Anda di halaman 1dari 12

NAMA : IQRA

STAMBUK : 20.023.22.201.034
JUDUL : ALINYEMEN VERTIKAL

RINGKASAN

PENGERTIAN ALINYEMEN VERTIKAL


Menurut Gunadarma (1997), alinyemen vertikal adalah perpotongan
antara bidang vertikal dengan sumbu jalan.
Menurut Sukirman (1999), alinyemen vertikal adalah perpotongan
bidang vertikal dengan bidang permukaan perkerasan jalan melalui sumbu
jalan untuk jalan 2 jalur 2 arah, atau melalui tepi dalam masing-masing
perkerasan untuk jalan dengan median. Alinyemen vertikal sering kali disebut
juga sebagai penampang memanjang jalan yang terdiri dari landai dan
lengkung.
Merencanakan penampang jalan merupakan salah satu bagian dari
perencanaan geometrik jalan. Tentu saja dituntut dengan persyaratan aman
dan ekonomis. Selain itu, perencanaan alinyemen vertikal harus selalu
mempertimbangkan kondisi lapisan tanah dasar, tinggi muka air banjir, tinggi
muka air tanah, fungsi jalan, kelandaian, dan keadaan medan. Adapun
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan alinyemen
vertikal (penampang memanjang) suatu jalan raya adalah sebagai
berikut:Muka jalan rencana yang paling ekonomis adalah muka jalan yang
mengikuti kontur muka tanah, sehingga tidak banyak terdapat galian dan
timbunan yang menghabiskan dana yang besar. Tetapi hal ini sangat jarang
ditemukan di lapangan. Karena mustahil merencanakan penampang jalan
memanjang dengan mengutamakan tanah yang datar. Oleh karena itu,
sebaiknya muka jalan berada lebih tinggi dari muka tanah dasar, agar
memudahkan pekerjaan drainase. Untuk daerah yang sering banjir, muka
jalan sebaiknya direncanakan diatas elevasi banjir (Sukirman, 1999).

1
Tujuannya agar jalan tidak terendam air pada saat banjir, sehingga keawetan
jalan terjaga.
Alinyemen vertikal yang mengikuti muka tanah asli akan mengurangi
pekerjaan tanah, tetapi mungkin saja akan mengakibatkan jalan itu terlalu
banyak mempunyai tikungan. Tentu saja hal ini belum tentu sesuai dengan
persyaratan yang diberikan sehubungan dengan fungsi jalannya. Muka jalan
sebaiknya diletakkan sedikit di atas muka tanah asli sehingga memudahkan
dalam pembuatan drainase jalannya, terutama di daerah yang datar. Pada
daerah yang sering kali dilanda banjir sebaiknya penampang memanjang jalan
diletakkan di atas elevasi muka banjir. Di darah perbukitan atau pegunungan
diusahakan banyaknya pekerjaan galian seimbang dengan pekerjaan
timbunan, sehingga keseluruhan biaya yang dibutuhkan tetap dapat
dipertanggung jawabkan. Jalan yang terletak di atas lapisan tanah yang lunak
harus pula diperhatikan akan kemungkinan besarnya penurunan dan
perbedaan penurunan yang mungkin terjadi. Dengan demikian penarikan
alinyemen vertikal sangat dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan seperti :
 Kondisi tanah dasar
 Keadaan medan
 Fungsi jalan
 Muka air banjir
 Muka air tanah
 Kelandaian yang masih memugkinkan
Perlu pula diperhatikan bahwa alinyemen vertikal yang direncanakan
itu akan berlaku untuk masa panjang, sehingga sebaiknya alinyemen vertikal
yang dipilih tersebut dapat dengan mudah mengikuti perkembangan
lingkungan. Alinyemen vertikal disebut juga penampang jalan yang terdiri
dari garis – garis lurus dan garis – garis lengkung. Garis lurus tersebut dapat
datar, mandaki atau menurun, biasa disebut berlandai. Landai jalan
dinyatakan dengan persen.
Pada umumnya gambar rencana suatu jalan dibaca dari kiri ke kanan,
maka landai jalan diberi tanda positif untuk pendakian dari kiri ke kanan, dan

2
landai negatif untuk penurunan dari kiri. Pendakian dan penurunan memberi
effek yang berarti terhadap gerak kendaraan.

