Anda di halaman 1dari 19

KLASIFIKASI JALAN DAN TERMINAL

Makalah

diajukan untuk melengkapi tugas-tugas


mata kuliah sistem transportasi

OLEH

CHIKA CAHYA MADANI


1904101010017

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2019
KLASIFIKASI JALAN DAN TERMINAL

A. Klasifikasi Jalan
Berdasarkan Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (TPGJAK) tahun 1997,
klasifikasi jalan terbagi menjadi :
a. Klasifikasi menurut fungsi jalan
1) Jalan Arteri
Jalan Arteri adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-cirinya seperti
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi
secara efisien. Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan yang harus dipenuhi
oleh jalan arteri adalah :
 Kecepatan rencana > 60 km/jam.
 Lebar badan jalan > 8,0 meter.
 Kapasitas jalan lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.
 Jalan masuk dibatasi secara efisien sehingga kecepatan rencana dan
 kapasitas jalan dapat tercapai.
 Tidak boleh terganggu oleh kegiatan local, lalu lintas local
 Jalan arteri tidak terputus walaupun memasuki kota.
2) Jalan Kolektor
Jalan Kolektor merupakan jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi
dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah
jalan masuk dibatasi. Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan yang harus
dipenuhi oleh jalan kolektor adalah :
 Kecepatan rencana > 40 km/jam.
 Lebar badan jalan > 7,0 meter.
 Kapasitas jalan lebih besar atau sama dengan volume lalu lintas rata-rata.
 Jalan masuk dibatasi secara efisien sehingga kecepatan rencana dan kapasitas
jalan tidak terganggu.
 Tidak boleh terganggu oleh kegiatan lokal, lalu lintas lokal.
 Jalan kolektor tidak terputus walaupun memasuki daerah kota.
3) Jalan Lokal
Jalan Lokal adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak
dibatasi.
b. Klasifikasi menurut kelas jalan
Kelas jalan diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu lintas dan
Angkutan Jalan. Jalan dikelompokkan dalam beberapa kelas berdasarkan:
 Fungsi dan intensitas lalu lintas guna kepentingan pengaturan penggunaan jalan dan
kelancaran lalu lintas angkutan jalan.
 Daya dukung untuk menerima muatan sumbu terberat dan dimensi kendaraan
bermotor.
Pada SNI tentang Teknik Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota 1997, kelas
jalan dijelaskan sebagai berikut :
1) Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk menerima
beban lalulintas, dinyataan dalam muatan sumbu terberat (MST) dalam satuan ton.
Berdasarkan muatan sumbu terdiri dari :
 Jalan Kelas I
Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 meter, ukuran
panjang tidak melebihi 18 meter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan
lebih besar dari 10 ton, yang saat ini masih belum digunakan di Indonesia,
namun sudah mulai dikembangkan diberbagai negara maju seperti di Prancis
telah mencapai muatan sumbu terberat sebesar 13 ton.
 Jalan Kelas II
Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 meter, ukuran
panjang tidak melebihi 18 meter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 10
ton, jalan kelas ini merupakan jalan yang sesuai untuk angkutan peti kemas.
 Jalan Kelas IIIA
Jalan Kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5
meter,ukuran panjang tidak melebihi 18 meter, dan muatan sumbu terberat
yang diizinkan 8 ton.
 Jalan Kelas IIIB
Jalan Kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 meter, ukuran
panjang tidak melebihi 12 meter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan
8ton.
 Jalan Kelas IIIC
Jalan Kelas III C, yaitu jalan lokal dan jalan lingkungan yang dapat dilalui
kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,1
meter, ukuran panjang tidak melebihi 9 meter, dan muatan sumbu terberat
yang diizinkan 8 ton.
2) Klasifikasi menurut kelas jalan dan ketentuannya serta kaitannya dengan klasifikasi
menurut fungsi jalan dapat dilihat dalam tabel 2.1
Tabel 2.1 Klasifikasi menurut Kelas Jalan

Muatan Sumbu Terberat


Klasifikasi fungsi Kelas
MST (ton)
I ˃ 10

Arteri II 10

III A 8
III A
Kolektor 8
III B

(Sumber : Teknik Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota 1997; 4)

c. Klasifikasi menurut medan jalan


1) Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebgaian besar kemiringan
medan yang diukur tegak lurus kontur.
2) Klasifikasi menurut medan jalan untuk perencanaan geometrik dapat dilihat
pada tabel 2.2
Tabel 2.2 Golongan Medan

