LALU LINTAS
Materi: 04
Jalan Bebas Hambatan
JALAN BEBAS HAMBATAN
MKJI-1997
1. PENDAHULUAN
1.1. Lingkup Dan Tujuan
• Bagian ini memuat prosedur perhitungan untuk kecepatan arus bebas, kapasitas, kecepatan dan
derajat iringan (hanya jalan 2/2 UD) pada jalan bebas hambatan yang direncanakan untuk
perkotaan dan luarkota.
• Penggunaan: prosedur perhitungan dapat digunakan untuk:
o Analisa operasional, perencanaan dan perancangan jalan bebas hambatan pada alinyemen
datar, perbukitan atau pegunungan.
o Analisa operasional, perencanaan dan perancangan dari kelandaian khusus pada jalan bebas
hambatan dua-lajur dua-arah tak-terbagi (misal lajur pendakian).
• Prosedur dalam manual diterapkan pada perhitungan segmen jalan bebas hambatan.
1.2. Karakteristik Jalan
1. Geometri
• Lebar jalur lalu lintas
• Bahu
• Median
• Lengkung vertikal
• Lengkung horizontal
2. Arus, Komposisi dan pemisahan arah
3. Pengaturan lalu lintas
4. Populasi, Pengemudi dan Kendaraan
1.4. Pemeriksaan Setempat
• Sejumlah faktor yang khas untuk daerah tertentu (seperti populasi, pengemudi dan kendaraan)
dapat mempengaruhi parameter yang diberikan dalam manual ini.
• Jika mempunyai sumber daya dan keahlian yang sesuai, pemakai manual ini sangat disarankan
untuk mengukur parameter kunci (misalnya kecepatan arus bebas dan kapasitas) pada sejumlah
kecil lokasi yang mewakili di dalam wilayah penelitiannya, dan untuk menerapkan faktor
penyesuaian lokal pada kecepatan arus bebas dan kapasitas jika nilai yang didapat sangat berbeda
dari nilai yang didapat dengan menggunakan manual ini.
2. METODOLOGI
2.1. Pendekatan Umum
• Prosedur perhitungan yang diberikan dalam Bab ini secara umum, mirip dengan U.S. Highway
Capacity Manual 1985 (US-HCM, revisi 1994).
• Secara terinci, prosedur dan variabel tersebut tidak sama.
1. Tipe Perhitungan
3. Periode Analisa
Analisa kapasitas jalan dilakukan untuk periode satu jam puncak;
Arus dan kecepatan rata-rata ditentukan untuk periode tersebut pada manual ini.
• Nilai arus lalu-lintas (Q) mencerminkan komposisi lalu-lintas, dengan satuan mobil
penumpang (smp).
• Semua nilai arus lalu-lintas (per arah dan total) diubah menjadi satuan mobil
penumpang (smp) dengan menggunakan ekivalensi mobil penumpang (emp).
2. Kecepatan Arus Bebas
Kecepatan arus bebas (FV) didefnisikan sebagai kecepatan pada tingkat arus nol, yaitu
kecepatan yang akan dipilih pengemudi jika mengendarai kendaraan bermotor tanpa
dipengaruhi oleh kendaraan bermotor lain di jalan bebas hambatan.
FV = FV0 + FVW
dimana:
FV = Kecepatan arus bebas kendaraan ringan pada kondisi lapangan (km/jam)
FVO = Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan pada jalan yang diamati
FVW = Penyesuaian kecepatan untuk lebar jalan (km/jam)
3. Kapasitas
C = C0 x FCW x FCSP
dimana:
C = Kapasitas (smp/jam)
CO = Kapasitas dasar (smp/jam)
FCW = Faktor penyesuaian lebar jalan
FCSP = Faktor penyesuaian pemisahan arah (hanya untuk jalan tak terbagi)
6. Derajat Iringan
Derajat iringan yg terjadi: rasio arus kendaraan yang bergerak dalam peleton terhadap arus
total.
1. Hubungan kecepatan-arus-kerapatan
• Prinsip dasar analisa kapasitas segmen jalan adalah kecepatan berkurang jika arus bertambah.
