LALU LINTAS
Materi: 03
Jalan Luar Kota
JALAN LUAR KOTA
MKJI-1997
1. PENDAHULUAN
1.1. Lingkup Dan Tujuan
• Bagian ini memuat prosedur perhitungan kapasitas dan ukuran kinerja untuk jalan luar kota.
• Penggunaan: prosedur perhitungan dapat digunakan untuk:
o Analisa operasional, perencanaan dan perancangan jalan pada alinyemen datar, bukit atau gunung.
o Analisa operasional perencanaan dan perancangan pada suatu kelandaian tertentu (misalnya lajur
pendakian).
• Prosedur dalam manual diterapkan pada perhitungan segmen jalan luar kota;
• Segmen jalan didefinisikan sebagai suatu panjang jalan:
o di antara dan tak terpengaruh oleh simpang utama, dan
o mempunyai rencana geometrik dan arus serta komposisi lalu-lintas yang serupa di seluruh
panjangnya.
1.2. Karakteristik Jalan
1. Geometri
3. Pengendalian lalu lintas
• Lebar jalur lalu lintas
• Pengendalian kecepatan, pergerakan
• Bahu
kendaraan berat, parkir, dsb akan
• Median
mempengaruhi kapasitas jalan.
• Lengkung vertikal
4. Aktivitas samping jalan (Hambatan
• Lengkung horizontal
samping)
• Jarak pandang
5. Fungsi jalan dan guna lahan
2. Arus, Komposisi dan pemisahan arah
6. Populasi, Pengemudi dan kendaraan
• Pemisahan arah lalu lintas
• Komposisi lalu lintas
2. METODOLOGI
2.1. Pendekatan Umum
• Prosedur perhitungan, secara umum mirip dengan U.S. Highway Capacity Manual 1985 (US-HCM, revisi
1994).
• Secara terinci, prosedur dan variabel tersebut tidak sama.
1. Tipe Perhitungan
• Analisa perancangan: untuk memperkirakan jumlah lajur yang diperlukan untuk jalan
rencana, tetapi nilai arus diberikan hanya berupa perkiraan LHRT.
3. Periode Analisa
Analisa kapasitas jalan dilakukan untuk periode satu jam puncak.
• Untuk jalan terbagi, analisa dilakukan terpisah pada masing-masing arah lalu-lintas, seolah-olah
masing-masing arah merupakan jalan satu arah yang terpisah.
2.2. Variabel
• Nilai arus lalu-lintas (Q) mencerminkan komposisi lalu-lintas, dengan satuan mobil penumpang
(smp). Semua nilai arus lalu-lintas (per arah dan total) diubah menjadi satuan mobil penumpang
(smp) dengan menggunakan ekivalensi mobil penumpang (emp).
• Pengaruh kehadiran kendaraan tak bermotor dimasukkan sebagai kejadian terpisah dalam
faktor penyesuaian hambatan samping.
• Ekivalensi mobil penumpang (emp) untuk masing-masing tipe kendaraan tergantung pada tipe
jalan, tipe alinyemen dan arus lalu-lintas total yang dinyatakan dalam kendaraan/jam.
2. Kecepatan Arus Bebas
Kecepatan arus bebas (FV) didefnisikan sebagai kecepatan pada tingkat arus nol, yaitu kecepatan yang
akan dipilih pengemudi jika mengendarai kendaraan bermotor tanpa dipengaruhi oleh kendaraan
bermotor lain di jalan.
dimana:
FV = Kecepatan arus bebas kendaraan ringan pada kondisi lapangan (km/jam)
FVO = Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan pada jalan yang diamati
FVW = Penyesuaian kecepatan akibat lebar jalan (km/jam)
FFVSF = Faktor penyesuaian akibat hambatan samping dan lebar bahu atau jarak kereb penghalang
FFVRC = Faktor penyesuaian akibat kelasa fungsi jalan dan guna lahan
3. Kapasitas
dimana:
C = Kapasitas (smp/jam)
CO = Kapasitas dasar (smp/jam)
FCW = Faktor penyesuaian lebar jalan
FCSP = Faktor penyesuaian pemisahan arah (hanya untuk jalan tak terbagi)
FCSF = faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan
4. Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan (DS) didefinisikan sebagai rasio arus terhadap kapasitas, digunakan
sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja simpang dan segmen jalan.
DS = Q / C
5. Kecepatan
• Manual menggunakan kecepatan tempuh sebagai ukuran utama kinerja segmen jalan;
V = L / TT
dimana:
V = Kecepatan rata-rata ruang LV (km/jam)
L = Panjang segmen (km)
TT = Waktu tempuh rata-rata LV sepanjang segmen (jam)
6. Derajat Iringan
Derajat iringan yg terjadi: rasio arus kendaraan yang bergerak dalam peleton terhadap arus
total.
