Makalah
OLEH
A. Klasifikasi Jalan
Berdasarkan Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (TPGJAK) tahun 1997,
klasifikasi jalan terbagi menjadi :
a. Klasifikasi menurut fungsi jalan
1) Jalan Arteri
Jalan Arteri adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-cirinya seperti
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi
secara efisien. Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan yang harus dipenuhi
oleh jalan arteri adalah :
Kecepatan rencana > 60 km/jam.
Lebar badan jalan > 8,0 meter.
Kapasitas jalan lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.
Jalan masuk dibatasi secara efisien sehingga kecepatan rencana dan
kapasitas jalan dapat tercapai.
Tidak boleh terganggu oleh kegiatan local, lalu lintas local
Jalan arteri tidak terputus walaupun memasuki kota.
2) Jalan Kolektor
Jalan Kolektor merupakan jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi
dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah
jalan masuk dibatasi. Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan yang harus
dipenuhi oleh jalan kolektor adalah :
Kecepatan rencana > 40 km/jam.
Lebar badan jalan > 7,0 meter.
Kapasitas jalan lebih besar atau sama dengan volume lalu lintas rata-rata.
Jalan masuk dibatasi secara efisien sehingga kecepatan rencana dan kapasitas
jalan tidak terganggu.
Tidak boleh terganggu oleh kegiatan lokal, lalu lintas lokal.
Jalan kolektor tidak terputus walaupun memasuki daerah kota.
3) Jalan Lokal
Jalan Lokal adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak
dibatasi.
b. Klasifikasi menurut kelas jalan
Kelas jalan diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu lintas dan
Angkutan Jalan. Jalan dikelompokkan dalam beberapa kelas berdasarkan:
Fungsi dan intensitas lalu lintas guna kepentingan pengaturan penggunaan jalan dan
kelancaran lalu lintas angkutan jalan.
Daya dukung untuk menerima muatan sumbu terberat dan dimensi kendaraan
bermotor.
Pada SNI tentang Teknik Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota 1997, kelas
jalan dijelaskan sebagai berikut :
1) Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk menerima
beban lalulintas, dinyataan dalam muatan sumbu terberat (MST) dalam satuan ton.
Berdasarkan muatan sumbu terdiri dari :
Jalan Kelas I
Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 meter, ukuran
panjang tidak melebihi 18 meter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan
lebih besar dari 10 ton, yang saat ini masih belum digunakan di Indonesia,
namun sudah mulai dikembangkan diberbagai negara maju seperti di Prancis
telah mencapai muatan sumbu terberat sebesar 13 ton.
Jalan Kelas II
Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 meter, ukuran
panjang tidak melebihi 18 meter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 10
ton, jalan kelas ini merupakan jalan yang sesuai untuk angkutan peti kemas.
Jalan Kelas IIIA
Jalan Kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5
meter,ukuran panjang tidak melebihi 18 meter, dan muatan sumbu terberat
yang diizinkan 8 ton.
Jalan Kelas IIIB
Jalan Kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 meter, ukuran
panjang tidak melebihi 12 meter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan
8ton.
Jalan Kelas IIIC
Jalan Kelas III C, yaitu jalan lokal dan jalan lingkungan yang dapat dilalui
kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,1
meter, ukuran panjang tidak melebihi 9 meter, dan muatan sumbu terberat
yang diizinkan 8 ton.
2) Klasifikasi menurut kelas jalan dan ketentuannya serta kaitannya dengan klasifikasi
menurut fungsi jalan dapat dilihat dalam tabel 2.1
Tabel 2.1 Klasifikasi menurut Kelas Jalan
Arteri II 10
III A 8
III A
Kolektor 8
III B
Kemiringan
Golongan Medan Notasi Medan
Datar D <3
(%)
Perbukitan B 3 - 25
Pegunungan G > 25
(Sumber : Teknik Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota 1997; 5)
Jalan tol (di Indonesia disebut juga sebagai jalan bebas hambatan) adalah
suatu jalan yang dikhususkan untuk kendaraan bersumbu dua atau lebih
(mobil, bus, truk) dan bertujuan untuk mempersingkat jarak dan waktu tempuh
dari satu tempat ke tempat lain.
Untuk menggunakan fasilitas ini, para pengguna jalan tol harus membayar
sesuai tarif yang berlaku. Penetapan tarif didasarkan pada golongan kendaraan.
Bangunan atau tempat fasilitas tol dikumpulkan disebut sebagai gerbang tol.
Bangunan ini biasanya ditemukan di dekat pintu keluar, di awal atau akhir
jembatan, dan ketika Anda memasuki suatu jalan layang (fly-over).
Di Indonesia, jalan tol sering dianggap sinonim untuk jalan bebas hambatan,
meskipun hal ini sebenarnya salah. Di dunia secara keseluruhan, tidak semua
jalan bebas hambatan memerlukan bayaran. Jalan bebas hambatan tanpa berbayar
dinamakan freeway atau expressway sedangkan jalan bebas hambatan berbayar
dinamakan dengan toll way atau tollroad.
