PENDAHULUAN
Laju pertumbuhan lalu lintas jalan raya seringkali tidak sesuai dengan perumbuhan
pemakai jalan raya yang direncanakan. Hal ini menimbulkan berbagai macam masalah
serius jika tidak ditangani dan direncanakan sejak dini. Masalah geometri tikungan
misalnya, perencanaan tikungan yang tidak sejalan dengan pertumbuhan kendaraan, bisa
menimbulkan masalah baru. Untuk mengetahui kelayakan tersebut perlu adanya
peninjauan ulang observasi untuk mendapatkan data yang diinginkan. Data tersebut
dianalisis unuk mengetahui penyebab kemudian mencari solusinya.
c. Bahu Jalan
Bahu jalan adalah bagian tepi jalan yang dipergunakan sebagai tempat
untuk kendaraan berhenti sementara.
d. Median
Median jalan adalah suatu pemisah fisik jalur lalu lintas yang berfungsi untuk
menghilangkan konflik lalu lintas dari arah yang berlawanan, sehingga pada
gilirannya akan meningkatkan keselamatan lalu lintas.
e. Trotoar
Trotoar adalah adalah jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan dan
lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk menjamin keamanan pejalan
kaki yang bersangkutan.
Guna keperluan tersebut, haruslah dibuat kemiringan melintang bahu jalan yang
sebesar-besarnya tetapi masih aman dan nyaman bagi pengemudi kendaraan.
Kemiringan melintang bahu lebih besar dari kemiringan melintang jalur
perkerasan jalan.
Kemiringan melintang bahu dapat bervariasi sampai dengan 6%, tergantung dari
jenis permukaan bahu, intensitas hujan, dan kemungkinan penggunaan bahu
jalan.
Pada daerah tikungan yang tajam. kemiringan melintang jalur perkerasan juga
ditentukan dari kebutuhan akan keseimbangan gaya akibat gaya sentrifugal yang
bekerja. Besar dan arah kemiringan melintang bahu harus juga disesuaikan demi
keamanan pemakai jalan dan fungsi drainase itu sendiri.
d. Kemiringan lereng
Kemiringan lereng umumnya dibuat 2H:1V. tetapi untuk tanah-tanah yang
mudah longsor kemiringan lereng harus dibuat sesuai dengan besarnya landai
yang aman, yang diperoleh dari perhitungan kestabilan lereng. Berdasarkan
keadaan tanah pada lokasi jalan tersebut, mungkin saja dibuat bronjong, tembok
penahan tanah, lereng bertingkat (berm) ataupun hanya ditutupi rumput saja.
- BAGIAN PELENGKAP JALAN
a. Kereb
Kereb adalah penonjolan/peninggian tepi perkerasan atau bahu jalan yang
dimaksudkan untuk keperluan drainase, mencegah keluarnya kendaraan dari tepi
perkerasan dan memberikan ketegasan tepi pekerasan.
b. Pengaman Tepi
Pengaman tepi adalah sistem pengaman orang atau kendaraan yang terbuat dari
rail besi atau baja panjang sebagai pagar pada jalan-jalan yang berbahaya seperti
jalan bebas hambatan (Toll) pegunungan, sungai, jurang, dll.
- BAGIAN LAINNYA
a. Ruang Manfaat Jalan (Rumaja)
Meliputi badan jalan, saluran tepi jalan untuk drainase permukaan, talud
timbunan atau talud galian dan ambang pengaman jalan.
Rumaja dibatasi oleh:
a. batas ambang pengaman konstruksi jalan di kedua sisi jalan
b. tinggi minimum 5 m di atas permukaan perkerasan pada sumbu jalan; dan
c. kedalaman minimum 1,5 meter di bawah permukaan perkerasan jalan.
Rumaja diperuntukkan bagi bagi perkerasan jalan, median, jalur pemisah jalan,
bahu jalan, trotoar, saluran tepi dan gorong-gorong, lereng tepi badan Jalan,
bangunan pelengkap jalan, dan perlengkapan jalan, yang tidak boleh
dimanfaatkan untuk prasarana perkotaan atau keperluan utilitas atau yang lainnya
tanpa izin tertulis dari penyelenggara jalan.
b. Jalan khusus
Jalan Khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha,
perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.
c. Jalan tol
Jalan tol tidak terlalu berarti jalan yang memiliki ukuran besar. Jalan tol adalah
jalan yang penggunaannya berbayar. Apapun jenis jalannya selama itu berbayar
maka akan disebut jalan tol. Jalan tol dibuat dengan menggunakan dana
gabungan antara pemerintah dan investor, tujuannya adalah menyediakan jalan
bebas hambatan dan bebas kemacetan untuk menghubungkan suatu titik kota
dengan yang lainnya secara cepat.
