Anda di halaman 1dari 11

TUGAS UJIAN TENGAS SEMESTER

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA

DISUSUN OLEH:
CHRISTOVER APRYANTO TUNDA’
E1A1 20 028

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KOTA KENDARI
2023
JAWABAN:

1. Berikut klasifikasi jalan berdasarkan fungsinya, wewenang pembinaan, dan menurut


kelasnya:
A. Fungsinya:
a. Jalan Arteri
Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama.
Ciri dari jalan ini adalah memiliki perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata
tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna. Jalan arteri terbagi
menjadi dua klasifikasi, yaitu jalan arteri primer dan jalan arteri sekunder.
b. Jalan Kolektor
Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi.Ciri-ciri jalan ini adalah perjalanan jarak sedang,
kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi. Jalan kolektor
terbagi menjadi dua yaitu, jalan kolektor primer dan jalan kolektor sekunder.
c. Jalan Lokal
Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat
dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan
masuk tidak dibatasi. Jalan lokal juga terbagi menjadi dua yaitu, jalan lokal
primer dan jalan lokal sekunder.
d. Jalan Lingkungan
Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
Jalan lingkungan terbagi menjadi dua yaitu, jalan lingkungan primer dan jalan
lingkungan sekunder.

B. Wewenang Pembinaan
a. Jalan Nasional
Merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer
yang menghubungkan antar ibu kota provinsi, dan jalan strategis nasional,
serta jalan tol. Yang termasuk kelompok jalan nasional adalah jalan arteri
primer, jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota propinsi, dan
jalan lain yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan nasional.
Penetapan status suatu jalan sebagai jalan nasional dilakukan dengan Keputusan
Menteri.
b. Jalan Provinsi
Merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibu kota provinsi dengan ibu kota kabupaten/kota, atau
antaribu kota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi. Yang termasuk
kelompok jalan provinsi adalah jalan kolektor primer yang menghubungkan
Ibukota Propinsi dengan Ibukota Kabupaten/Kotamadya, jalan kolektor primer
yang menghubungkan antar Ibukota Kabupaten/ Kotamadya, jalan lain yang
mempunyai kepentingan strategis terhadap kepentingan propinsi.
c. Jalan Kota
Adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan
antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan
persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antarpusat
permukiman yang berada di dalam kota. Yang termasuk kelompok jalan kota
adalah jaringan jalan sekunder di dalam kota. Penetapan status suatu ruas jalan
arteri sekunder dan atau ruas jalan kolektor sekunder sebagai jalan kota
dilakukan dengan keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I atas usul
Pemerintah Daerah Kota yang bersangkutan. Penetapan status suatu ruas jalan
lokal sekunder 8 sebagai jalan kota dilakukan dengan Keputusan Walikota
Daerah Tingkat II yang bersangkutan.
d. Jalan Kabupaten
Merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan
ibu kota kabupaten dengan ibu kota kecamatan, antaribu kota kecamatan, ibu
kota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal, serta
jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan
jalan strategis kabupaten. Yang termasuk kelompok jalan Kabupaten adalah
jalan kolektor primer yang tidak termasuk jalan nasional dan jalan propinsi,
jalan lokal primer.
e. Jalan Desa
Merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau
antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.

C. Menurut Kelas
Klasifikasi jalan menurut kelas berkaitan dengan kemampuan jalan untuk
menerima beban lalu lintas yang dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST)
dalam satuan ton. Untuk keperluan pengaturan penggunaan dan pemenuhan
kebutuhan angkutan, jalan dibagi dalam beberapa kelas yang didasarkan pada
kebutuhan transportasi, pemilihan moda secara tepat dengan mempertimbangkan
keunggulan karakteristik masing-masing moda, perkembangan teknologi kendaraan
bermotor, muatan sumbu terberat kendaraan bermotor serta konstruksi jalan.
Pengelompokkan jalan menurut muatan sumbu yang disebut juga kelas jalan, terdiri
dari:
a. Jalan Kelas I
Yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter (2,5 meter), ukuran panjang
tidak melebihi 18.000 milimeter (18 meter), ukuran paling tinggi 4.200
milimeter (4.2 meter), dan muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar
dari 10 ton.
b. Jalan Kelas II
Yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter (2,5 meter), ukuran panjang
tidak melebihi 18.000 milimeter (18 meter), ukuran paling tinggi 4.200
milimeter (4,2 m), dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 10 ton, jalan kelas
ini merupakan jalan yang sesuai untuk angkutan peti kemas
c. Kelas III A
yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang
tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8
ton.
d. Kelas III B
yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 12.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.
e. Kelas III C
Yaitu jalan lokal dan jalan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 milimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 9.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang
diizinkan 8 ton.