Kemiringan
Golongan Medan Notasi Medan
Datar D <3
(%)
Perbukitan B 3 - 25
Pegunungan G > 25
(Sumber : Teknik Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota 1997; 5)

d. Klasifikasi menurut wenangan / status


Klasifikasi jalan menurut wewenang pembinaannya sesuai dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan PP. No 34/2006 pasal 25
adalah jalan Nasional, jalan Provinsi, jalan Kabupaten, jalan Kota dan jalan Desa.
1) Jalan Nasional
Penyelenggaraan Jalan Nasional merupakan kewenangan Kementerian
Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, yaitu di
Direktorat Jenderal Bina
Marga yang dalam
pelaksanaan tugas
penyelenggaraan jalan
nasional dibentuk Balai Besar
Pelaksanaan Jalan Nasional
sesuai dengan wilayah
kerjanya masing-masing.
Sesuai dengan kewenangannya, maka ruas-ruas jalan nasional ditetapkan oleh
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam bentuk Surat Keputusan (SK)
Menteri PUPR.
Jalan Nasional terdiri dari:
a) Jalan Arteri Primer
Jalan arteri primer menghubungkan secara berdaya guna antarpusat
kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat
kegiatan wilayah. Sistem jaringan jalan primer disusun berdasarkan rencana tata
ruang dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua
wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi
yang berwujud pusat-pusat kegiatan sebagai berikut:
1. menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan
wilayah, pusat kegiatan lokal sampai ke pusat kegiatan lingkungan; dan
2. menghubungkan antarpusat kegiatan nasional

Karakteristik jalan arteri primer adalah sebagai berikut:

 Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60


(enam puluh) kilometer per jam (km/h);
 Lebar Daerah Manfaat Jalan minimal 11 (sebelas) meter;
 Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien; jarak antar jalan
masuk/akses langsung minimal 500 meter, jarak antar akses lahan langsung
berupa kapling luas lahan harus di atas 1000 m2, dengan pemanfaatan untuk
perumahan;
 Persimpangan pada jalan arteri primer diatur dengan pengaturan tertentu
yang sesuai dengan volume lalu lintas dan karakteristiknya;
 Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu lalu
lintas, marka jalan, lampu lalu lintas, lampu penerangan jalan, dan lain-lain;
 Jalur khusus seharusnya disediakan, yang dapat digunakan untuk sepeda dan
kendaraan lambat lainnya;
 Jalan arteri primer mempunyai 4 lajur lalu lintas atau lebih dan seharusnya
dilengkapi dengan median (sesuai dengan ketentuan geometrik);
 Apabila persyaratan jarak akses jalan dan atau akses lahan tidak dapat
dipenuhi, maka pada jalan arteri primer harus disediakan jalur lambat
(frontage road) dan juga jalur khusus untuk kendaraan tidak
bermotor (sepeda, becak, dll).

b) Jalan Kolektor Primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi


Jalan kolektor primer adalah jalan yang dikembangkan untuk melayani dan
menghubungkan kota-kota antar pusat kegiatan wilayah dan pusat kegiatan lokal
dan atau kawasan-kawasan berskala kecil dan atau pelabuhan pengumpan
regional dan pelabuhan pengumpan lokal. Karakteristik jalan kolektor primer :
 Jalan kolektor primer
dalam kota merupakan
terusan jalan kolektor
primer luar kota.
 Jalan kolektor primer
melalui atau menuju
kawasan primer atau
jalan arteri primer.
 Jalan kolektor primer
dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 (empat puluh) km
per jam.
 Lebar badan jalan kolektor primer tidak kurang dari 7 (tujuh) meter
 Jumlah jalan masuk ke jalan kolektor primer dibatasi secara efisien. Jarak
antar jalan masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 400 meter.
 Kendaraan angkutan barang berat dan bus dapat diizinkan melalui jalan ini.
 Persimpangan pada jalan kolektor primer diatur dengan pengaturan tertentu
yang sesuai dengan volume lalu lintas nya.
 Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar dari
volume lalu lintas rata-rata.
 Lokasi parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan seharusnya tidak diizinkan
pada jam sibuk.
 Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu lalu
lintas, marka jalan, lampu lalu lintas dan lampu penerangan jalan.
 Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih rendah dari jalan
arteri primer.
 Dianjurkan tersedianya Jalur Khusus yang dapat digunakan untuk sepeda dan
kendaraan lambat lainnya.
c) Jalan Tol

