Anda di halaman 1dari 11

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................. 1


BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 2
1.1 Latar belakang ................................................................................................ 2
1.2 Tujuan ............................................................................................................. 2
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................................... 3
2.1 Ruang jalan.......................................................................................................... 3
2.2 Penampang melintang jalan ................................................................................ 4
2.3 Drainase............................................................................................................... 5
BAB III HASIL SURVEY ............................................................................................ 6
3.1 Pengukuran ruang jalan ....................................................................................... 6
3.2 Pengukuran penampang melintang jalan ............................................................ 7
3.3 Drainase............................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 10

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Perkembangan sosial ekonomi dan industri pariwisata di kabupaten
Banyuwangi secara signifikan berdampak terhadap peningkatan mobilitas penduduk
yang bergerak di sector pariwisata, penunjanga pariwisata atau sector lainnya. Data
statistic menunjukkan tingkat pertumbuhan kepemilikan kendaraan bermotor di
provinsi Jawa Timur, khususnya di kabupaten Banyuwang terus meningkat. Kondisi
tersebut secara langsung akan menimbulkan permasalahan geometric dan kapasitas
kontruksi pada ruas jalan, baik jalan nasional, jalan provinsi maupun jalan kabupaten.
Jalan merupakan prasarana transportasi yang penting bagi pengguna moda
transportasi darat, karena jalan merupakan penghubung antara daerah satu dan lainnya.
Perkembangan sosial ekonomi dan industri pariwisata semakin pesat sehingga
menyebabkan peningkatan volume lalu lintas, peingkatan volume lalu lintas
disamping disebabkan oleh perkembangan sosial ekonomi dan pariwisata dengan
adanya potensi dan daya tarik kawasan, juga lalu lintas tumbuh secara alamia (normal
growth). Peningkatan arus lalu lintas (jumlah dan tonase/beban lebih atau overloading)
mengakibatkan penurunan tingkatan pelayanan jalan dengan indilakasi kontruksi jalan
cepat rusak, sering terjadi kemacetan, waktu tempuh menjadi sangat lama dan
kenyamanan pemakai jalan akan terganggu. Kondisi tersebut sangat tidak
menguntungkan bagi perkembangan industri pariwisata dan kelancaran mobilitas
penduduk.
Dalam ilmu Teknik sipil (macroscopic) telah dipahami bahwa untuk
mempelajari suatuarus lalu lintas, terdapat tiga variable utama yang menentukan, yaitu
arus (volume/ flow), kecepatan (speed), dan kerapatan (density). Secara teritis tersapat
hubungan yang mendasar antara ketiga variable terseebut. Dalam prakteknya,
hubungan antara kecepatan dan volume ini dapat dipakai untuk banyak keperluan
dalam perencanaan, pengelolaan, dan penentuan kebijaksanaan dalam bidang
transportasi, misalnya sebagai pedoman dalam menentukan nilai matematis kapasitas
jalan pada kondisi ide. Analisi tersebut menggunakan Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI 1997) dengan bantuan software KAJI dengan memasukkan beberapa
parameter seperti data geometrijalan, dan data lalu lintas.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah:
a. Mengetahui ruang jalan jalan yang meliputi RUMIJA, RUMAJA, RUWASJA.
b. Mengetahui ukuran penampang melintang jalan yang meliputi bahu jalan,
trotoar, jalur lalu lintas, serta saluran drainase dan lain lain.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Ruang jalan


Ruang jalan dibagi menjadi 3 yaitu Rumaja, Rumija, Ruwasja
A. Rumaja
Merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi, dan
kedalaman tertentu, meliputi bagian badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang
pengaman, serta Rubeja jika dibutuhkan. Rumaja dilengkapi ruang bebas
dengan ukuran tinggi, dan kedalaman sebagai berikut.