2. DAMAJA (Daerah Manfaat Jalan)


Merupakan ruas sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi dan kedalaman ruang
bebas tertentu yang ditetapkan oleh Pembina Jalan dan diperuntukkan bagi median,
perkerasan jalan, pemisahan jalur, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar, lereng, ambang
pengaman timbunan dan galian gorong-gorong perlengkapan jalan dan bangunan
pelengkap lainnya. Lebar Damaja ditetapkan oleh Pembina Jalan sesuai dengan
keperluannya. Tinggi minimum 0,5 meter dan kedalaman minimum 1,5 meter diukur
dari permukaan perkerasan.

DAMIJA (Daerah Milik Jalan)


Merupakan ruas sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang
dikuasai oleh Pembina Jalan guna peruntukkan daerah manfaat jalan dan perlebaran
jalan maupun menambahkan jalur lalu lintas dikemudian hari serta kebutuhan ruangan
untuk pengamanan jalan. Lebar Damija sekurang-kurangnya sama dengan lebar
Damaja. Tinggi atau kedalaman, yang diukur dari permukaan jalur lalu lintas, serta
penentuannya didasarkan pada keamanan, pemakaian jalan sehubungan dengan
pemanfaat satu Daerah Milik Jalan, Daerah Manfaat Jalan serta ditentukan oleh
Pembina Jalan.

DAWASJA (Daerah Pengawasan Jalan)


Merupakan ruas disepanjang jalan di luara Daerah Milik Jalan yang ditentukan
berdasarkan kebutuhan terhadap pendangan pengemudi, ditetapkan oleh Pembina Jalan.
Daerah Pengawasan Jalan dibatasi oleh : Lebar diukur dari As Jalan. 1. Untuk Jalan
Arteri Primer tidak kurang dari 20 meter. 2. Untuk Jalan Arteri Sekunder tidak kurang
dari 20 meter. 3. Untuk Jalan Kolektor Primer tidak kurang dari 15 meter. 4. Untuk
Jalan Kolektor Sekunder tidak kurang dari 7 meter. 5. Untuk Jalan Lokal Primer tidak
kurang dari 10 meter. 6. Untuk Jalan Lokal Sekunder tidak kurang dari 4 meter. 7.
Untuk Jembatan tidak kurang dari 100 meter ke arah hulu dan hilir. Tinggi yang diukur
dri permukaan jalur lalu lintas dan penentuannya didasarkan pada keamanan pemakai
jalan baik di jalan lurus, maupun di tikungan dalam hal pandangan bebas pengemudi,
ditentukan oleh Pembina Jalan.

3. Tipe Jalan:

Tipe Jalan 2/2 UD Tipe Jalan 6/2 D

Tipe Jalan 4/2 UD Tipe Jalan 4/2 D

4. Dalam perencanaan geomterik jalan terdapat beberapa parameter perencanaan yang


harus dipahami seperti, kendaraan rencana, kecepatan rencana, volume dan kapasitas
jalan, dan tingkat pelayanan yang diberikan oleh jalan tersebut. Parameter-parameter ini
merupakan penentuan tingkat kenyamanan dan keamanan yang dihasilkan oleh suatu
bentuk geometrik jalan.
a. Kendaraan rencana
Kendaraan Rencana adalah kendaraan yang dimensi dan radius putarnya dipakai
sebagai acuan dalam perencanaan geometrik.
b. Kecepatan rencana
Kecepatan rencana adalah kecepatan yang dipilih sebagai dasar perencanaan
geometrik jalan, yang memungkinkan kendaraan dapat bergerak dengan aman dan
nyaman dalam kondisi cuaca cerah, lalu lintas lengang dan pengaruh samping jalan
tidak berarti
c. Volume Lalulintas
Volume lalu-lintas harian rata-rata (VLHR), adalah perkiraan volume lalu-lintas
harian pada akhir tahun rencana lalu lintas yang dinyatakan dalam satuan mobil
penumpang per hari (smp/hari).

5. Diketahui:
Volume lalu lintas
Arah Utara = MC : 192 LV : 152 HV: 102
arah Aelatan =MC : 208 LV : 178 HV: 138
Tipe jalan = Perkotaan 4/2 UD
Bahu = 1m
Lebar jalur =7m
Lebar lajur = 3,5 m
Hambatan samping sangat rendah
Lokasi Kota Kendari

Ditanyakan:
Hitunglah kapasitas dan drajad kejenuhannya

Penyelesaian:
Kapasitas Jalan (C) = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs
= 1500 x 1 x 1 x 0.93 x 0.86
= 1199.7
= 1200

