Anda di halaman 1dari 50

Geometrik Jalan Raya

Rizky Franchitika, S.T., M.Eng


Aspek Jaringan dan Klasifikasi Fungsi Jalan
Berdasarkan peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 34, tahun 2006
tentang jalan, klasifikasi jalan menurut fungsinya terbagi menjadi 4 jalan, yaitu:

a. Jalan arteri,
b. Jalan kolektor,
c. Jalan lokal,
d. Jalan lingkungan.
• Jalan arteri: jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan
ciri perjalanannya jarak jauh, dengan kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah
jalan masuk ke jalan ini sangat dibatasi secara berdaya guna.
• Jalan kolektor: jalan umum yang berfungsi melayani angkutan dengan ciri-ciri
perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk
dibatasi.
• Jalan lokal: jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan
ciri-ciri perjalanan jarak pendek, kecepatan rata-rata rendah, dan jalan
masuk tidak dibatasi.
• Jalan lingkungan: jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat
dengan ciri-ciri perjalanan jarak pendek, kecepatan rata-rata rendah, dan
jalan masuk dibatasi.
• Sistem jaringan jalan primer
- Jalan arteri primer,
- Jalan kolektor primer,
- Jalan lokal primer.

• Sistem jaringan jalan sekunder


- Jalan arteri sekunder,
- Jalan kolektor sekunder,
- Jalan lokal sekunder.
• Sistem jaringan jalan primer
-> Jalan yang menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi dalam
Struktur Pengembangan Wilayah, dengan ketentuan sebagai
berikut:
 Didalam satu Satuan Wilayah Pengembangan, sistem jaringan
jalan primer, menghubungkan kota jenjang kesatu, kedua, ketiga
dan jenjang dibawahnya, secara terus menerus sampai ke persil.
 Antar Satuan Wilayah Pengembangan, sistem jaringan primer
menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kesatu.
• Jalan arteri primer:
a. Didesain paling rendah dengan kecepatan 60 km/jam.
b. Lebar badan jalan tidak kurang dari 8 meter.
c. Kapasitas lebih besar daripada volume lalu lintas rata-rata.
d. Lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang-
alik, lalu lintas lokal dan kegiatan lokal.
e. Jumlah jalan masuk, ke jalan arteri primer, dibatasi secara
effisien sehingga kecepatan 60 km/jam dan kapasitas besar
tetap terpenuhi.
f. Persimpangan pada jalan arteri primer harus dapat memenuhi
ketentuan kecepatan dan volume lalu-lintas.
• Jalan kolektor primer
a. Didesain untuk kecepatan rencana paling rendah 40 km/jam.
b. Lebar badan jalan tidak kurang 7 meter.
c. Kapasitas sama atau lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.
d. Jumlah jalan masuk dibatasi, dan direncanakan sehingga dapat
dipenuhi kecepatan paling rendah 40 km/jam.
e. Jalan kolektor primer, tidak terputus walaupun memasuki kota.
• Jalan lokal primer
a. Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20
km/jam.
b. Lebar badan jalan tidak kurang dari 6 meter.
c. Jalan lokal primer tidak terputus, walaupun memasuki desa.
• Sistem jaringan jalan sekunder
-> jalan yang menghubungkan kawasan-kawasan fungsi primer,
fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder
ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan dalam satu Wilayah
Perkotaan.
 Jalan arteri sekunder, menghubungkan kawasan primer dengan
kawasan sekunder kesatu, atau menghubungkan kawasan
sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua.
 Jalan lokal sekunder, menghubungkan kawasan sekunder kesatu
dengan perumahan, atau menghubungkan kawasan sekunder
kedua dengan perumahan, atau menghubungkan kawasan
sekunder ketiga dengan perumahan.
• Jalan arteri sekunder
a. Didesain berdasarkan kecepatan paling rendah 30 km/jam.
b. Kapasitas sama atu lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.
c. Lebar badan jalan tidak kurang dari 8 meter.
d. Pada jalan arteri sekunder, lalu lintas cepat tidak boleh
terganggu oleh lalu lintas lambat.
e. Persimpangan jalan dengan pengaturan tertentu harus
memenuhi kecepatan tidak kurang dari 30 km/jam.
• Jalan kolektor sekunder
a. Didesain berdasarkan kecepatan paling rendah 20 km/jam.
b. Lebar badan jalan tidak kurang dari 7 meter.
• Jalan lokal sekunder
a. Didesain berdasarkan kecepatan paling rendah 10 km/jam.
b. Lebar badan jalan tidak kurang dari 5 meter.
c. Dengan kecepatan paling rendah 10 km/jam, bukan
diperuntukkan untuk roda tiga atau lebih.
d. Yang tidak diperuntukkan kendaraan roda tiga atau lebih harus
mempunyai lebar jalan tidak kurang dari 3,5 meter.
Klasifikasi Jalan Menurut Wewenang Pembinaan

