Anda di halaman 1dari 40

BAB I

JALAN

1.1. Pengertian jalan

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu

lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah

permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,

jalan lori, dan jalan kabel;

Macam-macam jalan antara lain :

1. Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum;

2. Jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha,

perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri;

3. Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan

dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol;.

1.2. Klasifikasi jalan

Jalan umum menurut fungsinya berdasarkan pasal 8 Undang-undang No 38 tahun

2004 tentang Jalan dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan kolektor, jalan

lokal, dan jalan lingkungan.

1. Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan

jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.

1
2. Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan

rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

3. Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah,

dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

4. Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani

angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan

rata-rata rendah.

Didalam pasal 6 dan pasal 9 Peraturan Pemerintah No 34 tahun 2006 tentang

Jalan dijelaskan bahwa fungsi jalan terdapat pada sistem jaringan jalan primer dan

sistem jaringan jalan sekunder yang merupakan bagian dari Sistem jaringan jalan

merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri dari sistem jaringan jalan

primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam hubungan hierarki.

Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan yang

menghubungkan antarkawasan perkotaan, yang diatur secara berjenjang sesuai

dengan peran perkotaan yang dihubungkannya. Untuk melayani lalu lintas

menerus maka ruas-ruas jalan dalam sistem jaringan jalan primer tidak terputus

walaupun memasuki kawasan perkotaan. Sistem jaringan jalan sekunder

merupakan sistem jaringan jalan yang menghubungkan antarkawasan di dalam

perkotaan yang diatur secara berjenjang sesuai dengan fungsi kawasan yang

dihubungkannya.

2
1.3. Klasifikasi berdasarkan beban muatan sumbu

Gambar 1.1. Distribusi beban muatan sumbu ke badan jalan

Untuk keperluan pengaturan penggunaan dan pemenuhan kebutuhan

angkutan, jalan dibagi dalam beberapa kelas yang didasarkan pada kebutuhan

transportasi, pemilihan moda secara tepat dengan mempertimbangkan keunggulan

karakteristik masing-masing moda, perkembangan teknologi kendaraan bermotor,

muatan sumbu terberat kendaraan bermotor serta konstruksi jalan.

Pengelompokkan jalan[5] menurut muatan sumbu yang disebut juga kelas jalan,

terdiri dari:

1. Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor

termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter,

ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu

terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton, yang saat ini masih belum

digunakan di Indonesia, namun sudah mulai dikembangkan diberbagai

negara maju seperti di Prancis telah mencapai muatan sumbu terberat

sebesar 13 ton;

2. Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor

termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter,

ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu

3
terberat yang diizinkan 10 ton, jalan kelas ini merupakan jalan yang sesuai

untuk angkutan peti kemas;

3. Jalan Kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui

kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi

2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan

muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton;

4. Jalan Kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan

bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500

milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, dan muatan

sumbu terberat yang diizinkan 8 ton;

5. Jalan Kelas III C, yaitu jalan lokal dan jalan lingkungan yang dapat

dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak

melebihi 2.100 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 milimeter,

dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton

1.4. lapisan jalan

Gambar 1.2. Lapisan perkerasan jalan

4
Berikut ini lapisan-lapisan pembentuk Perkerasan Jalan Raya beserta Fungsinya.

1. Lapisan Permukaan (Surface Course)

Lapisan permukaan terletak palign atas pada suatu jalan raya. Lapisan

yang biasanya kita pijak, atau lapisan yang bersentuhan langsung dengan ban

kendaraan. Lapisan ini berfungsi sebagai penahan beban roda. Lapisan ini

memiliki stabilitas yang tinggi, kedap air untuk melindungi lapisan dibawahnya

sehingga air mengalir ke saluran di samping jalan,  tahan terhadap keausan akibat

gesekan rem kendaraan, dan diperuntukkan untuk meneruskan beban kendaraan

ke lapisan dibawahnya.

2. Lapisan Pondasi Atas (Base Course)

Lapisan ini terletak dilapisan dibawah lapisan permukaan. Lapisan ini

terutama berfungsi untuk menahan gaya lintang akibat beban roda dan menerus

beban ke lapisan dibawahnya, sebagai bantalan untuk lapisan permukaan dan

lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah. Material yang digunakan untuk

lapisan ini diharus material dengan kualitas yang tinggi sehingga kuat menahan

beban yang direncanakan.

3. Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)

Lapisan ini berada dibawah lapisan pondasi atas dan diatas lapisan tanah

dasar. Lapisan ini berfungsi untuk menyebarkan beban dari lapisan pondasi bawah

ke lapisan tanah dasar, untuk menghemat penggunaan material yang digunakan

pada lapisan pondasi atas, karena biasanya menggunakan material yang lebih

murah. Selain itu lapisan pondasi bawah juga berfungsi untuk mencegah partikel

5
halus nah masuk kedalam material perkerasan jalan dan melindungi air agar tidak

masuk kelapisan dibawahnya.

4. Lapisan Tanah dasar (Subgrade)

Lapisan tanah dasar adalah bagian terbawah dari perkerasan jalan raya.

Apabila kondisi tanah pada lokasi pembangunan jalan mempunyai spesifikasi

yang direncanakan makan tanah tersebut akan langsung dipadatkan dan

digunakan. Tebalnya berkisar antara 50 – 100 cm. Fungsi utamanya adalah

sebagai tempat perletakan jalan raya.

1.5. Kelas Jalan

Gambar 1.3. Kelas Jalan

Adapun jalan bedasarkan kelasnya terbagi atas :

1. DAMAJA (Daerah Manfaat Jalan)


DAMAJA (Daerah Manfaat Jalan) adalah daerah yang dibatasi oleh batas
ambang pengaman konstruksi jalan di kedua sisi jalan, tinggi 5 meter di
atas permukaan perkerasan pada sumbu jalan, dan kedalaman ruang bebas
1,5 meter di bawah muka jalan. Sekarang diganti namanya menjadi
RUMAJA (Ruang Manfaat Jalan).

