A. UMUM
1. Maksud alinyemen horizontal
Alinyemen horizontal adalah proyeksi sumbu / as jalan pada bidang horizontal
(peta), yang terdiri dari bagian lurus (tangent) dan bagian lengkung (curve) disebut
juga jalan.
2. Sifat-sifat bagian lurus :
Bukan merupakan hambatan bagi kendaraan.
Untuk memperpendek jarak.
Terlalu panjangnya bagian lurus akan menimbulkan efek negative (mengantuk).
Dalam hal ini perlu diadakan tikungan kejut berupa perubahan arah 4 derajat; dan
tidak boleh diakhiri dengan tikungan tajam.
3. Sifat-sifat bagian tikungan :
Merupakan hambatan bagi kendaraan yaitu timbulnya gaya sentrifugal dan
keterbatasan pandangan, sehingga merupakan bagian kritis dari pada jalan.
Berguna untuk :
- Memperhalus lintas
- Menetralisir gaya sentrifugal
- Mengatur jarak pandangan
4. Syarat-syarat umum alinyemen horizontal
Sependek mungkin
Panjang tangent maksimum + 3 km, sebelum diadakan tikungan kejut 4.
Tangent yang panjang tidak boleh diakhiri dengan tikungan tajam
Jarak antara 2 tikungan harus cukup
- 0,4 2,0 V
- 0,6 3,0 V
Tikungan datar pada timbunan yang tinggi & panjang (tanpa cutslope, pohon) perlu
dihindari.
Radius minimum hanya digunakan pada keadaan terpaksa.
Dalam menggunakan lengkung majemuk, harus diusahakan R1 < 1,5 R2
Merupakan kombinasi yang baik dengan alinyemen vertical.
B. TIKUNGAN
1. Kendaraan melewati tikungan
Pada tikungan, kendaraan mengalami/menerima gaya sentrifugal.
Untuk mempertahankan posisinya, perlu gaya lawan yang akan menetralisir gaya
sentrifugal.
Gaya lawan ditimbulkan dengan mengadakan superelevasi (kemiringan tikungan)
Biasanya superelevasi tergantung dari V,R,f dengan rumus :
E+f= Biasanya f diambil 0,10
(0,10 0,15)
Karena e dan V mempunyai batas maksimum sedangkan f ditetapkan (0,10), maka
R mempunyai batas minimum.
Pada tikungan kendaraan akan tidak bebas jarak pandangannya, karena itu perlu
kebebasan samping untuk menyediakan jarak pandangan yang memadai.
2. Kemiringan tikungan (superelevasi)
Untuk menimbulkan gaya lawan sentrifugal
Karena alasan keamanan & kenyamanan, maka diberikan batas maksimum dari
superelevasi.
Untuk di Indonesia disarankan e maks jalan luar kota = 0,10 dan 0,8 untuk jalan
dalam kota.
3. Jari-jari minimum tikungan.
R mempunyai harga minimum karena e & v mempunyai harga maksimum
Besarnya R menunjukkan ketajaman tikungan.
Tabel jari-jari minimum :
Ls min = 0,222
dimana : Ls = panjang lengkung spiral
(m) V = kecepatan rencana
(km/jam) R = jari-jari circle (m)
C = perubahan kecepatan (m/det) dianjurkan C =
0,4m/det k = superelevasi- Selanjutnya panjang lengkung
peralihan ini dapat diperoleh pada table yang telah dipersiapkan.
Pencapaian kemiringan melintang :
- Yang dimaskud dengan pencapaian kemiringan adalah perubahan kemiringan
melintang jalan (perkerasan) dari kemiringan normal (cross fall) ke kemiringan
maksimum (superelevasi) secara berangsur-angsur.
- Pencapaian kemiringan ini dilakukan secara berangsu-angsur selama lintasan pada
lengkung peralihan.
Hal ini dilakukan agar kesan menggeliat dari jala tidak ada.- Agar pencapaian
kemiringan bisa berlangsung secara halus (aman & nyaman bagi LL) dan bentuk jalan
yang bagus maka perlu panjang lengkung peralihan yang cukup.
Pelebaran perkerasan pada tikungan.
