DISUSUN OLEH:
CHRISTOVER APRYANTO TUNDA’
E1A1 20 028
B. Wewenang Pembinaan
a. Jalan Nasional
Merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer
yang menghubungkan antar ibu kota provinsi, dan jalan strategis nasional,
serta jalan tol. Yang termasuk kelompok jalan nasional adalah jalan arteri
primer, jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota propinsi, dan
jalan lain yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan nasional.
Penetapan status suatu jalan sebagai jalan nasional dilakukan dengan Keputusan
Menteri.
b. Jalan Provinsi
Merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibu kota provinsi dengan ibu kota kabupaten/kota, atau
antaribu kota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi. Yang termasuk
kelompok jalan provinsi adalah jalan kolektor primer yang menghubungkan
Ibukota Propinsi dengan Ibukota Kabupaten/Kotamadya, jalan kolektor primer
yang menghubungkan antar Ibukota Kabupaten/ Kotamadya, jalan lain yang
mempunyai kepentingan strategis terhadap kepentingan propinsi.
c. Jalan Kota
Adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan
antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan
persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antarpusat
permukiman yang berada di dalam kota. Yang termasuk kelompok jalan kota
adalah jaringan jalan sekunder di dalam kota. Penetapan status suatu ruas jalan
arteri sekunder dan atau ruas jalan kolektor sekunder sebagai jalan kota
dilakukan dengan keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I atas usul
Pemerintah Daerah Kota yang bersangkutan. Penetapan status suatu ruas jalan
lokal sekunder 8 sebagai jalan kota dilakukan dengan Keputusan Walikota
Daerah Tingkat II yang bersangkutan.
d. Jalan Kabupaten
Merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan
ibu kota kabupaten dengan ibu kota kecamatan, antaribu kota kecamatan, ibu
kota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal, serta
jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan
jalan strategis kabupaten. Yang termasuk kelompok jalan Kabupaten adalah
jalan kolektor primer yang tidak termasuk jalan nasional dan jalan propinsi,
jalan lokal primer.
e. Jalan Desa
Merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau
antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.
C. Menurut Kelas
Klasifikasi jalan menurut kelas berkaitan dengan kemampuan jalan untuk
menerima beban lalu lintas yang dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST)
dalam satuan ton. Untuk keperluan pengaturan penggunaan dan pemenuhan
kebutuhan angkutan, jalan dibagi dalam beberapa kelas yang didasarkan pada
kebutuhan transportasi, pemilihan moda secara tepat dengan mempertimbangkan
keunggulan karakteristik masing-masing moda, perkembangan teknologi kendaraan
bermotor, muatan sumbu terberat kendaraan bermotor serta konstruksi jalan.
Pengelompokkan jalan menurut muatan sumbu yang disebut juga kelas jalan, terdiri
dari:
a. Jalan Kelas I
Yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter (2,5 meter), ukuran panjang
tidak melebihi 18.000 milimeter (18 meter), ukuran paling tinggi 4.200
milimeter (4.2 meter), dan muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar
dari 10 ton.
b. Jalan Kelas II
Yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter (2,5 meter), ukuran panjang
tidak melebihi 18.000 milimeter (18 meter), ukuran paling tinggi 4.200
milimeter (4,2 m), dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 10 ton, jalan kelas
ini merupakan jalan yang sesuai untuk angkutan peti kemas
c. Kelas III A
yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang
tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8
ton.
d. Kelas III B
yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 12.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.
e. Kelas III C
Yaitu jalan lokal dan jalan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 milimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 9.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang
diizinkan 8 ton.