b. Jalan Provinsi
Jalan provinsi merupakan jalan yang dibangun dari dana APBD provinsi
bersangkutan. Jalan ini menghubungkan antara ibukota provinsi dengan ibukota
kabupaten atau menghubungkan ibukota provinsi dengan Kotamadya atau juga
menghubungkan antar ibukota kabupaten atau antar ibukota kabupaten dengan
Kotamadya. Setiap provinsi memiliki Jalan provinsi masing-masing dengan nama
jalan yang berbeda-beda. Contoh jenis jalan provinsi adalah Jalan Trans Flores
atau disebut juga dengan Jalan Lintas Flores yang menghubungkan semua
kabupaten yang ada di pulau Flores. Jalan provinsi biasanya adalah jalan yang
paling bagus dan jalan yang paling lebar diantara jalan lainnya di bawah jalan
nasional.
d. Jalan Desa
Jalan desa merupakan jalan yang dibangun dari dana APBD kota atau Kabupaten
yang bersangkutan namun dilimpahkan kepada desa. Jalan ini melayani angkutan
di kawasan pedesaan tersebut.
b. Jalan Kolektor
Jalan ini merupakan jalan yang melayani angkutan pengumpulan atau pembagian
kendaraan dengan tujuan perjalanan jarak menengah, kecepatan rata-rata sedang
dan jumlah jalan masuk dibatasi.
c. Jalan Lokal
Jalan lokal yaitu jalan yang melayani angkutan lokal setempat dengan tujuan
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak
dibatasi.
d. Jalan Lingkungan
Jalan lingkungan merupakan jalan yang dirancang untuk perjalanan jarak dekat
dengan menggunakan kecepatan rendah dengan asas yang tidak dibatasi.
Contohnya seperti jalan di perumahan perumahan yang ada di sekitar kita.
b. Kelas II
Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 m, ukuran panjang tidak melebihi
18 m, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan kurang dari 10 ton. Jalan kelas II
ini merupakan jalan yang sesuai untuk angkutan peti kemas.
c. Kelas IIIA
Jalan Kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 m, ukuran
panjang tidak melebihi 18 m, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan kurang
dari 8 ton.
d. Kelas IIIB
Jalan Kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 m, ukuran panjang tidak
melebihi 12 m, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan tidak melebihi 8 ton.
e. Kelas IIIC
Jalan Kelas III C, yaitu jalan lokal dan jalan lingkungan yang dapat dilalui
kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,1 m,
ukuran panjang tidak melebihi 9 m, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan
kurang dari 8 ton.
c. Jalan sedang
Jalan menengah atau sedang adalah jalan umum dengan tujuan perjalanan jarak
sedang dan pengendalian akses masuk yang tidak dibatasi. Jalan ini memiliki
paling sedikit dua lajur untuk dua arah dengan lebar lajur paling sedikit adalah 7
m.
d. Jalan kecil
Jalan kecil merupakan jalan umum yang melayani lalu lintas lokal setempat. Jalan
ini setidaknya memiliki dua lajur untuk dua arah dengan lebar lajur paling sedikit
5,5 meter.
Parameter desain dan geometric jalan adalah bagian dari perencanaan jalan yang
menentukan dimensi nyata dari sesuatu jalan beserta bagian-bagiannya yang
disesuaikan dengan tuntutan lalu lintas.
• Bagian-bagian jalan meliputi :
- Lebar jalan
- Tikungan
- Kelandaian
- Pertemuan jalan
- Dll
b. Kendaraan Rencana
Kendaraan (vehicle) merupakan komponen terbesar yang menggunakan
jalan.berupa kendaraan bermotor dan tidak bermotor, memiliki variasi
ukuran dari kecil sampaibesar, dan berkecepatan rendah sampai cepat.
Kendaraan rencana / kendaraan standar (design vehicle) adalah
kendaraan yang berat, dimensi, dan radius putarnya dipilih sebagai acuan
dalam perencanaan geometrik jalan, agar dapat menampung kendaraan dari
tipe yang telah ditentukan.
