dapat mencakup saluran dan kereb (Binamarga, 2003).
2.5.6 Sambungan
Sambungan pada perkerasan beton semen ditujukan untuk:
1. Membatasi tegangan dan pengendalian retak yang disebabkan oleh penyusutan,
pengaruh lenting serta beban lalu-lintas.
2. Memudahkan pelaksanaan.
3. Mengakomodasi gerakan pelat.
Pada perkerasan beton semen terdapat beberapa jenis sambungan antara lain :
1. Sambungan memanjang
2. Sambungan melintang
3. Sambungan isolasi
Semua sambungan harus ditutup dengan bahan penutup (joint sealer), kecuali
pada sambungan isolasi terlebih dahulu harus diberi bahan pengisi (Binamarga, 2003).
a. Sambungan Memanjang Dengan Batang Pengikat (tie bars)
l = (38,3 x φ) + 75 …...(30)
Dengan pengertian:
51
Perancangan perkerasan jalan UNIVERSITAS TADULAKO
CIVIL ENGINEERING 2017
(a)
(b)
52
Perancangan perkerasan jalan UNIVERSITAS TADULAKO
CIVIL ENGINEERING 2017
c. Ujung Sambungan
53
Perancangan perkerasan jalan UNIVERSITAS TADULAKO
CIVIL ENGINEERING 2017
17 cm. Untuk ketebalan lebih dari 17 cm, ukuran batang pengikat berdiameter 20
mm, panjang 84 cm dan jarak 60 cm. Sambungan pelaksanaan melintang dapat
dilihat pada Gambar 2.17 (Binamarga, 2003).
(a)
(b)
Gambar 2.19 Sambungan pelaksanaan yang direncanakan dan tidak direncanakan untuk
pengecoran per lajur (a) dan seluruh lebar perkerasan (b)
f. Sambungan Isolasi
Sambungan isolasi memisahkan perkerasan dengan bangunan yang lain
misalnya jembatan, tiang listrik, jalan lama, persimpangan dan lain sebagainya.
Sambungan isolasi harus dilengkapi dengan bahan penutup (joint sealer) setebal
5–7 mm dan sisanya diisi dengan bahan pengisi (joint filler).
Sambungan isolasi yang digunakan pada bangunan lain, seperti jembatan
perlu pemasangan ruji sebagai transfer beban. Pada ujung ruji sang pelindung
muai agar ruji dapat bergerak bebas. Pelindung muai harus cukup panjang
sehingga menutup ruji 50 mm dan masih mempunyai ruang bebas yang cukup
dengan panjang minimum lebar sambungan isolasi ditambah 6 mm
Sambungan isolasi pada persimpangan dan ram tidak perlu diberi ruji.
Penebalan tepi untuk mereduksi tegangan. Setiap tepi sambungan ditebalkan 20%
dari tebal perkerasan sepanjang 1,5 meter. Sambungan isolasi yang digunakan pada
54
Perancangan perkerasan jalan UNIVERSITAS TADULAKO
CIVIL ENGINEERING 2017
lubang masuk ke saluran, tiang listrik dan bangunan lain yang tidak memerlukan
penebalan tepi dan ruji ( Binamarga,2003).
Sambungan isolasi pada persimpangan dan ram tidak perlu diberi ruji.
Penebalan tepi untuk mereduksi tegangan. Setiap tepi sambungan ditebalkan 20%
dari tebal perkerasan sepanjang 1,5 meter. Sambungan isolasi yang digunakan pada
lubang masuk ke saluran, tiang listrik dan bangunan lain yang tidak memerlukan
penebalan tepi dan ruji ( Binamarga,2003).