Jalan tol (di Indonesia disebut juga sebagai jalan bebas hambatan) adalah
suatu jalan yang dikhususkan untuk kendaraan bersumbu dua atau lebih
(mobil, bus, truk) dan bertujuan untuk mempersingkat jarak dan waktu tempuh
dari satu tempat ke tempat lain.
Untuk menggunakan fasilitas ini, para pengguna jalan tol harus membayar
sesuai tarif yang berlaku. Penetapan tarif didasarkan pada golongan kendaraan.
Bangunan atau tempat fasilitas tol dikumpulkan disebut sebagai gerbang tol.
Bangunan ini biasanya ditemukan di dekat pintu keluar, di awal atau akhir
jembatan, dan ketika Anda memasuki suatu jalan layang (fly-over).

Di Indonesia, jalan tol sering dianggap sinonim untuk jalan bebas hambatan,
meskipun hal ini sebenarnya salah. Di dunia secara keseluruhan, tidak semua
jalan bebas hambatan memerlukan bayaran. Jalan bebas hambatan tanpa berbayar
dinamakan freeway atau expressway sedangkan jalan bebas hambatan berbayar
dinamakan dengan toll way atau tollroad.

d) Jalan Strategis Nasional

2) Jalan Provinsi
Jalan provinsi merupakan jalan
kolektor dalam sistem jaringan
primer yang menghubungkan ibu
kota provinsi dengan ibu kota
kabupaten/kota, atau antar ibu kota
kabupaten/kota, dan jalan strategis
provinsi. Penyelenggaraan Jalan Provinsi merupakan kewenangan Pemerintah
Provinsi. Ruas-ruas jalan provinsi ditetapkan oleh Gubernur dengan Surat Keputusan
(SK) Gubernur.
Jalan Provinsi terdiri dari:
a) Jalan Kolektor Primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota
kabupaten atau kota
b) Jalan Kolektor Primer yang menghubungkan antar ibukota kabupaten atau kota
c) Jalan Strategis Provinsi
d) Jalan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

3) Jalan Kabupaten
Penyelenggaraan Jalan Kabupaten merupakan kewenangan Pemerintah Kabupaten.
Jalan Kabupaten terdiri dari:
a) Jalan kolektor primer yang tidak
termasuk jalan nasional dan jalan
provinsi.
b) Jalan lokal primer yang
menghubungkan ibukota kabupaten
dengan ibukota kecamatan, ibukota
kabupaten dengan pusat desa, antar
ibukota kecamatan, ibukota kecamatan
dengan desa, dan antar desa.
c) Jalan sekunder yang tidak termasuk jalan provinsi dan jalan sekunder dalam kota.
d) Jalan strategis kabupaten.
Ruas-ruas jalan kabupaten ditetapkan oleh Bupati dengan Surat Keputusan (SK)
Bupati.

4) Jalan Kota
Jalan Kota adalah jalan umum pada
jaringan jalan sekunder di dalam
kota, merupakan kewenangan
Pemerintah Kota. Ruas-ruas jalan
kota ditetapkan oleh Walikota
dengan Surat Keputusan (SK)
Walikota

