REL
FAKTOR PERTIMBANGAN PERENCANAAN
ALINEMEN JALAN REL
• Fungsi Dari Jalan Rel
• Keselamatan
• Ekonomi
• Aspek Lingkungan
• Estetika
LENGKUNG LINGKARAN
• Gaya Sentrifugal diimbangi sepenuhnya oleh gaya berat dan gaya dukung
komponen jalan rel
LENGKUNG LINGKARAN (3)
LENGKUNG LINGKARAN TANPA LENGKUNG PERALIHAN
• Lengkung S terjadi bila dua lengkung dari satu lintasan yang berbeda arah terletak bersambung.
• Antara kedua lengkung harus ada bagian lurus minimal 20m di luar lengkung peralihan
PELEBARAN SEPUR
• Jari-jari lengkung
• Ukuran / Jarak gandar muka belakng yang teguh (d)(rigid Wheel/
Base)
• Kondisi Keausan roda dan rel
GERBONG DALAM TIKUNGAN
• Kedudukan I
• Gandar depan menempel pada rel luar sedangkan gandar belakang bebas diatara kedua rel, disebut jalan
bebas
• Kedudukan II
• Gandar depan menjacapi rel luar sedangkan gandar belakang menempel pada rel dalam akan tetapi tidak
sampai menekan. Gandar belakang ini berkedudukan radial terhadap titik pusat tikungan (M)
• Kedudukan III
• Gandar depan menempel pada rel luar sedangkan gandar belakang menekan dan menempel pada rel
dalam. Kedua gandar tidak ada yang letaknnya radial terhadap titik pusat tikungan. Disebut
• Kedudukan IV
• Gandar depan menempel pada rel luar sedangkan gandar belakang menempel rel luar. Kedudukan ini
disebut jalan tali busur uang hanya dicapai pada kecepatan tinggi
Gambar Kedudukan Roda pada Tikungan
PERHITUNGAN ALINEMEN HORIZONTAL
Dengan:
PI = nomor stasiun
( Point of intersection )
V = kecepatan rencana
(ditetapkan ) km/jam
R = jari – jari
( ditetapkan ) m
= sudut tangen
(dalam derajat )
TC = tangen Circle
CT = Circle tangen
Tc = jarak antara TC dan PI
(m)
Lc = panjang bagian
tikungan ( m )
PERHITUNGAN ALINEMEN HORIZONTAL (2)
Tc = R tg
TC adalah singkatan dari tangen circle yakni titik dimana mulai menarik lengkung circle,
Ec = T tg
Dimana Lc merupakan panjang lengkung circle yang diukur dalam meter. Persamaan ini dapat
disederhanakan lagi menjadi
Lc = 0,01745 . R .
merupakan sudut tangen yang diukur dari gambar trase jalan, sedangkan R merupakan jari – jari
rencana.
PROFIL MELINTANG TRACK
a a
Balas
1:2 d1 30 50 30 50 40
1:1,5 d2
b b
1:1 1/3
Sub Balas c c
k1 k1 Sub Grade
k2 k2
KELAS V MAKS d1 b c k1 d2 e k2 a
JALAN (KM/J) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
I 120 30 150 235 265-315 15-50 25 375 185-237
II 110 30 150 235 265-315 15-50 25 375 185-237
III 100 30 140 225 240-270 15-50 22 325 170-200
IV 90 25 140 215 240-250 15-35 20 300 170-190
V 80 25 135 210 240-250 15-35 20 300 170-190
PROFIL
KONSTRUKSI JALAN KA
BALLAS (LAPISAN ATAS)
Ballas merupakan lapisan teratas dari suatu struktur pada tubuh baan jalan KA,
dan lapisan terusan dari lapisan tanah dasar, dan terletak di daerah yang
Mengalami konsentarasi tegangan yang terbesar akibat lalu lintas Kereta pada
jalan rel, oleh karena itu material pembentukannya harus sangat terpilih.
Untuk menghemat biaya dalam pembangunan jalan KA, maka hal-hal yang
dilakukan adalah memberikan lapisan atas tubuh jalan yang lebih bagus
kualitasnya dibandingkan Dengan lapisan bawah (masih memenuhi standarisasi
yang telah ditetapkan)
1. Lapisan balas bawah terdiri dari kerikil halus, kerikil sedang atau pasir kasar yang
memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam Peraturan Bahan Jalan Rel
Indonesia (PBJRI)
2. Material subbalas harus bebas dari Lumpur, kotoran dan material organik.
3. Lapisan balas bawah ini harus dapat berfungsi sebagai lapisan penyaring (filter)
antara tanah dasar dan lapisan balas atas disamping dapat mengalirkan air dengan
baik.
4. Lapisan subbalas dibawah bantalan ini harus dipadatkan sampai mencapai nilai
kepadatan 100 % menurut percobaan ASTM D 698.
5. Sand equivalent (menurut AASHTO T – 176) minimal 25.
6. Keausan pasa test Los Angeles, nilai LA < 40 %.
7. Gradasi yang diisyaratkan :