Parameter Parameter Apa Saja Yang Menentukan Tebal Perkerasan Jalan Raya ?
Jawaban:
semua simpul
jasa distribusi yang kemudian berwujud kota. Ini berarti sistim jaringan jalan primer
menghubungkan simpul-simpul jasa sebagai berikut :
-
Dalam suaatu satuan wilayah pengembangan menghubungkan secara menerus kota jenjang
kesuatu (ibu kota Provinsi), kota jenjang kedua (ibu kota Kabupaten, Kodya), kota jenjang
pengembangan.
2. Sisitem jaringan jalan adalah system jaringan jalan dengan pelayanan jasa distribusi untuk
masyarakat dalam kota, ini menanadakan system jaringan jalan sekunder disusun mengikuti
ketentuan pengaturan tata ruang kota yang menghubungkan kawasan-kawasan yang
mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, ketiga dan
seterusnya sampai perubahan.
Berdasarkan fungsi jalan, jalan dpat dibedakan atas :
-
Jalan arteri, adalah jalan yang melayani angkutan utama ciri-ciri perjalanan jarak jauh,
kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.
Jalan kolektor, adalah jalan yang melayani angkutan pengumpulan/pembagian dengan ciri-
ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.
Jalan lokal, adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak
dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
jenjang kedua atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga
Jalan Lokal Primer, adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang pertama dengan persil
atau menghubungkan kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga.
Dengan demikian sistem jaringan jalan Sekunder terdiri dari :
Jalan Arteri Sekunder, adalah jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan
dengan kawasan sekunder atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan
sekunder ketiga.
Jalan Lokal Sekunder, adalah jalan yang menghubungkan kawasan sekunder pertama
2.
oleh bentuk dan kondisi ban tekstur permukaan jalan, kondisi cuaca dan lain-lain
Wujud perkerasan (Struktural perkerasan), sehubungan dengan kondisi fisik dari jalan tersebut
3.
Fungsi Pelayanan
45
34
23
12
01
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Buruk
Jalan dengan lapis aspal beton yang baru dibuka untuk umum merupakan contoh jalan
b.
tidak rata
4 5 - Jelak, kadang kadang ada lubang, permukaan jalan
tidak rata
3 4 - Rusak, bergelombang, banyak lubang
2 3 - Rusak, bergelombang, banyak lubang dan seluruh
2
C. UMUR RENCANA
Umur rencana perkerasan jalan adalah jumlah tahun dari saat jalan tersebut dibuka
untuk lalu lintas kendaraan sampai diperlukan suatu perbaikan yang bersifat struktural
(sampai overlay lapisan perkerasan). Selain umur rencana tersebut pemeliharaan
perkerasan jalan tetap harus dilakukan, seperti plapisan nonstruktural yang berfungsi
sebagai lapis aus. Umur rencana untuk lapisan lentur jalan baru umumnya diambil 20
tahun dan untuk peningkatan jalan 10 tahun. Umur rencana yang lebih besar 20 tahun
tidak lagi ekonomis karena perkembangan lalu lintas yang terlalu besar dan sukar
untuk mendapatkan ketelitian memadai (tambahan tebal lapisan perkerasan
menyebabkan biaya awal yang cukup tinggi)
D. LALU LINTAS
Tebal lapisan perkerasan jalan ditentukan dari beban yang dipikul, hal ini berhubungan
dengan arus lalu lintas yang hendak melewati jalan tersebut. Besarnya arus lalu lintas dapat
diperoleh dari :
1. Analisa lalu lintas saat ini, sehingga diperoleh data mengenai : jumlah kendaraan yang
akan memakai ajaln, jenis kendaraan, konfigurasi sumbu dari setiap jenis kendaraan
serta beban masing masing sumbu kendaraan. Pada perencanaan jalan baru perkiraan
volume lalu lintas di tentukan dengan menggunakan hasil survey volume lalu lintas di
dekat jalan tersebut dan analisa pola lalu lintas disekitar lokasi jalan.
2. Perkiraan faktor pertumbuham lalu lintas selama umur rencana, antara lain berdasarkan
atas analisa ekonomi dan sosial daerah tersebut.
a. Volume LaluLintas
Jumlah kendaraan yang akan memakai jalan dinyatakan dalam volume laluy
lintas yang didefenisikan sebagai jumlah kendaraan yang melewati satu titik
pengamatan selama satu satuan waktu. Saat ini Indonesia mempunyai pos pos rutin
perhitunagan volume lalu lintas yang merupakan pos yang dipilih disepanjang
jaringan jalan yang ada yang dapat dibagi 3 (tiga) kelas yaitu :
- Kelas A, adalah pos yang terletak pada arus jalan dengan lalu lintas padat, diman
perhitungannya dilakukan terus menerus secara otomatis selama setahun,
disamping itu juga dilakukan perhitungan secara manual selama 7 x 24 jamyang
dilalukan setiap hari ke 52.
- Kelas B, adalah pos yang terletak pada ruas jalan dengan lalulintas sedang, diman
perhitungannya dilakukan secara manual selama 7 x 24 jam yang dilakukan setiap
hari ke 52.
- Kelas C, adalah pos yang terletak pada ruas jalan dengan lalulintas rendah, diman
perhitungannya dilakukan secara manual selama 1 x 24 jam yang dilakukan setiap
hari ke 52.
b. Angka Ekivalen Beban Sumbu.
Jenis Kendaraan yang memakai jalan berangka ragam, bervariasi baik ukuran,
berat total, konfigurasi dan beban sumbu, daya, dan sebagainya. Oleh karena itu
volume lalulintas umumnya dikelompokkan atas beberapa kelompok yang masing
masing kelompok diwakili oleh satu jenis kendaraan. Pengelompokan jenis
kendaraan untuk perencanaan tebal perkerasan dapat dilkukan sebagai berikut :
- Mobil penumpang, termasuk didalamnyan semua kendaraab dengan berat total 2
ton.
- Bus.
- Truk 2 sumbu
- Truk 3 sumbu
- Truk 5 sumbu
- Semi trailer.
c. Angka Ekivalen Kendaraan
Berat kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan melalui roda kendaraan yang
terletak di ujung ujung sumbu kendaraan. Setiap jenis kendaraan mempunyai
konfigurasi sumbu yang berbeda beda. Sumbu depan merupakan sumbu tunggal
atau sumbu ganda. Dengan demikian setiap jenis kendaraan akan mempunyai angka
ekivalen yang merupakan jumlah angka ekivalen dari sumbu depan dan sumbu
belakang. Beban masing - masing sumbu dipengaruhi oleh letak titik berat
kendaraan, dan bervariasi sesuai dengan muatan kendaraan tersebut.
Survei Timbang.
Semua
Semua
Alternatif
1 dari 3
1 dari 4
perkerasan di tentukan dengan menggunakan pemeriksaan CBR (California Bearing Ratio) yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan contoh tanah yang telah disapkan di laboratorium atau langsung
dari lapangan.