1
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Lebar ruang bebas diukur di antara dua garis vertikal pada batas terluar
ambang pengaman atas batas terluar Rumaja.
2. Tinggi ruang bebas minimal 5,1 m di atas permukaan jalur lalu lintas.
3. Kedalaman ruang bebas minimal 1,5 m di bawah permukaan jalur lalu lintas
terendah.
B. Rumija
Merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi, dan
kedalaman tertentu, meliputi Rumaja dan sejalur tanah tertentu di luar Rumaja.
ruang sepanjang jalan yang diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan, pelebaran
jalan, dan penambahan jalur lalu lintas di masa akan datang, serta kebutuhan
ruangan untuk pengamanan jalan.Rumija paling sedikit memiliki lebar sebagai
berikut:
1. JBH 30m.
2. JRY 25m.
3. JSD 15m
4. JKC 11m.
C. Ruwasja
Merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi
tertentu, meliputi ruang tertentu di luar Rumija. Ruwasja diperuntukkan bagi
pandangan bebas pengemudi dan pengaman konstruksi jalan, serta pengamanan
fungsi jalan. Ruwasja pada dasarnya adalah ruang lahan milik masyarakat
umum yang mendapat pengawasan dari pembina jalan.
3
5. jalan arteri sekunder 15m.
6. jalan kolektor sekunder 5m.
7. jalan lokal sekunder 3m.
8. jalan lingkungan sekunder 2m, dan
9. jembatan 100m ke arah hilir dan hulu.
2.2 Penampang melintang jalan
Penampang melintang jalan meliputi sebagai berikut:
A. Bahu jalan
Merupakan bagian ruang manfaat jalan yang berdampingan dengan
jalur lalu lintas, berfungsi menampung kendaraan yang berhenti sementara
karena keperluan darurat, dan pendukung samping bagi perkerasan jalan. Bahu
jalan berada di kedua sisi jalur lalu lintas. Untuk jalan yang dilengkapi median,
lebar bahu dalam dan bahu luar bisa sama bisa juga berbeda. Bahu jalan segaris
dengan perkerasan dan mulai dari tepian jalur lalu lintas hingga tepian badan
jalan. Kecuali jika bahu jalan diberi lapisan berpenutup (aspal atau beton), maka
bahu jalan harus miring ke arah menjauhi jalur lalu lintas. Bahu jalan disediakan
untuk melakukan dua fungsi, yaitu struktural dan lalu lintas.
Lebar bahu jalan diukur dari tepi luar jalur lalu lintas (termasuk marka
garis tepi) ke tepi terluar badan jalan dan tidak termasuk lebar untuk berm,
verge rounding, atau lebar tambahan apapun yang disediakan untuk
mengakomodasi patok pengarah jalan dan/atau pagar pengaman.
4
C. Jalur lalu-lintas
bagian jalan yang memanjang dan diperkeras, dengan atau tanpa marka
jalan, yang memiliki lebar cukup untuk satu kendaraan bermotor roda 4 atau
lebih yang sedang berjalan, selain sepeda motor.
D. Kerb
bangunan pelengkap jalan yang dipasang sepanjang tepi jalur lalu lintas
atau bahu jalan sebagai delineasi, berfungsi sebagai penghalang kendaraan
keluar dari jalur lalu lintas, mengendalikan aliran air hujan dari perkerasan
jalan, dan membantu dalam mendefinisikan tepi dari perkerasan jalan.
2.3 Drainase
Saluran drainase meliputi sebagai berikut:
A. Saluran tepi jalan
Saluran tepi jalan membuang air dari jalan dan sekitarnya dalam upaya
menjagakeselamatan lalu lintas dan kekuatan perkerasan. Jenis-jenis saluran
drainase samping jalan adalah:
1. Saluran samping
2. Saluran penangkap (Catch drains)
3. Saluran Median.
Dalam melakukan desain drainase, desainer juga mengacu ke Pedoman Desain
Drainase yang berlaku di Direktorat Jenderal Bina Marga.
a. Saluran samping
Saluran samping ditempatkan pada sisi luar bahu jalan di daerah galian
atau sepanjang timbunan jalur jalan di daerah datar dan bersamaan dengan
gorong-gorong yang mengumpulkan air yang mengalir dari badan jalan dan
permukaan tanah, dan membuangnya ke aliran sungai. Saluran samping tak
berlapis penutup memiliki dasar saluran di bawah level tanah dasar perkerasan
agar drainase perkerasan efektif. Hal ini kurang penting ketika saluran di bawah
permukaan disediakan pada tepi perkerasan. Air yang tertangkap dari saluran
bawah permukaan juga bisa dibuang kesaluran samping.
Dimana penggerusan (scouring) dimungkinkan karena sifat material
atau karena kelandaianmemanjang; perlindungan dasar saluran diperlukan.
Perlindungan ini bisa berupa penghamparan tanah dan rerumputan, pelapisan
batu atau beton. Pelapisan digunakan dimana saluran dimungkinkan
tergerus akibat kecepatan aliran air. Membuat bangunan penghambat aliran
(riprap) pada dasar saluran curam juga penting. Bisa dipertimbangkan juga
untuk menutup (sealing) tepian luar perkerasan, verge bahu jalan dan
pelapis saluran dimana pengendapan atau penggerusan bisa menjadi
masalah.
5
BAB III
HASIL SURVEY
Dari survey didapatkan pada ruas Jl. Letjen Sutoyo, Tukang Kayu, Kab.
Banyuwangi. Memiliki Ruang milik jalan (RUMIJA), Ruang manfaat jalan
(RUMAJA), Ruang pengawasan jalan (RUWASJA).
6
3.2 Pengukuran penampang melintang jalan
Hasil survey dan pengukuran penampang jalan didapatkan sebagai berikut:
A. Bahu jalan
Dari survey dan pengukursn pada Jl. Letjen Sutoyo, Tukang kayu, Kab.
Banyuwangi terdapat bahu jalan dengan didapatkan hasil pengukuran lebar
bahu jalan 60 cm.
Dari hasil survey dan pengukuran pada Jl. Letjen Sutoyo, Tukang kayu, Kab.
Banyuwangi Terdapat jalur pejalan kaki/Trotoar dengan didapatkan hasil
pengukuran selebar 1,7 m.
7
C. Jalur lalu-lintas
Dari survey dan pengukuran yang dilakukan pada Jl. Letjen Sutoyo, Tukang
Kayu, Kab. Banyuwangi. Jalur Lalu-Lintas dihasilkan pengukuran 6,7m.
D. Kerp
Dari hasil survey dan pengkuran pada ruas Jl. Letjen Sutoyo, Tukang kayu,
Kab. Banyuwangi. Di dapatkan bahwa di jalan ini terdapat kerp jalan.
8
3.3 Drainase
Hasil survey dan pengukuran didapatkan drainase:
A. Saluran tepi jalan
Dari hasil survey dan pengukuran pada Jl. Letjen Sutoyo, Tukang kayu,
Kab. Banyuwangi, terdepat saluran drainase saluran tepi jalan.
9
DAFTAR PUSTAKA
10
11