1. Lebar ruang bebas diukur di antara dua garis vertikal pada batas terluar
ambang pengaman atas batas terluar Rumaja.
2. Tinggi ruang bebas minimal 5,1 m di atas permukaan jalur lalu lintas.
3. Kedalaman ruang bebas minimal 1,5 m di bawah permukaan jalur lalu lintas
terendah.
B. Rumija
Merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi, dan
kedalaman tertentu, meliputi Rumaja dan sejalur tanah tertentu di luar Rumaja.
ruang sepanjang jalan yang diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan, pelebaran
jalan, dan penambahan jalur lalu lintas di masa akan datang, serta kebutuhan
ruangan untuk pengamanan jalan.Rumija paling sedikit memiliki lebar sebagai
berikut:

1. JBH 30m.
2. JRY 25m.
3. JSD 15m
4. JKC 11m.
C. Ruwasja
Merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi
tertentu, meliputi ruang tertentu di luar Rumija. Ruwasja diperuntukkan bagi
pandangan bebas pengemudi dan pengaman konstruksi jalan, serta pengamanan
fungsi jalan. Ruwasja pada dasarnya adalah ruang lahan milik masyarakat
umum yang mendapat pengawasan dari pembina jalan.

1. jalan arteri primer 15m.


2. jalan kolektor primer 10m.
3. jalan lokal primer 7.
4. jalan lingkungan primer 5m.

3
5. jalan arteri sekunder 15m.
6. jalan kolektor sekunder 5m.
7. jalan lokal sekunder 3m.
8. jalan lingkungan sekunder 2m, dan
9. jembatan 100m ke arah hilir dan hulu.
2.2 Penampang melintang jalan
Penampang melintang jalan meliputi sebagai berikut:
A. Bahu jalan
Merupakan bagian ruang manfaat jalan yang berdampingan dengan
jalur lalu lintas, berfungsi menampung kendaraan yang berhenti sementara
karena keperluan darurat, dan pendukung samping bagi perkerasan jalan. Bahu
jalan berada di kedua sisi jalur lalu lintas. Untuk jalan yang dilengkapi median,
lebar bahu dalam dan bahu luar bisa sama bisa juga berbeda. Bahu jalan segaris
dengan perkerasan dan mulai dari tepian jalur lalu lintas hingga tepian badan
jalan. Kecuali jika bahu jalan diberi lapisan berpenutup (aspal atau beton), maka
bahu jalan harus miring ke arah menjauhi jalur lalu lintas. Bahu jalan disediakan
untuk melakukan dua fungsi, yaitu struktural dan lalu lintas.
Lebar bahu jalan diukur dari tepi luar jalur lalu lintas (termasuk marka
garis tepi) ke tepi terluar badan jalan dan tidak termasuk lebar untuk berm,
verge rounding, atau lebar tambahan apapun yang disediakan untuk
mengakomodasi patok pengarah jalan dan/atau pagar pengaman.

B. Jalur pejalan kaki


Merupakan bagian dari jalan yang disediakan khusus untuk pejalan
kaki, umumnya ditempatkan di sisi luar sejajar dengan jalur lalu lintas, dan
dipisah dari jalur lalu lintas oleh permukaannya yang ditinggikan dan
dilengkapi kerb.
Trotoar didesain dengan memperhatikan aksesibilitas bagi penyandang
cacat, adanya kebutuhan untuk pejalan kaki, dan unsur estetika yang memadai.
Bagian trotoar yang digunakan sebagai lintasan kendaraan, seperti akses ke
pertokoan, ke persil, dan lainlain, harus mempunyai spesifikasi yang lebih
tinggi dari pada bagian trotoar yang digunakan untuk pejalan kaki. Untuk
trotoar yang dimanfaatkan selain untuk pejalan kaki, contoh sebagai jalur
sepeda, tempat rambu lalu lintas, tempat sampah, pot bunga, maka harus
diperhatikan bahwa lebar trotoar masih memenuhi ketentuan minimal untuk
pejalan kaki, yaitu 1.5 m.

