STAMBUK : 20.023.22.201.034
JUDUL : ALINYEMEN VERTIKAL
RINGKASAN
1
Tujuannya agar jalan tidak terendam air pada saat banjir, sehingga keawetan
jalan terjaga.
Alinyemen vertikal yang mengikuti muka tanah asli akan mengurangi
pekerjaan tanah, tetapi mungkin saja akan mengakibatkan jalan itu terlalu
banyak mempunyai tikungan. Tentu saja hal ini belum tentu sesuai dengan
persyaratan yang diberikan sehubungan dengan fungsi jalannya. Muka jalan
sebaiknya diletakkan sedikit di atas muka tanah asli sehingga memudahkan
dalam pembuatan drainase jalannya, terutama di daerah yang datar. Pada
daerah yang sering kali dilanda banjir sebaiknya penampang memanjang jalan
diletakkan di atas elevasi muka banjir. Di darah perbukitan atau pegunungan
diusahakan banyaknya pekerjaan galian seimbang dengan pekerjaan
timbunan, sehingga keseluruhan biaya yang dibutuhkan tetap dapat
dipertanggung jawabkan. Jalan yang terletak di atas lapisan tanah yang lunak
harus pula diperhatikan akan kemungkinan besarnya penurunan dan
perbedaan penurunan yang mungkin terjadi. Dengan demikian penarikan
alinyemen vertikal sangat dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan seperti :
Kondisi tanah dasar
Keadaan medan
Fungsi jalan
Muka air banjir
Muka air tanah
Kelandaian yang masih memugkinkan
Perlu pula diperhatikan bahwa alinyemen vertikal yang direncanakan
itu akan berlaku untuk masa panjang, sehingga sebaiknya alinyemen vertikal
yang dipilih tersebut dapat dengan mudah mengikuti perkembangan
lingkungan. Alinyemen vertikal disebut juga penampang jalan yang terdiri
dari garis – garis lurus dan garis – garis lengkung. Garis lurus tersebut dapat
datar, mandaki atau menurun, biasa disebut berlandai. Landai jalan
dinyatakan dengan persen.
Pada umumnya gambar rencana suatu jalan dibaca dari kiri ke kanan,
maka landai jalan diberi tanda positif untuk pendakian dari kiri ke kanan, dan
2
landai negatif untuk penurunan dari kiri. Pendakian dan penurunan memberi
effek yang berarti terhadap gerak kendaraan.
3
Pengaruh dari adanya kelandaian ini dapat terlihat dari
berkurangnya kecepatan jalan kendaraan atau mulai dipergunakannya
gigi rendah. Kelandaian tertentu masih dapat diterima jika kelandaian
tersebut mengakibatkan kecepatan jalan tetap lebih besar dari setengah
keepatan rencana. Untuk membatasi pengaruh perlambatan kendaraan
truk terhadap arus lalu lintas, maka ditetapkan landai maksimum
untuk kecepatan rencana tertentu. Bina Marga (luar kota) menetapkan
kelandaian maksimum seperti pada tabel 5.1, yang dibedakan atas
kelandaian maksimum stndar dan kelandaian maksimum mutlak. Jika
tidak terbatasi oleh kondisi keuangan, maka sebaiknya dipergunakan
kelandaian sandar. AASHTO membatasi kelandaian maksimum
berdasarkan keadaan medan apakah datar, perbukitan ataukah
pegunungan.
Panjang kristis suatu kelandaian
Landai maksimum saja tidak cukup merupakan fator penentu
dalam perencanaan alinyemen vertikal, karena jarak yang pendek
memberikan faktor pengaruh yang berbeda dibandingkan dengan jarak
yang panjang pada kelandaian yang sama. Kelandaian besar akan
mengakibatkan penurunan kecepatan truk ang cukup berarti jika
kelandaian tersebut dibuat pada panjang jalan yang cukup panjang,
tetapi kurang berarti jika panjang jalan dengan kelandaian tersebut
hanya pendek saja.
Tabel 5.1 Kelandaian maksimum jalan. Sumber Traffic Engineering
Handbook, 1992 dan PGJLK, Bina Marga ‘1990 (Rancangan Akhir)
4
Batas kritis umumnya diambil jika kecepatan truk berkurang
mencapai 30 – 75% kecepatan rencana, atau kendaraan terpaksa
mempergunakan gigi rendah. Pengurangan kecepatan truk dipengaruhi
oleh besarnya kecepatan rencana dan kelandaian. Kelandaian pada
kecepatan rencana yang tinggi akan mengurangi kecepatan truk
sehingga berkisar antara 30 – 50 % kecepatan rencana selama 1 menit
perjalanan. Tetapi pada kecepatan rencana yang rendah, kelandaian
tidakbegitu mengurangi kecepatan truk. Kecepatan truk selama 1
menit perjalanan, pada kelandaian ± 10%, dapat mencapai 75%
kecepatan rencana.