6
2. DAMIJA (Daerah Milik Jalan)
DAMIJA (Daerah Milik Jalan) adalah daerah yang dibatasi oleh lebar
yang sama dengan Damaja ditambah ambang pengaman konstruksi jalan
dengan tinggi 5 meter dan kedalaman 1.5 meter. Sekarang diganti
namanya menjadi RUMIJA (Ruang Milik Jalan).

3. DAWASJA (Ruang Daerah Pengawasan Jalan)


DAWASJA (Ruang Daerah Pengawasan Jalan) adalah ruang sepanjang
jalan di luar DAMAJA yang dibatasi oleh tinggi dan lebar tertentu, diukur
dari sumbu jalan sebagai berikut:

a) jalan Arteri minimum 20 meter


b) jalan Kolektor minimum 15 meter
c) jalan Lokal minimum 10 meter
Untuk keselamatan pemakai jalan, DAWASJA di daerah tikungan
ditentukan oleh jarak pandang bebas. Sekarang diganti namanya menjadi
RUWASJA (Ruang Daerah Pengawasan Jalan).

Gambar 1.4. Penampang Melintang Jalan Dengan Median

Sumber : Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan,Silvia Sukirman

7
Gambar 1.5. Penampang Melintang Jalan Tanpa Median

Sumber : Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan,Silvia Sukirman

1.6. Lapis Resap Pengikat

Bahan lapis resap pengikat umumnya adalah aspal dengan penetrasi

80/100 atau penetrasi 60/70 yang dicairkan dengan minyak tanah. Volume yang

digunakan berkisar antara 0,4 sapai dengan 1,3 liter/ m 2 untuk lapis pondasi

agregat kelas A dan 0,2 sampai 1 liter/m2 untuk pondasi tanah semen. Setelah

pengeringan selama 4 sampai 6 jam, bahan pengikat harus telah meresap kedalam

lapis pondasi. lapis resap pengikat yang berlebih dapat mengakibatkan pelelehan

(bleeding) dan dapat menyebabkan timbulnya bidang geser, untuk itu pada daerah

yang berlebih ditabur dengan pasir dan dibiarkan agar pasir tersebut diselimuti

aspal.

Kegunaan dari lapis resap pengikat adalah untuk :

Memberikan daya ikat antara lapis pondasi agregat dengan campuran

aspalmemncegah lepasnya butiran lapis pondasi agregat jika dilewati kendaraan

sebelum dilapis dengan campuran aspal.

8
Menjaga lapis podasi agregat dari pengaruh cuaca, khususnya hujan. Sehingga air

tidak masuk ke dalam lapisan pondasi agregat yang bias saja menyebabkan

kerusakan struktur jalan.

1.7. Lapis Perekat

Lapis perekat berfungsi untuk memberikan daya ikat antara lapis lama

dengan baru, dan dipasanag pada permukaan beraspal atau beton semen yang

kering dan bersih. Bahan lapis perekat adalah aspal emulsi yang cepat menyerap

atau asapal keras pen 80/100 atau pen 60/70 yang dicairkan dengan 25 sampai 30

bgian minyak tanah per 100 bagian aspal. Pemakaiannya berkisar antar 0,15

liter/m2 samapai 0,50 liter /m2. Lebih tipis dibandingkan dengan pemakaian lapis

resap pengikat.

Banyak pendapat yang berbeda mengenai kapan penghamparan campuran aspal

dapat dilakukan. Ada yang berpendapat bahwa penghamparan bias dilakukan

dengan segere meskipun proses pengeringan belum sepenuhnya selesai, ada juga

yang berpendapat bahwa harus menunggu lapisan lapis perekat ini kering terlebih

dahulu, baru bias dilakukan penghamparan campuran aspal. Tetapi kenyataan

dilapangan banyak menggunakan pendapat yang pertama.

1.8. Cara Pemasangan

Pemasangan lapis resap pengikat dan lapis perekat digunakan alat asphalt

distributor. Asphalt Distributor adalah truk atau kendaraan lain yang dilengkapi

dengan aspal, pompa, dan batang penyemprot. Umumnya truk dilengkapi juga

dengan pemanas untuk menjaga temperatur aspal dan juga penyemprot tangan

9
(hand sprayer). Hand sprayer digunakan untuk daerah – daerah yang sulit dicapai

dengan batang penyemprot.

Sebelum dilakukan pemasangan harus dipastikan bahwa daerah yang akan

disemprot bebas dari kotoran dan debu – debu. lalu asphalt distributor harus

dikalibrasikan terlebih dahulu, seperti sudut nosel, ketinggian dan kecepatan

kendaraan. Ketinggian batang penyemprot diatru sedemikian rupa disesuaikan

dengan jarak nosel agar diperoleh penyemprotan yang tumpang tindih sebanyak 2

– 3 kali. penyemprotan dilakukan secara merata sepanjang jalan. Agar tidak

menggangu pekerjaan, pastikan pelaksana mengalihkan arus lalu lintas jika dirasa

perlu.

