Anda di halaman 1dari 33

TUGAS GEOMETRI JALAN RAYA

SURVEY KINERJA ALINYEMEN


VERTIKAL TANJAKAN TANAH
PUTIH SEMARANG
KELOMPOK 2
1. RUTH PANJAITAN 21010115120004
2. RADEN ANANDITYO 21010115120010
3. RIZKI FATMAWATI 21010115120013
4. SITI RAHMAH 21010115120015
5. M. RIZKI ZULFIKAR 21010115120017
6. JONI ISMANTO 21010115120020
7. WINDA F. HUTAGALUNG 21010115120022
8. ANANDA DWI S.K. 21010115120025
9. GANDHES F. 21010115120029
10. SRI NOVITA S. 21010115120064
11. AMALIA MAHARDIKA 21010115120065
12. PUTERI FAUZIAH 21010115120070
13. NOVIANA PANGESTI W. 21010115120071
14. RIFQI REZA P. 21010115120072
15. NANDA ASHARIA F. 21010115120079
16. ARIF JUNI A. 21010115120080
17. ANTIKA DIAH C. 21010115120082
18. FREDERICK EDWIN 21010114120140
19. Resi Ayu A 21010113120071
20. Intan Fauziah R 21010112120033
BAB 1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Dalam pemenuhan kebutuhan pembagunan jalan raya perlu diperhatikan
perencanaan Geometrik Jalan Raya yang merupakan rancangan arah dan
visualisasi dari trase jalan agar jalan memenuhi persyaratan, aman, nyaman,dan
efisien. Parameter-parameter yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan
jalan antara lain medan atau topografi, perpotongan dengan sungai, daerah
aliran sungai, daerah lahan kritis, material, galian-timbunan, pembebasan lahan,
sosial, dan lingkungan. Parameter-parameter tersebut dapat berpengaruh pada
penetapan trase jalan karena akan mempengaruhi penetapan alinyemen vertikal.
Bertambahnya jumlah dan kualitas kendaraan, berkembangnya pengetahuan
tentang kelakuan serta meningkatnya jumlah kecelakaan, menuntut perencanaan
geometrik supaya memberikan pelayanan maksimum dengan keadaan bahaya
minimum dan biaya wajar, salah satunya dalam perancangan alinyemen vertikal.
dimana perencanaan komponen tersebut mempengaruhi kinerja sautu jalan.
RUMUSAN MASALAH
1. Apakah kondisi jalan yang ditinjau sudah memenuhi prinsip dasar merancang alinyemen
vaerikal ?
2. Bagaimana pengaruh alinyemen vertikal terhadap kinerja jalan?
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud
Maksud pembuatan paper ini adalah untuk menerapan fungsi ilmu geometri jalan raya
khususnya berkenaan dengan prinsip dasar merancang alinyemen horizontal untuk jalan
raya, serta untuk memenuhi tugas kecil mata kuliah Geometri Jalan Raya.
Tujuan
1. Mengetahui kondisi jalan dan keadaan lalu lintasnya pada jalan yang ditinjau,
2. Menambah pengetahuan tentang jalan dan keadaan lalu lintas yang memenuhi
standar,
3. Mencari solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada.
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup yang ada pada paper ini adalah mengenai komponen-komponen
dalam menentukan alinyemen vertikal dan kinerja jalan akibat pengaruh alinyemen vertikal.
MANFAAT