5) Jalan Desa
Jalan Desa adalah jalan lingkungan primer dan jalan lokal primer yang tidak termasuk
jalan kabupaten di dalam kawasan perdesaan, dan merupakan jalan umum yang
menghubungkan kawasan dan/atau antar permukiman di dalam desa.
B. Klasifikasi Terminal
Berdasarkan kriteria masing-masing maka terminal dapat diklasifikasikan sebagai
berikut (Departemen Perhubungan, 1996) :
a. Klasifikasi Terminal Berdasarkan Peranannya
Terminal dibedakan atas 2 (dua) berdasarkan peranannya, yaitu:
1. Terminal primer adalah terminal untuk pelayanan arus barang dan penumpang (jasa
angkutan) yang mencakup kawasan regional.
2. Terminal sekunder adalah terminal untuk pelayanan penumpang dan barang (jasa
angkutan) yang bersifat lokal atau melengkapi kegiatan terminal primer.
b. Klasifikasi Terminal Berdasarkan Fungsinya
Ada 3 (tiga) jenis terminal yang dibedakan atas fungsinya yaitu :
1) Terminal Utama adalah tempat terputusnya arus barang dan penumpang
(jasa angkutan) dengan ciri sebagai berikut :
 Berfungsi sebagai alat pengatur angkutan yang bersifat melayani arus
angkutan barang dan penumpang dalam jarak jauh dan volume tinggi.
 Bongkar muat lebih besar atau sama dengan 8 ton/unit angkutan atau 40
penumpang/unit angkutan.
2) Terminal Madya adalah tempat terputusnya arus barang dan penumpang
(jasa angkutan) dengan ciri sebagai berikut :
 Berfungsi sebagai alat penyalur angkutan yang bersifat melayani arus
angkutan barang dan penumpang dalam jarak dan volume sedang.
 Bongkar muat lebih besar atau sama dengan 5 ton/unit angkutan atau 20
penumpang /unit angkutan.
3) Terminal cabang adalah tempat terputusnya arus barang dan penumpang
(jasa angkutan) dengan ciri sebagai berikut :
 Sebagai alat penyalur angkutan yang bersifat melayani arus angkutan barang
dan penumpang dalam jarak pendek dan volume kecil.
 Bongkar muat lebih kecil atau sama dengan 2,5 ton/unit angkutan atau 10
penumpang/unit angkutan.

c. Klasifikasi Terminal Berdasarkan Jenis Angkutan


Ada 4 (empat) jenis terminal yang dapat dibedakan berdasarkan jenis angkutan
yang digunakan yaitu:
1) Terminal Penumpang adalah terminal untuk menaikkan dan atau menurunkan
penumpang.
2) Terminal Barang/Cargo adalah terminal untuk perpindahan (bongkar muat) barang
dari moda transport yang satu ke moda transport yang lainnya.
3) Terminal Khusus adalah terminal yang dipengaruhi oleh sifat-sifat barang yang
diangkut.
4) Terminal Truk adalah terminal yang sesuai dengan kebutuhannya, dinyatakan dengan
jumlah truk yang dapat diparkir atau menunggu dalam satuan waktu.

d. Klasifikasi Terminal Berdasarkan Tingkat Pelayanan

Berdasarkan tingkat pelayanannya, terminal penumpang yang dinyatakan dalam jumlah


arus minimum kendaraan per satuan waktu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Terminal Utama : 50 – 100 kendaraan/jam
2. Terminal Madya : 25 – 50 kendaraan/jam
3. Terminal Cabang : <25 kendaraan/jam

e. Klasifikasi Terminal Berdasarkan Ruang Terminal


Berdasarkan kebutuhan ruang, terminal penumpang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Terminal Utama : 5 ha untuk di Pulau Jawa dan Sumatra, dan 3 ha untuk di Pulau
lainnya.
2. Terminal Madya : 3 ha untuk di Pulau Jawa dan Sumatra, dan 2 ha untuk di
Pulau lainnya.
3. Terminal Cabang : tergantung kebutuhan.
Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : 31 Tahun 1995 tentang Terminal
Transportasi Jalan, tipe terminal penumpang terdiri dari :
1. Terminal Penumpang Tipe A
Terminal penumpang tipe A melayani kendaraan umum untuk Angkutan Antar
Kota Antar Propinsi (AKAP) dan/atau Angkutan Lintas Batas Negara, Angkutan
Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP), Angkutan Kota dan Angkutan Pedesaan.
Sketsa terminal A
2. Terminal Penumpang Tipe B
Terminal penumpang tipe B berfungsi melayani kendaraan umum untuk Angkutan Kota
Dalam Propinsi (AKDP), Angkutan Kota dan Angkutan Pedesaan.

3. Terminal Penumpang Tipe C


Terminal penumpang tipe C berfungsi melayani kendaraan umum untuk Angkutan Kota
dan Angkutan Pedesaan.

