Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan membahas tentang pemahaman teori serta metode-

metode yang dapat ditinjau yang berkaitan dengan penelitian maka perlu

dilakukan sebelum melakukan analisa yang digunakan sebagai acuan untuk

penyelesaian analisa yang akan dilakukan.

2.1. Pengertian Jalan

Menurut peraturan menteri pekerjaan umum no: 03/prt/m/2012 tentang

pedoman penetapan fungsi jalan dan status jalan pasal 1 ayat 1, menyatakan

bahwa jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu-

lintas, yang berada pada permukaan tanah, diatas permukaan tanah, dibawah

permukaan tanah dan/ atau air, serta diatas permukaan air, kecuali kereta api, jalan

lori, dan jalan kabel.

2.2 Klasifikasi berdasarkan kelas jalan

Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk

menerima beban lalu lintas, dinyatakan dalam muatan sumbu terberat dalam

satuan ton.

5
6

Tabel 2.1. Klasifikasi Jalan Raya Menurut Kelas Jalan

Muatan Sumbu Terberat


Fungsi Kelas
(ton)
I >10
Anteri II 10
III A 8

III A
Kolektor 8
III B
Sumber : Tata cara Perencaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditijen Bina Marga, 1997

2.3. Klasifikasi jalan berdasarkan Administrasi pemerintah

Klasifikasi jalan berdasarkan administrasi pemerintahan, terdiri atas:

1. Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem

jaringan jalan primer yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan

jalan strategis nasional, serta jalan tol.

2. Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan primer

yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota,

atau antar ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.

3. Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan

primer yang tidak termasuk jalan yang menghubungkan ibukota

kabupaten dengan ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota

kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta

jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah

kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.

4. Jalan kota, adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang

menghubungkan antar pusat pusat pelayan dalam kota, menghubungkan


7

pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antar persil, serta

menghubungkan antar pusat permukiman yang berbeda didalam kota.

5. Jalan desa, merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan

dan/atau antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.

2.3.1 Klasifikasi Jalan Berdasarkan Muatan Sumbu

Untuk keperluan pengaturan penggunaan dan pemenuhan kebutuhan

angkutan, jalan dibagi dalam beberapa kelas yang didasarkan pada kebutuhan

transfortasi, yang mana terdiri dari :

1. Jalan kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor

termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter,

ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu

terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton.

2. Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor

termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter,

ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu

terberat yang diizinkan 10 ton, jalan kelas ini merupakan jalan yang sesuai

untuk angkutan peti kemas

3. Jalan Kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui

kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi

2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan

muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.

4. Jalan Kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan

bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500


8

milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, dan muatan

sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.

5. Jalan Kelas III C, yaitu jalan lokal dan jalan lingkungan yang dapat dilalui

kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi

2.100 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 milimeter, dan

muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.

2.3.2 Klasifikasi berdasarkan medan jalan

Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar

kemiringan nedan yang diukur tegak lurus garis kontur. Klasifikasi menurut

medan jalan ini dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Klasifikasi Jalan Raya Menurut Medan Jalan

No. Jenis Medan Notasi Kemiringan Medan

1 Datar D <3

2 Berbukit B 3-25

3 Pegunungan G >25

Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditijen Bina Marga, 1997

2.3. Bagian – Bagian Jalan

Pada ketentuan umum pasal 1 ayat 3, bagian-bagian jalan adalah bagian-bagian

jalan yang meliputi ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang pengawas

jalan.
9

Gambar 2.1. Penampang Jalan

a. Damaja (Daerah Manfaat Jalan

b. Dawasja (Ruang Daerah Pengawasan Jalan)

c. Damija (Daerah Milik Jalan)

2.4. Definisi Perkerasan


Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

lapisan tanah dasar dan roda kendaraan yang berfungsi memberikan pelayanan

kepada sarana transportasi, dan selama masa masa pelayananya diharapkan tidak

terjadi kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu

yang di harapkan. Maka pengetahuan tentang sifat. Pengadaan dan

pengolahan dari bahan penyusun perkerasan jalan sangat diperlukan (Silvia

Sukirman. (2003).

