Anda di halaman 1dari 7

Nama : Jerny Manalu

NIM : 193020501042
Mata Kuliah : Geometri Jalan Raya
Dosen : Ina Elvina, S.T., M.T.

ALINYEMEN VERTIKAL

A. Pengertian Alinyemen Vertikal


Alinyemen vertikal adalah perpotongan bidang vertikal dengan bidang
permukaan perkerasan jalan melalui sumbu jalan untuk jalan 2 lajur 2 arah atau
melalui tepi dalam masing-masing perkerasan untuk jalan dengan median.
Perencanaan alinyemen vertikal dipengaruhi oleh besarnya biaya pembangunan yang
tersedia. Alinyemen vertikal yang mengikuti muka tanah asli akan mengurangi
pekerjaan tanah, tetapi mungkin saja akan mengakibatkan jalan itu terlalu banyak
mempunyai tikungan. Tentu saja ini belum sesuai dengan persyaratan yang diberikan
sehubungan dengan fungsi jalannya. Muka jalan sebaiknya diletakkan sedikit diatas
muka tanah asli sehingga memudahkan dalam pembuatan drainase jalannya, terutama
di daerah yang datar. Pada daerah yang seringkali dilanda banjir sebaiknya
penampang memanjang jalan diletakkan di atas elevasi muka banjir.
Pertimbangan perencanaan alinyemen vertikal meliputi :
- Besarnya biaya pembangunan yang tersedia.
- Persyaratan yang berhubungan dengan fungsi jalan.
- Kondisi tanah dasar.
- Kondisi medan.
- Muka air banjir.
- Muka air tanah'.
- Kelandaian yang masih memungkinkan
Dalam perencaan alinyemen vertikal mengambil spesifikasi Teknis dari bab
perencanaan yaitu besarnya kecepatan rencana 50 km/jam. Besaran kecepatan
rencana ini yang akan dipakai dalam klasifikasi perencanaan alinyemen vertikal
yang akan ditentukan berdasarkan Dirjen Bina Marga “Standar Perencanaan
Geometri untuk Jalan Perkotaan, 1992” adalah sebagai berikut :
a.Panjang lengkung minimum vertikal = 50 meter
b.Jari-jari minimum lengkung vertikal
- Cekung = 1000 meter
- Cembung = 1400 meter
c.Jarak pandang menyiap Adalah jarak pandang yang dibutuhkan sehingga aman
dalam melakukan gerakan menyiap dalam keadaan normal. Besarnya jarak
pandang menyiap untuk mengurangi kejutan dalam berkendara.
Faktor-faktor yang memperngaruhi desainAlinyemenVertikal Jalan :
1. Kondisi Lapisan Tanah sepanjang Badan Jalan
Karakteristik BadanJalan didapatkan dari Uji Pemboran atau Geo Listrikdan
secara rinci bias didapatkan dari Standar Penetration Test (SPT) sertaUji
Lab terhadap benda Uji Undisturbed. Informasi karakteristik BadanJalan
akan memberikan masukkan informasi kepada perencana terkautdengan Jenis
Perkerasan serta banyaknya galian maupun timbunan yangdiperlukan.
2. Kondisi Tanah disekitar daerah Galian.
Kondisi tanah pada segmen Galian ini, diperlukan agar perencana
mempertimbangkan :
a). Kestabilan lereng daerah Galian.
b). Keberadaan wilayah Aquifer yang sering menjadi masalah dikemudianhari.
c). Rembesan air (seepage) pada daerah lereng.
3. Muka Air Tanah dan Muka Air banjir.
Posisi Muka Air Tanah/Muka Air Banjir terhadap Perkerasan
Jalan,diperlukan perencana pada saat menentukan system Drainase Jalan
padabagian segmentersebut.
4. Fungsi Jalan.
Fungsi jalan mewakili karakter lalu-lintas yang akan melewati ruas
jalan.Jalan Arteri dengan karakteristik Kendaraan spt : kecepatan
Tinggi,kendaraan barang dengan volume besar tentunya memerlukan
desaingeometrik yang berbeda misalnya dengan jalan Lokal dengan
cirikendaraan lambat dan volume barang yang relative sedikit.
Terutamaterkait dengan kelandaian jalan.
5. Keseimbangan Antara galian dan Timbunan.
Keseimbangan antara galian dan timbunan lebih menekankan pada
nilaikeekonomian pembangunan jalan.
6. Pertimbangan Lingkungan.Alinyemen
Vertikal seyogyanya didesain dengan mempertimbangkantuntutan lalu-lintas
untuk masa yang akan dating, dan juga tidak merusaklingkungan jalan yang
ada.1.K