Kendaraan rencana yang akan dipilih sebagai dasar perencanaan
geometrik jalan ditentukan berdasarkan :
– fungsi jalan
– jenis kendaraan yang dominan memakai jalan tersebut
– biaya
Satuan volume lalu lintas yang umum digunakan untuk penentuan jumlah dan
lebar lajur :
-LHR dan LHRT
Lalu lintas Harian Rata-rata ( LHR ) atau Average Daily Traffic (ADT)
LHR = (jumlah lalin selama pengamatan) / (lamanya pengamatan)
Lalu lintas Harian Rata-rata Tahunan ( LHRT) atau Average Annual Daily
Traffic (AADT) adalah jumlah kendaraan rata-rata yang melewati satu jalur
jalan selama 24 jam dan diperoleh dari data selama satu tahun penuh.
LHRT = (jumlah lalin dalam 365 hari / (365 hari)
Satuan :
1. Untuk jalan 2 jalur 2 arah :
SMP / hari / 2 arah atau kendaraan / hari / 2 arah
2. Untuk jalan berlajur banyak dengan median :
SMP / hari / 1 arah atau kendaraan / hari / 1 arah
LHR & LHRT adalah vol lalin dalam 1 hari, tdk dpt memberikan gambaran
perubahan yang terjadi pada berbagai jam dalam 1 hari yang nilainya
bervariasi antara 0 -100 % LHR. Karena itu LHR tidak dapat langsung
digunakan dalam perencanaan geometrik.
Arus lalin bervariasi dari jam ke jam berikutnya dalam 1 hari, maka cocok
jika vol. lain dalam 1 jam digunakan untuk perancangan geometric.
2. Kondisi Ideal
a.Lebar lajur : 3,75 m
b.Jalan harus dapat dilalui kendaraan dengan v = 120 km/jam tanpa ada
gangguan apapun.
c.Hanya mobil penumpang saja yang lewat
d.Bahu jalan & kebebasan samping cukup lebar.
d. Tingkat Pelayanan
Tingkat pelayanan jalan merupakan kemampuan suatu jalan dalam
menjalankan fungsinya. Perhitungan tingkat pelayanan jalan ini menggunakan
perhitungan Level of Servive (LOS). Tingkat pelayanan jalan atau level of
servive (LOS) menunjukkan kondisi ruas jalan secara keseluruhan. Tingkat
pelayanan jalan ditentukan berdasarkan nilai kuantitatif seperti V/C,kecepatan
(waktu kejenuhan) serta penilaian kualitatif, seperti kebebasan pengemudi
dalam bergerak dan memilih kecepatan, derajat hambatan lalu lintas,
keamanan dan kenyaman. Atau dengan kata lain, tingkat pelayanan suatu jalan
adalah suatu ukuran atau nilai yang menyatakan kualitas pelayanan yang
disediakan oleh suatu jalan dalam kondisi tertentu
a. Tingkat pelayanan A (Free Flow)
LOS A mewakili free flow. Pengguna jalan tidak dipengaruhi oleh keberadaan
variable lain dalam arus lalu lintas. Kebebasan memilih kecepatan yang diinginkan dan
kebebasan bergerak dalam arus lalu lintas yang sangata besar. Tingkat kenyamanan dan
keandalan secara umum yang dibutuhkan oleh pengendara atau penumpang sangat
baik. Tingkat pelayanan A dapat dikondisikan seperti :
1. arus bebas dengan volume lalu lintas rendah dan kecepatan tinggi;
2. arus lalu lintas sangat rendah dengan kecepatan yang dapat dikendalikan oleh
pengemudi berdasarkan batasan kecepatan maksimum/minimum dan kondisi fisik
jalan;
3. pengemudi dapat mempertahankan kecepatan yang diinginkannya tanpa atau
dengan sedikit tundaan.
LOS B berada dalam selang arus stabil, tetapi keberadaan pengguna lain dalam arus
alu lintas mulai terasa. Kebebasan memilih kecepatan yang diinginkan relative
terpengaruh, tetapi terdapat sedikit penurunan dalam kebebasan bergerak dalam arus
lalu lintas dibandingkan LOS A. Tingkat kenyamanan dan keandalan juga agak kurang
dari pada LOS karena keberadaan variable lain dalam arus lalu lintas mulai
mempengaruhi keberadaan individu. Tingkat pelayanan A dapat dikondisikan seperti :
1. Arus stabil dengan volume lalu lintas sedang dan kecepatan mulai dibatasi oleh
kondisi lalu lintas.
2. arus lalu lintas rendah hambatan internal lalu lintas belum memengaruhi kecepatan
3. pengemudi masih punya cukup kebebasan untuk memilih kecepatannya dan lajur
jalan yang digunakan.
LOS C berada dalam selang arus stabil, tetapi ditandai dengan awal operasi
pengguna individu yang dipengaruhi oleh interaksi lain dalam arus lalu lintas. Pemilihan
kecepatan bergerak dalam arus lalu lintas memerlukan kewaspadaan masung –masing
pengguna.
