1. Daya Angkut
Pada perlintasan sebidang antara jalan rel dan jalan raya harus tersedia
jarak pandang yang memadai.
Bila tidak ada rambu atau tanda yang memberitahu bahwa kereta api akan
melewati perlintasan, maka ada dua kejadian yang menentukan jarak
pandangan :
Daerah pandang segitiga mempunyai dua kaki utama, yaitu jarak pandang
dH sepanjang jalan raya dan jarak pandang dT sepanjang jalur jalan rel.
Dimana :
Vv = kecepatan kendaraan (mil/jam)
Bahan Ajar Perencanaan Jalan Rel/Kereta Api – Ir. Wilton Wahab, M.Eng 24
VT = kecepatan kereta api (mil/jam)
t = waktu reaksi = 2,5 detik
f = koefisien gesekan (tergantung kecepatan kendaraan)
D = jarak dari garis henti ke rel terdekat ( 15 feet)
de = jarak dari pengemudi ke ujung depan kendaraan ( 10 feet)
L = panjang kendaraan ( 65 feet)
w = jarak antara rel terluar ( 5 feet)
Kecepatan (mil/jam) f
12,4 0,44
24,8 0,38
37,3 0,32
50 0,30
56 0,295
62 0,29
69 0,29
75 0.29
3. Sambungan Rel
Adalah konstruksi yang mengikat dua ujung rel sedemikian rupa, sehingga
operasi kereta api tetap aman dan nyaman.
Bahan Ajar Perencanaan Jalan Rel/Kereta Api – Ir. Wilton Wahab, M.Eng 25
Sambungan rel adalah menggunakan pelat penyambung dan baut mur.
4. Macam-macam sambungan :
Dari kedudukan terhadap bantalan dibedakan dua macam sambungan rel, yaitu :
a. Sambungan Melayang.
b. Sambungan Menumpu.
Catatan :
Antara kedua bantalan ujung berjarak 30 cm
Jarak sumbu ke sumbu bantalan ujung adalah 52 cm.
Bahan Ajar Perencanaan Jalan Rel/Kereta Api – Ir. Wilton Wahab, M.Eng 26
a. Penempatan secara siku, dimana kedua sambungan berada pada satu garis yang
tegak lurus terhadap sumbu sepur.
Sambungan Sambungan
Sambungan Sambungan
Sambungan Sambungan
Sambungan
Gambar : Sambungan Berselang-Seling
Sambungan Sambungan
≥ Ldm ≥ Ldm
Bahan Ajar Perencanaan Jalan Rel/Kereta Api – Ir. Wilton Wahab, M.Eng 27
Ldm = Panjang daerah muai
7. Celah
Pada sambungan rel harus ada celah untuk menampung timbulnya perubahan
panjang rel akibat perubahan suhu.
Besarnya celah ditentukan oleh :
a. Untuk semua tipe rel besar celah pada sambungan rel standar dan rel pendek
tercantum pada table 3.6 hal 3-7 (PD No. 10)
b. Untuk sambungan rel panjang besar celah dipengaruhi oleh tipe rel dan jenis
bantalan.
- Untuk sambungan rel panjang pada bantalan kayu, besar celah dapat
dilihat pada table 3.7. hal 3-8 (PD No. 10)
- Untuk sambungan rel panjang dengan bantalan beton, besar celah dapat
dilihat pada table 3.8, hal 3-9 (PD No. 10)
8. Kedudukan Rel
Kecuali pada Wesel dan di Emplasemen dengan kecepatan kereta lambat, rel
dipasang miring kedalam sebesar 1 : 40
9. Pelat Penyambung
a. Satu pasang plat penyambung harus sama panjang dan mempunyai ukuran
yang sama.
b. Bidang singgung antara plat penyambung dengan sisi bawah kepala rel dan sisi
atas kaki rel harus sesuai kemiringannya, agar didapatkan bidang geser yang
cukup. Kemiringan tepi bawah kepala rel dan tepi atas rel dapat dilihat pada
table 3.12 (PD No. 10)
c. Ukuran-ukuran standar plat penyambung untuk rel R42, R50, dan R54 adalah
sebagai berikut :
* Ǿ lubang = 25 mm
+ + + + * Tebal plat = 20 mm
Bahan Ajar Perencanaan Jalan Rel/Kereta Api – Ir. Wilton Wahab, M.Eng 28
70 130 160 130 70
560
d. Ukuran standar plat penyambung untuk Rel R.60 sebagai berikut :
* Ǿ lubang = 25 mm
+ + + + + + * Tebal plat = 20 mm
R R
a
g. Baut plat penyambung harus kuat menahan gaya geser, sebagai berikut :
Dengan :
H = Gaya geser (lateral) yang bekerja ditengah-tengah palat penyambung.
Gaya tarik baut sebelah luar dan dalam
Bahan Ajar Perencanaan Jalan Rel/Kereta Api – Ir. Wilton Wahab, M.Eng 29
= Momen tahan sebelah dalam dan luar pelat penyambung antara-
pusat tekanan rel yang akan disambung.
M = Momen total arah lateral.
Besar celah muai dalam milimeter untuk semua tipe rel pada sambungan rel standard
dan rel pendek adalah :
Besar celah muai dalam milimeter untuk sambungan rel panjang pada bantalan kayu.
Besar celah muai dalam milimeter untuk sambungan rel panjang pada bantalan beton.
Bahan Ajar Perencanaan Jalan Rel/Kereta Api – Ir. Wilton Wahab, M.Eng 31