KELANDAIAN PADA ALINYEMEN VERTIKAL JALAN


 Landai Minimum
Berdasarkan kepentingan arus lalu lintas, landai ideal adalah
landai datar (0%). Sebaliknya ditinjau darikepentingan drainase jalan,
jalan berlandailah yang ideal. Dalam perencanaan disarankan
menggunakan :
a) Landai datar untuk jalan – jalan di atas tanah timbunan yang
tidak mempunyai kereb. Lereng melintang jalan dianggap cukup
untuk mengalirkan air di atas badan jalan dan kemudian ke
lereng jalan.
b) Landai 0,15 % dianjurkan untuk jalan – jalan di atas tanah
timbunan dengan medan datar dan mempergunakan kereb.
Kelandaian ini ckup membantu mengalirkan air hujan ke inlet
atau saluran pembuangan.
c) Landai minimum sebesar 0,3 – 0,5 % dianjurkan dipergunakan
untuk jalan – jalan di daerah galian atau jalan yang memakai
kereb. Lereng melintang hanya cukup untuk mengalirkan air
hujan yang jatuh di atas badan jalan, sedangkan landai jalan
yang dibutuhkan untuk membuat kemiringan dasar saluran
samping.
 Landai Maksimum
Kelandaian 3 % mulai memberikan pengaruh kepada gerak
kendaraan mobil penumpang, walaupun tidak seberapa dibandingkan
dengan gerakan kendaraan truk yang terbebani penuh. Pengaruh dari
adanya kelandaian ini dapat terlihat dari berkurangnya kecepatan jalan
kendaraan atau mulai dipergunakannya gigi rendah. Kelandaian
tertentu masih dapat diterima jika kelandaian tersebut mengakibatkan
kecepatan jalan tetap lebih besar dari setengah keepatan rencana.

3
Pengaruh dari adanya kelandaian ini dapat terlihat dari
berkurangnya kecepatan jalan kendaraan atau mulai dipergunakannya
gigi rendah. Kelandaian tertentu masih dapat diterima jika kelandaian
tersebut mengakibatkan kecepatan jalan tetap lebih besar dari setengah
keepatan rencana. Untuk membatasi pengaruh perlambatan kendaraan
truk terhadap arus lalu lintas, maka ditetapkan landai maksimum
untuk kecepatan rencana tertentu. Bina Marga (luar kota) menetapkan
kelandaian maksimum seperti pada tabel 5.1, yang dibedakan atas
kelandaian maksimum stndar dan kelandaian maksimum mutlak. Jika
tidak terbatasi oleh kondisi keuangan, maka sebaiknya dipergunakan
kelandaian sandar. AASHTO membatasi kelandaian maksimum
berdasarkan keadaan medan apakah datar, perbukitan ataukah
pegunungan.
 Panjang kristis suatu kelandaian
Landai maksimum saja tidak cukup merupakan fator penentu
dalam perencanaan alinyemen vertikal, karena jarak yang pendek
memberikan faktor pengaruh yang berbeda dibandingkan dengan jarak
yang panjang pada kelandaian yang sama. Kelandaian besar akan
mengakibatkan penurunan kecepatan truk ang cukup berarti jika
kelandaian tersebut dibuat pada panjang jalan yang cukup panjang,
tetapi kurang berarti jika panjang jalan dengan kelandaian tersebut
hanya pendek saja.
Tabel 5.1 Kelandaian maksimum jalan. Sumber Traffic Engineering
Handbook, 1992 dan PGJLK, Bina Marga ‘1990 (Rancangan Akhir)