Bagi para mahasiswa khususnya yang berminat di bidang


transportasi agar dapat mengetahui bagaimana kondisi jalan dan
lalu lintas yang sesuai dengan standart Perancangan Geometri Jalan,
khususnya untuk perancangan alinyemen vertikal.
Bagi khalayak umum dapat menambah wawasan mengenai
perencanaan teknik suatu jalan.
BAB 2
LANDASAN TEORI
ALINYEMEN VERTIKAL
perpotongan bidang vertikal dengan bidang permukaan
perkerasan jalan melalui sumbu jalan untuk jalan 2 lajur 2 arah atau
melalui tepi dalam masing – masing perkerasan untuk jalan dengan
median.
Perencanaan alinyemen vertikal dipengauhi oleh besarnya biaya
pembangunan yang tersedia. Alinyemen vertikal yang mengikuti muka tanah
asli akan mengurangi pekerjaan tanah, tetapi mungkin saja akan
mengakibatkan jalan itu terlalu banyak mempunyai tikungan.
alinyemen vertikal sangat dipengaruhi oleh berbagai
pertimbangan seperti :
1. Kondisi tanah dasar
2. Keadaan medan
3. Fungsi jalan
4. Muka air banjir
5. Muka air tanah
6. Kelandaian yang masih memugkinkan
PARAMETER PERENCANAAN
ALINYEMEN VERTIKAL
1. Landai Minimum
2. Landai Maksimum
3. Panjang kristis suatu kelandaian
4. Lajur Pendakian
LANDAI MINIMUM
Berdasarkan kepentingan arus lalu lintas, landai ideal adalah landai datar (0%).
Sebaliknya ditinjau dari kepentingan drainase jalan, jalan berlandailah yang ideal. Dalam
perencanaan disarankan menggunakan :
a) Landai datar untuk jalan – jalan di atas tanah timbunan yang tidak mempunyai kereb.
Lereng melintang jalan dianggap cukup untuk mengalirkan air di atas badan jalan dan
kemudian ke lereng jalan.
b) Landai 0,15 % dianjurkan untuk jalan – jalan di atas tanah timbunan dengan medan
datar dan mempergunakan kereb. Kelandaian ini cukup membantu mengalirkan air
hujan ke inlet atau saluran pembuangan.
c) Landai minimum sebesar 0,3 – 0,5 % dianjurkan dipergunakan untuk jalan – jalan di
daerah galian atau jalan yang memakai kereb. Lereng melintang hanya cukup untuk
mengalirkan air hujan yang jatuh di atas badan jalan, sedangkan landai jalan yang
dibutuhkan untuk membuat kemiringan dasar saluran samping.
(Sumber: Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan Raya, Silvia Sukirman)
LANDAI MAKSIMUM
Kelandaian 3 % mulai memberikan pengaruh kepada gerak kendaraan mobil
penumpang, walaupun tidak seberapa dibandingkan dengan gerakan kendaraan truk
yang terbebani penuh. Pengaruh dari adanya kelandaian ini dapat terlihat dari
berkurangnya kecepatan jalan kendaraan atau mulai dipergunakannya gigi rendah.
Kelandaian tertentu masih dapat diterima jika kelandaian tersebut mengakibatkan
kecepatan jalan tetap lebih besar dari setengah keepatan rencana.
Untuk membatasi pengaruh perlambatan kendaraan truk terhadap arus lalu lintas,
maka ditetapkan landai maksimum untuk kecepatan rencana tertentu. Bina Marga (luar
kota) menetapkan kelandaian maksimum seperti pada tabel 5.1, yang dibedakan atas
kelandaian maksimum stndar dan kelandaian maksimum mutlak. Jika tidak terbatasi oleh
kondisi keuangan, maka sebaiknya dipergunakan kelandaian sandar. AASHTO membatasi
kelandaian maksimum berdasarkan keadaan medan apakah datar, perbukitan ataukah
pegunungan.
(Sumber: Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan Raya, Silvia Sukirman)
PANJANG KRITIS SUATU KELANDAIAN
Faktor gesekan melintang adalah perbandingan antara gaya gesekan melintang
yang timbul antara ban dan permukaan jalan dengan gaya normal yang berkerja.
Besarnya faktor gesekan melintang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: jenis
dan kondisi ban, kondisi permukaan jalan, kecepatan kendaraan, kondisi cuaca.
Berdasarkan TEH 92’, besarnya faktor gesekan melintang dihitung dengan persamaan
berikut:
Fm : -0.00065 + 0.192 (Untuk Vr = 40-80 km/jam)
Fm : -0.00125 + 0.240 (Untuk Vr = 80-120 km/jam)
Harga fm lebih rendah pada kecepatan rendah lebih dianjurkan karena pengendara
kerap kali melampaui kecepatan rencana yang rendah.
Landai maksimum saja tidak cukup merupakan fator penentu dalam perencanaan
alinyemen vertikal, karena jarak yang pendek memberikan faktor pengaruh yang berbeda
dibandingkan dengan jarak yang panjang pada kelandaian yang sama. Kelandaian besar
akan mengakibatkan penurunan kecepatan truk dan cukup berarti jika kelandaian
tersebut dibuat pada panjang jalan yang cukup panjang, tetapi kurang berarti jika
panjang jalan dengan kelandaian tersebut hanya pendek saja.