Q
Drajad Kejenuhan =
C
Q = (MC x empMC) + (LV x empLV) + (HV x empHV)
= (192 x 0.5) + (152 x 1) + (102 x 1.3)
= 380.6
= 381 => Arah Utara
Q = (MC x empMC) + (LV X empLV) + (HV x empHV)
= (208 x 0.5) + 178 x 1) + (138 x 1.3)
= 104 + 178 + 179,4
= 461.4
= 461.4 => Arah Selatan
Q total = 381 + 461
= 842 smp/jam

Maka diperoleh:
Q
Drajad Kejenuhan =
C
842
=
1200
= 0.7
6. Diketahui:
a. Jarak: P0-P1 = 50m
b. P0 = Kontur terendah = 15.75m
x = 6.1m
y = 7.4m
c. P1 = Kontur terendah = 16.50m
x = 0.45m
y = 7.4m
d. Interval Kontur = 0.75m

Ditanyakan:
a. Tinggi titik
b. Beda tinggi
c. Kemiringan

Penyelesaian:
a. Tinggi Titik
Tinggi titik (Pn) untuk Po x
= Kt + x IK
y
6.1
= 15.75 + x 0.75
7.4
= 16.37 m

Tinggi titik (Pn) untuk P1 x


= Kt + x IK
y
0.45
= 16.5 + x 0.75
7.4

= 16.55 m

b. Beda Tinggi
Beda tinggi (Bt) = Pn(akhir) - pn(Awal)

= 16.55 - 16.37

= 0.18 m

c. Kemiringan
Kemiringan (Kn) Bt
= x 100%
Jarak Patok (Sn)
0.18
= x 100%
50
= 0.35
7. Jawaban
a. Elenyemen Horizontal
Dik :
Vr = 72 km/jam
R = 210 m
e = 0,091
π = 3,14
C = 0,4 m/det
β = 38 derajat

Dit :
Ls ….. ?
θs ……?
θc ……?
Lc ……?
P …….?
L ……..?

Penyelesaian ;
Fm = (-0,00065 x Vr) + 0,192
= (-0,00065 x 70) + 0,192
= 0,14
1432 ,39
Maka, Dmax =
Rc
1432 ,39
=
210
= 6,82
E table = 0,091

Direncanakan tikungan spiral circle spiral (S-C-S)


3
Vr Vr x e
Ls min = 0,022 x – 2,727 x
Rc x c c
723 72 x 0,091
= 0,022 x – 2,727 x
210 x 0 ,4 0,4
= 53,08
Syarat I Ls min < Ls
= 53,08 < 60 (AMAN)

90 Ls
θs = x
π Rc
90 60
= x
3 ,14 210
= 8,19

Syarat II 2. θs < β
= 2. 8,19 < β
= 19,2150 < 38 (AMAN)

θc = β – 2. θs
= 38 – 2 x 8,19
= 21,62

Syarat III θc >0


= 21,62 > 0 (AMAN)

θc
Lc = 2π. Rc
360
21 ,62
= 2 x 3,14 x 210
360
= 79,21

Syarat IV Lc > 25
= 79,21 > 25 (AMAN)

2
Ls
P = – Rc (1 – cos θs)
6R
2
60
= – 210 (1- cos 8,19)
6 x 210
= 0,72

Syarat V P > 0,25


= 0,72 > 0,25 (AMAN)

3
Ls
K = Ls - 2 – Rc sin θs
40 Rc
3
60
= 60 - 2 – 210 x sin 8,19
40 x 210
= 29,96

Ts = (Rc + P) x Tan 0,5 β + K


= ( 210 + 0,72) x 0,5.38 + 29,96
= 103

R+ P
Es = – Rc
cos 0,5 β
210+0,72
= – 210
cos 0,5. 38
= 12,86

L = Lc + 2 x Ls
= 79,21 + 2 x 60
= 199,21

L < 2 x Ts
Syarat 6
199.21 < 2 x 103
199.2067 < 205.0394 AMAN

b. Superelevasi
Untuk kecepatan rencana (Vr) < 80 km/jam berlaku Fm (-0,00065 x Vr) + 0,192 dan untuk
kecepatan rencana (Vr) antara 80-112 km/jam berlaku Fm = (-0,0025 x Vr) + 0,24.
1. Tikungan 1
Dik :
Vr = 72 km/jam
R = 210 m
π = 3,14
C = 0,4 m/det
β = 38 derajat
Ls = 60
e-tabel = 0,091
e-max = 10% atau 0,1
Dit :
L. relatif …… ?
e max ……….?

Penyelesaian
Fm = (-0,00065 x Vr) + 0,192
= (-0,00065 x 70) + 0,192
= 0,14

0,02+e tabel
L. relative = x 3,5
Ls
0,02+0,091
= x 3,5
60
= 0,0065

e max = 10 % atau 0,1


Syarat = e max < e table
= 0,1 < 0,098 (TIDAK AMAN)

Anda mungkin juga menyukai