Jaringan jalan dikelompokkan menurut wewenang pembinaan,


terdiri dari:
a. Jalan nasional.
b. Jalan provinsi.
c. Jalan kabupaten.
d. Jalan kotamadya.
e. Jalan desa.
f. Jalan khusus.
Klasifikasi Jalan Menurut Kelas Jalan
Volume Lalu Lintas Rencana
Volume Lalu Lintas Harian Rencana (VLHR), adalah prakiraan
volume lalu lintas harian pada akhir tahun rencana lalu lintas, yang
dinyatakan dalam SMP/hari. Volume Jam Rencana (VJR), adalah
prakiraan volume lalu lintas pada jam sibuk tahun rencana lalu
lintas, dinyatakan dalam SMP/jam, dan dihitung dengan
menggunakan rumus:
VJR = VLHR X K/F
Dimana:
K = disebut faktor K, adalah faktor volume lalu lintas jam sibuk.
F = disebut faktor F, adalah faktor variasi tingkat lalu lintas per
seperempat jam, dalam satu jam.
• VJR digunakan untuk menghitung jumlah lajur jalan dan fasilitas lalu lintas
lainnya yang diperlukan.
• Arus lalu lintas bervariasi dari jam ke jam berikutnya dalam satu hari.
• Volume 1 jam yang dapat dipergunakan sebagai VJR harus sedemikian rupa,
sehingga:
a) Volume tersebut tidak boleh terlalu sering terdapat pada distribusi arus lalu
lintas setiap jam untuk periode satu tahun.
b) Apabila terdapat volume arus lalu lintas per jam yang melebihi volume jam
perencanaan, maka kelebihan tersebut tidak boleh mempunyai nilai yang
terlalu besar.
c) Volume tersebut tidak boleh mempunyai nilai yang sangat besar, sehingga
akan mengakibatkan jalan akan menjadi lengang dan biayanya pun mahal.
Bentuk umum dari lengkung yang menggambarkan hubungan
antara jumlah jam dengan volume pe jam yang lebih besar dari
yang ditunjukkan dengan volume/jam dinyatakan dalam presentase
LHR, seperti gambar dibawah ini:

Gambar 1. Grafik jumlah jam dengan volume/jam rencana


• Kapasitas (C)
-> Volume lalu lintas maksimum (mantap) yang dapat dipertahankan
(tetap) pada suatu bagian jalan dalam kondisi tertentu (misalnya:
rencana geometrik, lingkungan, komposisi lalu lintas dan
sebagainya).
-> Kapasitas lalu lintas merupakan jumlah lalu lintas atau kendaraan
yang dapat melewati suatu penampang, dalam waktu kondisi jalan
dan lalu lintas tertentu.
• Faktor utama yang mempengaruhi kapasitas lalu lintas:
a. Presentase kendaraan bus dan truk.
b. Pembagian jalur lalu lintas.
c. Variasi dalam arus lalu lintas.

• Faktor fisik jalan, meliputi antara lain:


a. Lebar perkerasan jalan.
b. Lebar bahu jalan.
c. Kebebasan samping.
d. Tikungan dan kelandaian jalan.
e. Kondisi permukaan perkerasan jalan.
Beberapa jenis kapasitas jalan disesuaikan dengan
penggunaannya, adalah:
a. Kapasitas dasar atau kapasitas ideal.
Adalah jumlah kendaraan maksimum yang melewati suatu
penampang pada suatu jalur atau jalan selama 1 jam dalam
keadaan jalan dan lalu lintas yang ideal dan dapat dicapai.
b. Kapasitas yang mungkin (Possible Capacity).
Adalah jumlah kendaraan maksimum yang melewati suatu
penampang pada suatu jalan selama 1 jam dalam keadaan
jalan dan lalu lintas yang mungkin dapat dicapai.
c. Kapasitas praktis atau kapasitas rencana atau volume
pelayanan.
Adalah jumlah kendaraan maksimum yang melewati suatu jalur
atau jalan selama 1 jam, pada kondisi lalu lintas yang
dipertahankan sesuai tingkat pelayanan tertentu (kepadatan
lalu lintas yang bersangkutan, dapat megakibatkan kelambatan,
bahaya dan gangguan pada kelancaran lalu lintas dengan
ketentuan masih dalam batas-batas toleransi yang ditetapkan.