1. Hubungan kecepatan-arus-kerapatan
• Prinsip dasar analisa kapasitas segmen jalan adalah kecepatan berkurang jika arus bertambah.
• Pengurangan kecepatan akibat penambahan arus adalah kecil pada arus rendah tetapi lebih besar
pada arus yang lebih tinggi.
• Dekat kapasitas, pertambahan arus yang sedikit akan menghasilkan pengurangan kecepatan yang
besar.
2.4. Karakteristik Geometrik
1. Tipe Medan
2. Tipe Jalan
a. Jalan dua-lajur, dua-arah tak terbagi (2/2 UD)
b. Jalan empat-lajur dua-arah tak terbagi (4/2 UD)
c. Jalan empat-lajur dua-arah terbagi (4/2 D)
d. Jalan enam-lajur dua-arah terbagi (6/2 UD)
2.5. Panduan Rekayasa Lalu Lintas
1. Tujuan
Untuk membantu dalam memilih penyelesaian yang tepat masalah umum perancangan,
perencanaan dan operasional dengan menyediakan saran-saran tentang rentang arus lalu-lintas
yang layak untuk tipe dan denah standar jalan pada alinyemen datar, bukit dan gunung dan
penerapannya pada berbagai kondisi arus.
Saran-saran, diantaranya:
• Perencanaan jalan baru sebaiknya didasarkan pada analisa biaya siklus hidup;
• Untuk analisa operasional dan peningkatan jalan luar kota yang sudah ada, saran diberikan
dalam bentuk perilaku lalu-lintas sebagai fungsi arus pada keadaan standar
• Saran berkaitan dengan rencana detail dan pengaturan lalu-lintas:
o Pengaruh perubahan rencana geometrik dan pengaturan lalu-lintas terhadap keselamatan lalu
lintas dan asap kendaraan.
o Rencana detail yang berkaitan dengan kapasitas dan keselamatan.
o Perlu tidaknya lajur pendakian pada kelandaian khusus.
2. Standar tipe jalan dan penampang melintang
Tabel:
Definisi tipe penampang
melintang jalan yang
digunakan pada bagian
panduan
3. Pemilihan tipe dan penampang
melintang jalan
a. Umum:
• Manual ini mempertimbangkan fungsi
jalan (arteri), kelas jalan dan tipe
alinyemen jalan (datar, bukit, gunung).
b. Pertimbangan Ekonomi:
• Ambang arus lalu-lintas tahun 1 untuk
perencanaan yang paling ekonomis dari
jalan yang baru berdasarkan analisa biaya
siklus hidup (BSH) diberikan pada Tabel.
c. Perilaku lalu lintas:
e. Pertimbangan lingkungan
• Pada arus lalu-lintas yang tetap, emisi ini berkurang dengan berkurangnya kecepatan asalkan jalan tersebut tidak
macet.
• Jika arus lalu-lintas mendekati kapasitas (derajat kejenuhan > 0,8), kondisi arus tersendat "berhenti dan
berjalan" yang disebabkan oleh kemacetan menyebabkan bertambahnya emisi gas buang dan juga kebisingan jika
dibandingkan dengan perilaku lalu-lintas yang stabil.
• Alinyemen jalan yang tidak baik, seperti tikungan tajam dan kelandaian curam, menambah emisi gas buangan dan
kebisingan.
4. Rencana Detail
• Pada jalan dua lajur, dua arah tak-terbagi (2/2 UD) pada alinyemen bukit dan gunung dengan ruas
tanjakan yang panjang, akan menguntungkan jika menambah lajur pendakian untuk menaikkan
kondisi lalu-lintas yang aman dan efisien.
Panduan berikut untuk menentukan kapan lajur pendakian dapat dibenarkan secara ekonomis
yang dibuat berdasarkan analisa biaya siklus hidup.
2.6. Ringkasan Prosedur Perhitungan
a. Alinyemen Horizontal
Buat sketsa segmen jalan yang diamati dengan
menggunakan ruang yang tersedia pada Formulir c. Alinyemen Vertikal
IR-1. • Buatlah sketsa penampang vertikal jalan
bebas hambatan dengan skala memanjang
b. Kelas Jarak Pandang yang sama dengan alinyemen horisontal di
atasnya.
• Catatlah kelandaian dalam % jika tersedia.
d. Tipe Alinyemen
e. Penampang melintang jalan
• Metoda:
1. Jika data rinci hambatan samping TERSEDIA;
2. Jika data rinci hambatan samping TIDAK
TERSEDIA.
Jika data rinci hambatan samping tersedia.