- Pada tikungan kendaraan akan membuat lintasan tidak pada lintasan yang normal
(yang disediakan) karena :
- Lintasan roda belakang akan lebih kedalam (off tracking)
- Supaya lintasan bisa seragam baik dijalur tangent maupun di lengkung (curve),
aka perlu pelebaran perkerasan (sebelah dalam) pada bagian tikungan.
- Besarnya pelebaran tergantung pada dimensi standar kendaraan rencana yang
dipakai, jari-jari tikungan dan kecepatan rencana.
- Pencapaian pelebaran sejalan dengan superelevasi
- Selanjutnya pelebaran ini dapat dicari dengan grafik yang telah tersedia.
- C. JARAK PANDANG PADA TIKUNGAN
Pada tikungan alinyemen horizontal, pandangan pengemudi tidak sebebas/sejauh
pandangan bila berada pada bagian lurus alinyemen horizontal.
Terbatasnya pandangan ditikungan disebabkan oleh sering adanya penghalang
dipinggir jalan (sisi dalam) seperti pohon, bangunan, tebing dan lain sebagainya.
Dikenal ada 2 jarak pandangan yaitu :
- Jarak pandangan henti yaitu jarak pandangan (minimum) yang dperlukan oleh
pengemudi untuk menghentikan kedaraannya secara aman bila penghalang
didepannya (pada lintasannya)
- Jarak Pandangan menyiap yaitu jarak pandangan (minimum) yang diperlukan
pengemudi untuk bisa menyiap kendaraan lain secara aman. Dlam hal ini
penghalangnya adalah kendaraan lain yang dating dari arah berlawanan.
Bila dihitung ternyata jarak pandangan menyiap jauh lebih panjang dari pada jarak
pandangan henti untuk kecepatan rencana yang sama (sekitar 2-5 kali).
Karena itu, pada perencanaan geometrik jalan, pada umumnya tikungan-tikungan
direncanakan berdasarkan jarak pandangan jarak pandangan henti, hanya beberapa
bagian saja yang direncanakan berdasarkan jarak pandangan menyiap.Pada tikungan-
tikungan yang tidak memenuhi persyaratan jarak pandangan menyiap, perlu
dilengkapi tanda lalu lintas dilarang menyiap atau kurangi
kecepatan. Pengetrapan dilapangan dalam rangka memnuhi jarak pandangan
adalah dengan cara menyediakan kebebasan samping (tepi dalam) secukupnya pada
tikungan bersangkutan
Tabel jarak pandangan :
V (km/jam) 40 60 80 100 120
JPH (m) 40 75 150 `65 225
JPM (m) 140 380 520 670 790
- JPH = Jarak pandangan henti
- JPM = Jarak pandangan menyiap
Pengetrapan jarak pandangan menyiap di lapanganLengkung Horisontal LKR
= LKN = Jarak pandangan menyiap minimum untuk besar jari-jari tikungan dan
kecepatan rencana serta sudut tangent yang bersangkutan. Biasanya Ac Bc
dimasukkan pula sebagai daerah dilarang menyiap. Gambar : Diagram superelevasi
dengan sumbu jalan sebagai sumbu putar Diagram Superelevasi : Gambar :
Bentuk Spiral Circle- Spiral R = Jari-jari lingkaran
Lc = Panjang busur lingkaran c = Sudut luar PI
= Sudut luar PI = 2 s + cTt = Panjang total tangentp = Pergeseran
lingkaran terhadap tangentk = absis p pada garis tangn spiralEt = Jarak luar
totals = Sudut Spiral Ls min = 0,222 c =
Perubahan kecepatan (dianjurkan c = 0,4 m/det)
e = Superelevasi V = Kecepatan rencana R = Jari-
jari circle Ls = Panjang lengkung Spiral ALINYEMEN
VERTIKALA. UMUM
1. Maksud alinyemen vertikal :
Garis potong yang dibentuk oleh bidang vertikal melalui sumbu jalan (undivided) atau
tepi dalam masing-masing perkerasan dan bidang muka perkerasan jalan : terdiri dari
bagian lurus dan bagian lengkung.2. Sifat bagian lurus :
Pada kelandaian merupaka hambatan bagi lalu lintas
Berguna untuk drainase dan ancang ancang sebelum menuju ketanjahan.