Untuk lebih jelasnya akan ditampilkan tabel tentang karakteristik terminal


penumpangmenurut kelas terminal (Tabel 2.1) dan tabel hubungan terminal dengan
pelayanan angkutan penumpang (Tabel 2.2) yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1Karakteristik terminal penumpang menurut kelas terminal

No Kriteria Terminal Tipe A Terminal Tipe B Terminal Tipe C

1 Jaringan Trayek AKAP + Tipe B AKDP+Tipe C Angdes/Angkot


Jl. Arteri/ Kolektor Jl. Kolektor/Lokal
2 Lokasi Jl. Arteri Primer
Primer Sekunder

3 Kelas Jalan Minimal III A Minimal III B Minimal III B


Jarak Minimal Antar 2 (Dua)
4 Minimal 20 Km Minimal 15 Km -
Terminal
5 Luas Lahan Minimal 5 Ha Minimal 3 Ha Sesuai Permintaan

6 Akses Keluar Masuk Terminal Minimal 100 m Minimal 50 m Sesuai Kebutuhan

Sumber: Departemen Perhubungan (1996)

Tabel 2.2 Hubungan terminal dengan pelayanan angkutan penumpang

No Pelayanan Angkutan Tipe Terminal Trayek

1 Lintas Batas Negara A;Pemberangkatan-Persinggahan-Tujuan


2 Antar Kota Antar Propinsi B;Pemberangkatan-Persinggahan-Tujuan
3 Antar Kota Dalam Propinsi A&B;Pemberangkatan-Persinggahan-Tujuan
Utama Cabang
4 Kota
Ranting

5 Pedesaan C;Pemberangkatan-Persinggahan-Tujuan
Sumber: Departemen Perhubungan (1996)

Fasilitas dan Keterkaitan Aktivitas dalam Terminal


Agar terminal mampu memberikan pelayanan yang baik bagi penggunanya, maka perlu
disediakan fasilitas-fasilitas yang diperuntukkan bagi pengguna jasa terminal. Fasilitas-fasilitas
tersebut perlu disediakan dalam jumlah yang cukup dan harus dijaga agar tetap mampu
memberikan pelayanan bagi pengguna jasa terminal sesuai dengan fungsinya.
I. Fasilitas Yang Ada Dalam Terminal
Fasilitas-fasilitas yang ada di dalam terminal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
fasilitas utama dan fasilitas penunjang
A. Fasilitas Utama
Yang dimaksud fasilitas utama terminal adalah fasilitas yang mutlak ada disuatu terminal
dalam rangka memberikan pelayanan bagi masyarakat, khususnya penumpang, calon
penumpang, sopir, awak armada, maupun orang-orang yang memerlukan jasa terminal
angkutan umum. Adapun yang dapat digolongkan sebagai fasilitas utama antara lain :
 Jalur pemberangkatan angkutan umum
Jalur pemberangkatan ini disediakan bagi kendaraan angkutan umum penumpang untuk
menaikkan penumpang (loading) dan untuk memulai perjalanan sesuai trayek yang
ditentukan.
 Jalur kedatangan kendaraan umum
Adalah areal yang disediakan bagi kedaraan angkutan umum penumpang untuk
menurunkan penumpang (unloading) yang dapat pula merupakan akhir perjalanan.
 Jalur tunggu kendaraan umum
Jalur tunggu kendaraan umum yaitu pelataran yang disediakan bagi angkutan umum
untuk bersiap menuju jalur pemberangkatan, yang juga dapat berfungsi sebagai tempat
istirahat bagi angkutan umum beserta awaknya.
 Tempat tunggu penumpang
Tempat tunggu penumpang dapat berupa pelataran atau areal yang disediakan bagi
calon penumpang yang akan melakukan perjalanan dengan angkutan umum.
 Jalur lintasan
Jalur lintasan merupakan pelataran yang disediakan bagi angkutan umum yang akan
langsung melanjutkan perjalanan setelah menurunkan penumpang.
 Bangunan kantor terminal
Merupakan sebuah bangunan yang didalamnya berlangsung kegiatan pelayanan
masyarakat oleh operator terminal meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan
terminal. Pada bangunan ini biasanya juga terdapat menara pengawas, pos pemeriksaan,
loket penjualan karcis, serta papan informasi.
 Tempat istirahat sementara
 Menara pengawas
 Loket penjualan karcis
 Rambu-rambu dan papan informasi
 Pelataran parkir kendaraan pengantar dan taksi
Fasilitas ini disediakan bagi kendaraan pengantar calon penumpang serta bagi armada
taksi yang menyediakan jasa transportasi bagi penumpang untuk sampai ke tempat
yang dituju.
B. Fasilitas Penunjang
Fasilitas penunjang yang dimaksud sebagai pelengkap dalam pengoperasian terminal.
Yang dimaksud dengan fasilitas pelengkap dalam suatu terminal antara lain :
 Toilet
Toilet harus disediakan dalam jumlah yang cukup sesuai dengan kapasitas layanan
terminal terhadap penumpang maupun awak armada angkutan umum, dan sedapat
mungkin dalam keadaan bersih/layak pakai.
 Tempat ibadah
Tempat ibadah disediakan bagi penumpang maupun awak armada angkutan umum
untuk menunaikan kewajibannya sebagai umat beragama.
 Kantin/kios
Kantin/kios disediakan untuk memenuhi kebutuhan penumpang, awak armada
angkutan umum, petugas terminal dan lainnya terhadap makanan, minuman, oleh-oleh
dan lain-lain yang diperlukan selama perjalanan dalam angkutan umum.
 Ruang pengobatan
Ruang pengobatan disediakan untuk mengatasi keadaan darurat di lingkungan
terminal, khususnya yang berkaitan dengan masalah kesehatan. Untuk itu ruang
pengobatan ini juga perlu dilengkapi dengan tenaga medis yang terampil.
 Ruang informasi dan pengaduan
Ruang informasi dan pengaduan dibuat untuk memberikan informasi mengenai
kegiatan yang ada di terminal, trayek yang dilayani, biayatransportasi dan lainnya,
serta untuk menerima pengaduan dari masyarakat terhadap keluhan-keluhan yang
dirasakan dalam pelayanan terminal.
 Telepon umum
Telepon umum perlu disediakan sebagai sarana telekomunikasi.
 Taman
Taman perlu dibuat dilingkungan terminal untuk memberikan kesan yang indah dan asri,
sehingga para penumpang yang menunggu angkutan umum tidak merasa bosan.
Untuk tipe terminal yang berbeda, maka fasilitas-fasilitas yang harus disediakan juga
memiliki perbedaan, baik itu dalam hal kualitas maupun kwantitasnya. Besarnya kebutuhan
terhadap fasilitas-fasilitas tersebut dijelaskan dalam tabel berikut :
Tabel 2.3 Kebutuhan luas fasilitas dalam terminal angkutan umum