55
PERANCANGAN PERKERASAN JALAN UNIVERSITAS TADULAKO
CIVIL ENGINEERING 2017
BAB III
LANGKAH KERJA PERANCANGAN PERKERASAN JALAN
3.1 Langkah Kerja Desain Tebal Perkerasan Lentur Metode Bina Marga
Pt T-01-2002-B
1. Buat teori yang relevan
2. Tentukan garis miring lalu lintas rencana yang akan diakomodasi dalam
desain tebal lapis perkerasan dalam satuan CESA (Comulative Ekuinalent
Standard Axle)
3. Hitung CBR segmen tanah dasar yang mewakili untuk mengistimasi nilai
elastisitas tanah dasar : E = 1500 . CBR tanah dasar (Psi)
4. Tentukan besaran – besaran fungsional system perkerasan jalan :
a. Indeks permulaan (P0)
b. Indeks Permulaan kecil (Pt)
c. Indeks Pelayanan kondisi runtuh (Pf)
5. Tentukan reability dan defiasi standard normal yang tergantung pada :
Asumsi – asumsi tipe perkerasan kelas jalan.
6. Hitung ITP dengan menggunakan persamaan atau nomogram yang ada
berdasarkan data :
a. Lalu lintas
b. Modulus resilient tanah dasar
c. P0, Pt , Pf
7. Tentukan bahan pembentuk perkerasan untuk menentukan nilai kekuatan
relative lapisan (ai)
8. Tentukan nilai koefisien drainase dari masing – masing lapis perkerasan
(mi)
9. Dengan koefisien lapis relative (ai) dan koefisien drainase (mi), hitung
tebal lapis perkerasan dengan menggunakan ketiga persamaan yang ada.
10. Periksa kemampuan masing-masing lapisan untuk menahan beban yang
lewat
Klasifikasi jalan
Input Parameter
Desain Beban lalu lintas
rencana selama masa
layanan
Menghitung
Angka Ekivalensi
Reliabilitas dan Dev.
Beban Gandar
Standar Normal yang
Sumbu Kendaraan
dipilih
Analisis CBR
segmen dan CBR
Indeks Pelayanan
efektif
(IP) dan umur
rencana
Menghitung Menghitung
Faktor Distribusi Modulus Resilient
Lajur (DL) Tanah Dasar (MR)
Hitung Nilai
Struktural Number
(SN) menggunakan
rumus SN
Selesai
Gambar 3.1 Flow Chart Langkah Kerja Perhitungan Tebal Perkerasan Metode
Bina Marga Pt T-01-2002-B
3.2 Langkah Kerja Desain Tebal Perkerasan Lentur Metode Bina Marga
No. 04/SE/Db/2017
1. Membuat teori yang relevan.
b. Jenis kendaraan
Mulai
Input Data
Menentukan Kriteria
Drainase Perkerasan
Menghitung Tebal
Perkerasan Lentur
Selesai
Gambar 3.2 Flow Chart Langkah Kerja Perhitungan Tebal Perkerasan Metode
Bina Marga No. 04/SE/Db/2017
3.3 Langkah Kerja Desain Tebal Perkerasan Lentur Metode Bina Marga Pd
T 01-14-2003
1. Membuat teori yang relevan.
16. Hitung jumlah total fatik dengan menjumlahkan persentase fatik dari
setiap dari setiap beban roda pada STRT tersebut. Dengan cara yang sama
hitung jumlah total erosi dari setiap beban roda pada STRT tersebut.
17. Ulangi langkah 8 sampai langkah 16 untuk setiap jenis kelompok sumbu
lainnya.
18. Hitung jumlah total kerusakan akibat fatik dan jumlah total kerusakan
akibat erosi untuk seluruh jenis kelompok sumbu.
19. Ulangi langkah 7 sampai langkah 18 untuk memperoleh ketebalan tertipis
yang menghasilkan total kerusakan akibat fatik dan atau erosi ≤ 100%.
Tebal tersebut sebagai tebal perkerasan beton semen yang direncanakan.
Mulai
CBR Tanah Dasar
Pondasi Bawah
Input Data
Lalu Lintas
Gambar 3.2 Flow Chart Langkah Kerja Perhitungan Tebal Perkerasan Metode
Bina Marga Pd T 01-14-2003