Tabel Kelandaian Maksimum Jalan


Sumber Traffic Engineering Handbook,
1992 dan PGJLK, Bina Marga ‘1990
(Rancangan Akhir)
LAJUR PENDAKIAN
Pada jalan – jalan berlandai dan volume yang tinggi, seringkali kendaraan berat yang bergerak
dengan kecepatan di bawah kecepatan rencana menjadi penghalang kendaraan lain yang
bergerak dengan kecepatan sekitar kecepatan rencana.
Untuk menghindari hal tersebut perlulah dibuatkan lajur pendakian. Lajur pendakian adalah lajur
yang disediakan khusus untuk truk bermuatan berat atau kendaraan lain yang berjalan dengan
kecepatan yang lebih rendah, sehingga kendaraan lain dapat mendahului kendaraan yang lebih
lambat tanpa mempergunakan lajur lawan.

Tabel Panjang Kritis untuk Kelandaian yang


Melebihi Kelandaian Maksimum Standar

(Sumber: Dasar-dasar Perencanaan Geometri


Jalan, hal 142-147)
LENGKUNG VERTIKAL

Pergantian dari satu kelandaian ke kelandaian yang lain


dilakukan dengan mempergunakan lengkung vertikal. Lengkung
vertikal tersebut direncanakan sedemikian rupa sehingga memenuhi
keamanan, kenyamanan dan drainase.
Jenis lengkung vertikal dilihat dari letak titik perpotongan kedua bagian
lurus (tangen), adalah :
1. Lengkung vertikal cekung
2. Lengkung vertikal cembung
LENGKUNG VERTIKAL CEMBUNG
Bentuk lengkung vertikal seperti yang diuraikan terdahulu, berlaku untuk
lengkung vertikal cembung atau lengkung vertikal cekung. Hanya saja untuk
masing – masing lengkung terdapat batasan – batasan yang berhubungan
dengan jarak pandangan.
Pada lengkung vertikal cembung, pembatasan berdasarkan jarak
pandangan dapat dibedakan atas 2 keadaan yaitu :
1. Jarak pandangan berada seluruhnya dalam daerah lengkung (S<L).
2. Jarak pandangan berada di luar dan di dalam daerah lengkung (S>L).

Gambar Jarak Pandangan pada Lengkung Vertikal Cembung (S<L) Gambar Jarak Pandangan pada Lengkung Vertikal Cembung (S>L)
Panjang lengkung vertikal cembung berdasarkan kebutuhan akan drainase
Lengkung vertikal cembung yang panjang dan ralatif datar dapat menyebabkan
kesulitan dalam masalah drainase jika disepanjang jalan dipasang kereb. Air di samping
jalan tidak mengalir lancar. Untuk menghindari hal tersebut di atas panjang lengkung
vertikal biasanya dibatasi tidak melebihi 50 A.
Persyaratan panjang lengkung vertikal cembung sehubungan dengan drainase : L = 50 A