3. Sifat Bagian Lengkung :
Merupakan hambatan bagi lalu lintas
Berguna untuk memperhalus lintasan, mengatur jarak pandangan.
B. KELANDAIAN
1. Dikatakan bagus bilamana dapat ditempuh pada gear atau gigi tertinggi
2. Ada batasan derajat kelandaian dan panjang kelndain menurut kelas jalan.
3. Panjang kritis kelndain ditetapkan berdasarkan ketentuan Bila terjadi penurunan
kecepatan truck sebesar 25 km/jam sesampainya di puncak
Sebagai kecepatan awal adalah 70% - 90 & dari kecepatan rencana4. Kelandaian
maksimum standar :
Kelas I IIA IIB IIC III
Landai max (%) 2-4-5 4-5-7 5-7-8 6-8-10 6-812
5. Bila kelandaian kritis terlampaui :
Perlu disediakan climbing lane untuk truck.
Perlu disediakan tanda/ramub dilarang menyiap.
6. Panjang kritis kelandaian menurut standar Bina Marga :
Landai (%) 3 4 5 6 7 8 10 12
Panj. Max (m) 480 330 250 200 170 150 135 120
C. LENGKUNG VERTIKAL
1. Lengkung vertikal adalah lengkung yang dipakai untuk mengadakan peralihan
secara berangsur-angsur dari suatu landai ke landai berikutnya.
2. Panjang lengkung vertikl ditetapkan untuk memenuhi jarak pandangan (henti,
manyiap, lintasan bawah, pandangan malam).
3. Seperti halnya lengkung horizontal, jarak pandangan menyiap jauh lebih panjang
dari pada jarak pandangan henti.
Contoh : Perbedaan aljabar kelandaian (A) = 4 % V = 100 km/jam > Lv-ssd
= 265 m ; Lv-psc : 1000 m (lihat grafik)4. Untuk keperluan lengkung spiral, bentuk
lengkung yang dapat digunakan adalah : busur lingkaran, parabola sederhana,
parabola tingkat tiga dan spiral (clothid).
5. Bentuk lengkung vertical yang digunakan di Indonesia adalah parabola sederhana
karena mudah perhitungannya.
6. Macam-macam lengkung vertical :
Lengkung cekung > titik potong 2 tangen (PPV) ada dibawah permukaan jalan.
Lengkung cembung > titik potong 2 tangen (PPV) ada diatas permukaan jalan.
7. Panjang lengkung vertical ditetapkan berdasarkan syarat-syarat keamanan,
kenyamanan, keluwesan bentuk, drainase, kelandaian dan kecepatan rencana, yang
kesemuanya itu terkait dengan :
Jarak pandangan yang diperhitungkan
Perbedaan aljabar landai
Kecepatan rencana
D. SYARAT-SYARAT UMUM ALINYEMEN VERTIKAL
1. Kelandaian sedapat mungkin dibuat secara beransur-angsur, mengikuti keadaan
terrain.
Ini berarti landai yang berubah-ubah dengan mendadak pada jarak pendek harus
dihindari.2. Alinyemen vertical sejenis atau hidden-dip harus dihindari karena jarak
pandangan kurang memenuhi persyaratan, sedangkan alinyemen horizontal
memberikan kesan sangat baik.
Alinyemen vertical sejenis adalahalinyemen yang datar dan lurus tetapi mengandung
lengkung-lengkung kecil didalamnya. Pada lengkung-lengkung kecil tersebut sering
bersembunyi kendaraan yang berlawanan dengan kita.3. Kelandaian penurunan
yang besar (curam) dan panjang perlu diakhiri dengan pendakian untuk mengurangi
kecepatan pada saat mencapai akhir penurunan.
4. Lengkung-lengkung vertical searah yang berturut-turut atau broken back
gradeline khususnya lengkung-lengkung vertical cekung harus dihindari karena
memberikan pandangan yang kurang baik.
5. Pada alinyemen dengan landai panjang yang menerus, lebih baik menempatkan
landai tercuram pada bagian permulaan landai, selanjutnya diikuti landai-landai kecil
atau menyisipkan landai yang lebih besar pada landai yang menerus tersebut.