Tingkat kenyamanan dan keandalan umumnya menurun pada LOS C. Tingkat pelayanan
C dapat dikondisikan seperti:
1. arus stabil tetapi kecepatan dan pergerakan kendaraan dikendalikan oleh volume lalu
lintas yang lebih tinggi;
2. arus lalu lintas sedang karena hambatan internal lalu lintas meningkat;
LOS D mewakili arus tinggi, tetapi arus stabil. Kecepatan dan kebebasan bergerak
terbatas secara acak dan pengalaman pengemudi umumnya mewakili tingkat
kenyamanan dan keandalan yang buruk. Sedikit penambahan arus lalu lintas umumnya
menyebabkan masalah operasional pada LOS D. Tingkat pelayanan D dapat dikondisikan
seperti :
1. Arus mendekati tidak stabil dengan volume lalu lintas tinggi dan kecepatan masih
ditolerir namun sangat terpengaruh oleh perubahan kondisi arus;
2. Arus lalu lintas sedang namun fluktuasi volume lalu lintas dan hambatan temporer
dapat menyebabkan penurunan kecepatan yang besar;
LOS E mewakili kondisi operasional pada atau dekat dengan tingkat kapasitas.
Semua kecepatan menurun kenilai yang kecil, tetapi relative seragam. Kebebasan
bergerak dalam lalu lintas sangat sulit dan secara umum untuk melakukan pergerakan
kendaraan dilakukan dengan cara memaksa kendaraan lain memberi jalan untuk
pergerakan kendaraan. Tingkat kenyamanan dan keandalan sangat buruk sehingga
jumlah pengemudi yang frustasi umumnya tinggi. Operasional LOS E biasanya tidak
stabil, karena sedikit peningkatan arus atau gangguan kecil dalam arus menyebabkan
gangguan pada arus secara keseluruhan. Tingkat pelayanan E dapat dikondisikan
seperti;
1. Arus lebih rendah daripada tingkat pelayanan D dengan volume lalu lintas mendekati
kapasitas jalan dan kecepatan sangat rendah;
2. Arus lalu lintas tinggi karena hambatan internal lalu lintas tinggi;
LOS F digunakan untuk mendefinisikan arus lalu lintas yang dipaksakan atau buruk.
Kondisi LOS F terjadi jika jumlah lalu lintas menuju suatu titik nilai tertentu yang dapat
menghentikan arus lalu lintas. Level of Service (LOS) dapat diketahui dengan melakukan
perhitungan perbandingan antara volume lalu lintas dengan kapasitas dasar jalan (V/C).
Dengan melakukan perhitungan terhadap nilai LOS, maka dapat diketahui klasifikasi
jalan atau tingkat pelayanan pada suatu ruas jalan tertentu. Adapun standar nilai LOS
dalam menentukan klasifikasi jalan adalah sebagai berikut:
a. Alinyemen horizontal
Alinyemen horizontal adalah garis proyeksi sumbu jalan pada bidang peta,
yangdikenal dengan trase jalan. Trase jalan terdiri dari garis lengkung dan garis lurus.
Tujuan nya untuk Menyelaraskan dengan keadaan tofografi setempat, sehingga
didapat nilai keamanan, kenyamanan, danekonomi yang baik
b. Alinyemen Vertikal
Alinyemen vertical merupakan perpotongan bidang vertikal dengan bidang permukaan
perkerasan jalan melalui sumbu jalan untuk jalan 2 lajur 2 arah atau melalui tepi dalam
masing-masing perkerasan untuk jalan dengan median.
Pertimbangan perencanaan alinyemen vertikal meliputi :
1. Besarnya biaya pembangunan yang tersedia.
2. Persyaratan yang berhubungan dengan fungsi jalan kondisi tanah dasar.
3.Kondisi medan.
4.Muka air banjir.
5.Muka air tanah
6.Kelandaian yang masih memungkinkan
A. Peta Dasar
DAFTAR ISI
BAB 1 ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN....................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang dan Tujuan .......................................................................................................... 1
B. Teori Pendukung.......................................................................................................................... 2
1. Bagian – Bagian Jalan .............................................................................................................. 2
2. Fungsi Hirarki dan Kelas Jalan ................................................................................................. 6
3. Parameter Desain Geometrik Jalan ......................................................................................... 10
4. Komponen-Komponen Geometrik Jalan ................................................................................. 17
5. Pekerjaan galian dan timbunan ............................................................................................... 18
BAB 2 .................................................................................................................................................... 20
DATA PERENCANAAN ........................................................................................................................... 20