Kapasitas menunjukkan besaran kuantitas jumlah kendaraan.


Kecepatan Rencana
Kecepatan rencana (VR) pada suatu ruas
jalan adalah kecepatan yang dipilih
sebagai dasar perencanaan geometrik
jalan yang memungkinkan kendaraan-
kendaraan bergerak dengan aman dan
nyaman dalam kondisi cuaca yang cerah,
lalu lintas yang lengang dan pengaruh
samping jalan yang tidak berarti.
Karakteristik Lalu Lintas
• Data lalu lintas adalah data utama yang diperlukan dalam
perencanaan teknik jalan, karena kapasitas jalan yang akan
direncanakan tergantung dari komposisi lalu lintas yang akan
menggunakan jalan pada suatu segmen jalan yang akan ditinjau.
• Analisis data lalu lintas, pada intinya dilakukan untuk menentukan
kapasitas jalan, akan tetapi harus dilakukan bersamaan dengan
perencanaan geometrik lainnya, karena saling terkait satu dengan
lainnya.
• Unsur lalu lintas adalah benda atau pejalan kaki sebagai bagian
dari lalu lintas, sedangkan unsur lalu lintas di atas roda, disebut
dengan kendaraan.
Gaya Sentrifugal
• Apabila suatu kendaraan bergerak dengan kecepatan tetap V
pada suatu bidang datar atau miring dengan lintasan berbentuk
suatu lengkung seperti lingkaran, maka pada kendaraan tersebut
akan bekerja gaya kecepatan katakan V dan gaya sentrifugal
katakan F.
• Gaya sentrifugal akan mendorong kendaraan secara radial keluar
dari lajur jalannya, kearah tegak lurus terhadap gaya kecepatan V.
Gaya sentrifugal menimbulkan rasa yang tidak nyaman pada
pengemudi. Gaya sentrifugal (F) yang terjadi:

F = m.a

Dimana:
m = massa = W/g
W = berat kendaraan
g = gaya gravitasi bumi
a = percepatan sentrifugal (=V2/R)
V = kecepatan kendaraan
R = jari-jari lengkung lintasan
Maka besarnya gaya sentrifugal, dapat dijabarkan sebagai berikut:

Untuk dapat mempertahankan kendaraan tersebut tetap pada


sumbu lajur jalan, maka perlu diadakan suatu gaya yang dapat
mengimbangi gaya tersebut, sehingga akan terjadi suatu
keseimbangan.
Gaya yang mengimbangi terhadap gaya sentrifugal, dapat berasal
dari:
a. Gaya gesekan melintang antara ban kendaraan dengan
permukaan jalan.
b. Komponen berat kendaraan akibat kemiringan melintang
permukaan jalan, akan menyebabkan rasa tidak nyaman bagi
pengemudi yang mengendarai kendaraannya dengan kecepatan
rendah.
Gambar 2. Gaya sentrifugal pada kendaraan

2
𝑊 .𝑉
=( 𝑁 𝑘𝑖𝑟𝑖 + 𝑁 𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛) 𝐹 𝑠 =𝑊 . 𝐹 𝑠
𝑔 .𝑅

2
𝑉
𝐹 𝑠=
𝑔. 𝑅
Gaya gesekan melintang (Fs) antara ban kendaraan dan permukaan jalan