10
BAB II
JENIS DAN TIPE JALAN

2.1. Jenis Jalan dan Tipe Jalan


Jalan merupakan media untuk memudahkan kita berpindah dari satu
tempat ke tempat lain. Semakin bagus kualitas jalan, semakin cepat kita sampai
tujuan(dengan mengindahkan macet). Jalan sudah mengalami perubahan
pembuatan, dari mulai jalan setepak, jalan dilapisi batu, jalan dilapisi aspal dan
jalan dilapisi cor beton. Kondisi jalan akan bertahan lama jika dipakai sesuai
dengan daya beban jalan tersebut.
Indonesia telah menetapkan jenis-jenis jalan menurut undang-undang dan
peraturan pemerintah yang masih digunakan sampai sekarang. Dengan dijabarkan
secara rinci jenis jalan dapat diketahui kendaraan apa saja yang tidak boleh
melewati jalan dengan daya beban rendah.
Kelas Jalan menurut UU no. 13/1980 dan PP no. 26/1985
1) Jalan Arteri, jalan yang melayani angkutan umum dengan ciri perjalanan jarak
jauh, kecepatan tinggi dan jalan masuk dibatasi secara efisien.
2) Jalan Kolektor, jalan yang melayani angkutan pengumpul dengan ciri
perjalanan jarak sedang, kecepatan rendah dan jumlah jalan masuk dibatasi.
3) Jalan Lokal, jalan yang melayani angkutan umum dengan ciri perjalanan dekat,
kecepatan rendah dan jumlah jalan masuk yang tidak dibatasi.
Kelas Jalan menurut PP No. 43/1993
a) Kelas I, Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatannya
yang lebar maksimum 2,5 m, panjang maksimum 18 m dan muatannya dengan
sumbu terberat > 10 ton.
b) Kelas II, Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatannya yang lebar maksimum 2,5 m, panjang maksimum 18 m dan
muatannya dengan sumbu terberat maksimum 10 ton.

11
c) Kelas IIIA, Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatannya yang lebar maksimum 2,5 m, panjang maksimum 18 m dan
muatannya dengan sumbu terberat maksimum 8 ton.
d) Kelas IIIB, Jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatannya yang lebar maksimum 2,5 m, panjang maksimum 12 m dan
muatannya dengan sumbu terberat maksimum 8 ton.
e) Kelas IIIC, Jalan lokal yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatannya yang lebar maksimum 2,1 m, panjang maksimum 9 m dan
muatannya dengan sumbu terberat maksimum 8 ton.

Istilah yang Biasa Digunakan


a. Spoiler for Jalan Raya
Merupakan sejenis jalan yang sangat umum digunakan, biasanya
digunakan untuk berbagai jalur transportasi yang bersifat permanen, kuat, dan
dilapisi aspal
Spoiler for Jalan Raya Kembar

Gambar 2.1. Spoiler for Jalan raya tunggal

Gambar 2.2. Spoiler for Jalan kampung

12
merupakan sejenis jalan sempit di kawasan kampung. Biasanya tidak
cukup lebar untuk dua kenderaan berselisih. Kebanyakan tidak dilapisi dengan
perkerasan aspal atau dengan hanya dengan aspal tipis

Gambar 2.3. Spoiler for jalan kampung 1

Gambar 2.4. Spoiler for jalan kampung 2


b. Spoiler for Jalan mati / buntu
Merupakan sejenis jalan yang hanya ada satu jalan keluar masuk pada
salah satu ujungnya yang tidak nyambung dengan jalan yang lain (alias jalan
buntu)
c. Spoiler for Jalan tanah / jalan setapak
Merupakan sejenis jalan perintis yang dibuat pertama kali didaerah terpencil yang
menghubungkan antarad dua dusun atau desa.

13
Gambar 2.5. Spoiler for jalan tanah

Gambar 2.6. Spoiler for jalan setapak


Merupakan sejenis jalan yang berada diatas tanah dengan menggunakan
tiang-tiang beton berukuran besar. Jalan ini berfungsi sebagai alternatif
keterbatasan lahan dipermukaan tanah pada daerah perkotaan

Gambar 2.7. Spoiler for jalan layang

14
2.2.. Struktur Perkerasan
Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan
yang tersusun dari bawah ke atas,sebagai berikut :
· Lapisan tanah dasar (sub grade)
· Lapisan pondasi bawah (subbase course)
· Lapisan pondasi atas (base course)
· Lapisan permukaan / penutup (surface course)

Gambar 2.8. Struktur lapisan perkerasan Lentur Jalan Raya

2.3. Jenis Perkerasan Jalan


Terdapat beberapa jenis / tipe perkerasan terdiri :
a. Flexible pavement (perkerasan lentur/Aspal).
b. Rigid pavement (perkerasan kaku/Beton).
c. Block pavement (Perkerasan menggunakan paving block).

a. Flexsible Pavement (Perkerasan Lentur/Aspal)


Perkerasan lentur dengan bahan pengikat aspal yang sering disebut campuran
aspal panas atau hot mix. Pemakaian tipe perkerasan lentur tersebut semakin
meningkat seiring dengan meningkatnya pengembangan suatu daerah. Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut dilakukan (impor dari luar negeri seperti aspal

15
Shell, ESSO 2000 dllnya) . Komponen aspal memberikan sumbangan sebesar
60% dari biaya total hot mix.). 

Gambar 2.9. Struktur lapisan perkerasan Lentur Jalan Raya

1. Lapisan Tanah Dasar ( Subgrade)


Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat
perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya.
Menurut Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan badan
jalan setebal 30 cm, yang mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu
yang berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya (CBR).
Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya
baik, atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang
distabilisasi dan lain lain.
Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas :
· Lapisan tanah dasar, tanah galian.
· Lapisan tanah dasar, tanah urugan.
· Lapisan tanah dasar, tanah asli.

Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari


sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar. Umumnya persoalan yang menyangkut
tanah dasar adalah sebagai berikut :
· Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) akibat beban lalu lintas.
· Sifat mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan kadar air.

16
· Daya dukung tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan sifat-sifat tanah
pada lokasi yang berdekatan atau akibat kesalahan pelaksanaan misalnya
kepadatan yang kurang baik.
2. Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)
Lapis pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak di atas
lapisan tanah dasar dan di bawah lapis pondasi atas.
 Lapis pondasi bawah ini berfungsi sebagai :
· Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar.
· Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
· Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis
pondasi atas.
· Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat
lemahnya daya dukung tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan pekerjaan.
· Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan.
3. Lapisan pondasi atas (Base Course)
Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak di antara
lapis pondasi bawah dan lapis permukaan.
Lapisan pondasi atas ini berfungsi sebagai :
· Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan
beban ke lapisan di bawahnya.
· Bantalan terhadap lapisan permukaan.
Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan awet sehingga
dapat menahan beban-beban roda.Dalam penentuan bahan lapis pondasi ini perlu
dipertimbangkan beberapa hal antara lain, kecukupan bahan setempat, harga,
volume pekerjaan dan jarak angkut bahan ke lapangan.
4. Lapisan Permukaan (SurfaceCourse)
Lapisan permukaan adalah lapisan yang bersentuhan langsung dengan beban
roda kendaraan. Lapisan permukaan ini berfungsi sebagai :
· Lapisan yang langsung menahan akibat beban roda kendaraan.
· Lapisan yang langsung menahan gesekan akibat rem kendaraan (lapisaus).
· Lapisan yang mencegah air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke lapisan
bawahnya dan melemahkan lapisan tersebut.