1. Masukkan hasil pengamatan (atau perkiraan
jika analisa untuk tahun yang akan datang)
mengenai frekwensi hambatan samping per
jam per 200 m pada kedua sisi segmen yang
diamati, ke dalam Kolom 23 pada Formulir
IR-2 ;
2. Kalikan frekwensi kejadian pada Kolom 23
dengan bobot relatif dari tipe kejadian pada
Kolom 22 dan masukkan frekwensi berbobot
kejadian pada Kolom 24.
3. Hitung jumlah kejadian berbobot termasuk
semua tipe kejadian dan masukkan hasilnya
pada baris paling bawah Kolom 24.
4. Tentukan kelas hambatan samping dari
berdasarkan hasil dari langkah 3.
Jika data rinci hambatan samping tidak
tersedia
1. Periksa uraian tentang 'kondisi khusus' dari
Tabel A-4:1 dan pilih salah satu yang paling
tepat untuk keadaan segmen jalan yang
dianalisa.
2. Amati foto pada Gambar A-4:1-5 yang
menunjukkan kesan visual rata-rata yang
khusus dari masing-masing kelas hambatan
samping, dan pilih salah satu yang paling sesuai
dengan kondisi rata-rata sesungguhnya pada
lokasi untuk periode yang diamati.
3. Pilih kelas hambatan samping berdasarkan
pertimbangan dari gabungan langkah 1 dan 2 di
atas.
LANGKAH B: ANALISA KECEPATAN ARUS
BEBAS
• Mulailah pada langkah B-1 apabila segmen yang dipelajari adalah segmen alinyemen umum.
• Jika segmen adalah kelandaian khusus (hanya berlaku untuk jalan bebas hambatan dua-lajur tak-terbagi),
lanjutkan langsung ke langkah B-4.
dimana:
FV = Kecepatan arus bebas kendaraan ringan (km/jam)
FV0 = Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan (km/jam)
FVW = Penyesuaian lebar jalur lalu-lintas efektif (km/jam)
(penjumlahan)
FFVSF = Faktor penyesuaian untuk kondisi hambatan samping,
perkalian
FFVRC = Faktor penyesuaian untuk kelas fungsi jalan, perkalian
LANGKAH B-1 : KECEPATAN ARUS BEBAS DASAR
• Tentukan kecepatan arus bebas dasar (FV0) untuk kendaraan ringan pada kondisi alinyemen dan SDClapangan
dengan menggunakan tabel B-1:1. Perhatikan bahwa untuk jalan bebas hambatan dua-lajur dua-arah tak-terbagi,
kecepatan arus bebas dasar pada medan datar adalah juga fungsi dari kelas jarak pandang (dari Formulir IR-1). Jika
kelas jarak pandangnya tidak diketahui, anggaplah pada jalan bebas hambatan tersehut SDC = B.
• Masukkan nilai kecepatan arus bebas dasar ke dalam Kolom (2) Formulir IR-3
LANGKAH B-2: PENYESUAIAN
KECEPATAN ARUS BEBAS
UNTUK LEBAR JALUR
LALU-LINTAS (FVW)
8. …
c. Untuk menentukan kecepatan arus bebas
dasar mendaki (FLTUH,O) gunakan tabel B-6:2
dibawah, (bukan tabel B-6:1);
LANGKAH C: ANALISA KAPASITAS
• Untuk jalan tak-terbagi, semua analisa (kecuali analisa- kelandaian khusus) dilakukan pada kedua arah.
• Untuk jalan terbagi, analisa dilakukan pada masing-masing arah dan seolah-olah masing-masing arah adalah
jalan satu arah yang terpisah.
• Untuk kelandaian khusus, langsung ke langkah C-6 dengan menggunakan Formulir IR-3 SPEC.
dimana:
C = Kapasitas (smp/ jam)
C0 = Kapasitas dasar (smp/ jam)
FCW = Faktor penyesuaian akibat lebar jalur lalu-lintas
FCSP = Faktor penyesuaian akibat pemisahan arah
FCSF = Faktor penyesuaian akibat hambatan samping
LANGKAH C-1: KAPASITAS DASAR
• Manual ini terutama direncanakan untuk • Cara tercepat menilai hasil adalah melihat derajat
memperkirakan kapasitas dan perilaku lalu-lintas kejenuhan (DS) untuk soal yang dipelajari, dan
(lainnya) akibat kondisi tertentu berkenaan membandingkannya dengan pertumbuhan lalu-
dengan rencana geometrik jalan, lalu-lintas dan lintas tahunan dan "umur" fungsional yang
lingkungan. dikehendaki dari segmen jalan tersebut.
