TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan membahas tentang pemahaman teori serta metode-
metode yang dapat ditinjau yang berkaitan dengan penelitian maka perlu
pedoman penetapan fungsi jalan dan status jalan pasal 1 ayat 1, menyatakan
bahwa jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
lintas, yang berada pada permukaan tanah, diatas permukaan tanah, dibawah
permukaan tanah dan/ atau air, serta diatas permukaan air, kecuali kereta api, jalan
menerima beban lalu lintas, dinyatakan dalam muatan sumbu terberat dalam
satuan ton.
5
6
III A
Kolektor 8
III B
Sumber : Tata cara Perencaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditijen Bina Marga, 1997
1. Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem
4. Jalan kota, adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
angkutan, jalan dibagi dalam beberapa kelas yang didasarkan pada kebutuhan
1. Jalan kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor
2. Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor
terberat yang diizinkan 10 ton, jalan kelas ini merupakan jalan yang sesuai
3. Jalan Kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui
4. Jalan Kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan
5. Jalan Kelas III C, yaitu jalan lokal dan jalan lingkungan yang dapat dilalui
kemiringan nedan yang diukur tegak lurus garis kontur. Klasifikasi menurut
1 Datar D <3
2 Berbukit B 3-25
3 Pegunungan G >25
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditijen Bina Marga, 1997
jalan yang meliputi ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang pengawas
jalan.
9
lapisan tanah dasar dan roda kendaraan yang berfungsi memberikan pelayanan
kepada sarana transportasi, dan selama masa masa pelayananya diharapkan tidak
terjadi kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu
Sukirman. (2003).
Perkerasan terdiri dari empat lapis material konstruksi jalan diatas lapis
tanah dasar.
10
berfungsi sebagai lapis perkerasan penahan beban roda, lapis kedap air,
sebagai penahan gaya lintang dari beban roda, lapisan peresapan dan
perkerasan jalan menjadi tidak sesuai dengan bentuk perkerasan aslinya, sehingga
yang melebihi beban rencana, atau juga repetisi beban (volume kendaraan)
yang melebihi volume rencana sehingga umur rencana jalan tersebut tidak
tercapai.
2. Air, yang dapat berasal dari air hujan, sistem drainase jalan yang tidak
3. Material perkerasan. Hal ini dapat disebabkan oleh sifat material itu
sendiri atau dapat pula disebabkan oleh sistem pengolahan bahan yang
tidak baik.
4. Iklim. Suhu udara dan curah hujan yang tinggi dapat merusak perkerasan
jalan.
5. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil, karena sifatnya memang jelek atau
a. Distorsi
Jenis kerusakan lentur atau flexible berupa distorsi dapat terjadi atas
Jenis kerusakan yang satu ini mengarah pada kerusakan secara kimiawi &
c. Retak (cracking)
Retak halus, retak kulit buaya, retak sambungan bahu, retak sambungan
pelebaran jalan, retak pinggir, retak sambungan, retak slip, retak susut
permukaan jalan yang rusak terhadap luas keseluruan jalan yang di tinjau.
jalan yang rusak terhadap luas keseluruhan bagian jalan yang ditinjau. (Dinas