4
Batas kritis umumnya diambil jika kecepatan truk berkurang
mencapai 30 – 75% kecepatan rencana, atau kendaraan terpaksa
mempergunakan gigi rendah. Pengurangan kecepatan truk dipengaruhi
oleh besarnya kecepatan rencana dan kelandaian. Kelandaian pada
kecepatan rencana yang tinggi akan mengurangi kecepatan truk
sehingga berkisar antara 30 – 50 % kecepatan rencana selama 1 menit
perjalanan. Tetapi pada kecepatan rencana yang rendah, kelandaian
tidakbegitu mengurangi kecepatan truk. Kecepatan truk selama 1
menit perjalanan, pada kelandaian ± 10%, dapat mencapai 75%
kecepatan rencana.
Tabel 5.2 memberikan panjang kritis yang disarankan oleh Bina
Marga (luar kota), yang merupakan kira – kira panjang 1 menit
perjalanan, dan truk bergerak dengan penuh. Kecepatan truk pada saat
mencapai panjang kritis adalah sebesar 15 – 20 km/jam.
 Jalur pendakian
Pada jalan – jalan berlandai dan volume yang tinggi, seringkali
kendaraan berat yang bergerak dengan kecepatan di bawah kecepatan
rencana menjadi penghalang kendaraan lain yang bergerak dengan
kecepatan sekitar kecepatan rencana. Untuk menghindari hal tersebut
perlulah dibuatkan lajur pendakian. Jalur pendakian adalah lajur yang
disediakan khusus untuk truk bermuatan berat atau kendaraan lain

5
yang berjalan dengan kecepatan yang lebih rendah, sehingga
kendaraan lain dapat mendahului kendaraan yang lebih lambat tanpa
mempergunakan lajur lawan.
Tabel 5.2 Panjang kritis untuk kelandaian yang melebihi
kelandaian maksimum standar

Gambar 5.1 Lajur pendakian.

LENGKUNG VERTIKAL
Lengkung vertikal pada jalan raya merupakan lengkungan yang
dipakai untuk mengadakan peralihan secara berangsur-angsur dari suatu
landai ke landai berikutnya. Tujuan lengkung vertikal adalah mengurangi
goncangan akibat perubahan kelandaian dan menyediakan jarak pandangan
henti.
Ditinjau dari titik awal perencanaan, alinyemen vertikal dapat berupa
tanjakan (landai positif), turunan (landai negatif) dan datar (landai nol). Maka
lengkung vertikal dan perancangannya adalah :
o Diadakan pada setiap pergantian kelandaian
o Syarat untuk memenuhikriteria keamanan, kenyamanan, drainase dan
keindahan bentuk (estetis)
o Lengkungnya yang digunakan bisa lingkaran, parabola tingkat 2
(sederhana) atau parabola tingkat 3. Yang paling sering digunakan (juga

6
sebagai standar di Indonesia) adalah parabola tingkat 2, yang memberikan
perubahan yang konstant sebanding dengan jaraknya.
o Lengkung vertikal dapat berupa Lengkung vertikal cembung (crest) dan
lengkung vertikal cekung (sag)
Jenis lengkung vertikal dilihat dari letak titik perpotongan kedua
bagian lurus (tangen), adalah :
1) Lengkung vertikal cekung, adalah lengkung di mana titik perpotongan
antara kedua tangen berada di bawah permukan jalan.
2) Lengkung vertikal cembung, adalah lengkung dimana titik
perpotongan antara kedua tangen berada di atas permukaan jalan yang
bersangkutan.
Lengkung vertikal dapat berbentuk salah satu dari enam kemungkinan
pada gambar 5.2.

Gambar 5.2 Jenis lengkung vertikal dilihat dari titik perpotongan


kedua tangen.
Lengkung vertikal type a, b dan c dinamakan lengkung vertikal cekung.
Lengkung vertikal type d, e dan f dinamakan lengkung vertikal cembung.