B. Kelandaian pada Alinyemen Vertikal


Kelandaian jalan adalah naik atau turunnya jalan yang dinyatakan dalam ± %.
Kelandaian + % berarti jalan itu naik. "kelandaian - % berarti jalan itu turun. Antara
kelandaian-kelandaian tersebut dihubungkan dengan suatu lengkungan vertikal yang
berbentuk lengkungan parabola sederhana simetris.
1. Landai minimum
Berdasarkan kepentingan arus lalu lintas, landau ideal adalah landai datar (0%).
Dalam perencanaan disarankan menggunakan
a. Landau datar untuk jalan – jalan di atas timbunan yang tidak mempunyai
kereb. Lereng melintang jalan dianggap cukup untuk mengalirkan air di atas
badan jalan dan kemudian di lereng jalan.
b. Landau 0,15% dianjurkan untuk jalan – jalan di atas timbunan dengan medan
datar dan mempergunakan kereb. Kelandaian ini cukup membantu
mengalirkan air hujan ke inlet atau saluran pembuangan.
c. Landai minimum sebesar 0,3 – 0,5% dianjurkan dipergunakan untuk jalan –
jalan di daerah galian atau jalan yang menggunakna kereb. Lereng melintang
hanya cukup mengalirkan air hujan yang jatuh di atas badan jalan, sedangkan
landai jalan yang dibutuhkan untuk membuat kemiringan dasar saluran
samping.
2. Landai maksimum
Kelandaian maksimum adalah kelandaian yang memungkinkan kendaraan
bergerak terus tanpa kehilangan kecepatan yang berarti. Di asumsikan untuk
Truk yang bermuatan penuh dengan penurunan kecepatan masih lebih
atausama dengan 50 % dari kecepatan awal.
AASHTO membatasi kelandaian maksimum 5% untuk kecepatan rencana
110Km/jam, dan 7–12 % untuk kecepatan rencana 50 Km/jam. Kelandaian
maksimum dipengaruhi oleh kondisi medan dimana jalan tersebut
berada,dibedakan berdasarkan kemiringan medan yang diukur tegak lurus sumbu
jalandan dibedakan antara Medan Datar, Perbukitan dan Pergunungan.
C. Panjang Kritis
Panjang pendakian yang dianggap maksimum atau biasa disebut istilah
panjang kritis adalah panjang pendakian yang menyebabkan pengurangan kecepatan
kendaraan truk yangbermuatan penuh sampai suatu batas tertentu yang dianggaptidak
akan memberikan pengaruh yang berarti pada jalannyaharus lalu lintas secara
keseluruhan. Panjang kritis dimaksudkan sebagai panjang pendakian yang diukur
padabagian tangen dari suatu alinyemen vertikal.

D. Lengkung Vertikal
Lengkungan Vertikal pada jalan raya merupakan lengkungan yang dipakai untuk
mengadakan peralihan secara berangsur-angsur dari suatu landai ke landai berikutnya.
Tujuan lengkung vertikal:
- mengurangi goncangan akibat perubahan kelandaian dan
- menyediakan jarak pandangan henti.
Pergantian dari satu kelandaian ke kelandaian yang lain dilakukan
denganmenggunakan lengkungvertikal. Titik perpotongan dua bagian
tangentvertikaldinamakan Titik Perpotongan Vertikal (TPV), dikenal dengan
nama Point of Vertikal Intersection (PVI) atau sering disebut Poin Perpotongan
Vertikal (PPV).
Lengkung Vertikal berbentuk lengkung parabola sederhana. Penentuan
panjanglengkungvertikaldan elevasi setiap titik pada lengkung digunakan
asumsisebagai berikut:a)Panjang lengkungvertikalsama dengan panjang proyeksi
lengkungvertikal.b)Titik PPV terletak di tengah-tengah garis proyeksi
lengkungvertikal. 
Lengkung vertikal dengan lengkung parabola sederhana dengan pertimbangan :
• Volume pekerjaan tanah
• Panjang jarak pandangan yang dapat diperoleh pada setiaptitik pada lengkungan
vertikal.
• Kenyamanan untuk pemakai jalan.
• Perhitungannya mudah.