2) Jalan Provinsi
Jalan provinsi merupakan jalan
kolektor dalam sistem jaringan
primer yang menghubungkan ibu
kota provinsi dengan ibu kota
kabupaten/kota, atau antar ibu kota
kabupaten/kota, dan jalan strategis
provinsi. Penyelenggaraan Jalan Provinsi merupakan kewenangan Pemerintah
Provinsi. Ruas-ruas jalan provinsi ditetapkan oleh Gubernur dengan Surat Keputusan
(SK) Gubernur.
Jalan Provinsi terdiri dari:
a) Jalan Kolektor Primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota
kabupaten atau kota
b) Jalan Kolektor Primer yang menghubungkan antar ibukota kabupaten atau kota
c) Jalan Strategis Provinsi
d) Jalan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
3) Jalan Kabupaten
Penyelenggaraan Jalan Kabupaten merupakan kewenangan Pemerintah Kabupaten.
Jalan Kabupaten terdiri dari:
a) Jalan kolektor primer yang tidak
termasuk jalan nasional dan jalan
provinsi.
b) Jalan lokal primer yang
menghubungkan ibukota kabupaten
dengan ibukota kecamatan, ibukota
kabupaten dengan pusat desa, antar
ibukota kecamatan, ibukota kecamatan
dengan desa, dan antar desa.
c) Jalan sekunder yang tidak termasuk jalan provinsi dan jalan sekunder dalam kota.
d) Jalan strategis kabupaten.
Ruas-ruas jalan kabupaten ditetapkan oleh Bupati dengan Surat Keputusan (SK)
Bupati.
4) Jalan Kota
Jalan Kota adalah jalan umum pada
jaringan jalan sekunder di dalam
kota, merupakan kewenangan
Pemerintah Kota. Ruas-ruas jalan
kota ditetapkan oleh Walikota
dengan Surat Keputusan (SK)
Walikota
5) Jalan Desa
Jalan Desa adalah jalan lingkungan primer dan jalan lokal primer yang tidak termasuk
jalan kabupaten di dalam kawasan perdesaan, dan merupakan jalan umum yang
menghubungkan kawasan dan/atau antar permukiman di dalam desa.
B. Klasifikasi Terminal
Berdasarkan kriteria masing-masing maka terminal dapat diklasifikasikan sebagai
berikut (Departemen Perhubungan, 1996) :
a. Klasifikasi Terminal Berdasarkan Peranannya
Terminal dibedakan atas 2 (dua) berdasarkan peranannya, yaitu:
1. Terminal primer adalah terminal untuk pelayanan arus barang dan penumpang (jasa
angkutan) yang mencakup kawasan regional.
2. Terminal sekunder adalah terminal untuk pelayanan penumpang dan barang (jasa
angkutan) yang bersifat lokal atau melengkapi kegiatan terminal primer.
b. Klasifikasi Terminal Berdasarkan Fungsinya
Ada 3 (tiga) jenis terminal yang dibedakan atas fungsinya yaitu :
1) Terminal Utama adalah tempat terputusnya arus barang dan penumpang
(jasa angkutan) dengan ciri sebagai berikut :
Berfungsi sebagai alat pengatur angkutan yang bersifat melayani arus
angkutan barang dan penumpang dalam jarak jauh dan volume tinggi.
Bongkar muat lebih besar atau sama dengan 8 ton/unit angkutan atau 40
penumpang/unit angkutan.
2) Terminal Madya adalah tempat terputusnya arus barang dan penumpang
(jasa angkutan) dengan ciri sebagai berikut :
Berfungsi sebagai alat penyalur angkutan yang bersifat melayani arus
angkutan barang dan penumpang dalam jarak dan volume sedang.
Bongkar muat lebih besar atau sama dengan 5 ton/unit angkutan atau 20
penumpang /unit angkutan.
3) Terminal cabang adalah tempat terputusnya arus barang dan penumpang
(jasa angkutan) dengan ciri sebagai berikut :
Sebagai alat penyalur angkutan yang bersifat melayani arus angkutan barang
dan penumpang dalam jarak pendek dan volume kecil.
Bongkar muat lebih kecil atau sama dengan 2,5 ton/unit angkutan atau 10
penumpang/unit angkutan.
5 Pedesaan C;Pemberangkatan-Persinggahan-Tujuan
Sumber: Departemen Perhubungan (1996)
Warpani , Suwardjoko P., 2002, Pengelola lalu lintas dan angkutan jalan, Penerbit ITB
https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/0819151004-3-4-24.pdf
https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/0819151004-3-4-24.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengelompokan_jalan
http://dpu.kulonprogokab.go.id/article-49-klasifikasi-jalan-berdasarkan-status-dan-kelas-
jalan.html
https://eightfuturesuccessengineers.wordpress.com/2014/05/20/jalan-dan-klasifikasinya/