• Pengurangan kecepatan akibat penambahan arus adalah kecil pada arus rendah tetapi lebih besar
pada arus yang lebih tinggi.
• Dekat kapasitas, pertambahan arus yang sedikit akan menghasilkan pengurangan kecepatan yang
besar.
2.4. Karakteristik Geometrik
1. Tipe Medan
1. Tujuan
Untuk membantu pengguna manual dalam memilih penyelesaian yang tepat masalah umum
perancangan, perencanaan dan operasional dengan menyediakan saran-saran tentang rentang
arus lalu-lintas yang layak untuk tipe dan denah standar jalan bebas hambatan pada alinyemen datar,
bukit dan gunung.
Saran-saran diantaranya:
• Perencanaan jalan bebas hambatan baru sebaiknya didasarkan pada analisa biaya siklus hidup;
• Rencana jalan bebas hambatan harus dengan tujuan memastikan derajat kejenuhan tidak melebihi
nilai yang dapat diterima (biasanya 0,75)
• Saran berkaitan dengan rencana detail dan pengaturan lalu-lintas:
o Pengaruh perubahan rencana geometrik dan pengaturan lalu-lintas terhadap keselamatan lalu
lintas dan asap kendaraan.
o Rencana detail yang berkaitan dengan kapasitas dan keselamatan.
o Perlu tidaknya lajur pendakian pada kelandaian khusus.
2. Standar tipe jalan dan penampang melintang
Tabel:
Definisi tipe penampang
melintang jalan yang
digunakan pada bagian
panduan
3. Pemilihan tipe dan penampang melintang jalan
a. Umum:
• Manual ini mempertimbangkan
fungsi jalan (arteri), kelas jalan dan
tipe alinyemen jalan (datar, bukit,
gunung).
Tabel: Ambang arus lalu-lintas (jam puncak tahun 1)
b. Pertimbangan Ekonomi: untuk jalan baru.
• Ambang arus lalu-lintas tahun 1
untuk perencanaan yang paling
ekonomis dari jalan bebas hambatan
yang baru berdasarkan analisa biaya
siklus hidup (BSH) diberikan pada
Tabel.
c. Perilaku lalu lintas:
e. Pertimbangan lingkungan
• Pada arus lalu-lintas yang tetap, asap ini berkurang dengan berkurangnya kecepatan asalkan jalan
tersebut tidak macet.
• Jika arus lalu-lintas mendekati kapasitas (derajat kejenuhan > 0,75), kondisi arus tersendat "berhenti
dan berjalan" yang disebabkan oleh kemacetan menyebabkan bertambahnya asap dan juga kebisingan
jika dibandingkan dengan perilaku lalu-lintas yang stabil.
4. Rencana Detail
• Bagian jalan yang curam menerus dapat mengakibatkan masalah penting pada kapasitas dan arus
lalulintas baik arah menanjak maupun menurun.
• Kelandaian khusus hanya digunakan pada jalan bebas hambatan dua lajur dua arah.
Ambang arus lalu-lintas jam puncak tahun ke-1 untuk rencana yang paling ekonomis dari
sebuah kelandaian khusus dengan atau tanpa lajur pendakian yang didasarkan pada analisis
biaya siklus hidup (BSH).
• Untuk jalan bebas hambatan tak terbagi, perhitungan dilakukan untuk kombinasi kedua arah.
• Untuk jalan bebas hambatan terbagi perhitungan untuk analisa operasional dan perencanaan
dikerjakan secara terpisah menurut arahnya.
LANGKAH A: DATA MASUKAN
a. Alinyemen Horizontal
Buat sketsa segmen jalan yang diamati dengan
menggunakan ruang yang tersedia pada Formulir c. Alinyemen Vertikal
MW-1. • Buatlah sketsa penampang vertikal jalan
• Arah panah yang menunjukkan Utara. bebas hambatan dengan skala memanjang
• Sketsa alinyemen horisontal segmen jalan. yang sama dengan alinyemen horisontal di
• Nama tempat yang dilalui/ dihubungkan oleh atasnya.
jalan tersebut. • Catatlah kelandaian dalam % jika tersedia.
