Anda di halaman 1dari 6

Materi 5 :

ALINYEMEN VERTIKAL

Alinyemen vertical adalah perpotongan bidang vertical dengan bidang pertemuaan


perkerasan jalan melalui sumbu jalan untuk jalan 2 lajur 2 arah atau melalui tepi dalam
masing-masing perkerasan untuk jalan dengan median. Alinyemen vertical seringkali
disebut juga sebagai penampang memanjang jalan. Alinyemen vertikal yang mengikuti
muka tanah asli akan mengurangi pekérjaan tanah, tetapi mungkin saja akan
mengakibatkan jalan itu terlalu banyak mempunyai tikungan. Muka jalan sebaiknya
diletakkan sedikit di atas muka tanah asli sehingga memudahkan dalam pembuatan
drainase jalannya, terutama di daerah yang datar. Pada daerah yang seringkali dilanda
banjir sebaiknya penampang memanjang jalan diletakkan di atas elevasi muka banjir. Di
daerah perbukitan atau pegunungan diusahakan banyaknya pekerjaan galian seimbang
dengan pekerjaan timbunan, sehingga secara keseluruhan biaya yang dibutuhkan tetap
dapat dipertanggungjawabkan. Jalan yang terletak di atas lapisan tanah yang lunak harus
pula diperhatikan akan kemungkinan besarnya penurunan dan perbedaan penurunan
yang mungkin terjadi.
Dengan demikian penarikan alinyemen vertical sangat dipengaruhi oleh berbagai
pertimbangan seperti 1) kondisi tanah dasar, 2) keadaan medan, 3) fungsi jalan, 4) muka
air banjir, 5) muka air tanah, 6) kelandaian yang masih memungkinkan. Perlu pula
diperhatikan bahwa alinyemen vertikal yang direncanakan berlaku untuk masa yang
panjang. Oleh karena itu, alinyemen vertikal yang dipilih sebaiknya dapat dengan mudah
mengikuti perkembangan lingkungan.
Alinyemen vertical merupakan penampang memanjang jalan yang terdiri atas
garis-garis lurus dan garis-garis lengkung. Garis lurus dapat berbentuk datar, mendaki
atau menurun, yang biasa disebut berlandai. Landai jalan dinyatakan dengan persen.
Pada umumnya gambar rencana suatu jalan dibaca dari kiri ke kanan. Landai jalan diberi
tanda positip untuk pendakian dari kiri ke kanan, dan landai negative untuk penurunan.
Pendakian dan penurunan member effek yang berarti terhadap gerak kendaraan.

5.1 Kelandaian pada Alinyemen Vertikal Jalan

Landai Minimum

Berdasarkan kepentingan arus lalu-lintas, landai ideal adalah landai datar (0%).
Sebaliknya ditinjau dari kepentingan drainase jalan, jalan berlandailah yang ideal.
Dalam perencanaan disarankan menggunakan :
1. Landai datar untuk jalan-jalan di atas tanah timbunan yang tidak mempunyai kereb.
Lereng melintang jalan dianggap cukup untuk mengalirkan air di atas badan jalan
dan kemudian kelereng jalan.
2. Landai 0,15 % dianjurkan untuk jalan-jalan di atas tanah timbunan dengan medan
datar dan mempergunakan kereb. Kelandaian ini cukup membantu mengalirkan air
hujan ke inlet atau saluran pembuangan.
3. Landai minimum sebesar 0,3 – 0,5 % dianjurkan dipergunakan untuk jalan-jalan di
daerah galian atau jalan yang memakai kereb. Lereng melintang hanya cukup untuk
mengalirkan air hujan yang jatuh di atas badan jalan, sedangkan landai jalan
dibutuhkan untuk membuat kemiringan dasar saluran samping.

LandaiMaksimum

Kelandaian 3 % mulai memberikan pengaruh kepada gerak kendaraan mobil


penumpang, walaupun tidak seberapa dibandingkan dengan gerakan kendaraan truk
yang terbebani penuh. Pengaruh dari adanya kelandaian ini dapat terlihat dari
berkurangnya kecepatan jalan kendaraan. Kelandaian tertentu masih dapat diterima jika
kelandaian tersebut mengakibatkan kecepatan jalan tetap lebih besar dari setengah
kecepatan rencana.
Untuk membatasi pengaruh perlambatan kendaraan truk terhadap arus lalu-lintas,
maka ditetapkan landai maksimum untuk kecepatan rencana tertentu. Bina Marga (luar
kota) menetapkan kelandaian maksimum seperti pada tabel,5.1. Sebaiknya dipergunakan
kelandaian standar. AASHTO membatasi kelandaian maksimum berdasarkan keadaan
medan apakah datar, perbukitan ataukah pegunungan.