17
· Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul oleh
lapisan di bawahnya.
Apabila diperlukan, dapat juga dipasang suatu lapis penutup / lapis aus
(wearingcourse) diatas lapis permukaan tersebut. Fungsi lapis aus ini adalah
sebagai lapisan pelindung bagi lapis permukaan untuk mencegah masuknya air
dan untuk memberikan kekesatan (skid resistance) permukaan jalan. Apis aus
tidak diperhitungkan ikut memikul beban lalu lintas.
5. Kelebihan jalan aspal
· Jalan lebih halus, mulus, dan tidak bergelombang sehingga enak dalam
berkendara.
· Warna hitam aspal mempengaruhi psikologi pengendara menjadi lebih
teduh dan nyaman
· Untuk penggunaan pada jalan dengan lalu lintas kendaraan ringan, jalan
aspal lebih murah dibanding konstruksi jalan beton.
· Proses perawatan lebih mudah karena tinggal mengganti pada area yang
rusak saja, dengan cara mengganti dengan yang baru pada area jalan yang
rusak.
6. Kekurangan jalan aspal
· Tidak tahan terhadap genangan air, sehingga memerlukan saluran drainase
yang baik untuk proses pengeringan jalan aspal pasca hujan atau banjir
· Pada struktur tanah yang buruk harus dilakukan perbaikan tanah terlebih
dahulu sebelum ditumpangi oleh konstruksi jalan aspal.
b. Rigid Pavement / Perkerasan Kaku (Beton)

18
Gambar 2.10. Struktur lapisan Rigid Pavement / Perkerasan Kaku (Beton)
Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku,
terdiri atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah
(bisa juga tidak ada) di atas tanah dasar. Dalam konstruksi perkerasan kaku, plat
beton sering disebut sebagai lapis pondasi karena dimungkinkan masih adanya
lapisan aspal beton di atasnya yang berfungsi sebagai lapis permukaan.
Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan
mendistribusikan beban ke bidang tanah dasra yang cukup luas sehingga bagian
terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton sendiri. Hal
ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari
tebal lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan.
Karena yang paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yang
menanggung beban, maka faktor yang paling diperhatikan dalam perencanaan
tebal perkerasan beton semen adalah kekuatan beton itu sendiri. Adanya beragam
kekuatan dari tanah dasar dan atau pondasi hanya berpengaruh kecil terhadap
kapasitas struktural perkerasannya.
Lapis pondasi bawah jika digunakan di bawah plat beton karena beberapa
pertimbangan, yaitu antara lain untuk menghindari terjadinya pumping, kendali
terhadap sistem drainasi, kendali terhadap kembang-susut yang terjadi pada tanah
dasar dan untuk menyediakan lantai kerja (working platform) untuk pekerjaan
konstruksi.
  Secara lebih spesifik, fungsi dari lapis pondasi bawah adalah :

19
· Menyediakan lapisan yang seragam, stabil dan permanen.
· Menaikkan harga modulus reaksi tanah dasar (modulus of sub-grade
reaction = k), menjadi modulus reaksi gabungan (modulus of composite
reaction).
· Mengurangi kemungkinan terjadinya retak-retak pada plat beton.
· Menyediakan lantai kerja bagi alat-alat berat selama masa konstruksi.
· Menghindari terjadinya pumping, yaitu keluarnya butir-butiran halus tanah
bersama air pada daerah sambungan, retakan atau pada bagian pinggir
perkerasan, akibat lendutan atau gerakan vertikal plat beton karena beban
lalu lintas, setelah adanya air bebas terakumulasi di bawah pelat.
1. Kelebihan Jalan Beton
· Dapat menahan beban kendaraan yang berat
· Tahan terhadap genangan air dan banjir
· Biaya perawatan lebih murah dibanding jalan aspal
· Dapat digunakan pada struktur tanah lemah tanpa perbaikan struktur
tanahnya terlebih dahulu
· Pengadaan material lebih mudah didapat
2. Kekurangan jalan beton
· Kualitas jalan beton sangat bergantung pada proses pelaksanaannya misal
pengeringan yang terlalu cepat dapat menimbulkan keretakan jalan, untuk
mengatasi hal ini dapat menambahkan zat kimia pada campuran beton atau
dengan menutup beton pasca pengecoran dengan kain basah untuk
memperlambat proses pengeringan
· Untuk penggunaan pada jalan rayadengan kapasitas berat kendaraan yang
tinggi, maka biaya konstruksi jalan beton lebih mahal dibanding jalan
aspal, namun lebih murah pada masa perawatan.
· Kehalusan dan gelombang jalan sangat ditentukan pada saat proses
pengecoran sehingga diperlukan pengawasan yang ketat.
· Proses perbaikan jalan dengan cara menumpang pada konstruksi jalan
beton yang lama, sehingga menaikan ketinggian elevasi jalan, sehingga
terkadang elevasi jalan lebih tinggi dibanding rumah di sampingnya.