No Jenis fasilitas Tipe A (m2) Tipe B (m2) Tipe C (m2)


1 Ruang parkir AKAP 1120 - -
2 Ruang parkir AKDP 540 540 -
3 Ruang parkir Angkutan Kota 800 800 800
Ruang parkir Angkutan Desa
4 900 900 900
Ruang parkir Angkutan pribadi
5 600 500 200
Ruang service
6 500 500 -
Pompa bensin
7 Sirkulasi kendaraan 500 - -
8 Bengkel 1960 2740 1100
9 Ruang istirahat 150 100 -
10 Gudang 50 40 30
11 Ruang parkir cadangan 25 20 -
12 Ruang tunggu 1980 1370 550
13 Sirkulasi orang 2625 2250 480
14 Kamar mandi 1050 900 192
Kios
15 72 60 40
Mushola
16 1575 1350 288
Ruang administrasi
17 72 60 40
Ruang pengawas
18 78 59 39
Loket
19 Luas
Perontotal 23
23494 23
17255 16
6264
20 Cadangan
Retribusi pengembangan 3
23494 3
17255 3
6264
21 Kebutuhan lahan
Ruang informasi 4
46988 4
34510 3
12528
22 Kebutuhan Sumber: Departemen Perhubungan
Ruang P3KLahan untuk desain 6
47000 (1996) 6
35000 6
11000
23 Ruang perkantoran 12 10 8
24 Ruang luar/Penghijauan 45 30 15
25 150 100 -
26 6653 4890 1554
DAFTAR PUSTAKA

Warpani , Suwardjoko P., 2002, Pengelola lalu lintas dan angkutan jalan, Penerbit ITB

D. Setijowarno, 2001, Pengantar Sistem Transportasi, Penerbit Unika: Semarang.

https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/0819151004-3-4-24.pdf

https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/0819151004-3-4-24.pdf

https://id.wikipedia.org/wiki/Pengelompokan_jalan

http://dpu.kulonprogokab.go.id/article-49-klasifikasi-jalan-berdasarkan-status-dan-kelas-

jalan.html

https://eightfuturesuccessengineers.wordpress.com/2014/05/20/jalan-dan-klasifikasinya/

Anda mungkin juga menyukai