E. JARAK PANDANGAN
1. Jarak pandangan pada lengkung cekung :
Jarak pandangan malam adalah jarak pandangan sehubungan dengan jarak
jangkau sorotan lampu. Yang diperhitungkan adalah jarak pandangan henti karena
lampu kendaraan dari arah berlawanan lebih mudah kelihatan.
Jarak ini diukur dari penyinaran lampu yang umumnya mempunyai ketinggian sebesar
0,75 m dan pemancaran berkas sinar keatas sebesar 1 derajat > sampai ketitik bidang
perkerasan jalan.
Untuk kendaraan truk besar h1 = 180 cm,yaitu ketinggian mata pengemudi, dan
ketinggian h2 = 45 cm, yaitu untuk lampu belakang kendaraan.
Tinggi lintasan diatas jalan/kebebasan vertical minimum (C = n + m) = 450 cm.
2. Jarak pandangan pada lengkung cembung :
Jarak pandangan henti dengan penghalang puncak lengkung
Jarak pandangan menyiap dengan penghalang puncak lengkung
Tulisan ini merupakan kelanjutan dari tulisan saya sebelumnya, yaitu mengenai teori Perencanaan Geometrik
Jalan , sedangkan pada tulisan saya ini akan diterangkan mengenai rumus2 dari teori tersebut tadi. Sebenarnya
rumus-rumus ini akan membingungkan jika tanpa adanya contoh soal perencanaan. Namun untuk melengkapi
tulisan yang sebelumnya makan akan saya tulisakan juga rumus-rumus tersebut.
FULL CIRCLE
Lengkung ini untuk R min < R rencana < Lengkung tanpa peralihan
SPIRAL CIRCLE SPIRAL
SPIRAL SPIRAL
Lengkung yang hanya terdiri dari bagian spiral saja. Hal ini terjadi jika R min < R rencana < R lengkung peralihan
.................................................................................... 2.1
................................................................................... 2.2
Dengan demikian gaya sentrifugal dapat dinyatakan sebagai perkalian antara massa
dengan percepatan sentrifugal seperti pada persamaan 2.4.
...................................................................... 2.4
Untuk mempertahankan agar kendaraan yang melaju pada tikungan tetap berada pada
lintasannya, maka diperlukan gaya yang dapat mengimbangi gaya sentrifugal tersebut. Gaya-
gaya yang mengimbangi gaya sentrifugal tersebut adalah:
a. gaya gesek melintang antara ban dengan pemukaan jalan.
b. kornponen gaya akibat berat kendaraan yang terjadi pada bidang miring di tikungan.
Fenomena keseimbangan gaya tersebut dapat diperlihatkan pada gambar 2.7.
Gambar 2.7 Keseimbangan gaya pada tikungan
2.5
Dari persamaan di atas dapat diketahui dA-PI antara titik A dan titik PI, dari sudut jurusan 1
garis menghubungkan titik A dan titik PI juga titik B.
...................................................................................................... 2.8
................................................................... 2.10
................................................................... 2.11
............................................................... 2.12
Karena tikungan hanya berbentuk lingkalan saja, maka pencapaian superelevasi dilakukan
sebagian pada bagian jalan yang lurus dan sebagian lagi dilakukan pada bagian lingkaran
(lengkung). Karena sesungguhnya bagian tikungan peralihan itu sendiri tidak ada, maka panjang
daerah pencapaian superelevasi disebut sebagai panjang peralihan fiktif (Ls').
Menurut Bina Marga, panjang peralihan fiktif ini ditempatkan pada bagian jalan yang lurus
sebesar 3/4 Ls' (yaitu disebelah kiri TC atau sebelah kanan CT) dan pada bagian lingkaran
(lengkungan) sebesar 1/4 Ls'.