20
· Warna beton membuat suasana jalan menjadi keras dan gersang shingga
menimbulkan efek kehati-hatian bagi pengendara di atasnya.
C. Block Pavement Perkerasan menggunakan Paving Block
Jenis perkerasan jalan lainnya yaitu paving block , yang terbuat dari
campuran pasir dan semen ditambah atau tanpa campuran lainnya (abu batu atau
lainnya). Paving block atau blok beton terkunci menurut SII.0819-88 adalah
suatuko mposisi bahan bangunan yang terbuat dari campuran semen portland atau
bahan perekat hidrolis lainnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan
lainnya yang tidak mengurangi mutu beton tersebut.
Sedangkan menurut SK SNI T-04-1990-F, paving block adalah segmen-
segmen kecil yang terbuat dari beton dengan bentuk segi empat atau segi banyak
yang  dipasang sedemikian rupa sehingga saling mengunci (Dudung Kumara,
1992; Akmaluddin dkk. 1998).

Gambar 2.10. Struktur Perkerasan menggunakan Paving Block


1. Keuntungan dari Paving Block
· Pelaksanaannya mudah dan tidak memerlukan alat berat serta dapat
diproduksi secara masal;
· Pemeliharaannya mudah dan dapat dipasang kembali setelah dibongkar;
· Tahan terhadap beban statis, dinamik dan kejut dan
· Tahan terhadap tumpahan bahan pelumas dan pemanasan oleh mesin
kendaraan.
2. Kelemahan Paving Block

21
· Mudah bergelombang bila pondasinya tidak kuat dan kurang nyaman
untuk kendaraan dengan kecepatan tinggi. Sehingga perkerasan paving
block hanya cocok untuk mengendalikan kecepatan kendaraan di
lingkungan permukiman dan perkotaan yang padat.
3. Mutunya dan standar yang disyaratkan :
· mempunyai bentuk yang sempurna,
· tidak retak-retak dan cacat,
· bagian sudut dan rusuknya tidak mudah direpihkan dengan kekuatan
tangan.
4. Bentuk Dan Ukuran
· Berdasarkan bentuknya paving block dapat dibedakan menjadi dua yaitu
bentuk segi empat dan segi banyak.
· Ketebalan 6 cm, 8 cm dan 10 cm,
· Warna umumnya abu-abu atau sesuai dengan pesanan konsumen.
· Toleransi ukuran yang disyaratkan adalah ± 2 mm untuk ukuran lebar
bidang dan ± 3 mm untuk tebalnya serta kehilangan berat bila diuji dengan
natrium sulfat maksimum 1%.
2.4. Kelas Jalan

Gambar 2.11. Struktur Geometrik Jalan Antar Kota


Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditjen Bina Marga
1997.

22
a) DAMAJA (Daerah Manfaat Jalan)
DAMAJA (Daerah Manfaat Jalan) adalah daerah yang dibatasi oleh batas
ambang pengaman konstruksi jalan di kedua sisi jalan, tinggi 5 meter di atas
permukaan perkerasan pada sumbu jalan, dan kedalaman ruang bebas 1,5 meter di
bawah muka jalan.

b) DAMIJA (Daerah Milik Jalan)


DAMIJA (Daerah Milik Jalan) adalah daerah yang dibatasi oleh lebar yang
sama dengan Damaja ditambah ambang pengaman konstruksi jalan dengan tinggi
5 meter dan kedalaman 1.5 meter.

c) DAWASJA (Ruang Daerah Pengawasan Jalan)


DAWASJA (Ruang Daerah Pengawasan Jalan) adalah ruang sepanjang jalan
di luar DAMAJA yang dibatasi oleh tinggi dan lebar tertentu, diukur dari sumbu
jalan sebagai berikut:

a) jalan Arteri minimum 20 meter


b) jalan Kolektor minimum 15 meter
c) jalan Lokal minimum 10 meter
Untuk keselamatan pemakai jalan, DAWASJA di daerah tikungan ditentukan
oleh jarak pandang bebas.

Gambar 2.12 Penampang Melintang Jalan Dengan Median

Sumber : Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan,Silvia Sukirman

23
Gambar 2.13. Penampang Melintang Jalan Tanpa Median

Sumber : Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan,Silvia Sukirman

2.5. Lapis resap pengikat dan lapis perekat


Dalam pekerjaan konstruksi jalan raya, penggunaan lapis resap pengikat
dan lapis perekat ini sangat familiar, terutama untuk jalan – jalan utama dengan
kualitas yang bagus. Sedangkan untuk jalan – jalan minor seperti di pedesaan
maupun di komplek perumahan jarang digunakan walaupun ada juga yang
menggunakannya. lapis resap pengikat (prime coats) adalah lapisan ikat yang
diletakkan di atas lapis pondasi agregat, sedangakn lapis perekat (tack coats)
diletakkan di atas lapisan beraspal atau lapis beton semen. Pemasangan lapis resap
pengikat atau lapis perekat dilaksanakan setelah permukaan lama dibersihkan
dengan compressor udara atau sikat mekanis sehingga tekstur perkerasan lama
terlihat jelas (pada pekerjaan overlay).

1. Lapis Resap Pengikat


Bahan lapis resap pengikat umumnya adalah aspal dengan penetrasi
80/100 atau penetrasi 60/70 yang dicairkan dengan minyak tanah. Volume yang
digunakan berkisar antara 0,4 sapai dengan 1,3 liter/ m 2 untuk lapis pondasi
agregat kelas A dan 0,2 sampai 1 liter/m2 untuk pondasi tanah semen. Setelah
pengeringan selama 4 sampai 6 jam, bahan pengikat harus telah meresap kedalam
lapis pondasi. lapis resap pengikat yang berlebih dapat mengakibatkan pelelehan
(bleeding) dan dapat menyebabkan timbulnya bidang geser, untuk itu pada daerah

24
yang berlebih ditabur dengan pasir dan dibiarkan agar pasir tersebut diselimuti
aspal.
Kegunaan dari lapis resap pengikat adalah untuk :
- Memberikan daya ikat antara lapis pondasi agregat dengan campuran aspal
- Mencegah lepasnya butiran lapis pondasi agregat jika dilewati kendaraan
sebelum dilapis dengan campuran aspal.
- Menjaga lapis podasi agregat dari pengaruh cuaca, khususnya hujan.
Sehingga air tidak masuk ke dalam lapisan pondasi agregat yang bias saja
menyebabkan kerusakan struktur jalan.