Panjang lengkung vertikal cembung berdasarkan kenyamanan perjalanan


Panjang lengkung vertikal cembung juga harus baik dilihat secara visual. Jika
perbedaan aljabar landai kecil, maka panjang lengkung vertikal yang dibutuhkan
pendek, sehingga alinyemen vertikal tampak melengkung. Oleh karena itu disyaratkan
panjang lengkung yang diambil untuk perencanaan tidak kurang dari 3 detik perjalanan.
LENGKUNG VERTIKAL CEKUNG
Disamping bentuk lengkung yang berbentuk parabola sederhana,
panjang lengkung vertikal cekung juga harus dientukan dengan
memperhatikan :
• Jarak penyinaran lampu kendaraan
• Jarak pandangan bebas di bawah bangunan
• Persyaratan drainase
• Keluwesan bentuk
Jarak penyinaran lampu kendaraan Jangkauan lampu depan kendaraan
pada lengkung vertikal cekung merupakan batas jarak pandangan yang
dapat dilihat oleh pengemudi pada malam hari. Di dalam perencanaan
umumnya tinggi lampu depan diambil setiggi 60 cm, dengan sudut
penyebaran sebesar 1°.
Letak penyinaran lampu dengan kendaraan dapat dibedakan atas 2
keadaan yaitu :
1. Jarak pandangan akibat penyinaran lampu depan S< L.
2. Jarak pandangan akibat penyinaran lampu depan S> L.
Gambar Lengkung Vertikal Cekung dengan Gambar 2.7 Lengkung Vertikal Cekung dengan
Jarak Pandangan Penyinaran Depan S<L Jarak Pandangan Penyinaran Lampu Depan (S>L)
Jarak pandangan bebas di bawah bangunan pada lengkung vertikal cekung
Jarak pandangan bebas pengemudi pada jalan raya yang melintasi bangunan
– bngunan lain seperti jalan lain, jembatan penyeberangan, viaduct, equaduct,
seringkali terhalangi oleh bagian bawah bangunan tersebut.
Panjang lengkung vertikal cekung minimum diperhitungkan berdasarkan jarak
pandangan henti minimum dengan mengabil tinggi mata pengemudi truk yaitu 1,80
m dan tinggi objek 0,50 m (tinggi lampu belakang kendaraan).
Ruang bebas vertikal minimum 5 m, disarankan mengambil yang lebih besar
untuk perencanaan yaitu ± 5,5 m, untuk memberi keungkinan adanya lapisan
tambahan dikemudian hari.

Gambar Jarak Pandangan Bebas di bawah Gambar 2.9 Jarak Pandang Bebas di bawah
Bangunan Pada Lengkung Vertikal Cekung dengan Bangunan pada Lengkung Vertikal Cekung dengan
(S<L) (S>L)
Bentuk visual lengkung vertikal cekung
Adanya gaya sentrifugal dan gravitasi pada lengkung vertikal cekung menimbulkan rasa
tidak nyaman kepada pengemudi. Panjang lengkung vertikal cekung minimum yang dapat
memenuhi syarat kenyamanan adalah :

Dimana :
V = kecepatan rencan, km/jam.
A = perbedaan aljabar landai.
L = panjang lengkung vertikal cekung

Kenyamanan mengemudi pada lengkung vertikal cekung


Panjang lengkung vertikal cekung dengan mempergunakan persamaan (36) pendek jika
perbedaan kelandaiannya kecil. Hal ini akan mengakibatkan alinyemen vertikal kelihatan
melengkung. Untuk menghindari hal itu, panjang lengkung vertikal cekung diambil ≥ 3 detik
perjalanan
BAB 3
PEMBAHASAN
KONDISI JALAN