............................................................ 2.13
Tikungan dengan jari-jari besar (seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.20) tidak
memerlukan lengkung peralihan. Jika lengkung peralihan dipasang, alinyemen horisontal
bergeser dari garis singgung kesuatu lingkungan. Besarnya nilai pergeseran ini tergantung dari
panjang lengkung peralihan dan jari-jari lengkung. Jika jari jari lengkung sedemikian besarnya
sehingga pergeseran kecil, maka pergeseran dapat diadakan di dalam lebar jalur, sehingga
lengkung peralihan tidak dibutuhkan. Besarnya pergeseran ini dapat dihitung sebagai berikut:
............................................................... 2.14
dimana, S = Nilai pergeseran (m)
L = Panjang lengkung peralihan (m)
R = jari-jari lengkung (m)
Jika panjang lengkung peralihan dari TS ke SC adalah Ls dan R pada SC adalah Rc,
maka:
Untuk Ls = 1 m, p = p* dan k = k*
Dan untuk Ls = Ls, p = p*.Ls dan k = k*.Ls
Sudut pusat busur lingkaran = s, dan sudut spiral s. Jika besarnya sudut perpotongan kedua
tangen adalah , maka:
.............................................................................. 2.19
.................................................. 2.20
...................................................... 2.21
...................................................................... 2.22
Lc untuk lengkung S-C-S ini sebaiknya 20m, maka radius yang dipergunakan haruslah
memenuhi syarat tersebut. Hal ini sangat dipengaruhi oleh besarnya sudut . Jadi terdapat
radius minimum yang dapat dipergunakan untuk perencanaan lengkung berbentuk spiral -
lingkaran - spiral sehubungan dengan besarnya sudut , kecepatan rencana dan batasan
superelevasi maksimum yang dipilih.
d. Tikungan Gabungan dan Tikungan Balik
Tikungan gabungan adalah gabungan tikungan dengan putaran yang sama dan jari-jari
yang berlainan yang bersambungan langsung. Tikungan balik adalah gabungan tikungan
dengan putaran yang berbeda dan bersambungan langsung.
Dalam hal perbedaan jari-jari pada lengkung yang berdampingan tidak melampaui 1 : 1,5
lengkung dapat dihubungkan langsung hingga membentuk lengkung gabungan seperti pada
gambar 2.10. suatu garis lurus yang dipasang pada titik balik untuk pencapaian kemiringan dapat
membantu lengkung gabungan tersebut (gambar 2.14).
Gambar 2.15 Lengkung chothoide yang dipasang pada lengkung gabungan
Alinemen horizontal (trase jalan) adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang horisontal. Alinemen
horisontal tersusun atas garis lurus dan garis lengkung (busur) atau lebih dikenal dengan istilah
tikungan. Busur terdiri atas busur lingkaran saja (full-circle), busur peralihan saja (spiral-spiral),
atau gabungan busur lingkaran dan busur peralihan (spiral-circlespiral).
F=ma
F = (G.V^2)/(g.R)
Dimana :
F = gaya sentrifugal
m = massa kendaraan
a = percepatan sentrifugal
G = berat kendaraan
g = gaya gravitasi
V = kecepatan kendaraan
R = jari-jari tikungan
D = (25/.R) . 360
D = 1432.39 / R
Radius lengkung (R) sangat dipengaruhi oleh besarnya superelevasi (e) dan koefisien gesek (f) serta
kecepatan
rencana (V) yang ditentukan. Untuk nilai superelevasi dan koefisien gesek melintang maksimum
pada suatu kecepatan yang telah ditentukan akan meghasilkan lengkung tertajam dengan radius
minimum (Rmin).
Pada jalan lurus dimana radius lengkung tidak berhingga perlu direncanakan super elevasi (en)
sebesar 2 4 persen
untuk keperluan drainase permukaan jalan.
Secara teori pada tikungan akan terjadi perubahan dari radius lengkung tidak berhingga (R~) pada
bagian lurus menjadi radius lengkung tertentu (Rc)pada bagian lengkung dan sebaliknya. Untuk
mengimbangi perubahan gaya sentrifugal secara bertahap diperlukan lengkung yang merupakan
peralihan dari R~ menuju Rc dan kembali R~
Lengkung peralihan ini sangat dipengaruhi oleh sifat pengemudi, kecepatan kendaraan, radius
lengkung dan superelevasi jalan. Pencapaian superelevasi dari en menjadi emaks dan kembali
menjadi en dilakukan pada awal sampai akhir lengkung secara bertahap. Panjang lengkung
peralihan (Ls) diperhitungkan dari superelevasi sebesar en sampai superelevasi mencapai emaks.