• Fs adalah besarnya gesekan yang timbul antara ban dengan permukaan


jalan dalam arah melintang jalan yang berfungsi untuk mengimbangi gaya
sentrifugal.
• Perbandingan antara gaya gesekan melintang dan gaya normal yang bekerja
disebut koefisien gesekan melintang (f).
• Besaran koefisien gesekan melintang dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti jenis dan kondisi ban, tekanan ban, kekerasan permukaan
perkerasan, kecepatan kendaraan dan keadaan cuaca.
• Koefisien maksimum akan terjadi pada saat ban akan mengalami selip.
• Untuk perencanaan dengan mengedepankan keamanan dan kenyamanan,
harga Fs yang dipakai adalah harga pada saat gaya kesamping memberikan
perasaan tidak nyaman kepada penumpang, tapi masih memenuhi syarat
kestabilan.
Batas kenyamanan pengendara
ditetapkan oleh beberapa hasil
penelitian. Misal AASHTO’54
menetapkan hubungan antara
kecepatan dan koefisien gerak
melintang merupakan hubungan
linier, yang harganya berkisar
antara ± 0,16 untuk kecepatan 48
km/jam dan ± 0,12 untuk
kecepatan 112 km/jam,
Gambar 3. Korelasi antara koefisien gesek
sebagaimana seperti gambar melintang dengan kecepatan rencana
berikut:
Dalam penelitian lebih lanjut, korelasi
koefisien melintang dan kecepatan,
masih berupa garis linier hanya
dipecah menjadi 2 garis patah, f1 =
0,00065.V+0,192, berlaku untuk
kecepatan V < 80 km/jam, sedangkan
f2 = -0,00125.V+0,24, berlaku untuk
kecepatan antara 80 - 112 km/jam.

Gambar 4. Koefisien gesek melintang


maksimum untuk perencanaan
Prinsip-Prinsip dalam Perancangan Jalan
Rumija, Ruwasja, Rumaja
• Rumija, merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh
lebar, tinggi, dan kedalaman tertentu, meliputi Rumaja dan sejalur
tanah tertentu di luar Rumaja. Rumija paling sedikit memiliki lebar
sebagai berikut:
a.Jalan bebas hambatan 30 m.
b.Jalan raya 25 m.
c.Jalan sedang 15 m.
d.Jalan kecil 11 m.
• Ruwasja, merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu,
meliputi ruang tertentu di luar Rumija. Ruwasja diperuntukkan bagi pandangan bebas
pengemudi dan pengaman konstruksi jalan, serta pengamanan fungsi jalan. Ruwasja pada
dasarnya adalah ruang lahan milik masyarakat umum yang mendapat pengawasan dari
pembina jalan. Rumija tidak cukup luas, maka lebar Ruwasja ditentukan dari tepi badan
jalan paling sedikit:
a.Jalan arteri primer 15 m.
b.Jalan kolektor primer 10 m.
c.Jalan lokal primer 7 m.
d.Jalan lingkungan primer 5 m.
e.Jalan arteri sekunder 15 m.
f.Jalan kolektor sekunder 5 m.
g.Jalan lokal sekunder 3 m.
h.Jalan lingkungan sekunder 2 m.
i.Jembatan 100 m ke arah hilir dan hulu
• Rumaja, merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh
lebar, tinggi, dan kedalaman tertentu, yang terdiri atas badan
jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengaman, serta rubeja jika
dibutuhkan. Rumaja dilengkapi ruang bebas dan ukuran tinggi,
dan kedalaman sebagai berikut:
a. Lebar ruang bebas diukur di antara dua garis vertikal pada
batas terluar ambang pengaman atas batas terluar Rumaja.
b. Tinggi ruang bebas minimal 5,1 m di atas permukaan jalur
lalu lintas.
c. Kedalaman ruang bebas minimal 1,5 m di bawah permukaan
jalur lalu lintas terendah.
Gambar 4. Bagian-bagian jalan
Jalur dan Lajur Lalu Lintas
• Jalur Lalu-Lintas
~> adalah bagian jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas
kendaraan yang secara fisik berupa perkerasan jalan. Jalur lalu
lintas dapat terdiri atas beberapa tipe, sebagai berikut:
a. 1 jalur - 2 lajur - 2 arah (2/2 TB),
b. 1 jalur - 2 lajur - 1 arah (2/1 TB),
c. 2 jalur - 4 lajur - 2 arah (4/2 B),
d. 2 jalur - n lajur - 2 arah (n/2 B).
(n = jumlah lajur; TB = Tidak terbagi; B = Berbagi)
• Lajur Lalu-Lintas
~> adalah bagian jalur lalu lintas yang memanjang, dibatasi
oleh marka lajur jalan, memiliki lebar yang cukup untuk dilewati
suatu kendaraan bermotor sesuai kendaraan rencana.
~> Lebar lajur tergantung pada kecepatan dan kendaraan
rencana, sesuai dengan fungsi dan kelas jalan.
~> Jumlah lajur ditetapkan dengan mengacu kepada MKJI
berdasarkan nilai rasio antara volume terhadap kapasitasnya tidak
lebih dari 0,80
Untuk kelancaran fungsi drainase permukaan jalan, lajur
lalu lintas pada alinyemen lurus memerlukan kemiringan
melintang normal sebagai berikut:
a. 2 - 3% untuk perkerasan aspal dan perkerasan beton,
b. 4 - 5% untuk perkerasan kerikil.
Tabel Lebar Lajur Minimum
 Lebar lajur lalu lintas untuk Jalan Bebas Hambatan (JBH) dan
Jalan Raya (JRY) diukur dari sisi dalam marka membujur garis
tepi jalan atau sumbu marka garis membujur pembagi lajur ke sisi
dalam marka, membujur garis menerus atau ke sumbu marka
membujur garis terputus-putus.
 Lebar lajur lalu lintas untuk Jalan Sedang (JSD) dan Jalan Kecil
(JKC) diukur dari sumbu marka membujur ke sumbu marka
membujur.
Tabel Lebar Lajur Jalan pada JSD