• Marka jalan seperti marka lajur, garis tepi
dan sebagainya. d. Tipe Alinyemen
• Mulailah pada langkah B-1 apabila segmen yang dipelajari adalah segmen alinyemen umum.
• Jika segmen adalah kelandaian khusus (hanya berlaku untuk jalan bebas hambatan dua-lajur tak-terbagi),
lanjutkan langsung ke langkah B-4.
FV = FVO + FVW
dimana:
FV = Kecepatan arus bebas kendaraan ringan (km/jam)
FVo = Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan (km/jam)
FVW = Penyesuaian lebar jalur lalu-lintas efektif (km/jam)
(penjumlahan)
LANGKAH B-1 : KECEPATAN ARUS BEBAS DASAR
• Tentukan kecepatan arus bebas dasar (FV0) untuk kendaraan ringan pada kondisi alinyemen dan
SDClapangan dengan menggunakan tabel B-1:1. Perhatikan bahwa untuk jalan bebas hambatan
dua-lajur dua-arah tak-terbagi, kecepatan arus bebas dasar pada medan datar adalah juga fungsi
dari kelas jarak pandang (dari Formulir MW-1). Jika kelas jarak pandangnya tidak diketahui,
anggaplah pada jalan bebas hambatan tersehut SDC = B.
• Masukkan nilai kecepatan arus bebas dasar ke dalam Kolom (2) Formulir MW-3
Formulir MW - 3
LANGKAH B-2: PENYESUAIAN KECEPATAN ARUS BEBAS UNTUK LEBAR JALUR LALU-LINTAS (FVW)
a. Kecepatan arus bebas kendaraan ringan b. Kecepatan arus bebas tipe kendaraan lain
• Hitung kecepatan arus bebas dengan FV • Hitung kecepatan arus bebas Kendaraan
= FVO + FVW. lainnya (Kend. Menengah: MHV):
• masukkan hasilnya ke dalam Kolom 4: FVMHV = FVMHV,0 – FVW x FVMHV,0 / FV0
Formulir MW - 3
LANGKAH B-4: PENENTUAN KECEPATAN ARUS
BEBAS PADA KELANDAIAN
KHUSUS
dimana:
C = Kapasitas
CO = Kapasitas dasar (smp/jam)
FC W = Faktor penyesuaian lebar jalur lalu-lintas
FCSP = Faktor penyesuaian pemisahan arah
LANGKAH C-1 : KAPASITAS DASAR (C0)
1. Tentukan kecepatan pada kondisi lalu-lintas, hambatan samping dan kondisi geometrik
sesungguhnya dengan menggunakan Gambar D-2:1 (jalan dua-lajur tak-terbagi) atau Gambar
D-2:2 (jalan banyak-lajur atau jalan satu-arah):
a) Masukkan nilai derajat kejenuhan (DS dari Kolom 22) pada sumbu horisontal (X)
pada bagian bawah gambar.
b) Buat garis sejajar dengan sumbu vertikal (Y) dari titik tersebut sampai berpotongan
dengan nilai kecepatan arus bebas sesungguhnya (FV dari Kolom 7).
c) Buat garis horisontal sejajar dengan sumbu (X) sampai berpotongan dengan sumbu
vertikal (Y) pada bagian sebelah kiri gambar dan lihat nilai kecepatan kendaraan
ringan sesungguhnya untuk kondisi yang dianalisa.
d) Masukkan nilai ini ke dalam Kolom 23 Formulir UR-3.
2. Masukkan panjang segmen L (km) ke dalam Kolom 24 (Formulir UR-1).
3. Hitung waktu tempuh rata-rata untuk kendaraan ringan dalam jam untuk kondisi yang
diamati, dan masukkan hasilnya ke dalam Kolom 25:
Waktu tempuh rata-rata TT = L / V (jam)
(Waktu tempuh rata-rata dalam detik dapat dihitung dengan TT × 3.600).
LANGKAH D-3: HANYA UNTUK 2/2 UD: DERAJAT IRINGAN
(Untuk jalan bebas hambatan dengan empat lajur atau lebih, iringan tidak diperhitungkan)