Panjang lengkung peralihan (Ls) yang digunakan dalam perencanaan adalah yang terpanjang dari
pemenuhan persyaratan untuk:
Kelandaian relatif maksimum
Berdasarkan panjang perjalanan selama waktu tempuh 3 detik (Bina Marga) atau 2 detik
(AASHTO)Ls = (V/3.6) . T
20 30 40 50 60 80 100
Bina
Marga 1/50 1/75 1/100 1/115 1/125 1/150 1/100
No Kecepatan Rencana (Vr)
32 48 64 80 88 96 104
AASHT
O 1/33 1/150 1/175 1/200 1/213 1/222 1/244
Diagram Superelevasi
Merupakan penggambaran pencapaian superelevasi dari lereng normal (en) sampai lereng maksimal
(e maks), sehingga dapat ditentukan diagram penampang melintang setiap titik (stationing) pada
suatu tikungan yang direncanakan.
Jenis-Jenis Tikungan
Full Circle,
Spiral Spiral,
Full Circle
Karena hanya terdiri dari lengkung sederhana saja, maka perlu adanya lengkung peralihan fiktif
(Ls`) untuk mengakomodir perubahan superelevasi secara bertahap. Bina marga menempatkan
Ls` pada bagian lurus dan Ls` pada bagian lengkung AASHTO menmpatkan 2/3 Ls` pada bagian
lurus dan 1/3 Ls` pada bagian lengkung.
Spiral Circle Spiral
Lc untuk lengkung type S C S sebaiknya 20 meter
Spiral Spiral
Rc yang dipilih harus sedemikian rupa sehingga Ls yang diperlukan dari Ls berdasarkan landai relatif
lebih besar dari
pada Ls berdasarkan modifikasi SHORT serta Ls berdasarkan panjang perjalanan selama 3 detik
(Bina Marga) atau selama 2 detik (AASHTO).
Rw = radius lengkung terluar dari lintasan kendaraan pada lengkung horisontal untul lajur sebelah
dalam, besarnya dipengaruhi oleh tonjolan
depan (A) kendaraan dan sudut belokan roda depan (a). Ri = radius lengkung terdalam dari lintasan
kendaraan pada lengkung horisontal untuk lajur sebelah dalam, besarnya dipengaruhi oleh jarak
gandar kendaraan (p).
http://civildoqument.blogspot.com/2014/09/contoh-perhitungan-geometrik-jalan-
raya.html
ALINYEMEN HORISONTAL
i sumbu jalan yang tegak lurus bidang gambar, dikenal juga dengan sebutan Trase Jalan .
Full Circle
Spiral Spiral
Full Circle
Untuk menggunakan bentuk ini adalah tergantung dari kecepatan rencana, jika sudah memenuhi
yaitu dengan melihat tabel sebagai berikut :
( Km / Jam )
Tc = R tan b
Ec = Tc tan b
Lc = ( b / 360 ) 2R = 0.017453 R
Walaupun bentuk ini tidak mempunyai lengkung peralihan ( Ls ) akan tetapi diperlukan adanya
lengkung peralihan fiktif ( Ls )
Ls = B ( em + E ) -
cm = Kemiringan melintang maksimum relatif ( super elevasi max pada tikungan tersebut )
Dc < 0 Dc = D 2q s
Lc > 20 meter
qs = 90 Ls / p R
p = Ls / 6R R ( 1-cos qs )
k = Ls Ls / 40R R sin qs
Dc = D 2qs
Lc = 0.017453 Dc . R
Tt = ( R + p ) tan 0.5 qs + k
Et = {( R + p ) sec 0.5 qs } R
R.c c
K = Super elevasi
Spiral spiral
s = 0.5
Ls = ( qs . R ) / 28.648
Tt = {( R + p ) tan 0.5 qs } + k
Et = {( R + p ) sec 0.5 qs } R
P = p* . Ls
K = k* . Ls
https://jidinmsirajuddin.wordpress.com/2014/01/23/geometrik-jalan-raya/