Tabel Lebar Lajur Jalan pada JRY dan JBH


Bahu dan Median Jalan
• Bahu Jalan
~> merupakan bagian jalan yang terletak di kedua sisi
jalur lalu lintas. Secara struktural, bahu jalan berfungsi
untuk memberikan dukungan lateral bagi lapisan
perkerasan jalan. Kemiringan bahu jalan umumnya lebih
curam dari lajur untuk membantu drainase permukaan jalan
dengan kenaikan marjinal sebesar 1%. Sedangkan fungsi
bahu jalan bagi lalu lintas antara lain seperti berikut ini:
a. Memberikan ruang bagi kendaraan kehilangan kendali kembali terkendali,
b. Ruang bagi kendaraan untuk berhenti di atas permukaan keras pada jarak
aman dari lajur lalu lintas,
c. Daerah yang bisa dilalui untuk penggunaan kendaraan darurat,
d. Ruang bebas terhadap halangan lateral seperti rambu-rambu,
e. Ketika bahu jalan diberi lapis aspal, akan memberi lebar tambahan untuk
lintasan roda kendaraan besar,
f. Jarak pandang ditingkatkan sehingga meningkatkan keselamatan jalan,
g. Kapasitas jalan meningkat karena kecepatan seragam dimungkinkan,
h. Keterbukaan ruang yang dibuat oleh bahu jalan lebar, membuat mengemudi
lebih mudah mengendarai kendaraan dengan ketegangan (stress) yang
lebih kecil,
i. Dalam keadaan tertentu, bisa menjadi ruang bagi pengendara sepeda.
• Median
~> Adalah jalur yang terletak ditengah jalan untuk
membagi jalan dalam masing-masing arah. Median
dibutuhkan guna memisahkan arus lalu lintas yang
berlawanan arah.
Median berfungsi sebagai:
a. Menyediakan daerah netral yang cukup lebar, dimana
pengemudi masih dapat mengontrol kendaraannya pada saat
darurat.
b. Menyediakan jarak yang cukup untuk membatasi/mengurangi
kesilauan terhadap lampu besar dari kendaraan yang
berlawanan arah.
c. Menambah rasa kelegaan, kenyamanan dan keindahan bagi
setiap pengemudi.
d. Mengamankan kebebasan samping dari masing-masing arah
arus lalu lintas.
Tabel Lebar Median
Tahapan Geometrik Jalan Raya
• Data perencanaan,
• Perhitungan poligon trase jalan,
• Perhitungan jarak-jarak titik utama,
• Perencanaan alignment horizontal,
• Perencanaan pelebaran perkerasan pada tikungan,
• Perhitungan jarak dan elevasi,
• Perhitungan alignment vertikal,
• Perhitungan galian dan timbunan,
• Perhitungan perkerasan lentur (flexible pavement),
• Perhitungan perkerasan kaku (rigid pavement).
Fasilitas Pejalan Kaki

Anda mungkin juga menyukai