4
C. Jalur lalu-lintas
bagian jalan yang memanjang dan diperkeras, dengan atau tanpa marka
jalan, yang memiliki lebar cukup untuk satu kendaraan bermotor roda 4 atau
lebih yang sedang berjalan, selain sepeda motor.
D. Kerb
bangunan pelengkap jalan yang dipasang sepanjang tepi jalur lalu lintas
atau bahu jalan sebagai delineasi, berfungsi sebagai penghalang kendaraan
keluar dari jalur lalu lintas, mengendalikan aliran air hujan dari perkerasan
jalan, dan membantu dalam mendefinisikan tepi dari perkerasan jalan.
2.3 Drainase
Saluran drainase meliputi sebagai berikut:
A. Saluran tepi jalan
Saluran tepi jalan membuang air dari jalan dan sekitarnya dalam upaya
menjagakeselamatan lalu lintas dan kekuatan perkerasan. Jenis-jenis saluran
drainase samping jalan adalah:
1. Saluran samping
2. Saluran penangkap (Catch drains)
3. Saluran Median.
Dalam melakukan desain drainase, desainer juga mengacu ke Pedoman Desain
Drainase yang berlaku di Direktorat Jenderal Bina Marga.
a. Saluran samping
Saluran samping ditempatkan pada sisi luar bahu jalan di daerah galian
atau sepanjang timbunan jalur jalan di daerah datar dan bersamaan dengan
gorong-gorong yang mengumpulkan air yang mengalir dari badan jalan dan
permukaan tanah, dan membuangnya ke aliran sungai. Saluran samping tak
berlapis penutup memiliki dasar saluran di bawah level tanah dasar perkerasan
agar drainase perkerasan efektif. Hal ini kurang penting ketika saluran di bawah
permukaan disediakan pada tepi perkerasan. Air yang tertangkap dari saluran
bawah permukaan juga bisa dibuang kesaluran samping.
Dimana penggerusan (scouring) dimungkinkan karena sifat material
atau karena kelandaianmemanjang; perlindungan dasar saluran diperlukan.
Perlindungan ini bisa berupa penghamparan tanah dan rerumputan, pelapisan
batu atau beton. Pelapisan digunakan dimana saluran dimungkinkan
tergerus akibat kecepatan aliran air. Membuat bangunan penghambat aliran
(riprap) pada dasar saluran curam juga penting. Bisa dipertimbangkan juga
untuk menutup (sealing) tepian luar perkerasan, verge bahu jalan dan
pelapis saluran dimana pengendapan atau penggerusan bisa menjadi
masalah.

5
BAB III
HASIL SURVEY

3.1 Pengukuran ruang jalan


Hasil survey atau pengukuran ruang jalan didapatkan hasil sebagai berikut:

Dari survey didapatkan pada ruas Jl. Letjen Sutoyo, Tukang Kayu, Kab.
Banyuwangi. Memiliki Ruang milik jalan (RUMIJA), Ruang manfaat jalan
(RUMAJA), Ruang pengawasan jalan (RUWASJA).

6
3.2 Pengukuran penampang melintang jalan
Hasil survey dan pengukuran penampang jalan didapatkan sebagai berikut:
A. Bahu jalan

Dari survey dan pengukursn pada Jl. Letjen Sutoyo, Tukang kayu, Kab.
Banyuwangi terdapat bahu jalan dengan didapatkan hasil pengukuran lebar
bahu jalan 60 cm.

B. Jalur pejalan kaki/Trotoar

Dari hasil survey dan pengukuran pada Jl. Letjen Sutoyo, Tukang kayu, Kab.
Banyuwangi Terdapat jalur pejalan kaki/Trotoar dengan didapatkan hasil
pengukuran selebar 1,7 m.

7
C. Jalur lalu-lintas

Dari survey dan pengukuran yang dilakukan pada Jl. Letjen Sutoyo, Tukang
Kayu, Kab. Banyuwangi. Jalur Lalu-Lintas dihasilkan pengukuran 6,7m.
D. Kerp

Dari hasil survey dan pengkuran pada ruas Jl. Letjen Sutoyo, Tukang kayu,
Kab. Banyuwangi. Di dapatkan bahwa di jalan ini terdapat kerp jalan.

8
3.3 Drainase
Hasil survey dan pengukuran didapatkan drainase:
A. Saluran tepi jalan

Dari hasil survey dan pengukuran pada Jl. Letjen Sutoyo, Tukang kayu,
Kab. Banyuwangi, terdepat saluran drainase saluran tepi jalan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Kementriam PUPR Direktorat Jendral Bina Marga Surat Edaran Nomor


20/SE/Db/2021 Tentang Pedoman Desain Geometrik Jalan 2021. Jakarta:
Direktur Jendral Bina Marga.
Lupitasari Dan Mudjanarko. 2015. “Evaluasi Kinerja Jalan Arteri Primer Jl. Soekarno
Hatta – Jl. Panglima Sudirman Kota Probolinggo”. e-Jurnal Spirit Pro Patria
1:1-36.

10
11

Anda mungkin juga menyukai