7
 Lengkung vertikal cembung

Gambar 5.3 : Lengkung vertikal cembung


Keterangan :
Titik PLV= titik awal lengkungan parabola
Titik PVI= titik perpotongan kelandaian g1dan g2
Titik PTV= titik akhir lengkungan parabola
Titik PLV-PVI dan PVI-PTV adalah garis tangen kelandaian g1 dan
g2

Pada Gambar 5.3 :


g1 = naik, jadi harganya + %
g2 = turun, jadi harganya - %
A = Perbedaan Aljabar Landai = g2-g1 dalam %
EV = Pergeseran vertikal titik tengah busur lingkaran
LV = Panjang lengkung vertikal dihitung secara horisontal
Xi = Jarak horisontal titik i, dihitung dari PLV ke titik i secara
horisontal
Yi = Pergeseran vertikal 52i@i PVI , dihitung dari titik pada tangen /
kelandaian ke titik i pada lengkungan secara vertikal
Titik i = Titik lengkungan

8
Rumus-rumus lengkungan parabola cembung adalah :

Tinggi titik-titik PVI, PLV dan PTV dilihat dari peta perencanaan
(tinggi garis kontur).
 Lengkung vertikal ckung

Gambar 5.4 : Lengkung vertikal cekung

Keterangan :
Titik PLV= titik awal lengkungan parabola
Titik PVI= titik perpotongan kelandaian g1 dan g2
Titik PTV= titik akhir lengkungan parabola
Titik PLV-PVI dan PVI-PTV adalah garis tangen kelandaian g1 dan
g2

9
Pada Gambar 5.4 :
g1 = turun, jadi harganya - %
g2 = naik, jadi harganya + %
A = Perbedaan Aljabar Landai = g2-g1 dalam %
EV = Pergeseran vertikal titik tengah busur lingkaran
LV = Panjang lengkung vertikal dihitung secara horisontal
Xi = Jarak horisontal titik i, dihitung dari PLV ke titik i secara
horisontal
Yi = Pergeseran vertikal titik i, dihitung dari titik pada
tangen/kelandaian ke titik i pada lengkungan secara vertikal
Titik i = Titik lengkungan

Rumus-rumus lengkungan parabola cekung sama denganlengkung


parabola cembung yaitu:

Tinggi titik-titik PVI, PLV dan PTV dilihat dari peta perencanaan
(tinggi garis kontur).

10
 Persamaan lengkung vertikal
Bentuk lengkung vertikal yang umum dipergunakan adalah
berbentuk lengkung parabola sederhana.

Gambar 5.3 Lengkung vertikal parabola.

Titik A, titik peralihan dari bagian tangen ke bagian lengkung


vertikal. Biasa diberi simbul PLV (peralihan lengkung vertikal). Titik
B, titik peralihan dari bagian lengkung vertikal ke bagian tangen
(peralihan tangen vertikal = PTV)

Titik perpotongan kedua bagian tangen diberi nama titik PPV


(pusat perpotongan vertikal). Letak titik – titik pada lengkung vertikal
dinyatakan dengan ordinat Y dan X terhadap sumbu koordinat yang
melalui titik A. Pada penurunan rumus lengkung vertikal terdapat
beberapa asumsi yang dilakukan, yaitu :

 Panjang lengkung vertikal sama dengan panjang proyeksi lengkung


pada bidang horizontal = L.
 Perubahan garis singgung tetap (d2 Y/dx2 = r)

Besarnya kelandaian bagian tangen dinyatakan dengan g1dan g2


%. Kelandaian diberi tanda positif jika pendakian, dan diberi tanda
negatif jika penurunan, yang ditinjau dari kiri

A = g1 – g2 (perbedaan aljabar landai)

Ev = pergeseran vertikal dari titik PPV ke bagian lengkung

11
Rumus :

Dari sifat segitiga diperoleh

Persamaan di atas berlaku baik untuk lengkung vertikal


cembung maupun lengkung vertikal cekung. Hanya bedanya, jika Ev
yang diperoleh positif, berarti lengkung vertikal cembung, jika
negatif, berarti lengkung vertikal cekung. Dengan mempergunakan
persamaan (35) dan (36) dapat ditentukan elevasi setiap titik pada
lengkung vertikal.

12

Anda mungkin juga menyukai