1. Lengkung vertikal cembung


Lengkung Vertikal Cembung, adalah lengkung dimana titik PPV berada
diataspermukaan jalan.Lengkung Vertikal Cembung dirancang berbentuk
parabola, sedangkan panjanglengkung ditentukan dengan memperhatikan hal
halsebagai berikut:
a. Jarak pandang.
Panjang lengkung vertikal berdasarkan jarak pandang
- Jarak pandang lebih Pendek dari panjang Lengkungdan beradaseluruhnya
dalam daerah Lengkung (S<L)
- Jarak Pandang Lebih panjang dari Panjang Lengkung dan berada diluar
dan dalam daerah lengkung (S>L).
b. Drainase
Panjang lengkung vertikal berdasarkan kebutuhan drainase
Jika panjang lengkung vertical cembung relative panjang dandatar maka
akan menimbulkan masalah pada drainase apabila disepanjang jalan
dipasang Kerb, karena air disamping jalan tidak lancar mengalir
c. Kenyamanan
Panjanglengkung vertikal berdasarkan kenyamanan pengguna jalan
Untuk mengurangi dampak gaya sentrifugal yang berlebihansehingga
memberikan kenyamanan kepada pengguna jalan,maka panjang
AASHTO menetapkan Panjang Lengkung Vertikal Minimum berdasarkan
persamaan dibawah ini, dan juga garis putus-putus mulai dari garis untuk
kecepatan = 70 Km/jam kekiri pada gambar (4.2h) diatas :
Lminimum= 0,6 V
Dengan :
L= Panjang Lengkung Vertikal Cembung minimum, m
V= Kecepatan Rencana, Km/Jam.Penetapan
Panjang Lengkung Vertikal berdasarkan jarak pandang
mendahului, tidak dipakai kaarena akan menghasilkan nilai L yang lebih
besar, sehingga berdmpak pada membesarnya biaya konstruksi ruas jalan
tersebut.

2. Lengkung vertikal cekung


Lengkung vertical cekung, adalah lengkung dimana titik PPV berada dibawah
permukaan jalan.Panjang Lengkung Vertikal Cekung mempertimbangkan
beberapa hal :
a. Jarak pandang dimalam hariPengemudi pada saat melewati lengkung vertical
Cekung padasiang hari tidak akan terhalangi,namun pada malam hari
maka jangkauan lampu kendaraan akan terbatas.Ilustrasi pengaruh jarak
pandang sinar lampu kendaraan padamalam hari, dengan asumsi tinggi
lampu depan 60 cm dengansudut penyebaran sebesar 1° digambarkan
pada gambar dibawahini.
b. Kebutuhan drainase Perhatian terhadap drainase Jalan terutama jika
panjang lengkungvertikalcekung melampaui 51A. Oleh sebab itulah
AASHTO membatasi agar perencana membatasi PanjangLengkung
Vertikalcekung kurang dari 51A. Lihat Gambar diatas.Upaya yang bisa
dilakukan adalah pembuatan Kerb bersaluran,lubang inlet pada tempat yang
memungkinkan.
c. Kenyamanan pengemudi
Gaya sentrifugal dan Gravitasi dapat berdampak ketidaknyamananpada
pengemudi dan penumpang kendaraan. Panjang LengkungVertikal Cekung
minimum berdasarkan AASHTO 2004 mengikuti persamaan sebagai
berikut:
L = AV2/395
Dimana : V= Kecepatan rencana, Km/jam
A= Perbedaan aljabar landai.
L= Panjang Lengkung Vertikal Cekung, m.
d. Bentuk visual lengkung vertikal cekung
AASHTO 2004 memberikan batasan bentuk lengkung vertical dengan
panjang minimum L = K.A, dengan K = 30. PanjangLengkung
Vertikal Minimum berdasarkan bentuk visual lengkung adalah :
Lmin= 30 A
Batasan ini dapat dilihat pada gambar34dengan garis terputusputus
e. Jarak pandang bebas dibawah bangunan pada lengkung vertical cekung
Pada saat kendaraan melalui lintasan bawah Jembatan
Penyeberangan, viaduct dll, perencana perlu mengecek jarak pandang
cekung karena bangunan tersebut sering menghalangi jarak pandang
pengemudi. Terutama apabila bangunan dimaksudtepat berada pada titik
PPV.
Posisi Jarak pandang yang perlu dipertimbangkan oleh perencana adalah
- Jarak pandang S < L
- Jarak pandang bebas S > L

Anda mungkin juga menyukai