2.5. Struktur Perkerasan

Perkerasan terdiri dari empat lapis material konstruksi jalan diatas lapis

tanah dasar.
10

ambar 2.1 Lapisan Perkerasan Jalan Raya

a. Lapisan permukaan (surface course)

Lapisan permukaan adalah lapisan yang terletak paling atas yang

berfungsi sebagai lapis perkerasan penahan beban roda, lapis kedap air,

lapis aus dan lapisan yang menyebarkan beban kelapisan bawah.

b. Lapisan pondasi atas (base course)

Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak

diantara lapisan pondasi bawah dan lapisan permukaan yang berfungsi

sebagai penahan gaya lintang dari beban roda, lapisan peresapan dan

bantalan terhadap lapisan permukaan.

c. Lapisan pondasi bawah (subbase course).

Lapisan pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak

antara lapisan pondasi atas dan tanah dasar.

d. Lapisan tanah bawah (subgrade).

Lapisan tanah dasar adalah tanah permukaan semula, permukaan

tanah galian ataupun tanah timbunan yang dipadatkan dan merupakan

permukaan dasar untuk perletakan bagian-bagian perkerasan yang lain.


11

2.6. Penyebab Kerusakan Perkerasan Jalan


Kerusakan jalan merupakan salah satu kejadian yang mengakibatkan suatu

perkerasan jalan menjadi tidak sesuai dengan bentuk perkerasan aslinya, sehingga

dapat menyebabkan perkerasan jalan tersebut menjadi rusak, seperti berlubang,

retak, bergelombang, dan lain sebagainya.

1. Lalu lintas, yang diakibatkan dari peningkatan beban (sumbu kendaraan)

yang melebihi beban rencana, atau juga repetisi beban (volume kendaraan)

yang melebihi volume rencana sehingga umur rencana jalan tersebut tidak

tercapai.

2. Air, yang dapat berasal dari air hujan, sistem drainase jalan yang tidak

baik,naiknya air akibat sifat kapiler.

3. Material perkerasan. Hal ini dapat disebabkan oleh sifat material itu

sendiri atau dapat pula disebabkan oleh sistem pengolahan bahan yang

tidak baik.

4. Iklim. Suhu udara dan curah hujan yang tinggi dapat merusak perkerasan

jalan.

5. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil, karena sifatnya memang jelek atau

karena sistem pelaksanaannya yang kurang baik.

2.7. Jenis –Jenis Kerusakan

a. Distorsi

Jenis kerusakan lentur atau flexible berupa distorsi dapat terjadi atas

lemahnya tanah dasar, pemadatan yang kurang pada lapis pondasi

sehingga terjadi tambahan pemadatan akibat beban lalu lintas. Untuk

kerusakannya sebagai berikut :


12

Keriting, amblas, alur, jembul

b. Cacat permukaan (disintegration)

Jenis kerusakan yang satu ini mengarah pada kerusakan secara kimiawi &

mekanis dari lapisan permukaan. Cacat permukaan sebagai berikut :

Lobang, pelepasanlapisan permukaan, pelepasan butiran

c. Retak (cracking)

Retak adalah suatu gejala kerusakan permukaan yang akan menyebabkan

air pada permukaan masuk kelapisan bawah. Kerusakan ini ialah

Retak halus, retak kulit buaya, retak sambungan bahu, retak sambungan

pelebaran jalan, retak pinggir, retak sambungan, retak slip, retak susut

2.6. Nilai Persentase Kerusakan (NP)

Jenis kerusakan yang ditinjau adalah retak, lepas, lubang, alur,

gelombang, amblas dan belah Besarnya kerusakan merupakan Prosentase luar

permukaan jalan yang rusak terhadap luas keseluruan jalan yang di tinjau.

Besarnya nilai prosentase kerusakan diperoleh dari prosentase luas permukaan

jalan yang rusak terhadap luas keseluruhan bagian jalan yang ditinjau. (Dinas

Bina Marga 1997)

Rumus yang digunakan untuk menentukan nilai persentase kerusakan (Np)

Adalah sebagai berikut :

Jumlah total tingkat kerusakan


Np = x 100=¿……………………… (2.1)
luas penampang jalan

Anda mungkin juga menyukai