2. Lapis Perekat
Lapis perekat berfungsi untuk memberikan daya ikat antara lapis lama
dengan baru, dan dipasanag pada permukaan beraspal atau beton semen yang
kering dan bersih. Bahan lapis perekat adalah aspal emulsi yang cepat menyerap
atau asapal keras pen 80/100 atau pen 60/70 yang dicairkan dengan 25 sampai 30
bgian minyak tanah per 100 bagian aspal. Pemakaiannya berkisar antar 0,15
liter/m2 samapai 0,50 liter /m2. Lebih tipis dibandingkan dengan pemakaian lapis
resap pengikat.
Banyak pendapat yang berbeda mengenai kapan penghamparan campuran
aspal dapat dilakukan. Ada yang berpendapat bahwa penghamparan bisa
dilakukan dengan segere meskipun proses pengeringan belum sepenuhnya selesai,
ada juga yang berpendapat bahwa harus menunggu lapisan lapis perekat ini kering
terlebih dahulu, baru bias dilakukan penghamparan campuran aspal. Tetapi
kenyataan dilapangan banyak menggunakan pendapat yang pertama.

3. Cara Pemasangan
Pemasangan lapis resap pengikat dan lapis perekat digunakan alat asphalt
distributor. Asphalt Distributor adalah truk atau kendaraan lain yang dilengkapi
dengan aspal, pompa, dan batang penyemprot. Umumnya truk dilengkapi juga
dengan pemanas untuk menjaga temperatur aspal dan juga penyemprot tangan

25
(hand sprayer). Hand sprayer digunakan untuk daerah – daerah yang sulit dicapai
dengan batang penyemprot.
Sebelum dilakukan pemasangan harus dipastikan bahwa daerah yang akan
disemprot bebas dari kotoran dan debu – debu. lalu asphalt distributor harus
dikalibrasikan terlebih dahulu, seperti sudut nosel, ketinggian dan kecepatan
kendaraan. Ketinggian batang penyemprot diatru sedemikian rupa disesuaikan
dengan jarak nosel agar diperoleh penyemprotan yang tumpang tindih sebanyak 2
– 3 kali. penyemprotan dilakukan secara merata sepanjang jalan. Agar tidak
menggangu pekerjaan, pastikan pelaksana mengalihkan arus lalu lintas jika dirasa
perlu.
 
5. Pekerjaan Tack Coat dan Prime Coat 
Pemasangan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat Lapis resap
pengikat (prime coats) adalah lapisan ikat yang diletakkan diatas lapis
pondasiagregat, sedangkan lapis perekat
(tack coats) diletakkan di atas lapis beraspal atau lapis beton semen.
1 . Lapis Resap Pengikat (Prime Coats)
Bahan lapis resap pengikat umumnya adalah aspal keras pen 60 yang
dicairkan dengan minyak tanah. Perbandingan yang dipakai
terdiri dari 80 bagian minyak tanah per 100 bagian aspal semen (80 pph-
kurang lebih ekivalen dengan viskositas aspal cutback jenis MC-30).
Kuantitas yang digunakan berkisar antara 0,4 sampai dengan 1,3 liter/m,
untuk lapis pondasi agregat kelas A dan 0,2 sampai 1 liter/m ntuk pondasi
tanah semen. Kuantitas pasti pemakaian lapis esap pengikat tergantung pada
bahan aspal, bahan lapis pondasi dan kondisi lingkungan (cuaca, angin,
kelembaban). Setelah pengeringan selama waktu 4hingga 6 jam, bahan
pengikat harus telah meresap kedalam lapis pondasi, meninggalkansebagaian
bahan pengikat pada permukaan sehingga permukaan terlihat berwarna hitam
secaramerata dan tidak porous.

2. Lapis Perekat (Tack Coats)

26
Lapis perekat mempunyai kegunaan memberi daya ikat antara lapis lama
dengan baru, dandipasang pada permukaan beraspal atau beton semen yang
kering dan bersih. Bahan lapis perekatadalah aspal emulsi yang cepat mantap
atau aspal keras pen 60 yang dicairkan dengan 25 sampai30 bagian premium
per 100 bagian aspal (RC-250). Kuantitas yang digunakan sangat tergantung
pada jenis aspal yang dipakai, kondisi permukaan lapisan lama, dan kondisi
lingkungan. Pemakaian lapis perekat umumnya berkisar 0,20 liter/m sampai
0,50 liter / m.
Pada perkerasan dengan tekstur kasar seperti hasil garukan (milling),
maka kuantitas tack coat relatif lebih banyak disbanding pada permukaan
dengan tekstur halus.Jenis aspal yangmenggunakan bahan pengencer lebih
banyak memerlukan kuantitapenyemprotan yang relatif lebih banyak, agar
kuantitas aspal yang melekat pada perkerasan jumlahnya relatif sama.Jika
digunakan aspal emulsi maka lapis perekat akan berwarnacoklat karena
mengandung aspal dengan air. Pada tahap berikutnya warnanya akan berubah
dari coklat ke hitam sejalan dengan menguapnya kandungan air. Waktu yang
diperlukan untuk menguapkan seluruh kandungan air tersebut antara 1
sampai 2 jam, tergantung dari jenis aspal emulsi yang digunakan,
kuantitasnya, temperatur permukaan beraspal, dan kondisi
lingkungan.Pemasangan lapis perekat kadang-kadang tidak perlu dilakukan
jika campuran beraspal diletakkan pada campuran beraspal yang masih baru
(dipasang baru beberapa waktu), selama permukaanya tidak kotor atau
berdebu.Untuk memperoleh hasil yang merata sebaiknya pemasangan lapis
resap pengikat dan lapis perekat menggunakan asphalt distributorbatang
penyemprot atau penyemprot tangan (hand sprayer) Aspal distributor adalah
truk yang dilengkapi dengan tangki aspal, pompa,dan batang penyemprot.