Tabel 5.2 memberikan panjang kritis yang disarankan oleh Bina
Marga (luar kota), yang merupakan kira – kira panjang 1 menit
perjalanan, dan truk bergerak dengan penuh. Kecepatan truk pada saat
mencapai panjang kritis adalah sebesar 15 – 20 km/jam.
Jalur pendakian
Pada jalan – jalan berlandai dan volume yang tinggi, seringkali
kendaraan berat yang bergerak dengan kecepatan di bawah kecepatan
rencana menjadi penghalang kendaraan lain yang bergerak dengan
kecepatan sekitar kecepatan rencana. Untuk menghindari hal tersebut
perlulah dibuatkan lajur pendakian. Jalur pendakian adalah lajur yang
disediakan khusus untuk truk bermuatan berat atau kendaraan lain
5
yang berjalan dengan kecepatan yang lebih rendah, sehingga
kendaraan lain dapat mendahului kendaraan yang lebih lambat tanpa
mempergunakan lajur lawan.
Tabel 5.2 Panjang kritis untuk kelandaian yang melebihi
kelandaian maksimum standar
LENGKUNG VERTIKAL
Lengkung vertikal pada jalan raya merupakan lengkungan yang
dipakai untuk mengadakan peralihan secara berangsur-angsur dari suatu
landai ke landai berikutnya. Tujuan lengkung vertikal adalah mengurangi
goncangan akibat perubahan kelandaian dan menyediakan jarak pandangan
henti.
Ditinjau dari titik awal perencanaan, alinyemen vertikal dapat berupa
tanjakan (landai positif), turunan (landai negatif) dan datar (landai nol). Maka
lengkung vertikal dan perancangannya adalah :
o Diadakan pada setiap pergantian kelandaian
o Syarat untuk memenuhikriteria keamanan, kenyamanan, drainase dan
keindahan bentuk (estetis)
o Lengkungnya yang digunakan bisa lingkaran, parabola tingkat 2
(sederhana) atau parabola tingkat 3. Yang paling sering digunakan (juga
6
sebagai standar di Indonesia) adalah parabola tingkat 2, yang memberikan
perubahan yang konstant sebanding dengan jaraknya.
o Lengkung vertikal dapat berupa Lengkung vertikal cembung (crest) dan
lengkung vertikal cekung (sag)
Jenis lengkung vertikal dilihat dari letak titik perpotongan kedua
bagian lurus (tangen), adalah :
1) Lengkung vertikal cekung, adalah lengkung di mana titik perpotongan
antara kedua tangen berada di bawah permukan jalan.
2) Lengkung vertikal cembung, adalah lengkung dimana titik
perpotongan antara kedua tangen berada di atas permukaan jalan yang
bersangkutan.
Lengkung vertikal dapat berbentuk salah satu dari enam kemungkinan
pada gambar 5.2.
7
Lengkung vertikal cembung
8
Rumus-rumus lengkungan parabola cembung adalah :
Tinggi titik-titik PVI, PLV dan PTV dilihat dari peta perencanaan
(tinggi garis kontur).
Lengkung vertikal ckung
Keterangan :
Titik PLV= titik awal lengkungan parabola
Titik PVI= titik perpotongan kelandaian g1 dan g2
Titik PTV= titik akhir lengkungan parabola
Titik PLV-PVI dan PVI-PTV adalah garis tangen kelandaian g1 dan
g2
9
Pada Gambar 5.4 :
g1 = turun, jadi harganya - %
g2 = naik, jadi harganya + %
A = Perbedaan Aljabar Landai = g2-g1 dalam %
EV = Pergeseran vertikal titik tengah busur lingkaran
LV = Panjang lengkung vertikal dihitung secara horisontal
Xi = Jarak horisontal titik i, dihitung dari PLV ke titik i secara
horisontal
Yi = Pergeseran vertikal titik i, dihitung dari titik pada
tangen/kelandaian ke titik i pada lengkungan secara vertikal
Titik i = Titik lengkungan
Tinggi titik-titik PVI, PLV dan PTV dilihat dari peta perencanaan
(tinggi garis kontur).
10
Persamaan lengkung vertikal
Bentuk lengkung vertikal yang umum dipergunakan adalah
berbentuk lengkung parabola sederhana.
11
Rumus :
12