• Karena biasanya hasilnya tidak dapat diperkirakan • Jika nilai DS yang didapat terlalu tinggi (> 0,75),
sebelumnya, mungkin diperlukan untuk pemakai mungkin ingin merubah anggapan
memperbaiki beberapa dari kondisi-kondisi dalam berkenaan dengan penampang melintang jalan dsb
batas pengetahuan para ahli lalu-lintas, khususnya dan membuat sebuah perhitungan yang baru.
kondisi geometrik, agar diperoleh perilaku lalu-
lintas yang dikehendaki berkenaan dengan
kapasitas dan kecepatan dan sebagainya.
3. PROSEDUR PERHITUNGAN UNTUK ANALISA OPERASIONAL
DAN PERENCANAAN
• Prosedur perhitungan yang digunakan untuk analisa operasional dan untuk perencanaan adalah sama.
4. PROSEDUR PERHITUNGAN UNTUK ANALISA PERANCANGAN
• Untuk perancangan, rencana jalan, data lalu-lintas dan data lingkungan diketahui secara umum, tetapi
tidak terinci, dan arus lalu-lintas ramalan biasanya diberikan dalam LHRT, bukan sebagai arus jam
puncak.
• Sebagai konsekuensinya, anggapan-anggapan mengenai rencana geometri, lalu-lintas dan lingkungan
harus dibuat.
• Hubungan antara arus jam puncak atau arus rencana (QDH )dan LHRT harus juga diasumsikan.
Hubungan ini biasanya dinyatakan sebagai faktor k - LHRT, sebagai berikut:
k = QDH / LHRT
• Analisa perancangan biasanya dikerjakan untuk kombinasi dua arah, meskipun diperkirakan jalan
tersebut akan mempunyai median. (Tidak ada masalah dengan ini karena anggapan pemisahan arah
50:50 dapat digunakan untuk perancangan).
4.1. Anggapan Untuk Berbagai Tipe Jalan
• Dengan dasar anggapan-anggapan yang • Khusus untuk jalan dua lajur dua arah,
tercatat pada Bagian 4.1, dibuat Tabel tak terbagi (2/2 UD), perilaku lalu-
4-2:1 berikut, yang menghubungkan lintasnya ditambah dengan Derajat
LHRT atau QDH dengan perilaku lalu- iringan.
lintas:
o Kecepatan arus bebas (sama
dengan kcepatan pada arus = 0)
o Derajat kejenuhan dan
o Kecepatan (km/jam) pada berbagai
nilai arus dan derajat kejenuhan.
Tabel 4-2:1 digunakan dengan cara:
• Prosedur perhitungan yang digunakan untuk analisa operasional dan untuk perencanaan adalah sama.
4. PROSEDUR PERHITUNGAN UNTUK ANALISA PERANCANGAN
• Untuk perancangan, rencana jalan, data lalu-lintas dan data lingkungan diketahui secara umum, tetapi
tidak terinci, dan arus lalu-lintas ramalan biasanya diberikan dalam LHRT, bukan sebagai arus jam
puncak.
• Sebagai konsekuensinya, anggapan-anggapan mengenai rencana geometri, lalu-lintas dan lingkungan
harus dibuat.
• Hubungan antara arus jam puncak atau arus rencana (QDH )dan LHRT harus juga diasumsikan.
Hubungan ini biasanya dinyatakan sebagai faktor k - LHRT, sebagai berikut:
k = QDH / LHRT
• Analisa perancangan biasanya dikerjakan untuk kombinasi dua arah, meskipun diperkirakan jalan
tersebut akan mempunyai median. (Tidak ada masalah dengan ini karena anggapan pemisahan arah
50:50 dapat digunakan untuk perancangan).
4.2. Analisa Perilaku Lalu Lintas
• Dengan dasar anggapan-anggapan yang • Khusus untuk jalan dua lajur dua arah,
tercatat pada Bagian 4.1, dibuat Tabel tak terbagi (2/2 UD), perilaku lalu-
4-2:1 berikut, yang menghubungkan lintasnya ditambah dengan Derajat
LHRT atau QDH dengan perilaku lalu- iringan.
lintas:
o Kecepatan arus bebas (sama
dengan kcepatan pada arus = 0)
o Derajat kejenuhan dan
o Kecepatan (km/jam) pada berbagai
nilai arus dan derajat kejenuhan.
Tabel 4-2:1 digunakan dengan cara:
a) Memperkirakan perilaku lalu-lintas pada berbagai tipe jalan dengan tingkatan LHRT atau jam rencana (QDH)
tertentu, Interpolasi linier dapat dikerjakan untuk nilai arus yang terletak di antara nilai yang diberikan pada bagian
atas tabel.
b) Memperkirakan arus lalu-lintas dalam LHRT yang dapat ditampung oleh berbagai tipe jalan dalam ukuran perilaku
lalu-lintas yaitu derajat kejenuhan, kecepatan dan derajat iringan yang masih diijinkan.
TERIMA KASIH