27
BAB III

BAHAN –BAHAN PERKERASAN JALAN

3.1. Pengertian Perkerasan Jalan

Konstruksi jalan telah dibuat sejak lama, karena aktivitas pengangkutan

merupakan kegiatan dasar manusia. Pada awalnya, konstruksi jalan tanah yang

diperkeras dianggap cukup karena beban kendaraan dan arus lalulintas masih

ringan. Dengan perkembangan jaman, jalan tanah dinilai tidak memadai karena

jalan tersebut mengalami kerusakan. Selanjutnya dipikirkan teknik untuk memberi

lapis tambahan di atas permukaan jalan dalam rangka memperkuat daya dukung

jalan terhadap beban. Oleh karena lapis tambahan tersebut perlu diperkeras

dengan maksud untuk memperkuat daya dukung terhadap beban lalulintas maka

disebut perkerasan (pavement).

28
Perkerasan yang dibuat untuk konstruksi jalan disebut perkerasan jalan.

Hal tersebut dimaksudkan untuk membedakan dengan perkerasan yang dibuat

untuk tujuan lain seperti bandar udara, parkir, dan terminal.

1. Jenis Perkerasan Jalan

Beban kendaraan akan disalurkan roda ke perkerasan jalan di bawahnya.

Sebagian besar beban tersebut didukung lapis perkerasan diatas tanah dasar.

Batuan butiran/granular yang disusun dengan baik secara alamiah memiliki sifat

saling mengunci sehingga cukup stabil mendukung beban roda sampai ukuran

berat tertentu. Namun demikian, jika beban yang bekerja di atas permukaan jalan

ternyata meningkat dan melebihi kemampuan sifat saling kunci agregat maka

susunan butiran tersebut dapat “lari”. Oleh karena itu maka diperlukan bahan ikat

agregat yang menyatukan agregat. Pada umumnya jenis perkerasan jalan

dibedakan menurut bahan ikatnya yaitu perkerasan jalan aspal dan perkerasan

Jalan semen/beton.

Perkerasan jalan aspal adalah perkerasan jalan yang permukaan bagian

atasnya menggunakan campuran agregat-aspal. Struktur perkerasan jalan aspal

bersifat relatif lentur karena aspal dapat melunak bila suhu meningkat atau

dibebani secara terus menerus. Oleh karena itu maka perkerasan jalan aspal sering

juga disebut perkerasan lentur.

Perkerasan jalan beton/semen adalah perkerasan jalan yang permukaan

bagian atasnya menggunakan campuran agregat-semen yang dibentuk menjadi

pelat-pelat. Struktur perkerasan jalan beton aspal bersifat relatif kaku karena

ikatan kimia antara agregat dan semen menghasilkan struktur komposit yang keras

29
dan kuat. Oleh karena itu maka perkerasan jalan beton sering juga disebut

perkerasan kaku.

Pertimbangan pemilihan kostruksi perkerasan jalan, apakah perkerasan

jalan lentur ataukah perkerasan kaku, melibatkan sejumlah faktor sebagai

pertimbangannya, antara lain faktor teknis, pendanaan, kenyamanan dan

keamanan berkendaraan bahkan seringkali harus mempertimbangkan aspek

politis. Jika rencana perkerasan jalan nantinya melewati permukaan tanah dasar

yang sudah keras maka secara teknis cukup digunakan struktur perkerasan lentur.

Jika rencana jalan terpaksa melewati daerah yang tanah dasamya berdaya dukung

jelek, maka secara teknis jenis perkerasan kaku lebih stabil dalammendukung

beban. Namun perkerasan lentur pada umumnya memberikan kenyamanan yang

lebih baik dibandingkan perkerasan beton. Dilihat dari pembiayaan, terdapat sisi

plusdanminusmasing-masing tipe perkerasan jalan. Perkerasan lentur

membutuhkan perawatan baik rutin atau berkala untuk mempertahankan

kinerjanya agar tetap baik, sedangkan perkerasan kaku pada umumnya dianggap

tidak memerlukan perawatan rutin atau berkala. Namur, biaya pembangunan

konstruksi perkerasan kaku lebih tinggi dari biaya pembangunan konstruksi

perkerasan lentur.

Ada juga jenis perkerasan jalan yang menggabungkan konstruksi

perkerasan lentur dan perkerasan kaku, yaitu perkerasan komposit. Perkerasan

komposit terdiri dari pelat beton yang berfungsi struktural dan lapis tipis

campuran beraspal yang berfungsi non struktural. Dengan demikian dalam

perkerasan komposit, pelat beton yang mendukung beban lalulintas sedangkan

30
lapis tipis campuran beraspal menyediakan kekesatan dan kerataan permukaan

jalan. Jenis perkerasan komposit pada umumnya diterapkan pada perkerasan

bandara atau jalan raya yang demandlalulintasnya tinggi dan tuntutan persyaratan

kinerjanya tinggi.

2. Susunan Perkerasan Jalan

Perkerasan jalan dibangun di atas tanah dasar. Lapis perkerasan jalan yang

langsung bersentuhan dengan roda kendaraan disebut lapis permukaan (surface

course). Lapis permukaan berfungsi struktural dan non struktural. Di antara lapis

permukaan dan tanah dasar terdapat lapis antara yang disebut lapis pondasi. Lapis

pondasi bermanfaat untuk mendukung struktur perkerasan jalan secara struktural

dan sebagai lantai kerja untuk pembuatan konstruksi lapis permukaan. Lantai

kerja diperlukan karena pelaksanaan pembuatan konstruksi lapis permukaan

melibatkan banyak peralatan berat. Lapis pondasi dapat dibuat satu lapisan dengan

jenis bahan yang sarna. Seringkali lapis pondasi juga dibuat menjadi dua lapisan

yang berbeda kualitasnya yaitu lapis pondasi atas (LPA) dan lapis pondasi bawah

(LPB). Susunan perkerasan akan diuraikan lebih lengkap pada bab-bab

berikutnya.