3. Tipe Jalan:
5. Diketahui:
Volume lalu lintas
Arah Utara = MC : 192 LV : 152 HV: 102
arah Aelatan =MC : 208 LV : 178 HV: 138
Tipe jalan = Perkotaan 4/2 UD
Bahu = 1m
Lebar jalur =7m
Lebar lajur = 3,5 m
Hambatan samping sangat rendah
Lokasi Kota Kendari
Ditanyakan:
Hitunglah kapasitas dan drajad kejenuhannya
Penyelesaian:
Kapasitas Jalan (C) = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs
= 1500 x 1 x 1 x 0.93 x 0.86
= 1199.7
= 1200
Q
Drajad Kejenuhan =
C
Q = (MC x empMC) + (LV x empLV) + (HV x empHV)
= (192 x 0.5) + (152 x 1) + (102 x 1.3)
= 380.6
= 381 => Arah Utara
Q = (MC x empMC) + (LV X empLV) + (HV x empHV)
= (208 x 0.5) + 178 x 1) + (138 x 1.3)
= 104 + 178 + 179,4
= 461.4
= 461.4 => Arah Selatan
Q total = 381 + 461
= 842 smp/jam
Maka diperoleh:
Q
Drajad Kejenuhan =
C
842
=
1200
= 0.7
6. Diketahui:
a. Jarak: P0-P1 = 50m
b. P0 = Kontur terendah = 15.75m
x = 6.1m
y = 7.4m
c. P1 = Kontur terendah = 16.50m
x = 0.45m
y = 7.4m
d. Interval Kontur = 0.75m
Ditanyakan:
a. Tinggi titik
b. Beda tinggi
c. Kemiringan
Penyelesaian:
a. Tinggi Titik
Tinggi titik (Pn) untuk Po x
= Kt + x IK
y
6.1
= 15.75 + x 0.75
7.4
= 16.37 m
= 16.55 m
b. Beda Tinggi
Beda tinggi (Bt) = Pn(akhir) - pn(Awal)
= 16.55 - 16.37
= 0.18 m
c. Kemiringan
Kemiringan (Kn) Bt
= x 100%
Jarak Patok (Sn)
0.18
= x 100%
50
= 0.35
7. Jawaban
a. Elenyemen Horizontal
Dik :
Vr = 72 km/jam
R = 210 m
e = 0,091
π = 3,14
C = 0,4 m/det
β = 38 derajat
Dit :
Ls ….. ?
θs ……?
θc ……?
Lc ……?
P …….?
L ……..?
Penyelesaian ;
Fm = (-0,00065 x Vr) + 0,192
= (-0,00065 x 70) + 0,192
= 0,14
1432 ,39
Maka, Dmax =
Rc
1432 ,39
=
210
= 6,82
E table = 0,091
90 Ls
θs = x
π Rc
90 60
= x
3 ,14 210
= 8,19
Syarat II 2. θs < β
= 2. 8,19 < β
= 19,2150 < 38 (AMAN)
θc = β – 2. θs
= 38 – 2 x 8,19
= 21,62
θc
Lc = 2π. Rc
360
21 ,62
= 2 x 3,14 x 210
360
= 79,21
Syarat IV Lc > 25
= 79,21 > 25 (AMAN)
2
Ls
P = – Rc (1 – cos θs)
6R
2
60
= – 210 (1- cos 8,19)
6 x 210
= 0,72
3
Ls
K = Ls - 2 – Rc sin θs
40 Rc
3
60
= 60 - 2 – 210 x sin 8,19
40 x 210
= 29,96
R+ P
Es = – Rc
cos 0,5 β
210+0,72
= – 210
cos 0,5. 38
= 12,86
L = Lc + 2 x Ls
= 79,21 + 2 x 60
= 199,21
L < 2 x Ts
Syarat 6
199.21 < 2 x 103
199.2067 < 205.0394 AMAN
b. Superelevasi
Untuk kecepatan rencana (Vr) < 80 km/jam berlaku Fm (-0,00065 x Vr) + 0,192 dan untuk
kecepatan rencana (Vr) antara 80-112 km/jam berlaku Fm = (-0,0025 x Vr) + 0,24.
1. Tikungan 1
Dik :
Vr = 72 km/jam
R = 210 m
π = 3,14
C = 0,4 m/det
β = 38 derajat
Ls = 60
e-tabel = 0,091
e-max = 10% atau 0,1
Dit :
L. relatif …… ?
e max ……….?
Penyelesaian
Fm = (-0,00065 x Vr) + 0,192
= (-0,00065 x 70) + 0,192
= 0,14
0,02+e tabel
L. relative = x 3,5
Ls
0,02+0,091
= x 3,5
60
= 0,0065