Gambar 3.3. Kondisi TanjakanGambar


danTurunan - IITanjakan dan Turunan – I
Kondisi
Gambar Tampak Atas (Google Earth) Jl. Dr. Wahidin (Tanah
Putih ), Semarang
Jalan ini memiliki tipe jalan 4/2 UD,
Tanjakan-turunan curam
Perubahan kelandaian terlihat jelas
Terjadi kira-kira 2 perubahan kelandaian pada ruas jalan yang diamati
Daerah bebas samping sangat sedikit
BERDASARKAN
HASIL Jarak pandang pada saat perubahan kelandaian cukup kecil
PENGAMATAN Tidak terdapat tikungan berganda berbalik arah secara mendadak

Cembungan dan cekungan cenderung terlihat terasa


Hambatan samping pada ruas jalan yang diamati karena hambatan
samping relatif kecil, karena di kedua sisi jalan terdapat tebing
Berdasarkan hasil wawancara dengan penjaga vihara putih yang
sedang bertugas, didapat informasi bahwa sering terjadi kecelakaan
sebelumnya saat kendaraan relatif berhorse power rendah karena
tidak sanggup menanjak atau rem blong saat menurun
ANALISIS MASALAH

Kelandaian Memanjang

Tipe Jalur Lalu Lintas Panjang Kritis

Jarak Pandang Henti


SOLUSI PERMASALAHAN
1. Penggunaan median sementara pada turunan-tanjakan untuk mengurangi kendaraan yang memotong jalan dengan
mendadak karena pelebaran jalan tidak memungkinkan lagi melihat lahan sekitar jalan sudah banyak didirikan
bangunan,
2. Peninggian perkerasan jalan untuk memperkecil kelandaian jalan,
3. Pemberikan marka dan rambu, seperti: rambu peringatan turunan-tanjakan curam,
BAB 4
PENUTUP
KESIMPULAN

Kondisi Jalan Dr Wahidin Semarang pada saat ini, jika dilihat dari kondisi geometrik jalannya masih memiliki
kekurangan di beberapa bagian. Beberapa permasalahan yang ada misalnya turunan-tanjakan tajam, daerah bebas
samping dan jarak pandang henti cukup kecil saat tanjakan terutama jarak pandang menyiap, overlap alinyemen
vertikal dan horizontal. Maka perlu diadakan pengkajian ulang terkait dengan kondisi ruas jalan yang sesuai dengan
prinsip dasar perancangan alinyemen vertikal untuk jalan raya, mengingat tanjakan tanah putih jalan Dr. Wahidin
yang banyak dilewati oleh pengguna jalan.
SARAN

Sebaiknya dalam perancangan alinyemen vertikal untuk jalan raya harus


sangat memperhatikan prinsip - prinsip dasar yang harus dipenuhi, serta
memperhatikan peningkatan jalan dimasa mendatang agar permasalahan dapat
diantisipasi dengan baik sehingga tidak sampai menyebabkan banyak korban.
KESIMPULAN

Kondisi Jalan Dr Wahidin Semarang pada saat ini, jika dilihat dari kondisi geometrik jalannya
masih memiliki kekurangan di beberapa bagian. Beberapa permasalahan yang ada misalnya
turunan-tanjakan tajam, daerah bebas samping dan jarak pandang henti cukup kecil saat
tanjakan terutama jarak pandang menyiap, overlap alinyemen vertikal dan horizontal. Maka
perlu diadakan pengkajian ulang terkait dengan kondisi ruas jalan yang sesuai dengan prinsip
dasar perancangan alinyemen vertikal untuk jalan raya, mengingat tanjakan tanah putih jalan
Dr. Wahidin yang banyak dilewati oleh pengguna jalan.

Saran
SARAN

Sebaiknya dalam perancangan alinyemen vertikal untuk jalan raya harus


sangat memperhatikan prinsip - prinsip dasar yang harus dipenuhi, serta
memperhatikan peningkatan jalan dimasa mendatang agar permasalahan dapat
diantisipasi dengan baik sehingga tidak sampai menyebabkan banyak korban.

Anda mungkin juga menyukai