3. Bahan Susun Perkerasan

Bahan susun perkerasan terutama berupa agregat, aspal, atau semen.

Agregat merupakan komponen pendukung utama terhadap beban lalulintas. Aspal

atau semen merupakan bahan ikat butiran agregat yang menjaga agar agregat tidak

“lari”pada saat beban kendaraan bekerja. Penggunaan aspal atau semen tidak

31
hanya terbatas penggunaannya untuk lapis permukaan saja, tetapi juga dapat

digunakan untuk LPA, LPB bahkan tanah dasar sebagai bahan stabilisasi.

4. Perkembangan Konstruksi Perkerasan

Gambar 1.1 menyajikan perkembangan konstruksi perkerasan yang

dikenal dalam peradaban manusia, yaitu sejak jaman PersiaMesopotamia sampai

dengan jaman modern. Secara umum, konstruksi perkerasan yang dilaksanakan di

lapangan menggunakan bahan-bahan konvensional yaitu aspal minyak dan

agregat yang ditambang langsung di alam.

Di masa mendatang, pemanfaatan material inovatif sebagai bahan jalan

serta pelaksanaan konstruksi jalan yang ramah lingkungan mulai

dipertimbangkan. Beberapa contoh material inovatif yang dapat digunakan

sebagai bahan konstruksi jalan adalah tar atau bio-aspal, serat alam, agregat hasil

pengolahan limbah, komposit serta smart/advanced material. Gambar 1.2

menyajikan beberapa contoh material inovatif bahan jalan. Gambar 1.3

menyajikan contoh konstruksi jalan yang ramah lingkungan.

32
Gambar 3.1. Perkembangan Konstruksi Perkerasan

33
(a) Cangkang kelapa sawit sebagai (b) Limbah kulit jagung sebagai sumber
sumber pembuatan aspal aspal hayati
hayati

(c) Abu sekam padi sebagai


bahan pembuatan batu bata (d) Komposit aspal dan paving block

(e) Komposit blok semen (f) Komposit baja profil dan beton
fotokatalis ringan
Gambar 3.2 Beberapa material inovatif konstruksi jalan

34
(a) Konstruksi perkerasan lentur (b) Konstruksi perkerasan modular
menggunakan bioasphalt vegecolTM menggunakan batu bata dari
aspal hayati abu sekam padi

(c) Konstruksi perkerasan ramah lingkungan di Eropa

Gambar 3.3 Konstruksi Jalan yang Ramah Lingkungan

35
3.2. Rangkuman
1) Perkerasan (pavement) adalah lapis tambahan yang diberikan di atas tanah
dasar dengan maksud untuk memperkuat daya dukung tanah dasar terhadap
beban kendaraan. Perkerasan yang digunakan untuk melayani lalulintas darat
disebut perkerasan jalan.
2) Secara umum ada tiga jenis perkerasan jalan yaitu perkerasan lentur,
perkerasan kaku dan perkerasan komposit. Perkerasan lentur adalah
perkerasan yang bahan susunnya menggunakan agregat dan aspal. Perkerasan
kaku adalah perkerasan yang bahan susunnya menggunakan agregat dan
semen. Perkerasan komposit adalah perkerasan yang lapis permukaan
strukturalnya menggunakan pelat beton sedangkan lapis permukaan non
strukturalnya menggunakan agregat dan aspal. Pemilihan jenis perkerasan
tergantung sejumlah faktor antara lain faktor teknis, pendanaan, kenyamanan
dan keamananberkendaraan bahkan seringkali harus mempertimbangkan
aspek politis.
3) Baik perkerasan lentur, perkerasan kaku dan perkerasan komposit secara
umum terdiri dari tiga lapisan yaitu lapis permukaan (surface course), lapis
pondasi (road foundation)dan tanah dasar (subgrade). Lapis permukaan terdiri
dari 2 lapisan yaitu lapis non struktural (wearing course)dan lapis struktural
(binder course). Lapis pondasi dapat terdiri dari 2 lapisan yaitu LPA (base
course)dan LPB (sub base course).
4) Bahan susun lapis perkerasan lentur adalah agregat dan aspal. Komposit
agregat dan aspal disebut campuran beraspal. Bahan susun lapis
perkerasankaku adalah agregat dan semen. Komposit agregat dan semen
disebut beton.
Konstruksi perkerasan komposit menggunakan binder course berupa pelat
beton dan wearing course berupa campuran beraspal.
5) Konstruksi perkerasan umumnya menggunakan bahan-bahan konvensional
yaitu aspal minyak dan agregat alam. Dimasa mendatang, pemanfaatan
material inovatif sebagai bahan jalan serta pelaksanaan konstruksi jalan yang
ramah lingkungan semakin dipertimbangkan. Beberapa contoh material

36
inovatif yang dapat digunakan sebagai bahan konstruksi jalan adalah tar atau
bio-aspal, serat alam, agregat hasil pengolahan limbah, komposit serta
smart/advanced material.

Gambar 3.4 Konstruksi Lapis Keras Jalan

Gambar 3.5 Perbandingan antara Jalan kerikil dengan Jalan Kerikil dilapisi
aspal tipis

37
Gambar 3.6 Perbandingan antara perkerasan komposit dengan jalan beton
untuk lalu Lintas Berat

Gambar 3.7 Fungsi lapis perkerasan

38
Gambar 3.8 Perbandingan Lapis perkerasan standar dengan perkerasan untuk
kendaraan berat

Gambar 3.9 Bahan ikat antara Lapis perkerasan (Bonding)

39
Gambar 3.10. Lapis perkerasan (Road pavement)

Gambar 3.11. Perkerasan Ideal (The ideal pavement)

40

Anda mungkin juga menyukai