Tabel 5.1
Kelandaian Maksimum Jalan (Traffic Engineering Handbook, 1992 dan PGJLK,
Bina Marga 1990, Rancangan Akhir)
Jalan Arteri luar kota Jalan antar kota
Kecepatan
(AASHTO'90) (Bina Marga)
Rencana
Kelandaian Kelandaian
(km/jam Datar Perbukitan Pegunungan
Maks.Standar (%) Mak.mutlak (%)
40 7 11
50 6 10
64 5 6 8
60 5 9
80 4 5 7 4 8
96 3 4 6
113 3 4 5
Panjang kritis suatu kelandaian

Landai maksimum saja tidak cukup merupakan factor penentu dalam perencanaan
alinyemen vertikal, karena jarak yang pendek memberikan factor pengaruh yang berbeda
dibandingkan dengan jarak yang panjang pada kelandaian yang sama. Kelandaian besar
akan mengakibatkan penurunan kecepatan truk yang cukup berarti jika kelandaian
tersebut dibuat pada jalan yang cukup panjang, tetapi kurang berarti jika panjang jalan
dengan kelandaian tersebut hanya pendek saja.
Batas kritis umumnya diambil jika kecepatan truk berkurang mencapai 30 – 75%
dari kecepatan rencana, atau kendaraan terpaksa mempergunakan gigi rendah.
Pengurangan kecepatan truk dipengaruhi oleh besarnya kecepatan rencana dan
kelandaian. Kelandaian pada kecepatan rencana yang tinggi akan mengurangi kecepatan
truk sehingga berkisar antara 30 - 50% dari kecepatan rencana selama 1 menit
perjalanan. Tetapi pada kecepatan rencana yang rendah, kelandaian tidak begitu
mengurangi kecepatan truk. Kecepatan truk selama 1 menit perjalanan, pada kelandaian
± 10 %, dapat mencapai 75% kecepatan rencana.
Tabel 5.2 memberikan panjang kritis yang disarankan oleh Bina Marga (luar kota),
yang merupakan kira-kira panjang 1 menit perjalanan, dan truk bergerak dengan beban
penuh. Kecepatan truk pada saat mencapai panjang kritis adalah sebesar 15 - 20 km/jam.

Tabel 5.2.
Panjang Kritis untuk Kelandaian yang Melebihi Kelandaian Maksimum Standar
Kecepatan Rencana (Km/Jam)
80 60 30 40 30 20
5% 500 m 6% 500 m 7% 500 m 8% 420 m 9% 340 m 10% 250 m
6% 500 m 7% 500 m 8% 420% 9% 340 m 10% 250 m 11% 250 m
7% 500 m 8% 420% 9% 340% 10% 250 m 11% 250 m 12% 250 m
8% 420 m 9% 340% 10% 250% 11% 250 m 12% 250 m 13% 250 m

Lajur Pendakian

Pada jalan-jalan berlandai dan volume yang tinggi, sering kali kendaraan-kendaraan
berat yang bergerak dengan kecepatan di bawah kecepatan rencana menjadi penghalang
kendaraan lain yang bergerak dengan kecepatan sekitar kecepatan rencana. Untuk
menghindari hal tersebut perlulah dibuatkan lajur pendakian. Lajur pendakian adalah
lajur yang disediakan khusus untuk truk bermuatan berat atau kendaraan lain yang
berjalan dengan kecepatan lebih rendah, sehingga kendaraan lain dapat mendahului
kendaraan yang lebih lambat tanpa mempergunakan lajur lawan.
5.2. LengkungVertikal

Pergantian dari satu kelandaian ke kelandaian yang lain dilakukan dengan


mempergunakan lengkung vertikal. Lengkung vertical tersebut direncanakan sedemikian
rupa sehingga memenuhi keamanan, kenyamanan dan drainage.
Jenis lengkung vertical dilihat dari letak titik perpotongan kedua bagian lurus (tangen),
adalah :
1. Lengkung vertical cekung, adalah lengkung dimana titik perpotongan antara kedua
tangent berada di bawah permukaan jalan.
2. Lengkung vertical cembung, adalah lengkung dimana titik perpotongan antara kedua
tangent berada di atas permukaan jalan yang bersangkutan.

Lengkung vertical dapat berbentuk salah satu dari enam kemungkinan pada gambar 5.1.

Gambar 5.1.
Jenis Lengkung Vertikal Dilihat dari Titik Perpotongan Kedua Tangen.

Lengkung vertikal type a,b dan c dinamakan lengkung vertical cekung.


Lengkung vertikal type d,e dan f dinamakan lengkung vertical cembung.

Persamaan Lengkung Vertikal

Bentuk lengkung vertikal yang umum dipergunakan adalah berbentuk lengkung parabola
sederhana. Tipikal lengkung parabola seperti pada Gambar 5.2.
Gambar 5.2.
Lengkung vertikal parabola

Rumus yang digunakan:


χ = =


y= =
( )

dimana: χ = jarak dari titik P ke titik yang ditinjau pada station (sta.)
y = perbedaan elevasi anatara titik P dan titik yang ditinjau padaSta (m)
L = panjang lengkung vertical parabola yang merupakan jarak proyeksi
dari titik A dan titik Q (Sta)
g1 = kelandaian tangent dari titik P (%)
g2 = kelandaian tangent dari titikQ (%)
(g1 ± g2) = A = perbedaan aljabar untuk kelandaian (%)

Kelandaian menaik (pendakian), diberi tanda( + ), sedangkan kelandaian menurun


(penurunan), diberi tanda ( - ). Ketentuan pendakian atau penurunan ditinjau dari kiri.


Ev =

untuk : x =½L
y = Ev
Lengkung Vertikal Cembung

Ketentuan tinggi menurut Bina Marga untuk lengkung vertical cembung seperti pada
Tabel 5.3.

Untuk Jarak h1 (m) h2 (m)


Pandang Tinggi Mata Tinggi Objek
henti (Jh) 1,05 0,15
mendahului (Jd) 1,05 1,05

Panjang L, berdasarkanJh :
.
Jh< L maka L =

Jh> L maka L = 2 Jh -

Panjang L, berdasarkanJd :
.
Jd< L maka L =

Jd> L maka L = 2 Jh -

Anda mungkin juga menyukai